P E NGGUNAAN LAYANAN B I MB I NGAN KE LOMP OK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 4 DI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 4 DI SMA NEGERI 1 NATAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh NOPITA SARI

Masalah dalam penelitian ini adalah Minat belajar siswa yang rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah Minat belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2010/2011?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat belajar yang rendah pada siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain One-Group Pretest-Posttest. Subjek dalam penelitian sebanyak 8 siswa kelas XI IPA 4 yang memiliki Minat belajar rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan Angket dan observasi.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Penggunaan layanan Bimbingan Kelompok dapat Meingkatkan Minat Belajar Siswa, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji t (t-test), dari hasil pretestdanposttest yang diperoleh thitung= 30,19 > ttabel = 1,895 maka, Ho ditolak

dan Ha diterima, yang artinya penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Minat belajar siswa dapat digunakan dengan penggunaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan adanya perubahan perilaku positif pada setiap pertemuan bimbingan kelompok yang mengarah pada peningkatan Minat belajar siswa terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) Kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk dapat menggunakan bimbingan kelompok dalam mengatasi masalah siswa terutama dalam upaya meningkatkan Minat belajar siswa di sekolah. (2) Kepada siswa agar dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok guna meningkatkan Minat belajar.


(2)

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh NOPITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(3)

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

( S k r i p s i )

Oleh NOPITA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(4)

iv

Gambar Halaman

1.1 Alur Kerangka Pikir... ... 10

3.1 PolaOne- Group Pretest-Posttest Design... 47

4.1 Grafik peningkatan minat belajar pada siswa ... 76

4.2 Grafik perkembangan minat belajar Abcidesmi Putri... 77

4.3 Grafik perkembangan minat belajar Bayu Pujiansyah ……... 78

4.4 Grafik perkembangan minat belajar Maria redes S... . 79

4.5 Grafik perkembangan minat belajar Febri Ardiansyah... . 80

4.6Grafik perkembangan minat belajar Vivin darmayanti …... . 81

4.7 Grafik perkembangan minat belajar Egor Samudra... . 83

4.8Grafik perkembangan minat belajar Rizki Naufal ……….……. 84


(5)

iv

Halaman

PERSEMBAHAN... vii

SANWACANA... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3 Kerangka Pikir ... 9

1.4 Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minat Belajar ... 12

2.1.1 Pengertian Minat ... 13

2.1.2 Pengertian Belajar ... 14

2.1.3 Peranan Dan Fungsi Minat ... 15

2.1.4 Peranan Minat Dalam Proses Belajar ... 16

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar... 16

2.1.6 Aspek aspek yang dapat meningkatkan Minat Belajar... 24

2.2 Bimbingan Kelompok... 25

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok ... 25

2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok ... 27

2.2.3 Asas-Asas Bimbingan Kelompok... 29

2.2.4 Model Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok... 30

2.2.5 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok... 30

2.2.6 Materi Dalam Bimbingan Kelompok ... 33

2.2.7 Teknik-teknik Bimbingan Kelompok... 35

2.2.8 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ... 40

2.3 Keterkaitan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa... ... 45

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian ... 46

3.2 Subyek Penelitian ... 48


(6)

v

3.6 Hasil uji coba ……… 56

3.7 Teknik Analisis Data... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 63

4.1.1 Gambaran Umum Pra Konseling... 63

4.1.2 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Kelompok... 64

4.1.3 Data Penelitian... . 71

4.1.4 Uji Hipotesis... 82

4.2 Pembahasan... 83

4.2.1Peningkatan Minat Belajar siswa sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok ………... 87

4.2.2 Hasil Analisis Data Analisis Menggunakan Uji-t... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 90

5.2 Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... . 92


(7)

iv

Tabel Halaman

3.1 Rencana pemberian criteria dan skor jawaban……….. 51

3.2 Kisi-kisi Pengembangan Instumen ... 53

3.3 Hasil uji validitas untuk item yang tidak valid ... 56

3.4 Hasil uji validitas untuk item yang valid ... 59

4.1 Kerja perhitungan pretest dan postest………..………... 75

4.2 Hasil Observasi Abcidesmi Putri ………... 77

4.3 Hasil Observasi bayu Pujiansyah ... 78

4.4 Hasil Observasi Maria Redes S... 79

4.5 Hasil Observasi Febri Ardiansyah ... 80

4.6 Hasil Observasi Vivin Darmayanti ... 82

4.7 Hasil Observasi Egor Samudra ... 83

4.8 Hasil Observasi Rizki Naufal... 84

4.9 Hasil Observasi Ahmad Faisal ... 85

4.10 Tabel kerja perhitungan xd dan x2d ... 87

4.11 Hasil pengujian hipotesis ... 88

4.12 Peningkatan Minat Belajar siswa sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok………. 97


(8)

"Wahai orang-orang yang beriman !

Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar."


(9)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas

terselesaikannya

Penulisan skripsi ini, kupersembahkan karya kecilku ini

kepada :

Ibu dan Bapakku tersayang

yang selalu menyertaiku dalam sujud dan doa nya.

Terimakasih atas kasih sayang dan cintanya

yang telah banyak memberikan semangat

untuk keberhasilan putra-putrinya

.


(10)

Penulis lahirkan di Bandar Lampung tanggal 2 Nopember 1987, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mahmud dan Ibu Asiah.

Pendidikan Taman kanak-Kanak di selesaikan di TK Budaya pada tahun 1994 Sekolah Dasar (SD) SD Negeri 8 Bandar Lampung selesai pada tahun 1999, Sekolah menengah pertama di MTsN Situbondo Jawa Timur tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di MAN 2 Situbondo Jawa Timur 2005.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila. Pada Tahun 2009, Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMAN 1 Natar Lampung Selatan.


(11)

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah,M.Si selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd. selaku Pembimbing Utama, yang telah memotivasi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Drs. Yusmansyah,M.Si selaku dosen Penguji terima kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Suwarlan, M. M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Titik Lestari, B.A , Dra. Eko Nonaningsih, , Dra.Ni Made Suarmiati, Dra. Mujiati.M,M.Pd. terima kasih atas kesediannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

9. Para guru dan siswa di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan yang telah berkenan memberi bantuan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku. 11. Kedua adikku, Alfian dan Eva , sepupuku dan seluruh keluarga besarku. 12. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2006

Roni, Dwi, Aris, Nucil, Ami, Uci, Madam Nurul Khamidah, Madut, Rere, Silvi, Ricem, Macil, Bude Rina, Oki, Penti, Vivin, Linda, Wiwin, Nani, Era, Wucil, Teteh Fitri, Seri, Aulia, Dian Gupek, Juwita, Masliyah, Desma, Eka, Meita, Araw, Suci, Rista, Septi, Rizki, Adel, Yuni, Wela, Nhe –Nhe, Hendi,


(13)

bantuan, do’a dan motivasinya.

13. Teman-teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2004 –2010) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima banyak atas masukannya , saran, motivasi serta semangatnya.

14. Teman-teman PLBK Dwy, Ony, Vita, Intan, Amin, Yeni, Novi Sagita, Mary, Miya, Septi, terimakasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat PLBK terasa begitu menyenangkan.

15. Keluarga Besar KRB Lampung ( K’ Alex, Lita, Uni, Dwhy Donghe, Anti, Nova, Pia, Linda, Tessa, Yerin, Icha, Mia, Budi, Aris, dll.) yang tidak bisa disebut satu persatu. terimakasih atas semangat, motivasi dan do’anya.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandar Lampung, 2012 Penulis


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu sendiri dilihat dari segi pendidikan telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral “ (Hamalik 2003:3).

Berdasarkan UUD 45 nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif


(15)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan itu sendiri merupakan suatu kegiatan interaksi antara siswa dan pendidik, keberhasilan kegiatan belajar mengajar di tentukan oleh bagaimana partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan interaksi dalam pendidikan tersebut. Semakin siswa aktif ikut serta dalam bagian kegiatan belajar, maka semakin jelas tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan pendidikan seringkali di jumpai kurangnya ketertarikan (kurangnya minat belajar) siswa pada bidang tertentu. Oleh karena itu pendidik harus berupaya lebih keras dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa.

Belajar itu sendiri merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.

Chaplin 1972 (dalam Muhibbin Syah,1999: 57) dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat adanya latihan khusus, sedangkan rumusan keduanya adalah: belajar merupakan proses memperoleh respon – respon

sebagai akibat adanya latihan khusus.

Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan bagi siswa untuk dapat mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan


(16)

kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat. Untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa.

SMA Negeri I Natar merupakan satu-satunya SMA Negeri di kecamatan Natar yang berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan para peserta didiknya guna menunjang proses belajar yang baik dan terencana. Berdasarkan observasi awal pada tanggal 15 oktober 2010 dan informasi dari guru BK di SMAN 1 Natar maka diperoleh data bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 rendah. Sedangkan hasil ulangan semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 juga tidak berbeda, meskipun telah dilakukan berbagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun hasilnya masih belum sesuai dengan harapan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak siap untuk menerima materi pelajaran .

Muhibbin (1999:144) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang dapat di bedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni aspek fisiologis, aspek

psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi)

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sosial maupun kondisi lingkungan non sosial


(17)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Berkaitan dengan itu dari hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 1 Natar bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan hasil belajar siswa, salah satu yang paling menonjol adalah faktor internal pada aspek psikologis siswa yaitu minat belajar yang rendah pada siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat sekitar 5 orang siswa yang sering terlambat masuk sekolah hal ini di dapat dari rekap absen guru piket setiap bulannya, sehingga tidak mengikuti materi dari awal, pada beberapa kelas terdapat siswa yang jarang mengerjakan tugas, kemudian terdapat juga 7 orang siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran Kimia sehingga mereka melakukan aktifitas lain sepeti bermain handphone atau mengobrol saat pelajaran berlangsung. Kemudian terdapat kurang lebih 6 orang siswa yang kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran atau LKS yang diberikan oleh guru, baik ketika di kelas maupun diperpustakaan. bahkan terkadang mereka tidak mengikuti pelajaran dengan izin untuk keluar kelas saat pelajaran berlangsung dengan alasan-alasan tertentu.

Menurut Sudarsono (dalam Hidayah 2006:12) Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang, maka akan melahirkan perhatian untuk


(18)

melakukan segala sesuatunya dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya.

Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa dalam bimbingan kelompok akan terjadi proses interaksi antar individu. Diharapkan bimbingan kelompok dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa, khususnya dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa yang tidak hanya dilakukan melalui pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti bimbingan kelompok yang akan lebih optimal, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan informasi yang dapat meningkatkan minat belajarnya. Menurut Gazda 1978 (dalam Prayitno dan Amti,1999:309) Layanan bimbingan kelompok sendiri merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Kemudian dalam upaya mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMA Negei Natar peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok, dengan alasan bawha dalam layanan bimbingan kelompok siswa dapat saling berinteraksi dan bertukar informasi dengan teman-teman sebayanya sehingga secara perlahan dapat meningkatkan minat belajar para anggotanya Gadza (1978) menyebutkan bahwa dengan bimbingan kelompok diharapkan,siswa dapat saling bertukar informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.


(19)

Dalam masa perkembangannya, siswa lebih banyak berinteraksi atau bertukar informasi dengan teman sebayanya. Dalam perkembangan sosial remaja lebih banyak melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001) remaja juga masih dalam proses perkembangan kepribadian dan sosial, sehigga diharapkan agar para siswa mampu berinteraksi dengan anggota lain yang merupakan teman sebayanya. Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991)

Berdasarkan keterkaitan di atas, dengan digunakannya layanan bimbingan kelompok, diharapkan agar individu menjadi sadar akan kelemahan dan kelebihannya, mengenali ketrampilan, keahlian dan pengetahuan serta menghargai nilai dan tindakannya sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Hal ini dapat menumbuhkan suasana yang positif di antara anggota, sehingga mereka merasa diterima, dan semakin meningkatnya minat belajar dalam dirinya.

Maksud dari penelitian ini yaitu dengan layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011


(20)

1.1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu:

a. Terdapat siswa yang sering terlambat masuk sekolah. b. Terdapat siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran

c. Terdapat siswa yang tidak konsentrasi/urang perhatian dalam belajar d. Terdapat siswa yang kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran, baik

pada saat dikelas maupun di perpustakaan.

e. Terdapat siswa yang sering keluar masuk ketika pelajaran berlangsung.

1.1.3 Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas arah penelitian ini, selain karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka permasalahan dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPA 4 di SMAN 1 Natar lampung selatan tahun pelajaran 2010/2011.

1.1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dan latar belakang masalahnya adalah minat belajar rendah, adapun permasalahannya adalah “Apakah Penggunaan Layanan

Bimbingan Kelompok Dapat Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas XI IPA 4 di SMAN 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010-2011”.


(21)

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar Lampung selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.2.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan bimbingan kelompok, dan wujud dari sumbangan tersebut yaitu ditemukannya hasil-hasil penelitian baru tentang bimbingan konseling guna meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah, khususnya di SMAN 1 Natar.

b. Kegunaan Praktis

1. Secara praktis penelitian ini barguna untuk memberikan bahan masukan atau memberikan perbaikan-perbaikan kepada guru bimbingan konseling dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok di sekolah untuk membantu siswa dalam meningkatkan minat belajar siswa.

2. Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk membuat perencanaan program pelaksanaan layanan bimbingan kelompok secara lebih baik dan optimal dalam peningkatan minat belajar siswa.


(22)

3. Dan dapat dijadikan bahan masukkan bagi mahasiswa bimbingan dan konseling ketika berada dilapangan (sekolah), serta dapat juga dijadikan sebagai bahan pemberian informasi untuk masyarakat umum.

1.3 Kerangka Pikir

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik itu berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat.

Sudarsono 2003 (Hidayah,2006:12) Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.

Dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang, maka akan melahirkan perhatian untuk melakukan segala sesuatunya dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya. Selain minat, keberhasilan belajar juga ditentukan oleh aktivitas siswa selama pembelajaran.

Gadza dalam Prayitno (1999:309) Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.

Berdasarkan pengertian diatas Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan


(23)

memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.

Conger (1991) Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya .

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001).

Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa dengan semakin meningkatnya minat belajar siswa.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Rendahnya

Minat Belajar Siswa

Pelaksanaan Layanan Bimbingan

Kelompok

Meningkatnya Minat Belajar


(24)

1.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan penelitian. Dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan data-data yang telah dikumpulkan peneliti.

Menurut Arikunto (2002:64) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang penulis ajukan adalah:

Ha : Minat belajar yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI IPA 4 di SMAN 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.

Ho : Minat belajar yang rendah tidak dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI IPA 4 di SMAN 1 Natar tahun pelajaran 2010/2011.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa Tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Untuk itu teori teori yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan layanan bimbingan kelompok dan minat belajar.

2.1 Minat Belajar

2.1.1 Pengertian Minat

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu maka siswa tersebut harus menyenangi mata pelajaran tersebut, kemudian siswa akan memperhatikan materi yang diberikan.

Sudarsono (Hidayah,2006:12)menyatakan bahwa minat merupakan sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadarinya pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.


(26)

menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), Minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.

Beberapa ahli merumuskan teori tentang minat yaitu :

Menurut Slameto (Hidayah, 2006:10) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sedangkan Crow dan Crow (Hidayah, 2006:12) mengemukakan bahwa minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau aktivitas, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, terlihat adanya beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian minat, unsur-unsur tersebut adalah :

a. Ketertarikan Membaca b. Perhatian dalam Belajar c. Kemauan dalam Belajar d. Pengetahuan

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Misalnya Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran sejarah akan mempelajari tentang sejarah dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran sejarah, mencari informasi lain tentang sejarah dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal


(27)

2.1.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal didalam diri seseorang.

Menurut Morgan dan kawan-kawan ( Soekamto & Winataputra, 1997: 8) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup 3 unsur yaitu:

1. Belajar adalah prubahan tingkah laku

2. Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman 3. Perubahan relatif tetap untuk waktu yang lama

Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal dalam diri seseorang.

Chaplin (Muhibbin, 1999: ) dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.

Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat adanya latihan khusus, sedangkan rumusan keduanya adalah: belajar merupakan proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keadaan dimana siswa merasa senang dan memberi perhatian pada mata pelajaran serta kemauan dalam belajar yang menimbulkan sikap keterlibatan setiap orang yang ingin belajar.


(28)

2.1.3 Peranan Minat Dalam Proses Belajar

Belajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya, jadi belajar dengan penuh dengan gairah dan minat dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri.

Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain :

1.Menciptakan, menimbulkan kosentrasi atau perhatian dalam belajar 2.Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar 3.Memperkuat ingat siswa tentang pelajaran yang telah diberikan guru 4.Melahirkan sikap belajar yang positif dan kontruktif

5.Memperkecil kebosanan siswa terhadap studi/pelajaran

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Berhasil atau tidak seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

Menurut Zanikhan ( 2008), yang menjelaskan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah sebagai berikut:


(29)

a. Faktor-faktor Internal : 1. Faktor Biologis

Faktor biologis dapat diartikan sebagai kesehatan jasmani dan rohani yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya terganggu maka dapat mengakibatkan cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk belajar.

2. Faktor Psikologis 1) Perhatian

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan atau materi pelajaran tidak menarik perhatian siswa, maka minat belajar pun rendah, jika begitu akan timbul kebosanan,

siswa tidak bergairah belajar,dan bisa jadi siswa tidak tertarik belajar. Agar siswa berminat dalam belajar,usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian, salah satunya usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran.

2) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, seperti halnya jika kita


(30)

mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami atau menerimanya.

3) Bakat atau Intelegensi

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar, misalkan orang berbakat menyanyi, suara, nada lagunya terdengar lebih merdu dibanding dengan orang yang tidak berbakat menyanyi. Bakat biasanya mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnyapun

cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah

akan mengalami kesukaran dalam belajar.

Jadi kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap minat belajar dan keberhasilan belajar. kedua aspek tersebut hendaknya seimbang, agar tercapai tujuan yang hendak dicapai.

b. Faktor-faktor eksternal : 1. Faktor Keluarga

Minat belajar siswa bias dipengaruhi oleh keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Akan diuraikan sebagai berikut :


(31)

1) Pola Asuh Orang tua

Pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya seperti tidak mengatur waktu belajar, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bisa jadi anaknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua yang sangat berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.

2) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak memberi ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, dapat menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan belajar, karena terganggu oleh hal-hal tersebut. Untuk memberikan motivasi yang mendalam pada


(32)

anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh kasih sayang supaya anak tersebut betah dirumah dan berkonsentrasi dalam belajarnya.

3) Keadaan Ekonomi Keluarga

Dalam kegiatan belajar, seorang anak akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bisa menjadi faktor penghambat dalam belajar tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bisa mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah.

1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bias berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar siswa. Siswa bisa


(33)

malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita siswa. Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa system intruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.

3. Faktor Lingkungan

Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa, berikut ini penulis membahas beberapa faktor masyarakat yang bisa mempengaruhi minat belajar siswa, yakni :

1) Kegiatan dalam masyarakat

Disamping belajar, anak juga mempunyai kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah, misalnya , menari, olah raga dan lain sebagainya. Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan berlebih-lebihan, bisa menurunkan semangat belajar siswa, karena anak sudah terlanjur senang dalam organisasi atau kegiatan dimasyarakat, dan


(34)

perlu diingatkan tidak semua kegiatan dimasyarakat berdampak baik bagi anak.

2) Teman Sebaya

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Diharapkan orang tua memperhatikan pergaulan anak-anaknya, usahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik yang bisa memberikan semangat belajar yang baik. agar siswa tidak terganggu dan terhambat belajarnya.

Berdasarkan factor –faktor diatas minat berkaitan dengan nilai-nilai

tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar yang sangat berguna untuk membangkitkan minat.

Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar (Sudarnoto, 1994)

Kelompok yang semua anggotanya merupakan teman yang sebaya sering disebut kelompok teman sebaya. Di sinilah mereka dinilai oleh orang lain. Penilaian ini akan dijadikan motivasi dalam diri siswa untuk saling memberi penguatan satu sama lain agar dapat meningkatkan minat belajarnya. Suasana memberi dan menerima di dalam bimbingan kelompok dapat menumbuhkan harga diri dan keyakinan diri anggota. Anggota akan saling menolong, menerima


(35)

dan berempati secara tulus. Hal ini dapat menumbuhkan suasana yang positif dalam diri mereka.

Bimbingan kelompok merupakan Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa dengan semakin meningkatkan minat belajar siswa.

2.1.5 Aspek-Aspek Yang Dapat Meningkatkan Minat Belajar

Minat belajar merupakan suatu sikap tertentu yang bersikap sangat pribadi pada setiap orang yang ingin belajar (Sudarsono 2003:28).

Minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing individu. Pihak lain hanya memperkuat menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.

Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut (Sudarnoto, 1994), yaitu :

1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai. 2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar. 3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu. 4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR

atau laporan.

5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar. 6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar. 7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.

Dalam bimbingan kelompok pemimpin kelompok memberikan materi tentang langkah-langah bagaimana menimbulkan minat belajar. Hal ini dapat menumbuhkan suasana yang lebih nyaman dalam proses


(36)

pembelajaran yang berlangsung, sehingga proses belajar dapat berlangsung menyenangkan dan dapat membantu peningkatan minat belajar siswa.

Terlebih lagi apabila semua anggota kelompok merupakan teman-teman sebaya, karna pada masa remaja seorang siswa lebih banyak melibatkan teman sebaya dibandingkan orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja. Berdasarkan teori bahwa bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang dapat membantu siswa dalam pengembangan diri melalui pemberian informasi dengan memanfaatkan dinamika kelompok

Lester & Alice Crow (dalam Loekmono 1994:61) mengemukakan lima butir motif penting yang dapat dijadikan alasan-alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seseorang yakni : 1. Suatu hasrat keras untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik

dalam semua mata pelajaran.

2. Suatu dorongan batin memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.

3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru dan teman-teman.

5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam bidang khusus tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar dapat ditumbuhkan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

2. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. 3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar.


(37)

2.2 Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada siswa oleh guru pembimbing yang terdapat dalam pola 17 yang terdiri dari empat bidang bimbingan, tujuh layanan dan lima layanan pendukung. Diantara pemberian layanan tersebut adalah layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam menangani sejumlah peserta didik.

Faktor yang mendasar penyelenggaraan bimbingan kelompok adalah bahwa proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok.

Menurut Gazda (Prayitno dan Amti, 1999: 309) bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Pengertian di atas menekankan pada kegiatan pemberian informasi dalam suasana kelompok dan adanya penyusunan rencana untuk mengambil keputusan.

Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.


(38)

Sedangkan Winkel (1991: 71) mengatakan bahwa “Bimbingan adalah proses

membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan

lingkungannya”. Bimbingan kelompok menekankan bahwa kegiatan

bimbingan kelompok lebih pada proses pemahaman diri dan lingkungannya yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang disebut kelompok.

Bimbingan kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara optimal, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikir dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka diharapkan para siswa dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar siswa.


(39)

2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok yang diselenggarakan. Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan.

2. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan. Dengan diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa karena dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan


(40)

anggota-anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih mandiri.

2.2.3 Asas- asas dalam bimbingan kelompok Dalam Bimbingan kelompok, asas yang dipakai: 1. Asas Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh diketahui orang lain.

2. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak terbimbing maupun pembimbing , jadi dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tidak ada pemaksaan dalam mengemukakan pendapat.

3. Asas Keterbukaan

Adalah keterusterangan dalam mengemukakan ataupun memberikan pendapat.

4. Asas Kegiatan

Partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan Bimbingan kelompok.


(41)

Aturan dalam menyampaikan ide dan gagasan hendaknya dengan baik, benar, gaya bahasa yang menyenangkan, tidak menyalahkan anggota kelompok atau bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.2.4 Model Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1999: 24-25) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :

1. Kelompok bebas

Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.

2. Kelompok tugas

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok. Dalam penelitian ini, menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan kelompok tugas dimana permasalahan yang dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok.


(42)

2.2.5 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 27) menggemukakan bahwa “ ada tiga komponen penting

dalam kelompok yaitu suasana kelompok, anggota kelompok, dan pemimpin kelompok”.

1. Suasana kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.

Para ahli menyebutkan ada lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok tersebut baik atau kurang baik, yaitu :

1. Adanya saling hubungan yang dinamis antar anggota 2. Memiliki tujuan bersama

3. Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat kegiatan kelompok

4. Itikad dan sikap terhadap orang lain 5. Kemampuan mandiri (Prayitno, 1995: 27)

2. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan


(43)

para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu.Dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran pemimpin kelompok. Secara ringkas peranan anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu. Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok sesuai yang diharapkan menurut Prayitno (1995:32) adalah sebagai berikut :

1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.

2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.

4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.

5. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

6. Mampu mengkomunikasikan secara terbuka. 7. Berusaha membantu orang lain.

8. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya.

9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut. 3. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.

Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.:

1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.


(44)

Campur tangan ini meliputi hal-hal bersifat dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri. 2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana

perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok.

3. Jika kelompok tersebut tampak kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.

4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.

5. Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang atauran permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. Selain itu juga diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti seseorang atau lebih anggota kelompok.

6. Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

2.2.6 Materi Dalam Bimbingan Kelompok

Dalam layanan bimbingan kelompok pada umumnya materi terdiri dari materi umum layanan bimbingan kelompok dan materi layanan bimbingan kelompok dalam beberapa bidang bimbingan. Meteri umum layanan bimbingan kelompok berupa permasalahn yang muncul dalam kelompok, yang meliputi berbagai masalah dalam bidang bimbingan yaitu:

1. Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan, hidup sehat. 2. Pemahaman penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya. 3. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi

dalam masyarakat, serta pengendaliannya/pemecahannya. 4. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif


(45)

5. Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan.

Sedangkan materi layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan diantaranya yaitu:

1. Layanan bimbingan kelompok dalam bidang pribadi

Kegiatan bimbingan kelompok membahas dan mengentaskan antara lain: a) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada tuhan

Yang Maha Esa

b) Pengenalan kelemahan diri sendiri serta upaya pennggulangannya c) Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri

d) Pengenalan penerimaan dan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.

e) Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat, minat , penyaluran dan perkembangannya.

2. Layanan bimbingan kelompok dalam bidang sosial Kegiatan bimbingan kelompok membahas, antara lain:

a) Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif.

b) Kemampuan bertingkah laki dan berhubungan sosial dengan menjunjung tinggi tata krama, norma, dan nilai-nilai adat istiadat, kebiasaan bertingkah laku.

c) Hubungan teman sebaya disekolah dan dimasyarakat


(46)

e) Pengenalan dan pengalaman pola hidup sederhana yang sehat dan bergotong royong.

3. Layanan bimbingan kelompok dalam bidang belajar.

Kegiatan kelompok membahas dan mengentaskan masalah belajar, antara lain:

a) Motivasi dan tujuan belajar b) Sikap dan kebiasaan belajar

c) Kegiatan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien dan produktif

d) Penguasaan materi pelajaran dan latihan/ keterampilan e) Keterampilan teknik belajar

f) Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya di sekolah.

g) Orientasi belajar di perguruan tinggi.

2.2.7 Teknik-teknik Bimbingan Kelompok

Penggunaan tehnik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegaiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya.


(47)

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang disebutkan oleh Tatiek Romlah (2001: 87)oleh sebab itu akan dipilih beberapa teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat meningkatkan minat belajar siswa , dari criteria di atas dapat diperoleh beberapa teknik yang bisa digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa antara lain : teknik pemberian informasi, Diskusi Kelompok, Pemecahan Masalah, Permainan Peran, permainan simulasi.

1. Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal,yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.

Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah : 1) dapat melayani banyak orang,

2) tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,

3) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, mudah dilaksanakan dibanding dengan teknik lain.

Sedangkan kelemahannya adalah antara lain : 1) sering dilaksanakan secara menolog, 2) individu yang mendengarkan kurang aktif,

3) memerlukan ketrampilan berbicara,supaya penejelasan menjadi menarik.


(48)

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pada waktu memberikan informasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing.

2) Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya.

3) Usahakan untuk menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa.

4) Usahakan berbagai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif .

5) Gunakan alat Bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap layanan yang disampaikan.

2. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi. Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89) menyebutkan

tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu : 1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, 2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri,


(49)

3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.

Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, misalnya permainan peranan, karya wisata,

permainan simulasi, pemecahan masalah,homeroom,dan pemahaman diri melalui proses kelompok.

3. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya. Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana

pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

b. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah c. Mencari alternatif pemecahan masalah

d. Menguji masing-masing alternatif

e. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan f. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai


(50)

4. Permainan peranan (role playing)

Bennett (Suprapto, 2007: 61) mengemukakan bahwa permainan peranan adalah suatau alat belajar yang mengambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.

Didalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan, yaitu :

1) Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.

2) Psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan tekanan terhadap dirinya.

5. Permainan simulasi (simulation games)

Menurut Adams (Suprapto,2006: 62) menyatakan bahwa permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situai yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik diskusi. Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama adalah menentukan peserta pemain yaitu terdiri dari fasilisator, penulis, pemain, pemegang peran, dan penonton. Setelah peserta pemain


(51)

ditentukan, permainan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya 2) Fasilisator menjelaskan tujuan permaina

3) Menentukan permainan, pemegang peran, dan penulis 4) Menjelaskan aturan permainan

5) Bermain dan berdiskusi 6) Menyimpulkan hasil diskusi

7) Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain berikutnya

Dari beberapa teknik yang di sebutkan diatas dalam penelitian ini teknik yang akan dipakai adalah teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah.

2.2.8 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Tahap-tahap perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui pendekatan kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan perkembangan kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang terdapat dalam konseling kelompok.

Prayitno (1995:40-60) Tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.


(52)

1. Tahap Pembentukan

Tahap awal atau tahap permulaan sebagai tahap persiapan dalam rangka pembentukan kelompok. Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pembinaan hubungan baik, tahap pelibatan diri atau tahap memasuki diri ke dalam kehidupan suatu kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, membina hubungan baik,percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam kelompok. Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan bagaimana cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif.

Menurut Prayitno (1995:44) mengemukakan peranan pemimpin kelompok pada tahap awal, yaitu :

1) Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati

3) Bertindak sebagai contoh Menurut Prayitno (1995:44) Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal adalah :

1) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok

2) Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok 3) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

4) Permainan pengahangatan atau pengakraban Penampilan pemimpin kelompok seperti yang diuraikan di atas akan merupakan contoh yang bekemungkinan diikuti oleh para anggota dalam menjalin kegiatan bimbingan kelompok.


(53)

2. Tahap Peralihan

Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ketahap kegiatan. Disebut tahap transisi karena merupakan saat transisi antara awal bimbingan kelompok dengan kegiatan bimbingan kelompok sesungguhnya. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegaiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap anggota kelompok.

Tahap transisi (peralihan) menurut Prayitno (1995:47) dijelaskan sebagai tahap peralihan yang bertujuan membebaskan anggota kelompok dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Pada kondisi demikian anggota peduli tentang apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain mendengarkan.

Menurut Prayitno(1995: 47),peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu :

1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kuasanya.

3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4) Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.

Menurut Prayitno (1995:47), kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap


(54)

3) Membahas suasana yang terjadi.

4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.

5) Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama(tahap pembentukan).

3. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar.

Prayitno (1995:47) mengemukakan “Tahap ini merupakan inti kegiatan

kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup

banyak”. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi aktif dalam

kelompok, terciptanya suasana mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat dengan terbuka, maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok. Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas atau kelompok tugas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.

4. Tahap Pengakhiran (Terminasi)

Tahap pengakhiran merupakan tahap terakhir dari kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow-up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari


(55)

seluruh rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan (reinforment) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Pada tahap ini pemimpin kelompok menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan, sehingga semua anggota kelompok merasa memperoleh manfaat yang besar dalam kegiatan tersebut serta adanya keinginan untuk mengadakan kegiatan lagi.

Menurut Prayitno (1995:60), peranan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah :

1) Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

2) Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikut sertaan anggota.

3) Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4) Penuh rasa persahabatan dan empati.

Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan pesan dan hasil hasil kegiatan.

3) Membahas kegiatan lanjutan. 4) Mengemukakan pesan dan harapan.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu tetap mengusahakan suasana yang hangat. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota untuk kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti tiap


(56)

pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir.

2.3 Keterkaitan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Suasana memberi dan menerima di dalam bimbingan kelompok dapat menumbuhkan harga diri dan keyakinan diri anggota. Hal ini dapat menumbuhkan suasana yang positif dalam diri mereka, sehingga dapat membantu peningkatan minat belajar siswa.

Terlebih lagi apabila semua anggota kelompok merupakan teman-teman sebaya, karna pada masa remaja seorang siswa lebih banyak melibatkan teman sebaya dibandingkan orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).


(57)

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991)

bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang dapat membantu siswa dalam pengembangan diri melalui pemberian informasi dari nara sumber dengan memanfaatkan dinamika kelompok, dan terjadi proses interaksi yang dapat mempererat hubungan antar anggota kelompok sehingga siswa tersebut dapat memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan, mampu mengevaluasi diri, mampu memecahkan masalah berdasarkan saran dari anggota kelompok yang lain, dan mampu mengambil keputusan ke depan, dan mampu menerima pendapat orang lain.

Oleh karena itu, terdapat keterkaitan antara pelaksanaan dari layanan bimbingan kelompok yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, karena pada masa perkembangannya remaja lebih banyak melibatkan teman sebaya sedangkan bimbingan kelompok sendiri merupakan pemberian layanan dengan suasana yang dibuat kondusif sehingga dapat memberikan kesempatan bagi para anggota untuk menambah penerimaan diri dan orang lain yang merupakan teman sebayanya memberikan ide, informasi, dan alternatif pemecahan masalah dan mengambil sebuah keputusan yang tepat. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga diperkirakan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa.


(58)

Di dalam bimbingan kelompok, setiap anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing.


(59)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah pada ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan penguasaan metode penelitian yang sesuai diharapkan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis.

Menurut Arikunto (1994) Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu. Cara ini berarti kegiatan yang dilandasi oleh keilmuan.

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu metode eksperimen , sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh sugiyono (2007:72)

“ Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan”

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pre-eksperimental Design karena tanpa menggunakan kelompok kontrol. Dan menggunakan One-group


(60)

pretest-posttest Design, pada desain ini terdapat pretest sebelum di beri perlakuan, dan post test setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat di ketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

O

1

X O

2

Bagan I. Pola kelompok pre test dan post test (Sugiyono, 2007:75)

Keterangan :

O1 : Nilai Pretest (pengukuran/observasi pertama, minat belajar sebelum

diberi layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan angket). X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas

X SMAN 1 Natar).

O2 : Postest/kondisi setelah perlakuan (pengkuran/observasi kedua, minat

belajar sesudah diberi layanan bimbingan kelompok dengan angket yang sama dengan pengukuran yang pertama).

Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen yaitu :

1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan perlakuan yaitu bimbingan kelompok sehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki minat belajar yang rendah.

2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan kelompok tugas.


(61)

3. Melakukan Post-test sesudah pemberian bimbingan kelompok dengan tujuan untuk mengetahui kondisi dan hasil apakah bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa yang rendah.

4. Proses analisis data, yaitu dengan menggunakan Uji t.

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek dalam penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi dilapangan dan jenis data yang akan dikumpukan. Selain itu jenis data yang ingin dikumpulkan juga harus disesuaikan.

Untuk menentukan subyek dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di sekolah dan wawancara dengan guru BK, sehingga peneliti mendapatkan informasi tentang siswa yang memiliki minat belajar yang rendah.

Maka dari itu sebelum peneliti menentukan subjek penelitian, peneliti mencari informsi tentang permasalahan yang terjadi dilapangan melalui wawancara dengan guru BK.

Setelah melakukan observasi dan penyebaran angket pada siswa kelas XI IPA 4, maka ditentukan jumlah subjek penelitian yaitu kepada 8 siswa berdasarkan Kriteria penilaian yaitu Abcidesmi Putri, Bayu Pujiansyah, Maria Redes Sihombing, Ferdi Ardiansyah, Vivin Darmayanti, Egor Samudra, Rizki Naufal, Ahmad Faisal.


(62)

3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian, karena memahami dan menganalisis setiap variabel membutuhkan kelincahan berpikir bagi peneliti. Artinya jika penetapan variabel berjalan baik maka penelitian pun akan berjalan baik.

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel tunggal ( bukan variabel bebas atau terikat)

Dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam Meningkatkan Minat belajar Siswa Kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Minat Belajar Siswa.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan konstak dengan cara memberikan arti atau lebih menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. “Definisi operasional variabel

itu perlu karena definisi operasional ini akan menunjukan alat untuk menentukan data yang cocok untuk digunakan” (Suryabrata, 1983: 83).


(63)

Dalam penelitian ini terdapat variabel yaitu Minat Belajar pada Siswa Kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2010/2011.

Minat belajar adalah suatu keadaan dimana siswa merasa senang / tertarik dan memiliki perhatian pada mata pelajaran serta kemauan siswa dalam belajar, tertarik untuk membaca buku pelajaran, memiliki motivasi untuk belajar, serta perasaan senang dalam mengikuti pelajaran.

Adapun untuk mengetahui perilaku minat belajar digunakan indikator sebagai berikut:

1. Tertarik untuk membaca yaitu siswa aktif dalam mencari informasai tentang suatu pelajaran

2. Perhatian dalam belajar (konsentrasi dan fokus dalam belajar).

3. Motivasi belajar (suatu pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan belajar).

4. Pengetahuan (perasaan senang terhadap pelajaran sehingga, memiliki informasi yang lebih tentang suatu pelajaran)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data di bedakan menjadi dua yaitu :

3.4.1 Teknik pokok yaitu Angket

Dalam penelitian metode angket dilakukan dengan instrumennya kuesioner.


(64)

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respoden dalam artian laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”.

Dari pernyataan tersebut mengandung informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan subyek yang akan diteliti.

Indikator-indikator yang terukur tersebut dapat dijadikan titik tolak untuk membuat angket yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang diungkapkan. Dalam penelitian ini kriteria bentuk pertanyaan yang dijadikan alternatif jawaban yaitu:

Tabel 3.1 Rencana Pemberian Kriteria dan Skor Jawaban Pernyataan Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Ragu-ragu (R) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS)

Favorable 5 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4 5

Pengkatagorian alternatif diatas menjadi empat kriteria dimaksudkan untuk menghindari faking good (kecenderungan subjek menjawab yang baik-baik/ netral) maka pernyataan dibuat sedemikian rupa sehingga kecenderungan faking good akan bisa dihindari menghindari jawaban responden yang bersifat netral.

Hasil angket kemudian direkapitulasi dengan kriteria yang ditentukan dengan interval yang dibuat dengan rumus:

K NR NT I  


(65)

Keterangan : I : interval NT : nilai tertinggi NR : nilai terendah K : kategori. (Sutrisno , 1986 : 42)

3.4.2 Teknik pendukung menggunakan observasi

Sutrisno (1986), menyatakan observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses psikologis.

Observasi adalah metode atau cara-cara untuk menganalisis dan melakukan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung, metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Natar Adalah mengenai peranan pelaksanaan bimbingan kelompok disekolah dalam meningkatkan minat belajar siswa.

Dalam penelitian ini teknik Observasi digunakan sebagai teknik pendukung, yang berarti peneliti melaukan pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia


(1)

Tabel 3.4 Hasil uji validitas untuk item yang valid

Item Hasil Validitas

1 1 (+) 0.455 Valid

2 2 (-) 0.406 Valid

3 3 (+) 0.483 Valid

4 4 (+) 0.488 Valid

5 6 (+) 0.564 Valid

6 8 (-) 0.552 Valid

7 9 (+) 0.507 Valid

8 10 (-) 0.513 Valid

9 11 (-) 0.554 Valid

10 13 (+) 0.408 Valid

11 14 (+) 0.715 Valid

12 15 (+) 0.438 Valid

13 16 (-) 0.435 Valid

14 17 (-) 0.531 Valid

15 18 (+) 0.481 Valid

16 19 (+) 0.414 Valid

17 20 (-) 0.420 Valid

18 23 (+) 0.615 Valid

19 27 (+) 0.581 Valid

20 28 (-) 0.559 Valid

21 30 (+) 0.430 Valid

22 31 (-) 0.465 Valid

23 32 (-) 0.401 Valid

24 33 (+) 0.561 Valid

25 36 (+) 0.375 Valid

26 37 (+) 0.525 Valid

27 38 (-) 0.497 Valid

28 39 (+) 0.610 Valid

29 41 (+) 0.403 Valid

30 42 (-) 0.488 Valid

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas skala Minat belajar ditentukan dengan rumus alpha (Arikunto, 2002:171).

2

1 2

1

1

11

σ

σ

b

k

k

r


(2)

57

Keterangan:

r11 = Nilai reliabilitas

σ

12 = Varians total Σ

2

b

σ

= Jumlah varians butir k = Jumlah item Kriteria reliabilitas menurut Nurgana ( Ruseffendi, 1994 : 144 )

1,00 : sempurna

0,80–1,00 : tinggi sekali 0,60 - 0,80 : tinggi 0,40–0,60 : sedang 0,20–0,40 : rendah 0,00–0,20 : rendah sekali

Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas instrument berasal dari skor-skor item yang sudah valid. Item yang tidak valid tidak digunakan dalam pengujian. Jumlah item yang valid ada 30 item dari 40 item. Langkah-langkah menghitung nilai reliabilitas :

a. Menghitung total varians butir (Σ

2

b

σ

) :

 

n

n

x

x

b

2 2

2

σ

Contoh menghitung varians butir pertama

= 0,58

Varians butir ke-2 sampai ke-30 dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung varians butir pertama. Berikut total varians butir:

24,+1,16+0,78+0,62+1,49+1,34+0,45+0,97+0,38+1,02+0,58+ 0,92+0,96+0,31+1,41+0,48+0,54+1,11+1,54+0,89+0,44+1,60+0,63+0,37+ 0,56+0,41


(3)

b. Menghitung total varians

 

σ

t2 :

= 424822,96

c. Menghitung reliabilitasCronbach Alpha:

d.

     

   

      

2

1 2

1

1 σ

σ

b tt

k k r

= 0,999

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,999, yang berarti 0,999 > 0,80. Berdasarkan kriteria reliabilitas,0,80 – 1,00 maka tingkat reliabilitas skala Minat belajar dikategorikan dalam reliabilitas tinggi sekali. Kesimpulannya bahwa angket Minat belajar ini dapat digunakan untuk penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh yang diperlukan maka data tersebut kemudian yang akan di analisis yakni, pelaksanaan bimbingan kelompok dalam upanya meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencoba suatu


(4)

59

perlakuan, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Maka dari itu pendekatan yang efektif adalah hanya dengan membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan post–test.

Untuk mengetahui efektivitas treatment maka rumus yang digunakan (Arikunto, 2006 : 306) adalah :

keterangan:

Md = mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test xd = deviasi masing-masing subyek (d–Md)

∑x2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subyek pada sampel Df = atau db adalah N–1

Rumus ini digunakan untuk desain penelitian pre test dan post test atau subyek yang tidak menggunakan kelompok kontrol yaitu pada saat subyek belum mendapat perlakuan dan setelah subyek mendapat perlakuan. Hasil data inilah yang kemudian dianalisis menggunakan rumus thitung kemudian

hasil yang diperoleh dapat menunjukkan apakah perlakuan yang diberikan efektif atau tidak.


(5)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil pre test sebesar 67,6 dan hasil post test sebesar 116 yang berarti meningkat sebanyak 48,4. Ini berarti terjadi peningkatan rasa Minat belajar siswa di sekolah setelah mendapatkan bimbingan kelompok. Pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung= 30,19 dan dibandingkan dengan ttabel 0,05 = 1,895. Jika thitung > ttabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ternyata thitung> ttabel maka Ho ditolak dan

Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan Minat belajar siswa di sekolah setelah dilakukan bimbingan kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa Minat belajar siswa di sekolah dapat dikembangkan menggunakan bimbingan kelompok.

5.2 Saran

Saran yang diajukan peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk dapat menggunakan bimbingan kelompok dalam mengatasi masalah siswa terutama dalam upaya meningkatkan Minat belajar siswa di sekolah.

b. Kepada siswa agar lebih dapat meningkatkan Minat belajar dengan mengikuti bimbingan kelompok.


(6)

91

91 c. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Guru sebagai partisipan untuk memeproleh informasi mengenai Minat belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru.

d. Orang tua siswa agar berpartisipasi dalam mengawasi perkembangan siswa terutama Minat belajar mereka mengingat orang tua adalah salah satu faktor pembentukan Minat belajar .


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA PERINTIS I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 66

P E NGGUNAAN TE KNI K P E MBE RI AN I NF ORMAS I DAL AM L AYANAN BI MBI NGAN KE L OMP OK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAKELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 6 73

P E NGGUNAAN LAYANAN B I MB I NGAN KE LOMP OK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 4 DI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 74

KEMAMPUAN MENULIS SLOGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 42 47

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK DASAR SPLIT DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI I NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 69

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 39 86

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 12 87

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 66

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

20 71 72

PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 DI SMA SWADHIPA NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

5 33 68