Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak dengan Niat Wajib Pajak sebagai Pemoderasi (Studi pada Wajib Pajak Badan Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar).

(1)

TESIS

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

TESIS

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI NIM : 1491661005

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(3)

ii

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI NIM 1491661005

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 Juli 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi.,Ak.,CPA Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak NIP. 19591202 198702 1 001 NIP. 19660726 199203 2 002

Mengetahui

Ketua Direktur

Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19641224 199103 1 002 NIP 19590215 198510 2 001


(5)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 18 Juli 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor : 3087/UN14.4/HK/2016, Tanggal 01 Juli 2016

Ketua : Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA Sekretaris : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak

Anggota :

1. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak 2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak


(6)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani NIM : 1491661005

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan Pada Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Niat Wajib Pajak Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Denpasar, 01 Juli 2016 Mahasiswa,

Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani NIM 1491661005


(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas Asung Wara Nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi.,Ak.,CPA pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr.Ni Made Dwi Ratnadi,SE,MSi.,Ak, selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, MSi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan


(8)

vii

rasa terima kasih kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, AK, Ketua Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi.,Ak, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi.Ak., dan Dr. Maria M. Ratna Sari SE, MSi. Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan XIV atas kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama perkuliahan. Kedua orang tua Bapak I Made Marsa Arsana dan Ibu Ni Nyoman Yuniati dan adik tercinta I Made Mahayuda Sedana yang selalu memberikan dukungan morilnya kepada penulis.

Denpasar, 01 Juli 2016 Penulis


(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak

Madya Denpasar)

Tujuan penelitian yang dilakukan pada sektor Perdagangan Besar dan eceran; reparasi mobil dan motor adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak memoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta niat wajib pajak memoderasi pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.

Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui teknik survei dengan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah moderation regression analysis (MRA). Penentuan sampel dilakukan dengan metode non-probability dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 83 wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar.

Hasil yang diperoleh adalah kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta niat wajib pajak memperlemah pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.


(10)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE QUALITY OF TAX SERVICE AND KNOWLEDGE OF TAXTION AGAINST BEHAVIOR COMPLIANCE

TAXPAYERS WITH THE INTENTION OF TAXPAYERS AS MODERATING VARIABLE

(a study of taxpayers agency listed in the tax office madya denpasar)

The purpose of this research at sector wholesale and retail; repair of car and motorcycles is to find and get empirical evidence influence the quality of tax and taxpayers behavior on conduct compliance taxpayers, intention taxpayers moderating influence the quality of tax on conduct compliance taxpayers and intention taxpayers moderating influence knowledge set in compliance taxpayers behavior.

The data used was primary data gathered to technique survey with the questionnaire. Analysis techniques the data used was moderation regression (MRA) analysis. The determination of sample done with the probability to technique purposive sampling. The total sample used as many as 83 taxpayers body enrolled in the tax office Madya Denpasar.

The results showed that the quality of the tax service has not been affecting the behavior compliance taxpayers, knowledge taxation impact on behavior compliance taxpayers, intention taxpayers strengthen the influence of the quality of tax service on conduct compliance taxpayers and intention taxpayers weakened the influence of knowledge tax on conduct compliance taxpayers.


(11)

x

RINGKASAN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN

WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar)

Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan Negara Indonesia. Besarnya penerimaan pajak dalam APBN mengharuskan fiskus lebih mengawasi wajib pajak, hal tersebut dikarenakan sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment. Besaran rencana penerimaan negara dari sektor pajak tidak diimbangi dengan peningkatan tax ratio, dimana tax ratio Indonesia tahun 2015 masih di bawah 11 persen. Seharusnya, untuk negara besar seperti Indonesia, tax ratio harus mencapai 13 sampai 14 persen. Hal tersebut terlihat dari penerimaan negara di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) madya denpasar yang tidak mencapai target. Rendahnya realisasi penerimaan pajak dan tax ratio, dikarenakan masalah kepatuhan wajib pajak (WP), hal tersebut terlihat dari banyak WP yang tidak menyampaikan kewajiban sesuai dengan seharusnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta menguji niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada kepatuhan wajib pajak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan metode penentuan sampel adalah puposive sampling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian sebanyak 83.

Variabel penelitian terdiri dari kualitas pelayanan pajak (X1) dan

pengetahuan perpajakan (X2) sebagai variabel independen, perilaku kepatuhan

wajib pajak (Y) sebagai variabel dependen, sedangkan niat wajib pajak (X3)

sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Sebelum melakukan analisis regresi moderasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari data residual yang berdistribusi tidak normal, gejala multikolinearitas, serta model regresi mengandung heteroskedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji F dan uji t. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model sudah fit, dapat dilihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,900 yang berarti bahwa 90 persen variabel perilaku kepatuhan wajib pajak mampu dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan wajib pajak, pengetahuan perpajakan, interaksi kualitas pelayanan wajib pajak dengan niat wajib pajak, interaksi pengetahuan perpajakan dengan niat wajib pajak, sedangkan sisanya sebesar 10 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. Hasil uji F memiliki nilai


(12)

xi

penelitian ini adalah layak (fit). Rumusan hipotesis pertama, yaitu: kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa Hasil uji hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b1) adalah -0,070 dengan angka

probabilitas dan signifikansi sebesar 0,062> 0,05; maka H1 tidak terbukti. Hasil

analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H2). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa

nilai koefisien beta (b2) adalah 0,654 dengan angka probabilitas dan signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05;maka H2 terbukti. Hasil analisis menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Niat wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H3). Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa nilai

koefisien beta (b4) adalah 0,002 dengan angka probabilitas dan signifikansi

sebesar 0,001< 0,05;maka H3 terbukti. Hasil analisis menunjukkan bahwa niat

wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Niat wajib pajak memperkuat pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H4). Hasil uji hipotesis keempat

menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b5) adalah -0,007 dengan angka

probabilitas dan signifikansi sebesar 0,017< 0,05;maka H4 tidak terbukti. Hasil

analisis menunjukkan niat wajib pajak memperlemah pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Atribusi ... 11

2.2 Theory of Planned Behavior (TPB) ... 12

2.3 Teori Kepercayaan ... 15

2.4 Niat Wajib Pajak ... 16

2.5 Kualitas Pelayanan Pajak ... 18

2.6 Pengetahuan Perpajakan ... 19

2.7 Kepatuhan Wajib Pajak ... 20

2.8 Penelitian Terdahulu ... 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 30

3.2 Konsep Penelitian ... 33

3.3 Hipotesis Penelitian ... 33

3.3.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 33

3.3.2 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 34


(14)

ii

3.3.3 Niat wajib pajak memoderasi hubungan kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib

pajak ………... 35

3.3.4 Niat wajib pajak memoderasi hubungan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak ………... 36

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 39

4.2 Lokasi Penelitian ... 39

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 38

4.4 Penentuan Sumber Data ... 38

4.4.1 Jenis Data ... 38

4.4.2 Sumber Data ... 38

4.4.3 Penentuan Populasi dan Sampel ... 38

4.5 Variabel Penelitian ... 40

4.5.1 Identifikasi Variabel ... 40

4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

4.6 Instrumen Penelitian ... 45

4.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45

4.6.2 Skala Pengukuran ... 45

4.6.3 Method of Succesive Interval (MSI) ... 46

4.6.4 Pengujian Validitas dan reliabilitasnya ... 47

4.8 Analisis Data ... 48

4.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.8.2 Uji Kelayakan Model………... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 53

5.1.1 Sample Penelitian ... 53

5.1.2 Transpormasi Data ... 54

5.1.3 Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

5.1.4 Deskripsi Responden Penelitian ... 56

5.1.5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

5.1.6 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 63

5.1.5.1 Uji Normalitas ... 64

5.1.5.2 Uji Multikolinieritas ... 64

5.1.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64

5.1.5.4 Hasil Moderated Regression Analysis (MRA) dan Pengujian Hipotesis ... 65

5.2Pembahasan ... 68

5.4.1 Pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 68

5.4.2 Pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 69


(15)

iii

5.4.3 Niat wajib pajak memoderasi hubungan kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak ………... 70 5.4.4 Niat wajib pajak memoderasi hubungan pengetahuan

perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak

………... 72

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ... 74 6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuisioner ... 53

5.2 Deskripsi Responden ... 57

5.3 Statistik Deskripsi Variabel Kualitas Pelayanan Pajak ... 58

5.4 Statistik Deskripsi Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 59

5.5 Statistik Deskripsi Variabel Niat Wajib Pajak ... 61

5.6 Statistik Deskripsi Variabel Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak ... 62


(17)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Kerangka Berpikir ... 32 3.2 Konsep Penelitian ... 33


(18)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Lampiran 2 Tabulasi Data Lampiran 3 Transformasi Data Lampiran 4 Uji Validitas Lampiran 5 Uji Realiabilitas

Lampiran 6 Deskripsi Data Penelitian Lampiran 7 Uji Normalitas

Lampiran 8 Uji Multikolinearitas Lampiran 9 Uji Heteroskedastisitas Lampiran 10 Regresi Moderasi


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2016 pendapatan Negara direncanakan sebesar Rp1.822 triliun, pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan direncanakan sebesar Rp1.546 triliun atau sekitar 85 persen APBN dari sektor pajak (UU 14 TAHUN 2015). Besarnya penerimaan pajak dalam APBN mengharuskan fiskus lebih mengawasi wajib pajak, hal tersebut dikarenakan sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment. Self assessment merupakan suatu sistem dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang.

Besaran rencana penerimaan negara dari sektor pajak tidak diimbangi dengan peningkatan tax ratio. Menurut Menteri Keuangan, Bambang dalam www.kompas.com (2015), keterbatasan menggali potensi pajak membuat tax ratio pajak tahun 2014 sangat kecil hanya 11 persen dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2015 tax ratio tidak mengalami peningkatan, dimana tax ratio Indonesia tahun 2015 masih di bawah 11 persen. Seharusnya, untuk negara besar seperti Indonesia, tax ratio harus mencapai 13 sampai 14 persen. Kecilnya pencapaian tax ratio dikarenakan keterbatasan pada kemampuan menggali potensi pajak itu sendiri. Maulana (2015) menyebutkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan berbagai cara untuk dapat meningkatkan tax ratio, salah satunya melalui kebijakan sunset policy pada tahun 2008. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan


(20)

2

dari hasil perhitungan World Bank tax ratio Indonesia pada tahun 2012 sebesar 12 persen tidak jauh berbeda sebelum diadakan sunset policy pada tahun 2007 sebesar 12,43 persen, Jika dibandingkan dengan negara ASEAN pada tahun 2012, tax ratio Indonesia bisa dibilang masih dibawah rata-rata. Hal tersebut terlihat dari tax ratio Malaysia 16,1 persen, Singapura 14 persen, dan Thailand 16,5 persen.

Bambang (2015) juga menyatakan bahwa penerimaan negara dari sektor pajak kuartal I tahun 2016 baru mencapai Rp194 triliun lebih rendah dari realisasi penerimaan pajak periode yang sama tahun 2015. Pada tahun 2015 kuartal 1 pencapaian penerimaan pajak Rp198,23 triliun atau sekitar 15 persen dari total keseluruhan target 2015 sebesar Rp1.294 triliun.

Rendahnya pencapaian target penerimaan pajak juga terjadi di DJP Kantor Wilayah Bali. Hal tersebut terlihat dari dua tahun terakhir DJP Kantor Wilayah Bali

gagal memenuhi pencapaian target penerimaan pajak. Antawidjaja (2015)

menyatakan bahwa pada 2014 DJP Kantor Wilayah Bali berhasil mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp6,27 triliun dari target penerimaan pajak sebesar Rp6,8 triliun. Melesetnya realisasi pajak itu dikarenakan selama ini petugas masih mengandalkan proyek-proyek besar, selain itu melesetnya realisasi pajak juga dikarenakan dari 8 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di Bali hanya 2 KPP saja yang mampu memenuhi target penerimaan pajak mencapai 100 persen. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2015, Tumakaka (2016) menyatakan bahwa pencapaian target DJP Kator Wilayah Bali di tahun 2015 sebesar Rp 7,6 triliun atau 83,69 persen dari target penerimaan pajak yang ditentukan sebesar Rp9,08 triliun. Melesetnya pencapaian target dikarenakan dari 8 kantor pelayanan pajak (KPP) 6 KPP yang


(21)

3

tidak memenuhi traget, salah satunya adalah KPP Madya Denpasar yang pencapaian targetnya tidak mencapai target 100 persen. Pencapaian target KPP Madya Denpasar hanya 85,32 persen dari target yang telah ditentukan, jika dibandingkan dengan pencapaian target KPP yang ada di Bali lainnya KPP Madya Denpasar menduduki peringkat ke 4 dalam pencapaian target penerimaan negara. Berdasarkan persentase pencapaian target penerimaan pajak seharusnya pencapaian target penerimaan negara dapat mencapai 100 persen, hal tersebut dikarenakan wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Denpasar adalah wajib pajak besar yang telah ditentukan oleh DJP, dimana penetapan wajib pajak masuk ke KPP Madya salah satunya adalah jumlah pajak yang telah dibayarkan.

Rendahnya realisasi penerimaan pajak dan tax ratio yang tidak mengalami peningkatan menurut Bambang (2015), dikarenakan masalah kepatuhan wajib pajak (WP), hal tersebut terlihat dari banyak WP yang tidak menyampaikan kewajiban sesuai dengan seharusnya. Pencapaiaan target pajak perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan. Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi di hampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan kesimpulannya adalah masalah kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegakan hukum, struktur organisasi, tenaga kerja, etika atau gabungan dari semua segi tersebut.


(22)

4

Rustiyaningsih (2011) yang menyatakan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi penerimaan perpajakan di Indonesia adalah tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak yang disiplin dan taat, serta tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak.

Heider (1958) menyatakan dalam teori atribusi setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Menurut Heider (1958) terdapat dua sumber atribusi tingkah laku: Atribusi internal atau atribusi disposisional dan Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Atribusi internal merupakan tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Atribusi eksternal merupakan tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.

Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan sudut pandang psikologi, yaitu sesuai dengan teori atribusi perilaku kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan teori atribusi dapat ditentukan dari kekuatan internal berupa pemahaman akan peraturan perpajakan yang ada di Indonesia dan keuatan eksternal yang dapat dilihat dari kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani wajib pajak.


(23)

5

Menurut Fuadi dan Mangoting (2013), rendahnya kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak diakibatkan oleh rendahnya kualitas pelayanan petugas pajak. Menurut Zulaikha (2012) kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab membayar pajak dan memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fuadi dan Mangoting (2013), Murti dkk. (2014), Hardiningsih dan Yulianawati (2011), Siregar dkk. (2012) dan Syahril (2013) menyatakan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin meningkatnya kualitas pelayanan pajak, maka kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya semakin meningkat. Hasil yang berbeda dikemukan oleh Masruroh dan Zulaikha (2013), Setiyoningrum dkk. (2014) dan Rukmana (2014) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak tidak dipengaruhi oleh peningkatan kualitas pelayanan pajak.

Kepatuhan wajib pajak selain dipengaruhi oleh kualitas pelayanan wajib pajak yang sebagai faktor eksternal dari wajib pajak terdapat faktor internal wajib pajak yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu pengetahuan perpajakan. Menurut Razman (2005), rendahnya kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap perpajakan. Richardson (2006) menyatakan bahwa pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak. Dimana, wajib pajak akan mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku jika memahami konsep dasar perpajakan.


(24)

6

Menurut penelitian Siregar dkk. (2012), Muarifah (2013), Adiasa (2013), Handayani dkk. (2011) dan Murti dkk. (2014) menyatakan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Pranadata (2014) menyatakan bahwa pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Hardiningsih dan Yulianawati (2011) menyatakan bahwa pengetahuan peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan yang diterima wajib pajak atau pengetahuan wajib pajak tidak menjamin wajib pajak untuk patuh terhadap sistem perpajakan.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian yang diperoleh. Maka penelitian ini ingin mengkaji kembali pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini menambahkan variabel niat wajib pajak sebagai variabel moderasi pengaruh kualitas pelayanan wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap perilaku wajib pajak.

Menurut Feld and Frey (2002) kepatuhan wajib pajak juga dapat dilihat dari aspek psikologi. Hal tersebut dikarenakan dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi, hubungan antara pembayar pajak dengan otoritas pajak dapat dilihat sebagai suatu kontrak psikologi. Suatu kontrak psikologi menuntut adanya hubungan yang setara antara pembayar pajak dan otoritas pajak dan keberhasilan pemungutan pajak tergantung dari seberapa besar kedua belah pihak saling mempercayai dan


(25)

7

mematuhi atau memenuhi komitmen dalam kontrak psikologi ini. Pajak, walaupun dapat dipandang dari sisi kontrak psikologi di atas, namun Allingham and Sandmo (1972) menyatakan bahwa keputusan individu untuk melaksanakan kepatuhan pajak didasari oleh keputusan yang rasional untuk memaksimalkan utilitas ekonomi individu itu sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan masyarakat.

Aspek psikologis wajib pajak dapat dikaji dengan Theory of Planned Behavior (TPB) atau perilaku yang direncanakan merupakan satu teori yang digunakan untuk mengkaji perilaku yang lebih spesifik, yaitu perilaku untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan. Model TPB digunakan karena mengkaji perilaku yang lebih spesifik, yaitu perilaku untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan. TPB pada penelitian Ajzen (1991), menjelaskan bahwa perilaku individu untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan dipengaruhi oleh niat (intention) untuk berperilaku tidak patuh. Niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, pertama adalah behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku (outcome belief) dan evaluasi terhadap hasil perilaku tersebut. Keyakinan dan evaluasi terhadap hasil ini akan membentuk variabel sikap (attitude) terhadap perilaku itu. Kedua adalah normative belief, yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif orang lain yang menjadi rujukannya, seperti keluarga, teman, dan konsultan pajak, dan motivasi untuk mencapai harapan tersebut. Harapan normatif ini membentuk variabel norma subjektif (subjective norm) atas suatu perilaku. Ketiga adalah control belief, yaitu keyakinan individu tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilakunya dan persepsinya tentang seberapa kuat


(26)

8

hal-hal tersebut mempengaruhi perilakunya. Control belief membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control).

Berdasarkan dari ketiga dimensi TPB yang terdiri dari behavior belief, normative belief dan control belief, merupakan suatu dasar dari kepercayaan (trust). Mayer et al (1995) mendefinisikan trust merupakan kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya. Menurut Woro dan Supramono (2013) trust atas sistem perpajakan akan menimbulkan kesadaran atau niat atas pajak. Kesadaran atau niat atas pajak ini akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakan.

Ajzen (1991), Bobek dan Hatfield (2003) dan Hanno dan Violette (1996) menyatakan bahwa sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Dalam penelitian Mustikasari (2007) menyimpulkan bahwa tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Perilaku ketidakpatuhan pajak menurut Hidayat dan Nugroho (2010) didasari oleh niat untuk tidak patuh pajak.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini mengkaji kembali pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak sebagai variabel moderasi. Penambahan variabel niat sebagai variabel moderating berdasarkan dengan teori TPB dan hasil penelitian terdahulu.


(27)

9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

b. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

c. Apakah niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

d. Apakah niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

a. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak.

b. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.

c. Untuk memberikan bukti empiris niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak pada kepatuhan wajib pajak.

d. Untuk memberikan bukti empiris niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh pengetahuan perpajakan pada kepatuhan wajib pajak.


(28)

10

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat melengkapi kajian-kajian teori yang berkaitan dengan teori atribusi mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak.

b. Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh wajib pajak untuk mengaplikasikan kendala-kendala yang dihadapi untuk pemenuhan kepatuhan wajib pajak. c. Manfaat Regulator

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak wajib pajak.


(29)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Atribusi

Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dan lain-lain ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu.

Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Pada teori ini dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam hidupnya, seseorang akan membentuk ide tentang orang lain dan situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang disebut dengan dispositional atributions dan situational attributions. Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Dengan kata lain, setiap


(30)

12

tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal individu tersebut.

Heider (1958) juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut lingkungan seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku manusia. Dia menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah determinan paling penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah dinyatakan dapat mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya dalam menentukan bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja. Orang akan berbeda perilakunya jika mereka lebih merasakan atribut internalnya dari pada atribut eksternalnya.

Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan teori atribusi dapat ditentukan dari kekuatan internal berupa pemahaman akan peraturan perpajakan yang ada di Indonesia dan keuatan eksternal yang dapat dilihat dari kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani wajib pajak. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian-penelitian yang terdahulu.

2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA), Teori ini menjelaskan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah niat (intensi) untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan


(31)

13

perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.

Ajzen dan Fishbein (1969) dalam penelitiannya mengindentifikasi penentu dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi adalah suatu fungsi dari dua penentu utama, yaitu: sikap terhadap perilaku dan norma subjektif dari perilaku. Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived behavioral control. Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga


(32)

14

kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud.

Ajzen (1991) dalam penelitinnya menjelaskan bahwa Theory of Planned Behavior bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu:

1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation).

2) Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivation to comply).

3) Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs


(33)

15

menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (Ajzen, 1991) dalam Mustikasari (2007).

2.3 Teori Kepercayaan

Mayer et al (1995) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya. Luarn dan Lin (2003) juga menyatakan bahwa trust adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas, kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji. Woro dan Supramono (2013) kepercayaan (trust) atas sistem perpajakan akan menimbulkan kesadaran atau niat atas pajak. Kesadaran atau niat atas pajak ini akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakan. Mayer et al (1995) faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain ada tiga yaitu kemampuan (ability), niat baik (benevolence), dan integritas (integrity) (Mayer et al,1995). Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Kim dan


(34)

16

Tadisina (2003) menyatakan bahwa ability meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuam dalam ilmu pengetahuan.

2. Niat baik (Benevolence)

Niat baik merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang saling menguntungkan dengan konsumen. Menurut Kim dan Tadisina (2003), benevolence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima. Seseorang dapat bersandar pada kehendak baik lain untuk bertindak minat seseorang terbaik (Hoy & Tarter, 2004)

3. Integritas (Integrity)

Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kim dan Tadisina (2003) mengemukakan bahwa integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-terangan (honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan (reliabilty). Sedangkan integritas adalah kejujuran, keadilan, dan kepercayaan yang diberikan kepada konsumen (Koeszeig, 2004).

2.4 Niat Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia niat merupakan maksud atau tujuan suatu perbuatan, dan kehendak (keinginan dalam hati) untuk melakukan sesuatu. Pada penelitian Fishbein dan Ajzen (1969) menjelaskan bahwa niat (intensi) merupakan representasi kognitif dan konatif dari kesiapan individu untuk menampilkan suatu perilaku. Intensi merupakan penentu dan disposisi dari perilaku,


(35)

17

hingga individu memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menampilkan perilaku tersebut secara nyata. Semakin baik niat yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan semakin baik pula perilaku untuk taat pajak (Metia, 2015).

Jogiyanto (2007) juga menjelaskan niat merupakan suatu keinginan untuk melakukan suatu perilaku sesuai kehendak individu. Niat berhubungan dengan perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan dan dapat diprediksi dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Dalam kenyataan di lapangan, niat tidak selalu bersifat tetap atau statis. Niat dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendak dari individu yang bersangkutan seiring dengan berjalannya waktu. Semakin lebar rentang waktu , semakin besar juga terjadi perubahan dalam niat yang akan dialami. Begitu juga sebaliknya, apabila rentang waktu semakin kecil, dapat meminimalisir terjadinya perubahan atas niat.

Berdasarkan Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan niat apabila ia meiliki kontrol terhadap perilakunya. Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas tetapi juga pada keyakinan individu bahwa target tingkah laku berada dibawah kontrol kesadaran individu itu sendiri. Niat memainkan peranan yang khas dalam mengarahkakn tindakan, yaitu menghubungkan pertimbangan yang diyakini dan diinginkan dengan tindakan tertentu. Intensi untuk melakukan suatu perilaku dapat diukur melalui tiga prediktor utama yang memengaruhi intensi tersebut, yaitu Behavioral beliefs, Normative beliefs dan Control beliefs (Ajzen, 1991).


(36)

18

2.5 Kualitas Pelayanan Pajak

Menurut Supadmi (2009) kualitas pelayanan merupakan “Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan terus-menerus”. Sesuai Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. 84/PJ/2011, Kantor Pelayanan Pajak harus melaksanakan pelayanan kepada Wajib Pajak dengan berpedoman, sebagai berikut:

a. Waktu pelayanan di (Tempat Pelayanan Terpadu) TPT adalah pukul 08.00 sampai dengan 16.00 waktu setempat.

b. Jadwal Petugas di TPT dan petugas di bagian konseling (helpdesk) diatur oleh Kepala Kantor sesuai kondisi dan situasi setempat.

c. Kepala Kantor menunjuk supervisor harian yang bertanggung jawab atas pemberian layanan di TPT dan helpdesk secara bergiliran.

d. Memperhatikan beberapa hal mengenai Pelayanan Prima

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh kualitas pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan secara terus-menerus. Menurut Parasuraman, et al (1998), untuk mengukur kepuasan atas pelayanan digunakan instrument Service Quality (ServsQual). Terdapat lima dimensi dalam instrument Service Quality (ServsQual) yaitu :

1) Bukti Fisik (Tangibles), berfokus pada barang atau jasa, yang menyangkut penampilan fasilitas fisik, peralatan, personal dan alat komunikasi.


(37)

19

2) Keandalan (Reliability), yaitu pemenuhan pelayanan segera dan memuaskan. Keandalan mencakup kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat sesuai dengan yang dijanjikan.

3) Daya Tanggap (Responsiveness) yaitu, Kemampuan karyawan untuk membantu konsumen menyediakan jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Keaktifan pemberian pelayanan dengan cepat dan tanggap.

4) Keyakinan (Assurance) yaitu, Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani dengan ramah dan sopan.

5) Empati (Empathy), yaitu perhatian yang diberikan karyawan secara individual kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen.

2.6 Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Siregar dkk. (2012) pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan dan pemahaman pertaturan perpajakan yang dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi, 2009).


(38)

20

Pengetahuan perpajakan menurut Handayani dkk. (2012) dapat diukur dengan 4 indikator, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika melakukan pelanggaran perpajakan

b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP), penghasilan kena pajak (PKP) dan tarif pajak

c. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi d. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.

2.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nurmantu (2003) kepatuhan perpajakan merupakan “Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”. Terdapat dua jenis kepatuhan perpajakan, yaitu:

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.

Menurut Siti (2010), kepatuhan perpajakan merupakan “Tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam


(39)

21

suatu negara”. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan pasal 3, No.

192/PMK.03/2007 Jo No.74/ PMK.03/2012 untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan d. keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut

e. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.8.Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Murti dkk. (2014) meneliti pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikota Manado. Penelitian ini menggunakan 100 orang wajib pajak orang pribadi (WPOP) efektif yang terdaftar di KPP Pratama Manado. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability yaitu purposive sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan


(40)

22

bahwa pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikota Manado. Demikian pula secara parsial pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kota Manado.

Setiyoningrum dkk. (2014) meneliti analisis pengaruh sosialisi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Penelitian ini menggunakan wajib pajak orang pribadi efektif yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Manado sebagai populasi. Jumlah sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak orang pribadi. Pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Nonprobability Sampling dengan penarikan Insidential Sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, akan tetapi pada kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi tidak terdapat pengaruh. Secara simultan sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan sebagai variabel independen secara bersama–sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebagai variabel dependen.

Rukmana (2014) meneliti pengaruh kualitas pelayanan perpajakan, kinerja lembaga terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pratama Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan seluruh pegawai tetap yang


(41)

23

bekerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjungpinang dan sekaligus sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai populasi. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 responden pegawai tetap yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjungpinang dan sekaligus sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh signifikan dan variabel kinerja lembaga berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pratama tanjungpinang tetapi secara simultan variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pratama tanjungpinang.

Syahril (2013) meneliti pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan fiskus terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi (Studi Empiris Pada KPP Pratama Kota Solok). Penelitian ini menggunakan populasi wajib pajak PPh Orang Pribadi di kota Solok. Sampel pada penelitian ini adalah wajib pajak PPh Orang Pribadi yang melakukan usaha di bidang perdagangan. Peneliti mengambil sampel wajib pajak PPh orang pribadi yang melakukan usaha perdagangan karena sektor perdagangan di kota Solok mengalami peningkatan dan perkembangan tiap tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak serta kualitas pelayanan fiskus berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.


(42)

24

Adiasa (2013) meneliti pengaruh pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan moderating preferensi risiko. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh wajib pajak orang pribadi di wilayah Semarang Barat dan jumlah sampel sebanyak 100 wajib pajak. Metode pengumpulan data menggunakan Convenience Sampling. Metode analisis data menggunakan analisis selisih nilai mutlak karena terdapat variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderating tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman tentang peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh dan tidak dapat memoderasi hubungan antara kedua variabel tersebut.

Fuadi dan Mangoting (2013) meneliti Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan populasidari penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur kemudian ditemukan populasi sejumlah 51 Wajib Pajak UMKM. Penentuan sampel dilakukan dengan metode probabiliti sampling dengan menggunakan rumus Solvin. Metode analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanksi perpajakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM dan biaya kepatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Masruroh dan Zulaikha (2013) meneliti pengaruh kemanfaatan NPWP, pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan terhadap kepatuhan


(43)

25

wajib pajak (Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal). Penelitian ini menggunakan populasiWP OP yang melakukan usaha di Kabupaten Tegal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei melalui pendistribusian kuesioner yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara kepada responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kemanfaatan NPWP, kulitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Woro dan Supramono (2013) meneliti apa kata mereka? pengetahuan, sikap, niat patuh calon pelaku pajak. Penelitian ini melibatkan 189 mahasiswa yang sedang mengambil matakuliah perpajakan, laboratorium perpajakan dan manajemen pajak. Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa pengetahuan dan sikap pajak pajak secara signifikan berhubungan dengan niat pajak untuk mematuhi. Namun, pengetahuan pajak tidak memiliki hubungan signifikan positif dengan sikap pajak.

Siregar dkk. (2012) meneliti pengaruh pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak di Semarang Tengah). Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak tunggakan pajak di KPP Semarang Tengah 1. Sampel yang ditetapkan sebanyak 100 orang, agar untuk memenuhi syarat sampel minimum untuk penelitian. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.


(44)

26

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan terdapat hubungan yang positif antara variabel pelayanan fiskus dan variabel pengetahuan perpajakan dengan variabel kepatuhan wajib pajak.

Rustiyaningsih (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya adalah pemahaman terhadap self assesment system, kualitas pelayanan, tingkat penghasilan, persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.

Hardiningsih dan Yulianawati (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang berada di KPP Pratama Jepara khususnya di dua kecamatan yaitu Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara.Adapun sampel terpilih dengan teknik Convinience Random Sampling diperoleh sebanyak 94 responden. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan pengetahuan peraturan perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan dan persepsi efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Handayani dkk. (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukam pekerjaan bebas.


(45)

27

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto, Kabupaten Banyumas per Desember 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Convenience Sampling dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa (1) kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum secara simultan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (2) kesadaran membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (3) pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

Hidayat dan Nugroho (2010) meneliti Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan populasi jumlah wajib pajak orang pribadi dengan status efektif yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sampel yang digunakan sebanyak 155 wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan, pertama, sikap terhadap ketidakpatuhan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kedua,


(46)

28

norma subyektif berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Ketiga, kewajiban moral berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Keempat, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kelima, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Keenam, niat seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak.

Mustikasari (2007) meneliti kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan di perusahan industri pengolahan di Surabaya. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan industri pengolahan kelas menengah dan besar di Surabaya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Analisis yang digunakan pada peneliti ini adalah analisis faktor, model struktural dan analisis jalur. Simpulan yang bisa ditarik dari hasi kajian ini adalah: (1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempunyai pengaruh total paling besar terhadap variabel niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan


(47)

29

badan yang diwakilinya. Kaitan temuan hipotesis 3 yang arahnya terbalik dengan temuan ini memperkuat pendapat Ajzen (2000) bahwa niat seseorang belum tentu diwujudkan dalam perilakunya, (6) tax professional yang memiliki niat ketidakpatuhan pajak rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya., (7) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili, (8) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan tinggi atau mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya, dan (9) persepsi iklim keorganisasian yang positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak badan.

Bobek dan Hatfield (2003) meneliti an investigation of the theory of planned behavior and the role of moral obligation in tax compliance. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa. Teknik analisis yng digunakan adalah teknik eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel dalam model TPB dan kewajiban moral berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan pajak.

Ajzen (1991) meneliti The theory of planned behavior. Penelitian ini menggunakan siswa untuk mengisi kuesioner pada saat responden melakukan kegiatan yang berbeda, yaitu spending time at the beach, outdoor jogging or running, mountain climbing, boating, and biking. Penelitian ini menggunakan teknik eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa model TPB menjelaskan mengenai perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh niat (intention) untuk tidak patuh terhadap pajak. Niat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: behavioral belief, normative belief dan control belief.


(1)

Adiasa (2013) meneliti pengaruh pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan moderating preferensi risiko. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh wajib pajak orang pribadi di wilayah Semarang Barat dan jumlah sampel sebanyak 100 wajib pajak. Metode pengumpulan data menggunakan Convenience Sampling. Metode analisis data menggunakan analisis selisih nilai mutlak karena terdapat variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderating tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman tentang peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh dan tidak dapat memoderasi hubungan antara kedua variabel tersebut.

Fuadi dan Mangoting (2013) meneliti Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan populasidari penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur kemudian ditemukan populasi sejumlah 51 Wajib Pajak UMKM. Penentuan sampel dilakukan dengan metode probabiliti sampling dengan menggunakan rumus Solvin. Metode analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanksi perpajakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM dan biaya kepatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Masruroh dan Zulaikha (2013) meneliti pengaruh kemanfaatan NPWP, pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan terhadap kepatuhan


(2)

wajib pajak (Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal). Penelitian ini menggunakan populasiWP OP yang melakukan usaha di Kabupaten Tegal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei melalui pendistribusian kuesioner yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara kepada responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kemanfaatan NPWP, kulitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Woro dan Supramono (2013) meneliti apa kata mereka? pengetahuan, sikap, niat patuh calon pelaku pajak. Penelitian ini melibatkan 189 mahasiswa yang sedang mengambil matakuliah perpajakan, laboratorium perpajakan dan manajemen pajak. Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa pengetahuan dan sikap pajak pajak secara signifikan berhubungan dengan niat pajak untuk mematuhi. Namun, pengetahuan pajak tidak memiliki hubungan signifikan positif dengan sikap pajak.

Siregar dkk. (2012) meneliti pengaruh pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak di Semarang Tengah). Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak tunggakan pajak di KPP Semarang Tengah 1. Sampel yang ditetapkan sebanyak 100 orang, agar untuk memenuhi syarat sampel minimum untuk penelitian. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.


(3)

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan terdapat hubungan yang positif antara variabel pelayanan fiskus dan variabel pengetahuan perpajakan dengan variabel kepatuhan wajib pajak.

Rustiyaningsih (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya adalah pemahaman terhadap self assesment system, kualitas pelayanan, tingkat penghasilan, persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.

Hardiningsih dan Yulianawati (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang berada di KPP Pratama Jepara khususnya di dua kecamatan yaitu Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara.Adapun sampel terpilih dengan teknik Convinience Random Sampling diperoleh sebanyak 94 responden. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan pengetahuan peraturan perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan dan persepsi efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Handayani dkk. (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukam pekerjaan bebas.


(4)

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto, Kabupaten Banyumas per Desember 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Convenience Sampling dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa (1) kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum secara simultan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (2) kesadaran membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (3) pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

Hidayat dan Nugroho (2010) meneliti Studi Empiris Theory of Planned

Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib

Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan populasi jumlah wajib pajak orang pribadi dengan status efektif yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sampel yang digunakan sebanyak 155 wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan, pertama, sikap terhadap ketidakpatuhan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kedua,


(5)

norma subyektif berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Ketiga, kewajiban moral berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Keempat, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kelima, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Keenam, niat seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak.

Mustikasari (2007) meneliti kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan di perusahan industri pengolahan di Surabaya. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan industri pengolahan kelas menengah dan besar di Surabaya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Analisis yang digunakan pada peneliti ini adalah analisis faktor, model struktural dan analisis jalur. Simpulan yang bisa ditarik dari hasi kajian ini adalah: (1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempunyai pengaruh total paling besar terhadap variabel niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan


(6)

badan yang diwakilinya. Kaitan temuan hipotesis 3 yang arahnya terbalik dengan temuan ini memperkuat pendapat Ajzen (2000) bahwa niat seseorang belum tentu diwujudkan dalam perilakunya, (6) tax professional yang memiliki niat ketidakpatuhan pajak rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya., (7) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili, (8) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan tinggi atau mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya, dan (9) persepsi iklim keorganisasian yang positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak badan.

Bobek dan Hatfield (2003) meneliti an investigation of the theory of planned behavior and the role of moral obligation in tax compliance. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa. Teknik analisis yng digunakan adalah teknik eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel dalam model TPB dan kewajiban moral berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan pajak.

Ajzen (1991) meneliti The theory of planned behavior. Penelitian ini menggunakan siswa untuk mengisi kuesioner pada saat responden melakukan kegiatan yang berbeda, yaitu spending time at the beach, outdoor jogging or running, mountain climbing, boating, and biking. Penelitian ini menggunakan teknik eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa model TPB menjelaskan mengenai perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh niat (intention) untuk tidak patuh terhadap pajak. Niat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: behavioral belief, normative belief dan control belief.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan PenyuluhanDalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib PajakUntuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 72 67

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Analisis Penerapan Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 83 63

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Paja

0 3 18

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Pajak yang Terd

0 2 14

PENGARUH ADMINISTRASI PERPAJAKAN, KUALITAS LAYANAN FISKUS, TERHADAP PERILAKU WAJIB PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi pada wajib pajak Badan di kantor pelayanan pajak Malang Selatan)

2 11 16

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN PETUGAS PAJAK, SIKAP WAJIB PAJAK, SANKSI WAJIB PAJAK, DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PATI

0 2 17