PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA (PTK pada Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)

(Skripsi)

Oleh

CHARDIANA EKAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu)

Oleh

Chardiana Ekawati

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 pringsewu diperoleh nilai rata-rata ulangan harian kelas X pada materi pokok Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana tahun pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 62,4. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 55%, hal ini belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65. Masih banyak siswa yang mengganggap pelajaran kimia sulit dan tidak dilibatkannya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa terhadap pembelajaran kimia masih rendah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pembelajaran yang sesuai yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik NHT.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan (1) rata-rata persentase tiap jenis aktivitas siswa; (2) rata-rata persentase penguasaan konsep


(3)

siswa, dan (3) persentase ketuntasan belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif teknik NHT dari siklus ke siklus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data kuantitatif berupa data penguasaan konsep siswa.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan (1) persentase rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II untuk tiap jenis aktivitas, yaitu aktivitas bertanya pada guru meningkat 7,09%, aktivitas menanggapi jawaban dari kelompok lain meningkat 6,58%, aktivitas aktif dalam diskusi kelompok meningkat 16,85% dan aktivitas mengerjakan LKS atau latihan soal meningkat 6,61%; (2) rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 3,29%;(3) persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 12,5%.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif teknik NHT, aktivitas ontask, dan penguasaan konsep tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana.


(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu)

Oleh

CHARDIANA EKAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

MOTTO

“Don’t give up before you get what you want.”

“Do all the goods you can, all the best you can, in all times you can, in all places

you can, for all the creatures you can.” “Kemenangan kita yang paling besar bukanlah

karena kita tidak pernah jatuh,melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh.”


(6)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim………

Teriring puji syukur kehadirat sang Maha Segalanya ALLAH S.W.T Puncak "Pengembaraan" di Kampus Hijau tercinta ini

Ku Persembahkan untuk:

‘’ Bapak

dan Mama

k’’

Yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya, mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah

melahirkanku

‘’ Suami dan putriku tercinta’’

Yang selalu menanti keberhasilan penulis dengan kesabaran dan keikhlasannya

‘’

Adik-

adikku’’

Ninink dan gifary, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan, semoga aku menjadi orang yang sukses dan mampu menjaga kalian

dengan baik


(7)

i

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Pengasaan Konsep Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana (PTK pada Siswa Kelas X6 SMAN2 Pringsewu Tahun Pelajaran

2011-2012).

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad M.Si., selaku Ketua Jurusan P MIPA FKIP Unila. 3. Ibu Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia, dan

dosen Pembimbing Akademik atas segala kasih sayang tulus, nasehat serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam mengatasi setiap masalah perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr, Ratu Betta R,M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasan dan kesabarannya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si, selaku Pembimbing II atas keikhlasan dan

kesabarannya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Pembahas atas segala kritik, saran


(8)

ii

7. Seluruh dosen dan staf di Jurusan PMIPA FKIP Unila.

8. Bapak Muhamad Faozan, M.Pd., selaku kepala SMAN 2 Pringsewu yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian dan Ibu Dra.Risnawati selaku guru mitra atas kerjasamanya.

9. Teristimewa untuk Bapak & mamak, Suamiku & Putriku serta adik-adikku Suryaningsih dan Gifary atas kasih sayang, doa, nasehat serta dukungan yang telah diberikan.

10.Teman-temanku di P.kimia : Ega, Lika, Meiti, Yulia, Miswanti, Devi, Een atas persahabatannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Mengajar ... 7

B. Aktivitas Belajar ... 9

C. Hasil Belajar ... 10

D. Pembelajaran Kooperarif Tipe NHT ... 13

E. Lembar Kerja Siswa ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Subjek dan tempat Penelitian ... 21

B. Data Penelitian ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Observasi ... 21


(10)

D. Indikator Kinerja ... 22

E. Pengembangan Siklus Tindakan ... 23

Siklus 1. Perencanaan ... 23

2. Pelaksanaan ... 23

3. Observasi ... 25

4. Refleksi ... 25

Siklus II 1. Perencanaan ... 26

2. Pelaksanaan ... 27

3. Observasi ... 28

4. Refleksi ... 28

F. Analisis Data ... 29

1. Data kualitatif ... 29

2. Data kuantitatif ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Data kualitatif ... 34

2. Data kuantitatif ... 35

B. Pembahasan ... 36

1. Tahap pra pelaksanaan ... 36

2. Siklus I ... 37

3. Refleksi I ... 40

4. Siklus II ... 41

5. Refleksi II ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47


(11)

LAMPIRAN

1. Silabus ... 51

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 54

3. Lembar Kerja Siswa ... 69

4. Kisi-kisi soal ... 91

5. Tes Formatif ... 93

6. Kunci jawaban tes formatif ... 95

7. Daftar hasil tes formatif siswa... 100

8. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok ... 102

9. Data observasi aktivitas siswa ... 108

10.Data hubungan aktivitas dengan penguasaan konsep siswa ... 116

11.Data kinerja guru ... 120

12.Perhitungan data hasil penelitian ... 124 13.Surat bukti penelitian

14.Daftar hadir seminar 15.kartu kendali bimbinngan


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Cara perhitungan skor peningkatan individu ... 32

2. Kriteria penghargaan kelompok ... 33

3. Data hasil tes formatif siklus I dan siklus II ... 100

4. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok pada siklus I ... 102

5. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok pada siklus II ... 105

6. Data observasi aktivitas siswa siklus I dan II... 108

7. Data hubungan aktivitas dan penguasaan konsep siswa siklus I dan II ... 116

8. Data observasi kinerja guru ... 120

9. Data aktivitas siswa tiap pertemuan... 124

10.Data peningkatan persentase untuk setiap jenis aktivitas... 125

11.Data peningkatan rata-rata penguasaan konsep ... 126

12.Data rata-rata nilai penguasaan konsep siklus I dan II... 126


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan pelaksanaan penelitian tidakan kelas ... 29

2. Grafik rata-rata penguasaan konsep siswa untuk siklus I dan siklus II ... 36

3. Grafik persentase kriteria minat siswa terhadap pembelajaran kimia ... 36


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMAN 2 Pringsewu , diperoleh bahwa nilai rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X pada materi Tata nama senyawa dan Persamaan reaksi sederhana tahun pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 62,4. Siswa yang memperoleh

nilai ≥ 6,5 hanya mencapai 55%, sedangkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan di SMAN 2 Pringsewu yaitu sebesar ≥ 6,5 dan suatu kelas dikatakan tuntas apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai nilai ≥ 6,5. Dengan demikian belum mencapai belajar tuntas.

Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran kimia disebabkan karena usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa belum berjalan seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara, guru memulai pembelajaran dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi berikutnya. Dalam kegiatan ini siwa mendengarkan dan men-catat penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Pada proses pembelajaran, kemampuan siswa untuk bertanya atau meminta bantuan dengan guru masih kura-ng pada saat diberi kesempatan untuk bertanya sebagian besar siswa malas dan tidak berani bertanya. Kalaupun ada yang bertanya, terbatas pada siswa tertentu


(15)

2

saja. Bila diberikan pertanyaan oleh guru siswa kurang berani untuk menjawab. Siswa mengeluarkan pendapat jika diminta oleh guru. Hal ini menunjukkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga pada saat mengerjakan latihan secara individu, siswa banyak mengalami kesulitan akibatnya proses pembelajaran cen-derung berpusat pada guru. Hal ini tidak sesuai dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, dan motivator. Me-lihat kondisi tersebut maka kualitas pembelajaran kimia di SMAN 2 Pringsewu perlu di tingkatkan.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran konstuktivisme diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Berdasarkan prinsip konstruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa. Siswa menemukan sendiri konsep tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang menyediakan berbagai macam pengalaman belajar dan men-dorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga penguasaan konsep siswa makin baik. Selain hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif berupa minat akan meningkat.

Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana adalah salah satu pelajaran kimia yang bertujuan agar siswa dapat menuliskan nama-nama senyawa biner, poliatom, senyawa organik sederhana dan dapat menyetarakan reaksi sederhana. Berdasarkan hal ini, pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tidak tepat digunakan dalam pembelajaran pada materi ini dimana dibutuhkan pema-haman secara menyeluruh yang pada tujuannya siswa tidak hanya memahami


(16)

3

secara teoritis tetapi siswa dituntut untuk dapat menuliskan nama-nama senyawa nya dan menyetarakan reaksi kimia.

Adanya masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut, menuntut guru untuk berupaya memperbaiki pembelajaran kimia pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep dari materi yang se-dang dipelajari.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibimbing untuk dapat menemukan konsep dari materi yang ada secara mandiri melalui sarana pembelajaran yang telah dise-diakan oleh guru. Penerapan pembelajaran kooperatif pada peserta didik akan membuat mereka aktif terlibat dalam pembelajaran melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru. (Ismail, 2003:18), Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Aktivitas dan hasil belajar siswa diharapkan dapat ditingkatkan dengan diterapkan suatu model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) yang sesuai dengan pandangan konstruktifis. NHT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang akan saling be-kerjasama untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu siswa-siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran karena setiap siswa diberikan


(17)

4

tugas yang berbeda dalam satu kelompoknya sehingga siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep serta menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal materi Tata nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana.

B. Rumusan Masalah .

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah yakni bagaimanakah peningkatan:

1. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran kimia materi pokok tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik NHT.

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep kimia siswa pada materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan model pembelajaran koopertif teknik NHT.

3. Persentase Ketuntasan belajar siswa pada materi pokok tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik NHT.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan:

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana melalui pembelajaran kooperatif teknik NHT.


(18)

5

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep siswa pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dari siklus I ke siklus II melalui pembelajaran kooperatif teknik NHT.

3. Persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik NHT.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna: 1. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran dengan menggunkan teknik NHT siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana, sehingga pengetahuan yang didapat lebih lama diingat.

2. Bagi guru

Sebagai salah satu bentuk alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Materi pokok yang dipilih adalah tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana.


(19)

6

2. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas X6 Semester 1

SMAN 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012, sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

3. Aktivitas siswa adalah kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran koope-ratif teknik NHT yang meliputi aspek perilaku siswa yang relevan dengan kegiatan belajar yang meliputi mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru, mengerjakan LKS, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman dalam kelompok, mengemukakan pendapat dalam kelompok, dan bertanya atau menanggapi jawaban dari kelompok lain.

4. Hasil belajar siswa meliputi nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif diperoleh melalui tes formatif. Nilai afektif melalui Lembar Observasi Aktivitas Siswa.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok yang saling mempengaruhi dan menun-jang satu sama lain. Belajar menunjukkan pada apa yang dilakukan seorang seba-gai subyek yang menerima pelajaran (siswa) dan mengajar menunjukkan pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar.

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubah-an tingkah laku. Proses belajar terjadi bila siswa benar-benar aktif mengadakperubah-an interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan ini, Slameto (2003:2) mengemu-kakan bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jika si subjek belajar itu mengalami atau melaku-kannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dalam pengertian luas, belajar dapat di-artikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan


(21)

8 materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. (Sardiman, 2003:20)

Belajar merupakan merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat da-lam proses pembelajaran internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktuali-sasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar. Wujud bahan belajar tersebut adalah ber-bagai bidang studi di sekolah. (Dimyati dan Mudjiono, 2002:18)

Dalam belajar ada proses mental yang aktif, menurut Mustaqim dan Wahid (dalam Fera, 2007:7), pada tingkat permulaan belajar aktivitas itu masih belum teratur dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi usaha dan latihan terus-menerus, adanya kondisi belajar yang baik, adanya dorongan yang mem-bantu, maka kesalahan-kesalahan itu makin lama makin berkurang, proses makin teratur, keraguan makin hilang dan timbul ketepatan.

Kegiatan belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses

perubahan-perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.


(22)

9 Berdasarkan ungkapan tersebut, maka belajar merupakan proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungan yang dapat berupa fakta, konsep atau teori dengan tujuan untuk mencapai perkembangan pribadi seutuhnya.

Proses pembelajaran memiliki tujuan, salah satu tujuan adalah pemahaman materi dan keterampilan (peran aktif siswa). Proses belajar mempunyai tujuan agar sis-wa memperoleh hasil belajar di dalam proses belajar itu. Hasil belajar sissis-wa di-peroleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. (Sardiman, 2003:26)

B. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Nasution (2003:85) mengatakan : “Aktivitas adalah segala sesuatu tingkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan,

diamati oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan”.

Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) : “Penga -jaran yang efektif adalah penga-jaran yang menyediakan kesempatan belajar

sen-diri atau melakukan aktivitas sensen-diri”.

Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:67) bahwa : “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih


(23)

10 banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh

anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2003: 101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

mem-perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,

me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi belajar pada dasarnya merupakan aktivitas seseorang yang dapat menyebab-kan perubahan pada dirinya sendiri.

C. Hasil Belajar

Menurut pandangan Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.


(24)

11 Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu dan positif baik dalam hal tingkah laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar akan membawa perubahan dan akan menghasilkan hasil belajar pada individu yang belajar. Pernyataan lain disebutkan pula oleh Gagne (dalam Slameto, 2003:13) yang menyatakan bahwa

1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku; 2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari instruksi.

(Dimyati dan Mudjiono, 2002:3) mengungkapkan bahwa

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tin-dak mengajar. Dari sisi guru, tintin-dak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemam-puan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah kognitif

Menurut Bloom dkk. (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:26) Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensin-tesis dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecah-kan masalah yang ada di tengah masyarakat. Kemampuan ini sering disebut kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan


(25)

12 kognitif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan berfikir untuk

memahaminya. Ranah kognitif merupakan salah satu aspek yang akan dinilai setelah proses pembelajaran berlangsung.

2. Ranah afektif

Menurut Popham 1995 (dalam Anonim, 2004:3):

“Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal, sedangkan seseorang yang berminat terhadap suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal”.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

3. Ranah psikomotor

Menurut Singer (dalam Anonim, 2004) “Pelajaran yang termasuk psiko -motor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik”. Mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, seni serta pelajaran lain yang memerlukan praktik. Ranah psikomotor yang dinilai adalah tes keterampilan siswa menggunakan alat-alat dalam praktikum.

Hasil belajar ranah kognitif yaitu hasil penguasaan konsep siswa setelah proses pembelajaran. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep-konsep merupakan dasar dari pengu-asaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.


(26)

13 Salah satu upaya mengukur keberhasilan pembelajaran yang diperoleh oleh siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang bisa diukur melalui tes. Sardiman (2003:51) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa selalu memunculkan pemahaman atau menimbulkan reaksi yang dapat diterima oleh akal serta tidak terikat pada situasi di tempat mencapai, tetapi dapat pula di-gunakan dalam situasi lain.

Secara mendasar hasil belajar sangat dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak. Banyak faktor untuk mengukur suatu pembelajaran dikatakan berha-sil, bukan saja dari hasil belajar siswa tetapi bisa dilihat dari perubahan yang ter-jadi pada diri siswa, yang tentunya menter-jadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemam-puan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang didalamnya terjadi interaksi edukatif sehingga berdampak positif bagi diri siswa itu sendiri. Hasil belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti dari usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (dalam Solihatin, 2007:4) mengatakan bahwa cooperative


(27)

14 learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembela-jaran (Ismail, 2003:18). Selain itu, Ismail mengungkapkan pula bahwa

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : 1. belajar dengan teman

2. tatap muka antar teman

3. mendengarkan diantara anggota

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok 5. belajar dalam kelompok kecil

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat 7. siswa membuat keputusan

8. siswa aktif

Dari hal-hal tersebut, dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah semata-mata siswa berdiskusi bersama saja, karena dalam pembelajaran koope-ratif ini dalam berdiskusi bersama siswa diharapkan saling belajar dan membela-jarkan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002:30-34) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok biasa dianggap cooperative learning. Untuk menda-patkan hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu :

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya dima-na semua anggota kelompok bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.


(28)

15 Dengan demikian setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk mem-berikan sumbangan.

2. Tanggung jawab perorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika pembela-jaran dibuat menurut prosedur pembelapembela-jaran kooperatif, setiap siswa akan me-rasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Dalam model pem-belajaran ini tugas harus dipersiapkan sedemikian rupa, masing-masing ang-gota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan, sehingga anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. 3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan ber-diskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota ke-lompok diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar siswa mempunyai bekal keterampilan ber-komunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelom-pok juga merupakan proses panjang dimana siswa tidak bisa diharapkan


(29)

16 langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka dengan istilah efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

Mencermati unsur-unsur yang semestinya ada dalam pembelajaran kooperatif, di-harapkan antar siswa yang terlibat dalam pembelajaran tersebut terjalin interaksi sosial dan interaksi kognitif, dengan terjalinnya interaksi ini diharapkan siswa yang terlibat dalam pembelajaran selain dapat memahami materi pembelajaran yang dipelajari juga akan mempunyai kemampuan berinteraksi dan mengem-bangkan sikap sosialnya.

Model belajar cooperative learning ini mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi penge-tahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. Suprayekti (2006:89) mengungkapkan bahwa


(30)

17 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat memberikan dampak positif kepada siswa antara lain :

a. Membangun sikap belajar kelompok / bersosialisasi. b. Membangun kemampuan bekerjasama.

c. Melatih kecakapan berkomunikasi. d. Melatih keterlibatan emosi siswa.

e. Mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar.

f. Meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok. g. Meningkatkan motivasi belajar.

h. Memperoleh kepuasan belajar.

Salah satu dari teknik instruksional pembelajaran kooperatif adalah learning together, yang dikembangkan oleh Johnson dan Johnson. Dalam belajar bersama, kelompok yang terdiri dari empat sampai enam siswa diberi satu pelajaran atau worksheet dimana mereka harus belajar atau melengkapinya bersama-sama. Setiap anggota dari setiap kelompok juga membantu kelompok lain setiap kali mereka telah melengkapi tugas mereka. Penghargaan diberikan untuk bekerja sama dan menyelesaikan tugas. Dalam pendekatan ini, tidak ada kompetisi antar kelompok.

Learning together menekankan empat hal. Pada hakekatnya, karakteristik umum dari semua teknik belajar kooperatif yaitu:

(1) Interaksi face to face (para siswa dalam kelompok empat sampai enam orang);

(2) Saling ketergantungan positif (para siswa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan umum);

(3) Tanggung jawab individual ( para siswa harus menunjukkan bahwa mereka sudah menguasai dan memahami materi);

(4) Keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok kecil (para siswa di-ajarkan bagaimana bekerja sama dan bagaimana cara mengevaluasinya).


(31)

18 Teori dan riset dengan jelas menekankan bahwa dua hal penting bagi pembelaja-ran kooperatif yaitu :

1) Merangsang untuk bekerja sama dan

2) Tanggung jawab individu. Kebanyakan aplikasi belajar kooperatif, penge-nalan kelompok dan kompetisi antar kelompok menjadi perangsang. Dan tanggungjawab individu meluas yang mana pencapaian kelompok bergan-tung pada pencapaian individual di dalam kelompok tersebut.

Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembe-lajaran, salah satunya adalah NHT. Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Lie, 2002:58). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Teknik ini

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Triyanto (2007:62-63) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT.


(32)

19 Struktur empat fase tersebut adalah sebagai berikut :

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3 : Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang diguna-kan oleh guru dalam proses pembelajaran Sadiman (1996:7). Penggunaan media dalam proses pembelajaran akan memudahkan guru menyampaikan materi pela-jaran dan mengefektifkan waktu serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan murid. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membantu siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dan berani mengemukakan pendapat adalah dengan menggunakan LKS sebagai media pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992:48), lembar kerja siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dalam menemukan konsep dari suatu materi pokok atau


(33)

sub-20 materi pokok mata pelajaran kimia yang disajikan. Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pringsewu pada kelas X6 semes-ter

ganjil tahun 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

B. Data Penelitian

Data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran. Data kuantitatif merupakan penguasaan konsep siswa yaitu berupa hasil tes penguasaan konsep yang dilaksanakan setelah akhir siklus.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengambil data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa diamati meng-gunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa oleh guru dan satu orang obser-ver selama proses pembelajaran berlangsung. Data tentang kinerja guru diperoleh


(35)

22 menggunakan lembar observasi kinerja guru. Dalam hal ini sebagai observer adalah guru mitra.

2. Tes

Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif yaitu penguasaan konsep siswa terhadap materi Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana yang berupa nilai kognitif. Tes penguasaan konsep tersebut dilakukan sebanyak dua kali, yaitu disetiap akhir siklus.

D. Indikator Kerja

Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah terjadi peningkatan: 1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus

sebesar ≥ 5%.

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5%.

3. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal sekolah dari siklus ke siklus ≥ 5 %.


(36)

23 E. Pengembangan Siklus Tindakan

Siklus I

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah :

a) Melakukan observasi ke sekolah tentang masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.

b) Menetapkan subyek penelitian.

c) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

d) Menyusun lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang memuat langkah-langkah pembelajaran kooperatif.

e) Menyusun lembar angket untuk mengukur minat siswa dalam pembelajaran. f) Membuat lembar kerja siswa (LKS)

g) Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep siswa.

2. Pelaksanaan

a) Sebelum pelaksanaan dilakukan peneliti membentuk kelompok kooperatif sebanyak 8 kelompok berdasarkan tes pada materi ikatan kimia. Setiap kelompok terdiri atas 4 siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen, satu orang berkemampuan akademik tinggi, dua orang

berkemampuan akademik sedang dan satu orang lagi berkemampuan akademik rendah selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap


(37)

24 keberhasilan kelompok. Langkah ini dilakasanakan sebelum pelaksanaan tindakan diberikan.

b) Melakukan pengambilan data minat untuk mengetahui minat awal siswa terha-dap pembelajaran kimia.

c) Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 x 45 menit)

d) Menyampaikan indikator pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa. Pada pertemuan pertama, guru menanyakan nama-nama senyawa yang mereka ketahui dan pada pertemuan kedua, guru mena-nyakan kembali cara penamaan tata nama senyawa biner yang telah dipelajari sebelumnya.

e) Membagikan LKS tata nama senyawa dan kartu bernomor kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

f) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dengan bimbi-ngan guru. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru membimbing siswa mengerjakan LKS tata nama senyawa .

g) Guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesim-pulan dan memberikan penguatan konsep tentang materi yang sedang dipela-jari.


(38)

25 3. Observasi

Observasi dilakukan berdasarkan:

a) Observasi aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar aktivitas belajar siswa yang dilakukan oleh satu orang observer.

b) Observasi kinerja guru dengan mengisi lembar aktivitas kinerja guru yang dilakukan oleh guru mitra.

c) Melakukan tes akhir siklus I.

d) Memberikan penghargaan kelompok terbaik bagi kelompok yang berhasil mencapai kriteria dalam bentuk tertulis berupa pengumuman yang ditempel.

4. Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus I, bersama guru mitra melakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I. Kekurangan-kekurangan itu akan diperbaiki pada siklus II. Adapun kekurangan-kekurangan pada siklus I dan perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada pelaksanaan siklus II yaitu :

a) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini terlihat dari siswa yang belum siap dalam menjawab pertanyaan ketika ditunjuk oleh guru, masih rendahnya aktivitas siswa bertanya pada guru, menanggapi jawaban dari kelompok lain dan aktivitas aktif dalam diskusi kelompok dan siswa masih mengandalkan siswa yang pintar untuk

mengerjakan LKS dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan LKS. Ini terlihat berdasarkan hasil pengamatan observer dalam lembar observasi aktivitas siswa.


(39)

26 b) Nilai rata-rata penguasaan konsep kimia siswa belum memenuhi SKBM yang

ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65. Hal ini terlihat dari hasil tes formatif yang telah dilakukan, dimana diperoleh 20 orang siswa yang tuntas belajar dan 12 orang siswa belum tuntas

c) Guru kurang memotivasi, memberi kesempatan untuk bertanya, membimbing siswa dalam menemukan konsep dan memberi penguatan kosep materi pembelajaran yang terlihat berdasarkan lembar observasi kinerja guru.

Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti membuat perencanaan perbaikan-perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah:

a) Lebih membimbing siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep dengan memberikan perhatian secara merata, terutama kepada siswa yang nilainya masih dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan sekolah dan kepada siswa yang minatnya terhadap pembelajaran kimia masih rendah.

b) Meningkatkan motivasi kepada siswa dengan memberikan penghargaan berupa hadiah untuk kelompok tim sangat baik pada pembelajaran berikutnya dan sering memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan meminta siswa mengumpulkan LKS yang diberikan pada setiap akhir pertemuan.


(40)

27 2. Pelaksanaan

Pelaksanaan ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan (4 x 45 menit)

a) Menyampaikan indikator pembelajaran, mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa. Pada pertemuan pertama, guru menanyakan kepada siswa tentang reaksi-reaksi yang terjadi dilingkungan sekitar dan pada pertemuan kedua guru menanyakan kembali cara menyetarakan reaksi dengan cara langsung.

b) Membagikan LKS persamaan reaksi sederhana dan kartu bernomor kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

c) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dengan bim-bingan guru. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru membimbing siswa mengerjakan LKS.

d) Guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannnya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesim-pulan dan memberikan penguatan konsep tentang materi yang sedang dipe-lajari.


(41)

28 3. Observasi

Observasi dilakukan berdasarkan:

a) Observasi aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar aktivitas belajar siswa yang dilakukan oleh satu orang observer.

b) Observasi kinerja guru dengan mengisi lembar aktivitas kinerja guru yang dilakukan oleh guru mitra.

c) Melakukan tes akhir siklus II.

d) Memberikan penghargaan kelompok terbaik bagi kelompok yang berhasil mencapai kriteria dalam bentuk tertulis berupa pengumuman yang ditempel. e) Mengumpulkan dan mengolah data penelitian.

f) Menganalisis data dan membuat kesimpulan.

4. Refleksi

Pada akhir siklus ini kembali diadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi yaitu: Guru masih kurang memperhatikan karakteristik tiap-tiap individu siswa terutama pada siswa-siswa yang belum tuntas dalam belajar dan waktu pelaksanaan tes formatif kurang disesuaikan dengan kesiapan siswa.


(42)

29 Secara garis besar langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

Arah Siklus I

Arah Siklus II

Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian tindakan kelas

Dimodifikasi dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993:48)

F. Analisis Data 1. Data kualitatif

Persentase aktivitas belajar siswa jenis i tiap pertemuan 100%

x N

Ai

%Ai

Keterangan :

%Ai = persentase siswa yang termasuk dalam aktivitas jenis i Ai = jumlah siswa yang termasuk ke dalam aktivitas jenis i

Perencanaan I

Refleksi I

Perencanaan II Observasi I

Refleksi II

Observasi II

Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan I Temuan Orientasi dan Kajian Teori


(43)

30 N = jumlah siswa yang hadir

Rumusan persentase rata-rata aktivitas siswa jenis i tiap siklus

P %Ai %Ai

Keterangan :

%Ai = persentase rata-rata aktivitas siswa jenis i pada tiap siklus %Ai = jumlah persentase aktivitas siswa jenis i pada tiap pertemuan P = jumlah pertemuan tiap siklus

Perhitungan persentase peningkatan untuk setiap jenis aktivitas dari siklus ke siklus

%A = %A - %Ai Keterangan :

%A = persentase peningkatan aktivitas siswa jenis i dari siklus ke siklus %A = persentase rata-rata tiap aktivitas siswa jenis i silkus I

%Ai = persentase rata-rata tiap aktivitas siswa jenis i siklus II

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data penguasaan konsep siswa yaitu berupa hasil tes penguasaan konsep yang dilaksanakan setiap akhir siklus.


(44)

31 Rata-rata penguasaan konsep siswa tiap siklus

N

ΣXi

i

X

Keterangan: i

X : nilai rata-rata siklus ke-i Xi : jumlah nilai tes siklus ke-i N : jumlah siswa

i : 1,2 (siklus pembelajaran)

Persentasi peningkatan penguasaan konsep siswa 100% x i Y i Y Y %Y Keterangan :

%Y : persentase kenaikan hasil belajar siswa Y : rata-rata hasil belajar siswa siklus II Y i : rata-rata hasil belajar siswa siklus I

Persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 tiap siklus 100% x N ΣPi Ri % Keterangan :

%Ri = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-i Pi = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-i

N = jumlah siswa keseluruhan i : 1,2 (siklus pembelajaran)


(45)

32 Persentase ketuntasan belajar siswa

% X100%

N Sk Sk

Keterangan : Sk

% = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n

N = Jumlah siswa keseluruhan.

Penghargaan Team

Kriteria poin peningkatan individu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 2. Cara Perhitungan Skor Peningkatan individu

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal 30 Slavin (2008: 159)

Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus : Nk = Jumlah poin setiap anggota kelompok

Jumlah anggota Nk = poin peningkatan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan berdasarkan tabel berikut.


(46)

33 Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat kelompok

Nk < 15 Cukup

15 ≤ Nk ≤ 25 Baik

Nk > 25 Sangat Baik


(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan:

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu aktivitas bertanya pada guru meningkat sebesar 7,09%, aktivitas menanggapi jawaban dari kelompok lain meningkat sebesar 6,58%, aktivitas aktif dalam diskusi kelompok (mengemukakan pendapat dan bertanya dalam kelompok) meningkat sebesar 16,85% dan aktivitas mengerjakan LKS atau latihan soal meningkat sebesar 6,61%. Indikator kinerja terjadinya peningkatan tiap aktivitas siswa sebesar ≥ 5% tercapai dari siklus I ke siklus II.

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 3,29%. Namun indikator kinerja terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar ≥ 5% tidak tercapai.

3. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 12,5%. Indikator terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar ≥5% tercapai.


(48)

47

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran bahwa :

1. Model pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep kimia siswa khususnya pada materi Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana.

2. Bagi guru atau calon peneliti yang tertarik dengan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, sebaiknya sebelum mengisi LKS siswa dijelaskan petunjuk penggunaan LKS terlebih dahulu agar siswa lebih mudah dalam mengkonstruksi suatu konsep dan lebih memperhatikan karakteristik tiap-tiap individu siswa.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.

. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Psikomotor. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Feni, F. 2007. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Bersama Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Hukum Dasar Kimia. (Studi pada Siswa Kelas X.2 SMA N 1 Pulau Panggung

Tanggamus). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelpia. Open University Press. Surabaya.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Martini, I. 2006. Pendekatan kontruktivisme Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 2 Semester Ganjil SMAN 1 Bandar Lampung T.P 2005-2006. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Nasution, M.A. 2003. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta. Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.


(50)

49

Sadiman, 1996. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, R.E. (terjemahan). 2008. Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, E. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sriyono. 1992. Proses Belajar Mengajar dan Strategi. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. www.geogle.co.id. Jurnal. Desember 2006. 27 Juni 2008. http://www.jurnal pendidikan penabur - No.07/Th.V/Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta.

Triyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

32 Persentase ketuntasan belajar siswa

% X100%

N Sk Sk

Keterangan : Sk

% = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n

N = Jumlah siswa keseluruhan.

Penghargaan Team

Kriteria poin peningkatan individu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 2. Cara Perhitungan Skor Peningkatan individu

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal 30 Slavin (2008: 159)

Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus : Nk = Jumlah poin setiap anggota kelompok

Jumlah anggota Nk = poin peningkatan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan berdasarkan tabel berikut.


(2)

33 Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat kelompok

Nk < 15 Cukup

15 ≤ Nk ≤ 25 Baik

Nk > 25 Sangat Baik


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan:

1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu aktivitas bertanya pada guru meningkat sebesar 7,09%, aktivitas menanggapi jawaban dari kelompok lain meningkat sebesar 6,58%, aktivitas aktif dalam diskusi kelompok (mengemukakan pendapat dan bertanya dalam kelompok) meningkat sebesar 16,85% dan aktivitas mengerjakan LKS atau latihan soal meningkat sebesar 6,61%. Indikator kinerja terjadinya peningkatan tiap aktivitas siswa sebesar ≥ 5% tercapai dari siklus I ke siklus II.

2. Rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 3,29%. Namun indikator kinerja terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar ≥ 5% tidak tercapai.

3. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 12,5%. Indikator terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar ≥5% tercapai.


(4)

47 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran bahwa :

1. Model pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep kimia siswa khususnya pada materi Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana.

2. Bagi guru atau calon peneliti yang tertarik dengan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, sebaiknya sebelum mengisi LKS siswa dijelaskan petunjuk penggunaan LKS terlebih dahulu agar siswa lebih mudah dalam mengkonstruksi suatu konsep dan lebih memperhatikan karakteristik tiap-tiap individu siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.

. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Psikomotor. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Feni, F. 2007. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Bersama Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Hukum Dasar Kimia. (Studi pada Siswa Kelas X.2 SMA N 1 Pulau Panggung

Tanggamus). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelpia. Open University Press. Surabaya.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Martini, I. 2006. Pendekatan kontruktivisme Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 2 Semester Ganjil SMAN 1 Bandar Lampung T.P 2005-2006. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Nasution, M.A. 2003. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta. Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.


(6)

49

Sadiman, 1996. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, R.E. (terjemahan). 2008. Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, E. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sriyono. 1992. Proses Belajar Mengajar dan Strategi. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. www.geogle.co.id. Jurnal. Desember 2006. 27 Juni 2008. http://www.jurnal pendidikan penabur - No.07/Th.V/Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta.

Triyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NHT PADA MATERI IKATAN KIMIA, TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA(PTK PADA SISWA KELAS X2 SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TP 2010 - 2011)

1 8 49

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBANGUN KONSEP DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID

0 5 69

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 6 33

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GETARAN-GELOMBANG DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF.

0 0 46