PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung)

Oleh

LIKA NUR FAHMI

Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA3di SMA Perintis I Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata materi sistem koloid adalah 62. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Berdasarkan observasi terhadap proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran dominan mendengarkan penje-lasan guru, mencatat, mengerjakan soal, dan jarang melakukan kegiatan prakti-kum. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerap-kan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan: (1) rata-rata persen-tase aktivitason tasksiswa; (2) rata-rata persentase penguasaan konsep; (3) per-sentase ketuntasan belajar kimia siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Data penelitian terdiri dari data kualitatif berupa aktivitason tasksiswa dan kinerja guru mengelola pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi, serta data kuantitatif berupa nilai siswa yang diperoleh melalui tes formatif.


(2)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terjadi peningkatan: (1) rata-rata persentase aktivitason tasksiswa dari siklus I ke siklus II sebagai berikut: mela-kukan percobaan sebesar 19,79%; bertanya pada guru sebesar 1,71%; menjawab pertanyaan/mengajukan pendapat sebesar 29,30%; mencatat hasil pengamatan sebesar 34,62%; dan mengerjakan LKS sebesar 38,27%; (2) rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15,51%; (3) persentase ketuntasan belajar kimia siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 41,09%.

Kata kunci: pendekatan kontekstual, aktivitason task, penguasaan konsep, ketuntasan belajar kimia


(3)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung) (Skripsi)

Oleh

LIKA NUR FAHMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung)

Oleh

LIKA NUR FAHMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.

2. Grafik rata-rata setiap jenis aktivitason task 34 3. Grafik rata-rata penguasaan konsep sistem koloid siswa ... 35 4. Grafik persentase ketuntasan


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. 1

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian

E. Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA

A. 8

B. C. D.

III. METODE PENELITIAN A.

B. Prosedur Penelitian C.

D. E.

F. 32


(7)

A. Hasil Penelitian 1. Data kualitatif

2. Data k ... 35

B. Pembahasan 1. Siklus I

2. Siklus II 48

V. SIMPULAN DAN SARAN .. 57

A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Lembar Kerja Siswa 88

4. 5.

6. Data nilai penguasaan

7. Lembar observasi aktivitason tasksiswa

8. Jumlah setiap jenis aktivitason taskdan penguasaan konsep selama

9. Jumlah aktivitason taskdan penguasaan konsep selama penelitian ... 133 10.

11. Lembar observasi kinerja guru ... 135 12. Perhitungan aktivitason tasksiswa ... ... .140 13. Perhitungan data penguasaan konsep siswa


(8)

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ahcmad, H. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Depdikbud. Jakarta.

Anonim. 2003. Kaedah Pembelajaran Kontekstual.

http://www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm.

Asnawati, R. 2006. Meningkatkan Aktivitas, Motivasi, dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Metode Kooperatif STAD Studi di Kelas IVB SDN 2 Labuhan ratu Bandar Lampung. (Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang Kependidikan BKS-PTN Wilayah Barat). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Distrik, I.W. 2006. Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontesktual Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Konsepsi-konsepsi Fisika Siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung. (Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang Kependidikan BKS-PTN Wilayah Barat). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, Oe. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide The Classroom Research. Open University Press. Philadelphia.

Kartimi. Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Sebagai Wahana. 8 oktober 2007. http://jurusantarbiyah-staincirebon. blogspot.com/2007/10/pengembangan-model-pembelajaran.html. Nurhadi; B. Yasin; A.G. Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya Dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang. Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sastrawijaya, T. 1993. Materi Pokok Kimia Dasar II Modul 1-9. Depdikbud. Jakarta.


(10)

2 Sopah, D. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi

Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas. Jakarta.

Sriyono. 1992. Tekhnik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA. UPI Bandung. Thohir, M. Kompleksitas Revisi Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl.

24 Februari 2008. http://m-thohir.blogspot.com/2008/02/kompleksitas-revisi-taksonomi-bloom.html.

Tim Penyusun. 2002. Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL). Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas. Jakarta.

Yasin, A. 2007. Model Pembelajaran Empiris-Induktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada

Pembelajaran Sel Elektrokimia FPMIPA UPI. Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol.1 No.1, Maret 2007.


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data setiap jenis aktivitason task

2. Data rata-rata setiap jenis aktivitason tasksiswa tiap siklus dan

3.

5. Lembar observasi aktivitason tasksiswa

6. Jumlah setiap jenis aktivitason taskdan penguasaan konsep selama

7. Jumlah aktivitason taskdan penguasaan konsep selama penelitian ... 133 8.


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem koloid merupakan salah satu materi pokok pembelajaran di bidang studi kimia kelas XI IPA di SMA. Sistem koloid merupakan materi pokok pembelajar-an ypembelajar-ang dekat dengpembelajar-an kehiduppembelajar-an. Dalam kehiduppembelajar-an sehari-hari, pasti dijumpai sistem koloid. Dalam menu makanan yang sehat dan sempurna akan ditemukan sistem koloid, misalnya nasi yang dimakan dan susu yang diminum. Ketika ma-kan, kita menggunakan sendokstainless, sendokstainlessmerupakan sistem ko-loid. Ketika mencuci gelas, piring, dan sendok yang kotor, juga menggunakan sistem koloid untuk membersihkannya, yaitu sabun. Dan masih banyak lagi sis-tem koloid yang berada di sekitar yang jarang disadari.

Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA3di SMA Perintis I Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata siswa pada materi po-kok sistem koloid semester genap tahun lalu adalah 62. Nilai tersebut belum men-capai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di sekolah yaitu

70 sebagian

sis-wa belum memahami konsep sistem koloid secara benar.

Hasil observasi terhadap proses pembelajaran kimia di kelas XI IPA3SMA Perin-tis I Bandar Lampung menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih dominan dalam mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan mengerjakan soal.


(13)

Begitu juga dengan kegiatan percobaan di laboratorium dalam proses pembelajar-an kimia masih spembelajar-angat jarpembelajar-ang, karena kurpembelajar-angnya ketersediapembelajar-an alat-alat dpembelajar-an bahpembelajar-an- bahan-bahan yang ada di laboratorium. Pembelajaran hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa cenderung menghafal semua materi yang telah diajarkan sehingga siswa tidak sepenuhnya memahami konsep kimia. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh tidak tersimpan lama dalam memorinya dan siswa kurang dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan mere-ka. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu faktor penyebab belum maksimal-nya pencapaian penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem koloid.

Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada materi pokok sistem koloid antara lain: (1) mengelompokkan sistem koloid berdasarkan hasil pengamatan dan penggunaannya di industri; (2) mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan penera-pannya dalam kehidupan sehari-hari; (3) membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya. Sesuai dengan kompetensi dasar tersebut, proses pembelajaran pada materi pokok sistem koloid semestinya dengan meng-gunakan pendekatan dan metode yang mampu mengaktifkan siswa. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan konsep sendiri, seperti siswa mela-kukan kegiatan percobaan, mengamati hasil percobaan, menganalisis hasil penga-matan, menyajikan hasil karya dalam tulisan, mengkomunikasikan hasil karyanya didepan kelas, dan membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan. Untuk mencapai kompetensi dasar di atas

sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem koloid perlu adanya perbaikan proses pembelajarannya.


(14)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA3 bah-wa nilai rata-rata sisbah-wa pada materi sistem koloid belum mencapai KKM dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran kimia di kelas XI IPA3menunjukkan akti-vitas siswa dalam pembelajaran dominan mendengarkan penjelasan guru, menca-tat, dan mengerjakan soal, maka peneliti menerapkan pendekatan kontekstual da-lam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutanContextual Teaching and Learning(CTL). Penerapan pendekatan kontekstual pada materi pokok sistem koloid di kelas, dapat dilakukan dengan melakukan percobaan. Pada kegiatan per-cobaan, alat-alat yang digunakan sebagian merupakan alat-alat yang sederhana dan bahan-bahan yang digunakan sebagian besar berasal dari lingkungan.

Dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan mampu mencapai kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada materi pokok sistem koloid sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Siswa tidak hanya cenderung mengha-fal semua materi yang telah diajarkan tetapi siswa sepenuhnya memahami konsep sistem koloid sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih bertahan lama tersimpan dalam memorinya dan siswa dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Hasil penelitian yang telah dilakukan Asnawati (2004) menunjukkan bahwa pem-belajaran kontekstual dengan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung. Distrik (2005) melakukan penelitian di kelas X2 SMA Negeri 13 Bandar Lampung dengan menerapkan model pembelajaran pen-dekatan kontekstual. Hasilnya adalah bahwa pembelajaran fisika menggunakan


(15)

model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan konsepsi-konsepsi fisika siswa. Dengan demikian, penerapan pendekatan kontekstual pada materi pokok sistem koloid diharapkan dapat me-ningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem koloid.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis melakukan pe-nelitian dengan judul:

Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Sistem Koloid (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan ma-salah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan:

1) rata-rata persentase aktivitason tasksiswa pada materi pokok sistem koloid melalui penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II?

2) rata-rata persentase penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem ko-loid melalui penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II? 3) persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok sistem koloid melalui

penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan peningkatan:


(16)

1) rata-rata persentase aktivitason tasksiswa pada materi pokok sistem koloid melalui penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II.

2) rata-rata persentase penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem ko-loid melalui penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II. 3) persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok sistem koloid melalui

penerapan pendekatan kontekstual dari siklus I ke siklus II.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Siswa

Pendekatan pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan pada siswa ter-libat aktif dalam pembelajaran sistem koloid sehingga pengetahuan yang dipe-roleh lebih bertahan lama tersimpan dalam memorinya dan siswa dapat me-manfaatkan pengetahuan yang diperoleh dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka serta dapat meningkatkan aktivitas dan pengua-saan konsep siswa pada materi pokok sistem koloid.

2) Guru

Penerapan pendekatan kontekstual diharapkan dapat menjadi salah satu alter-natif bagi guru dalam memilih pendekatan pembelajaran sebagai upaya me-ningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada pelaksanaan pembela-jaran kimia.

3) Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mu-tu pembelajaran kimia di sekolah.


(17)

Memberikan informasi kepada peneliti lain contoh pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan menerapkan pendekatan konteks-tual dalam pembelajaran kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1) Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lam-pung.

2) Penilaian yang dilakukan terhadap siswa dalam penelitian ini meliputi aktivi-tas siswa yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) dan penguasaan konsep materi pokok sistem koloid siswa.

3) Pengamatan terhadap aktivitas siswa yang relevan dengan pendekatan kon-tekstual dalam pembelajaran (on task) dalam penelitian ini meliputi kegiatan melakukan percobaan, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan/ mengajukan pendapat, mencatat hasil pengamatan, dan mengerjakan LKS.

4) Lembar Kerja Siswa yang digunakan adalah LKS dalam bentuk tertulis yang disusun secara konstruktif yang berisi prosedur percobaan dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep sistem koloid.

5) Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem koloid.

6) Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan konteks-tual atauContextual Teaching and Learning(CTL).


(18)

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kontekstual

Kata kontekstual berasal dari Bahasa Inggris (bahasa latincon= with +textum= woven) yang berarti mengikuti konteks atau dalam konteks. Konteks berarti juga keadaan, situasi, dan kejadian. Secara umum, kontekstual mengandung pengerti-an: relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks serta mengan-dung maksud, makna dan kepentingan (meaningful) (Anonim, 2003).

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning(CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota ke-luarga dan masyarakat. Berangkat dari konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Diharapkan mereka sadar bahwa yang mereka pelajari itu berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti (Sardiman, 2005).

Johnson (Nurhadi; B. Yasin; A.G. Senduk, 2004) mengemukakan definisi tentang CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu para siswa


(20)

mema-hami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghu-bungkannya dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem CTL akan membimbing siswa melalui komponen berikut: membuat keter-kaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, mengguna-kan cara belajar yang diatur sendiri, melakumengguna-kan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai target yang tinggi, dan menggunakan penilaian yang sebenarnya.

Menurut Nurhadi; B. Yasin; A.G. Senduk (2004) bahwa:

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa dan memo-tivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni konstruktivisme, menemu-kan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang se-benarnya.

Menurut Suherman (2003) bahwa:

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Lear-ning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimu-lasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas.

Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru meng-aitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong sis-wa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuan-nya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim


(21)

yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kon-tekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini

pendidikan masih dido-minasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui

pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghapal. Dalam pembelajaran kontekstual in

Students learn best by actively cons-tructing their own understanding belajar terbaik adalah siswa mengkons-truksikan sendiri secara aktif pemahamannya) (Sardiman, 2005).

Dalam pendekatan CTL ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasa-ri. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), berta-nya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Commu-nity), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kon-tekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajaran-nya. Untuk melaksanakan hal itu tidak sulit. Pendekatan CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keada-annya. Menurut Nurhadi; B. Yasin; A.G. Senduk (2004) bahwa:

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) -kelompok).

5)

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.


(22)

Dalam Tim Penyusun (2002), lebih detail dijelaskan yaitu: 1) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosopi) pendekatan kon-tekstual. Maksud konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak. Dalam hal ini, manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui penga-laman nyata.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan ha-sil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi haha-sil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang meru-juk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai ke-mampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan (In-quiry), yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah di-teliti dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran dipe-roleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran dipedipe-roleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang ti-dak tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga me-minta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajar-an dalam kelompok-kelompok belajar.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keteram-pilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, peng-gunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu bacaan, atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Re-fleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan


(23)

yang baru diterima. Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan di-ri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara belajar, dan membuat jurnal pembelajaran adalah con-toh refleksi.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif berkenaan dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan menda-pat penghargaan. Penilaian autentik seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga menjadi obyektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif dan tes untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar.

Menurut Nurhadi; B. Yasin; A.G. Senduk (2004) bahwa:

Strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual yaitu: 1. Pembelajaran berbasis masalah: suatu pendekatan pengajaran yang

meng-gunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk bela-jar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta un-tuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajar-an.

2. Pembelajaran berbasis kooperatif: pendekatan pengajaran melalui peng-gunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

3. Pembelajaran berbasis inkuiri: strategi pengajaran yang mengikuti meto-dologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. 4. Pembelajaran berbasis autentik: pendekatan pengajaran yang

memperke-nankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, ia mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam kon-teks kehidupan nyata.

5. Pembelajaran berbasis proyek atau tugas: suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar sis-wa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tu-gas bermakna lainnya.

6. Pembelajaran berbasis kerja: suatu pendekatan pengajaran yang memung-kinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari mate-ri pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana matemate-ri tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja.

7. Pembelajaran berbasis jasa layanan: penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut.


(24)

Langkah-langkah atau kunci inkuiri ini meliputi: (a) merumuskan masalah; (b) mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku, mengum-pulkan informasi; (c) menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel dan sebagainya; (d) menyajikan, mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain. Dalam proses pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informa-si; (b) mengecek pemahaman siswa; (c) membangkitkan respons para siswa; (d) mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa; (e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari sis-wa; (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Wujud dari refleksi antara lain berupa: (a) pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh se-telah melakukan pembelajaran; (b) catatan atau jurnal di buku siswa; (c) ke-san dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; (d) diskusi; (e) hasil karya. Ciri-ciri penilaian autentik adalah: (a) dilaksanakan selama dan sesu-dah proses pembelajaran berlangsung; (b) dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif; (c) yang diukur keterampilan danperforman, bukan meng-ingat fakta; (d) berkesinambungan; (e) terintegrasi; (f) dapat digunakan se-bagaifeed back. Adapun wujud atau bentuk kegiatan penilaian sebagai dasar untuk menilai prestasi dan kompetensi siswa, antara lain: (a) kegiatan dan la-poran; (b) PR; (c) kuis; (d) presentasi dan penampilan siswa; (e) demons-trasi; (f) karya siswa; (g) karya tulis; (h) jurnal; (i) hasil tes tulis.

Hasil penelitian yang telah dilakukan Asnawati (2004) menunjukkan bahwa pem-belajaran kontekstual dengan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung. Distrik (2005) melakukan penelitian di kelas X2 SMA Negeri 13 Bandar Lampung dengan menerapkan model pembelajaran pen-dekatan kontekstual. Hasilnya adalah bahwa pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan konsepsi-konsepsi fisika siswa.

B. Aktivitas

Aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi pem-belajaran. Menurut Sardiman (2005) bahwa:

Dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah ber-buat, untuk mengubah tingkah laku. Jadi melakukan kegiatan. Tidak ada


(25)

belajar kalau tidak ada aktivitas.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mengenai aktivitas fisik siswa tetapi juga berkaitan dengan aktivitas mental siswa. Seperti diungkapkan oleh Sardiman (2005):

Belajar dapat dibagi menjadi aktivitas fisik dan mental. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja. Ia tidak hanya duduk mendengarkan, melihat, atau hanya pasif. Pe-serta didik yang memiliki aktivitas mental adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam pembelajaran. Pada kegiatan pem-belajaran kedua aktivitas harus berkaitan.

Menurut Hamalik (2004):

Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengada-kan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah;

1) kegiatan-kegiatan visual, yang didalamnya membaca, melihat gambar-gam-bar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prin-sip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi sa-ran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4) kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, menulis karangan, menyalin bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6) kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7) kegiatan-kegiatan mental, seperti merenung, memecahkan masalah, menga-nalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputus-an.

8) kegiatan-kegiatan emosional, seperti menaruh minat, bersemangat, berani, tenang, dan lain-lain.

Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan lagi menjadi aktivitas yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) dan


(26)

aktivitas yang tidak relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembela-jaran (on task), contohnya adalah mengamati atau melakukan percobaan, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan/mengajukan pendapat, berdiskusi, menyajikan hasil kinerja dalam tulisan, mencatat hasil pengamatan, mengerjakan LKS, meng-komunikasikan hasil karya di depan kelas, membuat rangkuman, mengerjakan PR, dan membuat laporan praktikum. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajar-an (off task), contohnya adalah mengobrol dengpembelajar-an tempembelajar-an, mengerjakpembelajar-an tugas mata pelajaran lain, mengantuk, mengganggu teman, bermain HP, tidak membuat rang-kuman, tidak mengerjakan PR, dan tidak membuat laporan praktikum.

Siswa aktif dalam pembelajaran apabila siswa melakukan aktivitas yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task). Dengan melaku-kan banyak aktivitas yang relevan dengan pembelajaran, maka siswa mampu me-mahami, mengingat, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task) akan lebih mudah diamati ketika proses pembelajaran berlangsung jika dibandingkan dengan aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task).

Tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar sis-wa sehingga dapat meningkatkan aktivitas sissis-wa yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task). Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menentukan bentuk pengalaman belajar yang tepat sehingga dapat mempraktikkan kemampuan dan keterampilan-nya.


(27)

Dahar (Kartimi, 2008) mengemukakan pengetahuan kimia disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Artinya pengetahuan kimia merupakan serangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang bermakna. Bahkan bila dikaji lebih dalam, ternyata ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperi-men. Dengan demikian dapat dikatakan ilmu kimia sebagai ilmu eksperimental. Dari eksperimen-eksperimen tersebut lahirlah deskripsi yang berupa konsep-konsep. (Liliasari dalam Kartimi, 2008).

Costa (Yasin, 2007) mengemukakan penguasaan konsep adalah cara memahami sesuatu yang sudah terpola dalam pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. Seorang siswa memahami suatu konsep, jika konsep-konsep tersebut su-dah tersimpan dalam pikirannya, berdasarkan pola-pola tertentu yang dibutuhkan oleh siswa untuk ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan mental.

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan konsep yang di-dapatkan meningkat atau mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Sardiman (2005) bahwa:

Hasil belajar mencerminkan adanya perubahan tingkah laku pada siswa. Ke-tercapaian tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar.

Berhasilnya suatu pembelajaran juga dapat dilihat dari aktivitas siswanya, karena belajar merupakan suatu proses dimana peserta didik harus aktif. Semakin tinggi atau banyak aktivitas yang dilakukan siswa maka penguasaan konsep yang dipero-leh pun akan tinggi atau meningkat. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa,


(28)

biasanya guru menggunakan tes formatif. Tes formatif yang baik bila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu valid, obyektif, dan praktis. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Tes dapat menggunakan berbagai cara, seperti essay, ja-waban singkat, dan pilihan jamak. Non tes dapat dilakukan melalui pemberian tu-gas membaca, menyimpulkan, melakukan pengamatan, meresume, membuat lapo-ran dan sebagainya.

Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2004) yaitu:

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.

Menurut Dick dan Reiser (Sopah, 2000) mengatakan bahwa:

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam, yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap.

Tujuan dari pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku siswa baik dari segi aktivitas maupun penguasaan konsep siswa. Menurut Tim Penyusun (2003) bahwa:

Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, keman-dirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.

Tujuan-tujuan penguasaan konsep adalah tujuan-tujuan yang lebih banyak berke-naan dengan perilaku dalam aspek berfikir/intelektual. Menurut Anderson dan Krathwohl (Thohir, 2008) mengatakan bahwa:

Ada enam tingkatan dalam kawasan penguasaan konsep yang berlaku untuk tujuan-tujuan dalam kawasan ini:


(29)

a. mengingat (remember), b. memahami (understand), c. menerapkan (apply), d. menganalisis (analyze), e. menilai (evaluate), f. mencipta (create).

Kemampuan penguasaan konsep adalah kemampuan berfikir. Kemampuan berfi-kir meliputi kemampuan mengingat, kemampuan memahami, kemampuan mene-rapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan menilai, dan kemampuan berkrea-si. Hasil belajar siswa harus mencerminkan adanya peningkatan aktivitas dan penguasaan konsep. Hasil belajar siswa dikatakan baik jika hasil yang meliputi aspek tersebut meningkat dan belum optimal jika salah satu aspek kemampuan belum meningkat.

D. Lembar Kerja Siswa

Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang diguna-kan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pem-belajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengefektifkan waktu serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk media adalah LKS. Pada peneliti-an ini digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai alat bantu

pembelajaran. LKS ini diharapkan dapat membantu siswa mengkonstruksi konsep materi sistem koloid. LKS yang digunakan adalah LKS yang bersifat konstruktif yang berisi prosedur percobaan dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk mengarahkan siswa mengkonstruksi konsep materi sistem koloid.


(30)

Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membantu siswa agar dapat berpar-tisipasi aktif dalam kegiatan belajar serta dapat berpikir kritis, kreatif dan berani mengemukakan pendapat serta percaya diri adalah dengan menggunakan LKS sebagai media pembelajaran. LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan keterampilan (Prianto dan Harnoko, 1997).

Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa memahami suatu materi pokok yang telah atau sedang diajarkan, karena siswa harus mengemukakan pendapatnya dan harus menyimpulkan. Menurut Sriyono (1992) bahwa:

1. LKS merupakan tugas yang sifatnya mengarahkan siswa untuk mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan bahan yang diajarkan.

2. LKS merupakan penggalian pengertian bahan ke arah pemahaman. 3. LKS sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji

da-lam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulan telah diterima oleh seluruh siswa.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses pembela-jaran.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembela-jaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari me-lalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipe-lajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Dari uraian tersebut penggunaan LKS bertujuan untuk mengarahkan siswa agar lebih aktif dan memberikan dorongan belajar yang tinggi, menjadi penghubung antara guru dengan siswa serta mempercepat pemahaman materi pelajaran. LKS


(31)

digunakan untuk mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disa-jikan dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengetahui siswa yang sudah me-mahami materi dan yang belum meme-mahami materi atau kesulitan dapat dilihat dari hasil kerja siswa. Guru harus memberikan bimbingan, disinilah tugas guru seba-gai fasilitator dan motivator untuk memberikan pelayanan dan bimbingan kepada siswa dalam belajar agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembela-jaran.


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung dengan jumlah siswa 39 orang, terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 26 orang siswa perempuan.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus. Pada siklus pertama dilaksanakan dua kali pertemuan, sedangkan siklus kedua sebanyak tiga kali per-temuan. Prosedur pelaksanaan setiap siklus pada penelitian ini adalah perencana-an tindakperencana-an, pelaksperencana-anaperencana-an tindakperencana-an, observasi, dperencana-an refleksi.

Siklus I

1) Perencanaan tindakan

a. Menyusun perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran se-perti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan LKS.

b. Menyusun alat observasi aktivitas yang relevan dengan pendekatan kon-tekstual dalam pembelajaran (on task) dan kinerja guru mengelola pembe-lajaran berupa lembar observasi.

c. Menyusun alat penilaian penguasaan konsep berupa lembar soal tes forma-tif. Bentuk soal adalah pilihan jamak.


(33)

2) Pelaksanaan tindakan

Alokasi waktu siklus I berlangsung selama 6 x 45 menit, terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 3 x 45 menit dengan sub materi pokok pengelompokkan sistem koloid dan macam koloid. Pertemuan kedua berlangsung selama 3 x 45 menit. Pada pertemuan kedua, 2 x 45 menit digunakan untuk kegiatan pembelajaran dengan sub materi pokok sifat-sifat koloid dan 1 x 45 menit digunakan untuk melakukan tes formatif I. Pelaksa-naan tindakan pada siklus I antaralain:

(1) Pertemuan 1 : 3 jam pelajaran (@ 45 menit)

Kegiatan awal : Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa, melaku-kan penggalian informasi awal (apersepsi) dengan menga-dakan tanya jawab kepada siswa tentang campuran homo-gen dan heterohomo-gen yang ada di lingkungan, dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan awal siswa de-ngan fenomena yang terjadi di alam. Selanjutnya guru me-nyampaikan indikator pembelajaran dan membagikan LKS kepada kelompok praktikum yang telah dibentuk.

Kegiatan Inti : Siswa melakukan percobaan pengelompokan sistem koloid dan macam koloid yang ada di lingkungan, mendiskusikan hasil percobaan, mencatat hasil pengamatan, mengerjakan LKS, perwakilan siswa mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas, dan guru memberi kesempatan kepada sis-wa lain untuk memberi tanggapan terhadap hasil presentasi.


(34)

Kegiatan akhir : Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui keterca-paian kompetensi dasar pembelajaran, membimbing siswa membuat rangkuman, dan memberikan tugas PR.

(2) Pertemuan 2 : 2 jam pelajaran (@ 45 menit)

Kegiatan awal : Guru memotivasi belajar siswa, melakukan penggalian in-formasi awal (apersepsi), memotivasi untuk menghubung-kan pengetahuan awal siswa dengan fenomena alam, me-nyampaikan indikator pembelajaran, dan membagikan LKS Kegiatan Inti : Siswa melakukan percobaan sifat-sifat koloid yang ada di

lingkungan, mendiskusikan hasil percobaan, mencatat hasil pengamatan, mengerjakan LKS, perwakilan siswa mem-presentasikan hasil percobaan di depan kelas, dan guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi tanggapan terhadap hasil presentasi.

Kegiatan akhir : Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui ketercapai-an kompetensi dasar pembelajarketercapai-an, membimbing siswa membuat rangkuman, dan memberikan tugas PR.

3) Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi aktivitas siswa yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) oleh peneliti dibantu observer, sedangkan kinerja guru mengelola pembelajar-an dilakukpembelajar-an oleh guru mitra.

4) Refleksi

Setelah satu siklus berakhir maka dilakukan refleksi bersama guru mitra mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi


(35)

dike-tahui apakah indikator kinerja tercapai. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung dicari solusi untuk mengatasinya dan diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Dan apabila proses pembelajaran yang telah berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, maka dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada proses pembelajaran selanjutnya.

Siklus II

1) Perencanaan tindakan

a. Menyusun perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan LKS. b. Menyusun alat observasi aktivitas yang relevan dengan pendekatan

kon-tekstual dalam pembelajaran (on task) dan kinerja guru mengelola pem-belajaran berupa lembar observasi.

c. Menyusun alat penilaian penguasaan konsep berupa lembar soal tes for-matif. Bentuk soal adalah pilihan jamak.

d. Melakukan perbaikan pada rancangan pembelajaran pendekatan konteks-tual yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.

2) Pelaksanaan tindakan

Alokasi waktu siklus II berlangsung selama 6 x 45 menit, terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 1 x 45 menit, pertemuan kedua berlangsung selama 3 x 45, dan pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 45 menit. Pada pertemuan ketiga, 1 x 45 menit digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 x 45 menit digunakan untuk melakukan tes formatif II. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengelolaan proses pembela-jaran sesuai dengan perbaikan pada rancangan pembelapembela-jaran pendekatan


(36)

kon-tekstual yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Sub materi po-koknya sifat-sifat koloid dan pembuatan sistem koloid. Secara umum pelaksa-naan tindakan pada siklus II, antara lain:

Kegiatan awal : Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa, memoti-vasi siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih antusias untuk menjawab pertanyaan atau mengajukan pendapatnya, seperti tentang fungsi sabun dan detergen, manfaat agar-agar dan lem kanji dalam kehidupan sehari-hari. Memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan fenomena yang terjadi di alam. Menyampaikan indikator pembelajaran dan memba-gikan LKS.

Kegiatan inti : Siswa melakukan percobaan sifat-sifat koloid dan pembuat-an koloid dengpembuat-an arahpembuat-an dpembuat-an bimbingpembuat-an guru, mendiskusi-kan hasil percobaan dengan arahan guru, mencatat hasil pengamatan, mengerjakan LKS dengan bimbingan guru, perwakilan siswa mempresentasikan hasil percobaan di de-pan kelas, guru memberi kesempatan kepada siswa lain un-tuk memberi tanggapan terhadap hasil presentasi,

menjawab soal yang ada di LKS secara bergantian, dan guru memberi kesempatan siswa bertanya.

Kegiatan akhir : Guru mengajukan pertanyaan tentang sifat-sifat koloid, per-bedaan pembuatan koloid secara kondensasi dan dispersi, serta perbedaan sifat-sifat koloid liofil dan liofob untuk


(37)

mengetahui ketercapaian kompetensi dasar pembelajaran, membimbing siswa membuat rangkuman, dan memberikan tugas PR.

3) Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi aktivitas siswa yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) oleh peneliti dan observer, sedangkan kinerja guru mengelola pembelajaran dilakukan oleh guru mitra.

4) Refleksi

Setelah satu siklus berakhir maka dilakukan refleksi bersama guru mitra mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi dike-tahui apakah indikator kinerja tercapai. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung dicari solusi untuk mengatasinya dan diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Dan apabila proses pembelajaran yang telah berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, maka dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada proses pembelajaran selanjutnya.

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

Orientasi teori dan kajian lapangan

Perencanaan I

Refleksi I Pelaksanaan tindakanpembelajaran I


(38)

Gambar 1. Diagram kegiatan penelitian dimodifikasi dari Dario Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993).

C. Data Penelitian

Data penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang relevan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) dan data kinerja guru mengelola pembelajaran.

2) Data kuantitatif berupa data penguasaan konsep pada materi pokok sistem koloid.

D. Teknik Pengambilan Data

Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, yaitu: 1) Teknik observasi

Teknik observasi yang digunakan untuk mengumpulkan:

a. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas dan laboratorium dipero-leh dengan observasi langsung menggunakan lembar observasi yang diisi pada saat pembelajaran berlangsung oleh peneliti dibantu seorang observer. Aktivitas siswa yang diamati merupakan aktivitas yang relevan dengan

Perencanaan II

Refleksi II

Pelaksanaan tindakan pembelajaran II


(39)

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (on task) meliputi kegiatan melakukan percobaan, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan/ menga-jukan pendapat, mencatat hasil pengamatan, dan mengerjakan LKS. b. Data kinerja guru mengelola pembelajaran diperoleh dengan observasi

langsung menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlang-sung oleh guru mitra.

2) Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data penguasaan konsep. Tes di-laksanakan pada setiap akhir siklus, yaitu tes formatif I dan tes formatif II dengan bentuk soal adalah pilihan jamak.

E. Teknik Analisis Data

1) Data aktivitas siswa

Untuk mengukur aktivitas siswa digunakan lembar observasi berupa daftar cek. Aktivitas ini meliputi aktivitas siswa baik di kelas maupun di laboratorium. Aktivitas yang diamati merupakan aktivitas yang relevan dengan pendekatan kon-tekstual dalam pembelajaran (on task).

Persentase setiap jenis aktivitas siswa setiap pertemuan dihitung dengan menggu-nakan rumus:

Ai

% Aip = X 100% N

Keterangan:

% Aip = persentase siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i setiap pertemu-an,


(40)

Ai = jumlah siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i, N = jumlah siswa yang hadir.

Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas siswa setiap siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

% Aip % Ais =

p Keterangan:

% Ais = persentase siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i setiap siklus % Aip = jumlah persentase siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i setiap

pertemuan,

p = jumlah pertemuan dalam satu siklus.

Persentase peningkatan setiap jenis aktivitason tasksiswa dari siklus ke siklus di-hitung dengan menggunakan rumus:

% ASi = % Ais2- % Ais1 Keterangan:

% ASi = persentase peningkatan setiap jenis aktivitason tasksiswa,

% Ais2= persentase siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i siklus ke-2, % Ais1= persentase siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i siklus ke-1.

2) Data penguasaan konsep

Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem koloid tiap siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Kn Kn =


(41)

Keterangan:

Kn = rata-rata nilai penguasaan konsep siswa siklus ke-n, Kn= jumlah nilai penguasaan konsep siswa siklus ke-n, N = jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.

Persentase peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi po-kok sistem koloid dihitung dengan menggunakan rumus:

K2 - K1

% K = X 100% K1

Keterangan:

% K = persentase peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep siswa, K2 = rata-rata nilai penguasaan konsep siswa siklus ke-2,

K1 = rata-rata nilai penguasaan konsep siswa siklus ke-1.

Persentase tercapainya standar ketuntasan dihitung dengan menggunakan rumus:

100% x N Σ Skn %Skn

Keterangan:

%Skn = persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-n, Skn = jumlahsiswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-n, N = jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.

Persentase peningkatan siswa yang mencapai standar ketuntasan dihitung dengan menggunakan rumus:

% SK = %Sk2- %Sk1 Keterangan:


(42)

% SK = persentase peningkatan siswa yang mencapai standar ketuntasan, %Sk2 = persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-2, %Sk1 = persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 70siklus ke-1.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan: 1. rata-rata persentase aktivitas siswa yang relevan dengan pendekatan

konteks-tual dalam pembelajaran (on task) dari siklus ke siklus.

2. rata-rata persentase nilai penguasaan konsep pada materi pokok sistem koloid siswa sebesar≥ 15% dari siklus ke siklus.


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok sistem koloid dapat meningkatkan:

1. rata-rata persentase aktivitason tasksiswa dari siklus I ke siklus II sebagai berikut: melakukan percobaan sebesar 19,79% yaitu dari 61,88% menjadi 81,67%; bertanya pada guru sebesar 1,71% yaitu dari 42,27% menjadi 43,98%; menjawab pertanyaan/mengajukan pendapat sebesar 29,30% yaitu dari 35,09% menjadi 64,39%; mencatat hasil pengamatan sebesar 34,62% yaitu dari 56,22% menjadi 90,84%; dan mengerjakan LKS sebesar 38,27% dari 55,42% menjadi 93,69%.

2. rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dari siklus I (64,21) ke siklus II (74,17) yaitu sebesar 15,51%.

3. persentase ketuntasan belajar kimia siswa dari siklus I (39,47%) ke siklus II (80,56%) yaitu sebesar 41,09%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari analisis data pada penelitian ini, maka peneliti mem-berikan saran bahwa pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai pendekatan alternatif bagi guru-guru di SMA Perintis I Bandar Lampung sebagai salah satu upaya menyampaikan materi pembelajaran sistem koloid. Dengan menerapkan


(44)

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia diharapkan dapat meningkat-kan aktivitas yang relevan dalam pembelajaran sehingga penguasaan konsep siswa juga meningkat. Dengan pendekatan kontekstual diharapkan siswa dapat dengan mudah memahami dan dapat menyimpan lebih lama konsep-konsep yang mereka pelajari, dan sekaligus dapat menerapkannya ke dalam konteks kehidupan siswa.

Bagi calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sebaiknya lebih memperhatikan alo-kasi waktu untuk menerapkan ketujuh komponen utama pendekatan kontekstual.


(45)

Judul Skripsi : PENERAPAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung) Nama Mahasiswa : Lika Nur Fahmi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0413023006 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dra. Nina Kadaritna, M.Si. NIP 196507171990032001 NIP 196004071985032003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si. NIP 196710041993031004


(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. __________________

Sekretaris : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. . __________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(47)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : Lika Nur Fahmi 2. NPM : 0413023006 3. Program Studi : Pendidikan Kimia

4. Jurusan/ Fakultas : Pendidikan MIPA/ Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

5. Alamat : Tanjung Intan, Purbolinggo, Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 10 Mei 2012 Yang membuat pernyataan, Lika Nur Fahmi


(48)

PERSEMBAHAN Bismillahirrohmaanirrohim .

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Bapakku dan Ibuku tersayang yang dengan sabar telah membesarkan dan mendidikku,dan senantiasa berdo a untuk kesehatan, keberhasilan dan masa depanku,

Terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah kalian curahkan kepadaku yang takkan mungkin dapat aku balas walau sampai akhir hayat. Semoga kelak dapat membahagiakan kalian dan semoga Allah SWT mengumpulkan kita di surga-Nya. Mas Anang, dek Nia, dan dek Aan yang kusayangi .

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, doa, perhatian, motivasi dan dukungannya serta keceriaan yang diberikan.

Para pendidikku yang kusayangi dan kuhormati ...

Terima kasih telah mendidik dan membimbingku menemukan cahaya (petunjuk) ilmu untuk mengarungi kehidupan ini dan mata air ilmu yang merupakan harta yang tak kan pernah habis karena dibagi bahkan akan terus bertambah.

Seseorang yang kan menjadi Imamku kelak, terima kasih untuk penantian yang indah ini . Almamaterku tercinta .


(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Qencono pada tanggal 5 Februari 1985, sebagai putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Agus Sutopo dan Ibu Sofiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tanjung Qencono pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2001, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi internal kampus, yaitu di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (UKMF FPPI) periode 2005/2006 sebagai anggota bidang Kajian Islam dan periode 2006/2007 sebagai staf keuangan dan di Unit Kegiatan Mahasiswa Bina Rohani Mahasiswa (UKM BIROHMAH) periode 2007/2008 sebagai anggota bidang Sosial Masyarakat. Penulis juga aktif di organisasi eksternal kampus, yaitu di Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM LAMTIM) periode 2006/2010 sebagai anggota divisi Pendidikan dan Kepemudaan dan di Forum Persaudaraan Mahasiswa Muslim Kampung Baru (FPM2KB) periode 2006/2007 sebagai anggota divisi Kajian Islam dan periode 2007/2008 sebagai anggota divisi


(50)

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II. Pada tahun 2007, Penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(51)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Sistem Koloid (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung)

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing Akademik atas segala kesabarannya dalam membimbing penulis selama menjadi mahasiswa, dan Pembimbing II atas segala masukan, motivasi, waktu dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas segala masukan, motivasi, waktu dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembahas dan Dosen.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi dan staf di Universitas Lampung.

7. Ibu guru mitra yang sudah bersedia membimbing dan membantu selama penelitian dan pengambilan data.


(52)

8. Bapak Kepala SMA Perintis I atas bantuannya.

9. Seluruh siswa kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung yang sudah bekerjasama dan membantu selama proses penelitian.

10. Bapak dan Ibu atas segala cinta, kasih sayang, doa, motivasi, dukungan, nasehat, dan pengorbanan yang takkan pernah dapat terbalaskan.

11. Mas Anang, dek Nia, dan dek Aan atas segala cinta, kasih sayang, canda, tawa, dukungan, dan motivasinya.

12. Sahabat-sahabatku di FPPI, di IKAM LAMTIM, di Birohmah, dan di FPM2KB atas kasih sayang, persaudaraan, canda, motivasi, dan nasehatnya. 13. Sahabat-sahabatku dan Keluarga Besar di Lampung Timur atas segala cinta,

kasih sayang, canda, tawa, motivasi, dukungan, dan nasehatnya.

14. Sahabat-sahabatku se-angkatan, kakak-kakak, dan adik-adik tingkatku di Unila atas motivasi, dukungan, semangat, nasehat, dan kebersamaannya. 15. Sahabat-sahabatku di Raflessia 2 atas segala cinta, kasih sayang, canda, tawa,

dukungan, motivasi, dan kebersamaannya.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 10 Mei 2012 Penulis,


(1)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : Lika Nur Fahmi

2. NPM : 0413023006

3. Program Studi : Pendidikan Kimia

4. Jurusan/ Fakultas : Pendidikan MIPA/ Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

5. Alamat : Tanjung Intan, Purbolinggo, Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 10 Mei 2012 Yang membuat pernyataan, Lika Nur Fahmi


(2)

PERSEMBAHAN Bismillahirrohmaanirrohim .

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Bapakku dan Ibuku tersayang yang dengan sabar telah membesarkan dan mendidikku,dan senantiasa berdo a untuk kesehatan, keberhasilan dan masa depanku,

Terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah kalian curahkan kepadaku yang takkan mungkin dapat aku balas walau sampai akhir hayat. Semoga kelak dapat membahagiakan kalian dan semoga Allah SWT mengumpulkan kita di surga-Nya. Mas Anang, dek Nia, dan dek Aan yang kusayangi .

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, doa, perhatian, motivasi dan dukungannya serta keceriaan yang diberikan.

Para pendidikku yang kusayangi dan kuhormati ...

Terima kasih telah mendidik dan membimbingku menemukan cahaya (petunjuk) ilmu untuk mengarungi kehidupan ini dan mata air ilmu yang merupakan harta yang tak kan pernah habis karena dibagi bahkan akan terus bertambah.

Seseorang yang kan menjadi Imamku kelak, terima kasih untuk penantian yang indah ini . Almamaterku tercinta .


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Qencono pada tanggal 5 Februari 1985, sebagai putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Agus Sutopo dan Ibu Sofiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tanjung Qencono pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2001, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi internal kampus, yaitu di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (UKMF FPPI) periode 2005/2006 sebagai anggota bidang Kajian Islam dan periode 2006/2007 sebagai staf keuangan dan di Unit Kegiatan Mahasiswa Bina Rohani Mahasiswa (UKM BIROHMAH) periode 2007/2008 sebagai anggota bidang Sosial Masyarakat. Penulis juga aktif di organisasi eksternal kampus, yaitu di Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM LAMTIM) periode 2006/2010 sebagai anggota divisi Pendidikan dan Kepemudaan dan di Forum Persaudaraan Mahasiswa Muslim Kampung Baru (FPM2KB) periode 2006/2007 sebagai anggota divisi Kajian Islam dan periode 2007/2008 sebagai anggota divisi


(4)

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II. Pada tahun 2007, Penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(5)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Sistem Koloid (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung)

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing Akademik atas segala kesabarannya dalam membimbing penulis selama menjadi mahasiswa, dan Pembimbing II atas segala masukan, motivasi, waktu dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas segala masukan, motivasi, waktu dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembahas dan Dosen.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi dan staf di Universitas Lampung.

7. Ibu guru mitra yang sudah bersedia membimbing dan membantu selama penelitian dan pengambilan data.


(6)

8. Bapak Kepala SMA Perintis I atas bantuannya.

9. Seluruh siswa kelas XI IPA3SMA Perintis I Bandar Lampung yang sudah

bekerjasama dan membantu selama proses penelitian.

10. Bapak dan Ibu atas segala cinta, kasih sayang, doa, motivasi, dukungan, nasehat, dan pengorbanan yang takkan pernah dapat terbalaskan.

11. Mas Anang, dek Nia, dan dek Aan atas segala cinta, kasih sayang, canda, tawa, dukungan, dan motivasinya.

12. Sahabat-sahabatku di FPPI, di IKAM LAMTIM, di Birohmah, dan di FPM2KB atas kasih sayang, persaudaraan, canda, motivasi, dan nasehatnya. 13. Sahabat-sahabatku dan Keluarga Besar di Lampung Timur atas segala cinta,

kasih sayang, canda, tawa, motivasi, dukungan, dan nasehatnya.

14. Sahabat-sahabatku se-angkatan, kakak-kakak, dan adik-adik tingkatku di Unila atas motivasi, dukungan, semangat, nasehat, dan kebersamaannya. 15. Sahabat-sahabatku di Raflessia 2 atas segala cinta, kasih sayang, canda, tawa,

dukungan, motivasi, dan kebersamaannya.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 10 Mei 2012 Penulis,


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN (PTK pada siswa kelas X KONSEP HIDROKARBON 1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)

0 3 72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON (PTK Pada Siswa Kelas X2 SMAN 15 Bandar Lampung TP 2009-2010)

1 5 99

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN KONSEPSISTEM KOLOID (PTK Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung 2010-2011)

0 5 49

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG (Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

0 5 49

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung TP 2010-2011)

0 13 31

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010)

1 35 215

KEMAMPUAN MENARI SIGEH PENGUTEN PADA SISWA KELAS XI IPA3 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

0 19 114

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI FLUIDA DI SMA KELAS XI IPA.

0 1 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI FLUIDA DI SMA KELAS XI IPA.

0 3 44

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 17