tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal individu tersebut.
Heider 1958 juga menyatakan bahwa kekuatan internal atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan dan kekuatan eksternal atribut lingkungan
seperti aturan dan cuaca itu bersama-sama menentukan perilaku manusia. Dia menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah determinan paling
penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah dinyatakan dapat mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya dalam menentukan
bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja. Orang akan berbeda perilakunya jika mereka
lebih merasakan atribut internalnya dari pada atribut eksternalnya. Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan teori atribusi dapat ditentukan
dari kekuatan internal berupa pemahaman akan peraturan perpajakan yang ada di Indonesia dan keuatan eksternal yang dapat dilihat dari kualitas pelayanan pajak
yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani wajib pajak. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian-penelitian yang terdahulu.
2.2 Theory of Planned Behavior TPB
Theory of Planned Behavior TPB merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action TRA, Teori ini menjelaskan suatu kerangka untuk mempelajari
sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah niat intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk
menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan
perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma
subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh. Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka
sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku- perilaku tertentu.
Ajzen dan Fishbein 1969 dalam penelitiannya mengindentifikasi penentu dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi adalah suatu fungsi dari dua
penentu utama, yaitu: sikap terhadap perilaku dan norma subjektif dari perilaku. Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah
kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang
individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu
mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku behavioral beliefs, ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya outcome evaluation.
Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived behavioral
control. Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku.
Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga
kepercayaan normatif normative beliefs. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain
yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara
menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang
dimaksud. Ajzen 1991 dalam penelitinnya menjelaskan bahwa Theory of Planned
Behavior bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor
penentu yaitu: 1
Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut beliefs strength and outcome evaluation.
2 Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan
motivasi untuk memenuhi harapan tersebut normatif beliefs and motivation to comply.
3 Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung
atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan control beliefs dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat
perilakunya tersebut perceived power. Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal
dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs
menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan perceived social pressure atau norma subyektif subjective norm dan control beliefs menimbulkan perceived
behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan Ajzen, 1991 dalam Mustikasari 2007.
2.3 Teori Kepercayaan