PENERAPAN LEARNING CYCLE 3-E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI TATANAMA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK SERTA PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA (PTK pada Siswa Kelas X.B SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)

(1)

1

ABSTRAK

PENERAPAN LEARNING CYCLE 3-E UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI TATANAMA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK

SERTA PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(PTK pada Siswa Kelas X.BSMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)

Oleh Egariah

Berdasarkan hasil observasi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diketahui bahwa, nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X.B pada mid semester ganjil tahun 2011/2012 untuk mata pelajaran kimia adalah 62,8. Siswa yang berhasil memperoleh nilai 70 hanya sebesar 35%. Nilai tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu, sebesar 100% siswa mendapat nilai 70. Penerapan pembelajaran yang

digunakan masih berupa metode ceramah dan latihan soal, serta aktivitas relevan

(on task) siswa selama proses pembelajaran masih rendah. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3-E (LC 3E) yang bersifat konstruktivisme menjadi upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana.


(2)

2

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan (1) rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task, (2) rata-rata persentase penguasaan konsep, dan (3)

persentase ketuntasan belajar. Subyek dari penelitian ini adalah kelas X.B dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 25 siswa

perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan menggunakan model pembelajaran LC 3E yang terdiri dari 3 fase yaitu; eksploration, eksplanation, dan

elaboration.

Hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan (1) rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task siswa untuk aktivitas, mengerjakan LKS sebesar 40%, bertanya pada guru sebesar 36%, menjawab pertanyaan guru sebesar 20% dan memberi pendapat sebesar 12,5%, (2) rata-rata persentase penguasaan konsep kimia siswa sebesar 14,02%, dan (3) persentase ketuntasan belajar siswa 20%. Indikator kerja yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan sebesar 10% dari siklus 1 ke siklus 2 untuk aktivitas ontask siswa, penguasaan konsep, dan ketuntasan belajar. Dengan demikian, penerapan LC 3E mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana.

Kata kunci: Pembelajaran Learning Cycle 3-E; aktivitas on task; penguasaan konsep, tata nama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana.


(3)

PENERAPAN LEARNING CYCLE 3-E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI

TATANAMA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK SERTA PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(Ptk pada siswa kelas X.B SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

EGARIAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan penelitian tindakan kelas... 28

2. Grafik rata-rata persentase tiap jenis aktivitas ontask siswa... 33

3. Grafik rata-rata persentase penguasaan konsep ……... 34


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pendekatan Konstruktivisme... 9

B. Learning Cycle3E……... 11

C. Aktivitas Belajar ... 15

D. Penguasaan Konsep ... 17

E. Lembar Kerja Siswa... 19

III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Subjek dan Tempat Penelitian ... 22

B. Data Penelitian ... 22

C. Indikator Kerja ………... 23

D. Pengembangan Siklus Tindakan ... 23

1. Siklus I………... 24

2. Siklus II………... 26


(6)

v

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

1. Data Kualitatif………... 32

2. Data Kuantitatif…………... 33

B. Pembahasan ... 35

1. Siklus I ... 35

2. Siklus II ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN……... 45

DAFTAR PUSTAKA………... 47

LAMPIRAN 1. Silabus ………... 49

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)…... 51

3. Lembar Kerja Siswa(LKS)…... 60

4. Kisi-kisi tes formatif………... 75

5. Soal tes formatif ………... 76

6. Jawaban soal tes formatif………... 78

7. Data nilai penguasaan konsep.……... 80

8. Lembar observasi aktivitas Siswa... 81

9. Lembar observasi kinerja guru…... 84


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas ontask siswa ………... 32 2. Rata-rata persentase penguasaan konsep……... 34 3 Persentase ketuntasan belajar siswa... 35


(8)

PENERAPAN LEARNING CYCLE 3-E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI

TATANAMA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK SERTA PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(Ptk Pada Kelas X.B SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)

Oleh EGARIAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(9)

KATA MUTIARA

Bukankan Kami telah melapangkan dadamu.

Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,

yang memberatkan punggungmu. Dan Kami

sebutkan namamu bagimu. Maka sesungguhnya setelah

kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya setelah

kesulitan ada kemudahan. Maka bila engkau sudah

selesai dengan satu urusan, tetaplah bekerja keras

dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap

.

(Al-Insyiroh 1-8)

Mengalir seperti air, dan waktu yang tak mungkin

dihentikan, tetapi itulah proses, dan aku didalamnya. Aku

sedikit terlambat, tetapi aku tidak menyesal pada apa

yang sudah kulewati. Karena setiap orang, menghadapi

hal yang berbeda. Hanya saja, saat semangatku habis dan

teramat lelah, harapanku untuk berakhir dengan baik,

adalah tempatku bersandar

..

(Ega)

Sungguh mustahil

………

Mengubah seluruh semesta beserta isinya.

Tetapi aku

……

Akan terus berjuang,

dan tidak akan berhenti untuk menyerah

.”

(Novel Best Seller, Catatan Gadis-Gadis Riyadh)

AND…

this is not the last…

But the

beginning…. For my lucky and my best…

On everything my ways… my dreams…my heart…


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta, R, M. Si. ____________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M. S. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si, M. Si. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP: 19600315 198503 1 003


(11)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Egariah

NPM : 0413023021

Jurusan : Pendidikan MIPA Program studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Alamat ; Baturaja, Sumatera Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa, dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 12 Mei 2012 Yang membuat pernyataan

Egariah


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

diperoleh informasi bahwa, menurut sebagian siswa, ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami. Sebagian siswa tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, yaitu nilai siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saat ulangan harian atau ujian semester.

Pada mid semester ganjil tahun ajaran 2011-2012, nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran kimia kelas X.B yaitu, 62,8. Dari 40 siswa, hanya 14 siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Sehingga hanya 35% siswa yang mendapat nilai ≥70. Nilai tersebut belum mencapai KKM yang ditetapkan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, yaitu sekitar 100% siswa mendapat nilai ≥70. Selama ini proses pembelajaran masih disampaikan dengan

menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Siswa hanya mengandalkan seluruh informasi dari guru dan tidak dilibatkan dalam menemukan konsep. Melalui ceramah, guru lebih berperan aktif sehingga siswa kurang dapat berkembang dan menggali potensi dirinya serta cenderung pasif.


(13)

2

Hakekat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas agar siswa belajar. Pembelajaran di sekolah didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dieva-luasi secara sistematik agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Keberhasilan siswa dalam proses belajar ditandai dengan meningkatnya penguasaan konsep dan juga keterampilan proses yang dimiliki siswa.

Menurut Susanto (2002) terdapat tiga permasalahan dalam pembelajaran IPA. Pertama, pendidikan sains masih berorientasi hanya pada produk pengetahuan, kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran sains hanya

mencurahkan pengetahuan seperti fakta, konsep, dan prinsip sains melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode tanya jawab, sementara jawaban yang “harus” dikemukakan adalah fakta, konsep, dan prinsip baku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buku ajar.

Aktivitas siswa yang relevan (on task) dalam pembelajaran masih rendah. Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa masih didominasi dengan memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat penjelasan guru. Siswa jarang sekali bertanya untuk hal yang belum jelas atau belum diketahui. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat antusias bertanya dan menanggapi pertanyaan guru. Sedangkan sebagian besar siswa yang lain bersikap pasif, tidak ingin bertanya dan tidak juga menjawab pertanyaan. Sebagian lagi melakukan kegiatan yang tidak


(14)

3

ada hubungannya dengan proses belajar, seperti mengobrol, membuat kegaduhan, bermain handpone, dan membaca majalah dari laci meja. Hal ini tidak sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu siswa sebagai pusat pembelajaran, dan guru sebagai fasilitator dan motivator. Pemberlakuan KTSP menuntut siswa berperan aktif dalam menemukan konsep sesuai dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang diberlakukan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan paradigma pembelajaran yaitu orientasi pembelajaran yang mulanya berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); kemudian metodologi yang semula lebih didominasi

ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual Perbaikan tersebut dilakukan karena pendidikan adalah satu-satunya wadah yang dapat dipandang sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu.

Pengajar(guru) adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Dalam rangka ini guru tidak semata mata sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan model, metode dan media

pembelajaran yang menempati peranan penting dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.


(15)

4

Salah satu kompetensi dasar yang harus ditempuh siswa adalah, mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. Materi yang dibahas yaitu, tatanama senyawa anorganik dan organik, serta persamaan reaksi kimia sederhana. Pada materi ini, siswa dituntut mampu menuliskan; nama senyawa biner dan poliatomik, nama senyawa organik sederhana, dan mampu menyetarakan reaksi kimia sederhana dengan diberikan nama-nama zat yang terlibat dalam reaksi. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan bersifat konstruktif sesuai dengan aliran konstruktivisme. Mustaji & Sugiarso dalam Fitri (2011) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif pembelajar mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang pembelajar untuk berkola-borasi dengan yang lain. Salah satunya adalah Learning Cycle 3-E (LC 3E), yang yang terdiri dari 3 fase yaitu, eksploration, eksplanation, dan elaboration (3E).

LC 3E adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan–gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan gagasan siswa yang sudah ada. Model pembelajaran Learning Cycle 3E terdiri dari fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explanation) dan fase penerapan konsep (elaboration). Pada fase eksplorasi (exploration) siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan–kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mengamati fenomena


(16)

5

alam dan lain-lain dalam kelompok-kelompok kecil. Fase berikutnya adalah fase pengenalan konsep (explanation), pada fase ini siswa dapat membuat kesimpulan tentang suatu konsep berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada fase eksplorasi, selanjutnya siswa dapat memprediksi sesuatu yang belum terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola yang sudah ada. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi.

LC 3E adalah model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik dimana siswa menjadi pusat pembelajaran (student centered). Model pembelajaran ini menuntut siswa harus membangun pengetahuan sendiri dengan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, konsep-konsep kimia akan lebih bermakna bagi siswa dan tidak hanya sekedar menjadi hafalan yang

membebani siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Penerapan

Learning Cycle 3-E untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Pada Materi Tatanama Senyawa Anorganik dan Organik Serta Persamaan Reaksi Sederhana (Ptk pada siswa kelas X.B SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)”.


(17)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan:

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas ontask siswa pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus?

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus?

3. Persentase ketuntasan belajar siswa pada materi tatanama senyawa anorganik dan organak serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan:

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas ontask siswa pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus.

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus.


(18)

7

3. Persentase ketuntasan belajar siswa pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana melalui LC 3E dari siklus ke siklus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1. LC 3E dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep kimia siswa di sekolah. 2. Penggunaan LKS kimia model LC 3E diharapkan dapat menjadi salah satu

media bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia di sekolah agar efektif dan efisien.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

E. Ruang Lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada;

1. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X.B semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun ajaran 2011-2012.

2. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam pembelajaran adalah aktivitas on task siswa meliputi: mengerjakan LKS, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan memberikan pendapat.

3. LC 3E merupakan model pembelajaran yang memiliki 3 tahap yaitu


(19)

8

4. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana.

5. Media pembelajaran dalam LC 3E adalah LKS non eksperimen yang digunakan pada proses belajar mengajar.


(20)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld 1989 dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu(2001) konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

mengemukakan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan(realitas).

Pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui kegiatan.

Menurut Glasersfeld, agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat

kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkon-struksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah

muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.


(21)

10

Menurut Nur dalam Trianto (2010) satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan penge-tahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

(1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) Mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) Guru adalah fasilitator.

Menurut Suparno (1997) ciri atau prinsip dalam belajar sebagai berikut : 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat.


(22)

11

Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi dan Senduk (2004).

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

B. Learning Cycle 3-E

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan,(Sagala, 2003). Learning Cycle(LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang telah diakui dalam dunia

pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk

mengembangkan kreatifitas belajar IPA pada setiap siswa. LC merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan ini berpendapat bahwa, mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan siswa yang sudah ada.

Menurut Renner dan Abraham (1988) model LC dikemukakan pertama kali oleh Karplus, yang tergabung dalam Science Curriculum Improvement Study(SCIS) yang membagi model LC menjadi 3 fase, yaitu eksploration, conceptual invention, dan expantion. Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penamaan


(23)

12

fase-fase dalam model LC ini. Dahar R.W (1998) menggunakan istilah eksplorasi, penjelasan konsep, dan penerapan konsep.

(1) Fase Eksplorasi

Pada fase ini guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan minimal sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran.yang biasa mereka lakukan. Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta mengkomunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa. Disamping itu kegiatan pada fase ini memungkinkan siswa menyadari pada konsep yang telah mereka ketahui.

(2) Fase Penjelasan Konsep

Pada fase ini, siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi. Guru

memberikan penguatan atau jawaban yang telah diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, mengusulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasi datanya menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep.


(24)

13

(3) Fase Penerapan Konsep.

Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diberikan pada fase pertama dan kedua untuk

menyelesaikan persoalan dan konteks yang berbeda. Siswa menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep yang lebih jauh(materi pengayaan) atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Guru membantu menginterpensi atau menggeneralisasi hasil pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa : Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disebut dengan LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi

sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Learning Cycle 3 Fase (LC 3E) terdiri dari fase-fase

ekslorasi(exploration), penjelasan konsep(concept introduction implimentation), dan penerapan konsep (elaboration).

LC 3E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Hudojo (2001) mengemukakan bahwa

implementasi LC 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis: 1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna

dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan


(25)

14

Mengenai fase-fase dalam LC 3E, Sofa (2008) mengemukakan bahwa:

Fase-fase dalam LC 3E yaitu fase eksplorasi, fase penjelasan konsep, dan fase penerapan konsep, membentuk susunan spiral karena fase sebelumnya

diterapkan pada fase sesudahnya. Pada fase eksplorasi,siswa dapat belajar sendiri (siswa melakukan beberapa kegiatan dan dalam reaksi dan situasi baru). Pada fase penjelasan konsep siswa mengenal istilah-istilah baru yang menjadi acuan bagi polanya dalam eksplorasi. Pada siklus terakhir, penerapan konsep, siswa menggunakan istilah atau pola pikirnya untuk memperkaya contoh-contoh.

Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC 3E berlangsung secara konstruktivistik adalah :

1. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

2. tersediaanya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, 3. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,

4. tersedianya media pembelajaran,

5. mengkaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.


(26)

15

C. Aktivitas Belajar

Dalam proses belajar mengajar, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar pada dasarnya merupakan aktivitas seseorang yang dapat menyebabkan perubahan pada dirinya.

Menurut Sardiman (2005):

Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.

Menurut Winkel (1983):

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas, yaitu hasil belajar yang akan nampak melalui prestasi belajar yang akan dicapai.

Menurut Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2004), karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yang di dalamnya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegitan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegitan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik,

chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.


(27)

16

8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Oleh sebab itu secara alami siswa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan dorongan oleh bermacam-macam kebutuhan. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa dituntut berperan aktif, untuk itu guru harus menciptakan suasana yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Pada prinsipnya, belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar merupakan bagian dari aktivitas, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar.

Seiring dengan itu, Djamarah dan Zain (2002) menyatakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang didahului dengan perencanaan dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan adalah kegiatan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Sardiman (2005), “Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik”.


(28)

17

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan belajar siswa di sekolah baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Di dalam aktivitas belajar itu sendiri terkandung tujuan yaitu ingin mengadakan perubahan diri baik tingkah laku, pengetahuan, Keterampilan, maupun kedewasaan bagi pelajar.

Aktivitas-aktivitas dalam belajar juga dapat dibedakan menjadi aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan (off task).

Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task), contohnya adalah bertanya kepada teman, bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat, aktif

memecahkan masalah, berdiskusi dan bekerja sama. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas.

D. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori artinya, untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui penguasaan konsep keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.


(29)

18

Mengenai konsep, Dahar R.W(1998) mengemukakan bahwa :

Konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang lama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Penguasaan konsep pada materi pelajaran berarti kemampuan menguasai pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi pelajaran yang diukur melalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil dalam proses pembelajaran. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan pembelajaran. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penguasaan konsep akan memengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang

didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar.

Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru di dalam kelas. Dalam belajar, dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep.

Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar, karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.


(30)

19

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terda-pat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Pengaaj r juga harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan.

E. Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui media pembelajaran berupa LKS ini akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2002), fungsi LKS adalah : a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang

efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.


(31)

20

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Priyanto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses pembelajaran, LKS menuntut siswa untuk mampu mengemukakan pendapat dan mampu mengambil keputusan. Melalui LKS siswa dituntut untuk mampu mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. LKS yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. 1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep

pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang berisi tujuan percobaan, alat percobaan, bahan percobaan, langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan pada materi yang bersangkutan.


(32)

21

2. LKS noneksperimen

LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara kronologis, dimana hanya digunakan untuk mengkonstruksi konsep pada sub materi yang tidak dilakukan eksperimen. Jadi, LKS noneksperimen dirancang sebagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Tempat Penelitian

Subjek dari penelitian adalah siswa kelas X.B SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012 dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.

B. Data Penelitian

Data penelitian dapat dideskripsikan dalam dua bagian yaitu: 1. Jenis data

Data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Data kualitatif adalah data aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran (on task) selama proses pembelajaran dalam setiap pertemuan.

b) Data kuantitatif adalah data penguasaan konsep siswa yang merupakan data hasil tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. 2. Teknik pengumpulan data

Ada dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu: 1) Teknik observasi

Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas on task siswa dan kinerja guru. Aktivitas on task siswa diamati melalui lembar observasi


(34)

23

aktivitas on task siswa oleh dua orang observer. Kinerja guru diamati melalui lembar observasi kinerja guru oleh guru mitra. Observasi ini dilakukan setiap pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Teknik Tes

Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data penguasaan konsep siswa pada materi, tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana. Tes penguasaan konsep diambil melalui tes formatif dari seluruh siswa direrata, kemudian dijadikan data setiap siklus yang akan dibandingkan dengan rerata hasil tes penguasaan konsep siklus berikutnya.

C. Indikator Kerja

Indikator kerja pada penelitian ini adalah:

1) Terjadi peningkatan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas ontask siswa dari siklus ke siklus ≥ 10%.

2) Terjadi peningkatan rata-rata persentase penguasaan konsep dari siklus ke siklus ≥ 10%.

3) Terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus ke siklus ≥ 10 %.

D. Pengembangan Siklus Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan, siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis


(35)

24

dan Mc Taggart (1992) dalam Hopkins (1993: 48) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi (pengamatan) dan refleksi.

1. Siklus I

Tahapan penelitian pada siklus I antara lain: (1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dilakukan beberapa langkah awal antara lain; membuat jadwal rencana untuk menentukan submateri pokok yang akan disajikan, mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar seperti silabus pembelajaran, rencana pembelajaran, media pembelajaran berupa LKS, menyiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru dan lembar tes penguasaan konsep.

(2) Pelaksanaan

Alokasi waktu siklus I 5x 45 menit. Terdiri dari tiga kali pertemuan.

Pertemuan I selama 2 x 45 menit dengan materi tatanama senyawa biner dan tatanama senyawa ionik. Pertemuan II selama 2 x 45 menit dengan materi tatanama asam-basa dan senyawa organik. Pada jam tambahan, dilakukan tes formatif 1 selama 1 x 45 menit.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi;

1. Fase Eksplorasi (eksploration), memberi beberapa contoh untuk

membangkitkan keingintahuan siswa, dan menggali pengetahuan siswa tentang senyawa dan molekul seperti yang telah mereka ketahui sesuai dengan petunjuk yang terdapat di LKS.


(36)

25

2. Fase Penjelasan Konsep (eksplanation), siswa dibimbing melakukan diskusi kelompok dan mengerjakan LKS. Kemudian, perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan membuat

kesimpulan, setelah itu siswa diberikan penguatan materi.

3. Fase Penerapan Konsep (Elaboration), siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal dan membahasnya sebelum siklus belajar berakhir.

(2) Observasi (Pengamatan).

Pengamatan dilakukan dengan teknik observasi langsung terhadap aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru mitra mengisi lembar observasi kinerja guru, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi lembar observasi aktivitas siswa.

(3) Refleksi.

Setelah siklus I berakhir peneliti bersama guru mitra melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Acuan refleksi berdasarkan data pada lembar aktivitas siswa, data kinerja guru, tes formatif I dan catatan lapangan diperoleh bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang akan diperbaiki dan kelebihan yang ada akan dipertahankan pada pelaksanaan siklus II sehingga pelaksanaan siklus berikut menjadi lebih baik.


(37)

26

2. Siklus II

Tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut; (1) Perencanaan.

Pada tahap ini, dilakukan beberapa perbaikan sesuai dengan hasil refleksi siklus I sebagai acuan untuk menyusun perencanaan siklus II. Pada tahap perencanaan, dilakukan beberapa langkah awal antara lain; membuat jadwal rencana untuk menentukan submateri pokok yang akan disajikan,

mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar seperti silabus pembelajaran, rencana pembelajaran, media

pembelajaran berupa LKS, menyiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru dan lembar tes penguasaan konsep.

(2) Pelaksanaan.

Waktu siklus II selama 3 x 45 menit, dua kali pertemuan. Pertemuan siklus II dilakukan selama 2 x 45 menit, dengan sub materi persamaan reaksi

sederhana. Pelaksanaan tes formatif II dilakukan diluar jam pelajaran selama 1 x 45 menit.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi;

1. Fase Eksplorasi (eksploration); siswa diberi beberapa contoh untuk membangkitkan keingintahuan, dan menggali pengetahuan siswa tentang jumlah koefisien reaksi seperti yang telah mereka ketahui sesuai dengan petunjuk yang terdapat di LKS.

2. Fase Penjelasan Konsep (eksplanation), siswa dibimbing melakukan diskusi kelompok dan mengerjakan LKS. Kemudian, perwakilan anggota


(38)

27

kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan membuat kesimpulan, setelah itu siswa diberikan penguatan materi.

3. Fase Penerapan Konsep (Elaboration), siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal dan membahasnya sebelum siklus belajar berakhir.

(3) Observasi (Pengamatan)

Pengamatan dilakukan dengan teknik observasi langsung terhadap aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru mitra mengisi lembar observasi kinerja guru, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi lembar observasi aktivitas siswa.

(4) Refleksi

Setelah siklus II berakhir peneliti bersama guru mitra melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Acuan refleksi

berdasarkan data pada lembar aktivitas siswa, data kinerja guru, tes formatif II dan catatan lapangan, diperoleh bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan yang akan menjadi refrensi bagi peneliti sebagai pengalaman berharga.


(39)

28

Garis besar langkah-langkah dalam penelitian ini adalah seperti yang digambarkan dibawah ini yang dimodifikasi oleh Oleh Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993: 48).

Siklus I Siklus II

Gambar 1. Bagan penelitian tindakan kelas.

D. Teknik Analisis Data

1. Data aktivitas siswa

Lembar aktivitas siswa digunakan untuk mengamati keterampilan yang

dicapai. Aktivitas yang diamati adalah aktivitas on task dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

% An = Persentase tiap jenis aktivitas on task dalam satu pertemuaan. ∑ An = Jumlah siswa yang melakukan setiap jenis aktivitas on task

Orientasi lapangan dan kajian teori

Perencanaan I

Pelaksanaan I

Refleksi I

% 100

% x

N An An

Observasi I

Perencanaan II Pelaksanaan II

Observasi II Refleksi II


(40)

29

N = Jumlah siswa yang hadir

Untuk menghitung rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada tiap siklus menggunakan rumus:

Keterangan:

%An = Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task dalam 1 siklus.

An

% = Jumlah persentase tiap jenis aktivitas on task dalam 1 siklus. N = Jumlah pertemuan dalam 1 siklus.

Untuk menghitung persentase peningkatan tiap jenis aktivitas On task siswa digunakan rumus:

Keterangan:

% A = persentase peningkatan aktivitas siswa jenis-i %An1 = persentase rata-rata on task pada siklus ke-2 %A n =persentase rata-rata on task pada siklus ke-1

2. Data penguasaan konsep siswa tiap siklus

Untuk menghitung rata-rata penguasaan konsep kimia siswa digunanakan rumus :

n

%A =

N %An

% A = %An 1 %An

N X

X n


(41)

30

Keterangan:

X n = Nilai rata-rata hasil tes siklus ke-n

Xn = Jumlah nilai tes siklus ke-n

N = Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar

Untuk menghitung persentase peningkatan penguasaan konsep digunakan rumus :

Keterangan:

%Xn = persentase peningkatan penguasaan konsep

Xn 1 = Rata-rata penguasaan konsep siklus ke-n+1 Xn = Rata-rata penguasaan konsep siklus n

3. Persentase tercapainya standar ketuntasan belajar

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i

n = Jumlah siswa keseluruhan

%

100

%

_ 1

x

X

X

X

Xn

n n n 100% x n ΣSk %Sk


(42)

31

Untuk menghitung persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

%R = persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa

%Rn+1 = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i %Rn = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa,

pembelajaran Learning Cycle 3-E pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi kimia sederhana dapat meningkatkan aktivitas on task, penguasaan konsep dan ketuntasan belajar siswa, dengan perolehan data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Persentase Aktivitas on task siswa pada siklus I yaitu (1) mengerjakan LKS sebesar 30%, (2) bertanya kepada guru sebesar 16,25%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 12,5%, (4) memberikan pendapat sebesar 7,5%; pada siklus II yaitu; (1) mengerjakan LKS sebesar 70%, (2) bertanya kepada guru sebesar 52,5%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 32,5%, (4) memberikan pendapat sebesar 20%, sehingga diperoleh peningkatan rata-rata persentase aktivitas ontask siswa dari siklus I ke siklus II yaitu: (1) mengerjakan LKS sebesar 40%, (2) bertanya kepada guru sebesar 36%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 20%, (4) memberikan pendapat sebesar 12,5%.

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada siklus I sebesar 62,375 dan siklus II sebesar 71,125. Sehingga diperoleh peningkatan rata-rata persentase


(44)

46

3. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 15 siswa,dengan persentase 37,5% dan pada siklus II sebanyak 23 siswa, dengan persentase 57,5%.

Sehingga diperoleh peningkatan rata-rata ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 20%.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran LC 3E pada materi tatanama senyawa aorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana sebaiknya menggunakan LKS non eksperimen untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Pendekatan guru pada setiap kelompok siswa mampu meningkatkan aktivitas

ontask siswa dan mengurangi aktivitas offtask siswa (siswa pasif). 3. Agar penerapan pembelajaran LC 3E berjalan efektif, hendaknya guru

menguasai kelas dengan baik serta pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W.(1988). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, I dan I.W Dasna. (2007). Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, Oe. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Kemmist, S And Mc. Taggart,R. 1993. The Action Research Planer.Victoria. Deaken University.

Nurhadi, B.Y dan AG. Senduk. 2004. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam ...Pembelajaran. PAU-PPAI Universitas Terbuka. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Renner dan Abraham. (1988). “ The Necessity of Each Phase of The learning Cycle In teaching high School Physics”. Journal of the Research in Science

Teaching. Russeffendi, E.T. (1998).

Sagala. 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompeensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sofa. (2008). Siklus Belajar, Pembelajaran Kooperatif dan Media Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. http//massofa.wordpress.com/2008/01/30/siklus- belajar-pembelajaran-kooperatif-&media-pendidikan dalam pembelajaran- fisika/.


(46)

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Winkel, W.S. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan. Gramedia. Jakarta.


(1)

Keterangan:

X n = Nilai rata-rata hasil tes siklus ke-n

Xn = Jumlah nilai tes siklus ke-n

N = Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar

Untuk menghitung persentase peningkatan penguasaan konsep digunakan rumus :

Keterangan:

%Xn = persentase peningkatan penguasaan konsep Xn 1 = Rata-rata penguasaan konsep siklus ke-n+1

Xn = Rata-rata penguasaan konsep siklus n

3. Persentase tercapainya standar ketuntasan belajar

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i

n = Jumlah siswa keseluruhan

%

100

%

_ 1

x

X

X

X

Xn

n n n 100% x n ΣSk %Sk


(2)

31

Untuk menghitung persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

%R = persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa

%Rn+1 = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i

%Rn = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-i


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa,

pembelajaran Learning Cycle 3-E pada materi tatanama senyawa anorganik dan organik serta persamaan reaksi kimia sederhana dapat meningkatkan aktivitas on task, penguasaan konsep dan ketuntasan belajar siswa, dengan perolehan data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Persentase Aktivitas on task siswa pada siklus I yaitu (1) mengerjakan LKS sebesar 30%, (2) bertanya kepada guru sebesar 16,25%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 12,5%, (4) memberikan pendapat sebesar 7,5%; pada siklus II yaitu; (1) mengerjakan LKS sebesar 70%, (2) bertanya kepada guru sebesar 52,5%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 32,5%, (4) memberikan pendapat sebesar 20%, sehingga diperoleh peningkatan rata-rata persentase aktivitas ontask siswa dari siklus I ke siklus II yaitu: (1) mengerjakan LKS sebesar 40%, (2) bertanya kepada guru sebesar 36%, (4) menjawab pertanyaan sebesar 20%, (4) memberikan pendapat sebesar 12,5%.

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada siklus I sebesar 62,375 dan siklus II sebesar 71,125. Sehingga diperoleh peningkatan rata-rata persentase


(4)

46

3. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 15 siswa,dengan persentase 37,5% dan pada siklus II sebanyak 23 siswa, dengan persentase 57,5%.

Sehingga diperoleh peningkatan rata-rata ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 20%.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran LC 3E pada materi tatanama senyawa aorganik dan organik serta persamaan reaksi sederhana sebaiknya menggunakan LKS non eksperimen untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Pendekatan guru pada setiap kelompok siswa mampu meningkatkan aktivitas ontask siswa dan mengurangi aktivitas offtask siswa (siswa pasif).

3. Agar penerapan pembelajaran LC 3E berjalan efektif, hendaknya guru menguasai kelas dengan baik serta pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W.(1988). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, I dan I.W Dasna. (2007). Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, Oe. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Kemmist, S And Mc. Taggart,R. 1993. The Action Research Planer.Victoria. Deaken University.

Nurhadi, B.Y dan AG. Senduk. 2004. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam ...Pembelajaran. PAU-PPAI Universitas Terbuka. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Renner dan Abraham. (1988). “ The Necessity of Each Phase of The learning

Cycle In teaching high School Physics”. Journal of the Research in Science Teaching. Russeffendi, E.T. (1998).

Sagala. 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompeensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sofa. (2008). Siklus Belajar, Pembelajaran Kooperatif dan Media Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. http//massofa.wordpress.com/2008/01/30/siklus- belajar-pembelajaran-kooperatif-&media-pendidikan dalam pembelajaran- fisika/.


(6)

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Winkel, W.S. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan. Gramedia. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung)

0 4 52

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA (PTK pada Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)

0 2 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NHT PADA MATERI IKATAN KIMIA, TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA(PTK PADA SISWA KELAS X2 SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TP 2010 - 2011)

1 8 49

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE (Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

0 5 66

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung TP 2010-2011)

0 13 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010)

1 35 215

PENERAPAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM KOORDINASI.

0 0 54

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA MATERI REAKSI-REAKSI SENYAWA ORGANIK.

0 5 34