EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DANPENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

(Skripsi)

Oleh MIMI SUNDARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains dasar... 16

2. Indikator keterampilan proses sains terpadu ... 17

3. Desain Penelitian... 24

4. Klasifikasi gain ( g ) ... 30

5. D Data rata-rata nilai pretes dan posttes penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol……… 39

6. Data rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan menyimpulkan siswa kelas eksperimen dan kontrol... ……….…. 40

7. Data nilain-gainpenguasaan konsep dan keterampilan menyimpulkan siswa kelas eksperimen dan kontrol………….. 41

8. Data perolehan nilai Chi kuadrat ( χ2) untuk distribusinn-gain keterampilan menyimpulkan ……….. 42

9. Nilai Chi-kuadrat (χ2) untuk distribusi N-gain penguasaan konsep.. 42

10. Data Perolehan Nilai Variansn-gaindan uji hipotesis (uji-t) penguasaan konsep………..…... 43

11. Data nilai variansn-gaindan uji hipotesis (uji-t) keterampilan menyimpulkan………... 44


(3)

viiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(4)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh MIMI SUNDARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Learning Cycle 3Epada materi reaksi reduksi-oksidasi untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa. Model pembelajaran Learning Cycle 3E yang digunakan terdiri dari 3 fase, yaitu : (1)exploration, (2) explanation,(3)elaboration.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Gadingrejo semester Genap Tahun Ajaran 2011-2012 yang berjumlah 248 siswa, kemudian ditentukan sampel dalam penelitian adalah kelas X4sebagai kelas eksperimen dan kelas X2sebagai kelas kontrol yang memiliki karakteristik hampir sama. Pene-litian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design. Efektivitas pembelajaranLearning Cycle 3Ediukur berdasarkan perbedaan gain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai reratan-gain keterampilan menyimpulkan untuk kelas eksperimen dan kontrol masing-masing 0,75 dan 0,50; dan reratan-gainpenguasaan konsep untuk kelas eksperimen dan kontrol masing-masing 0,42 dan 0,37.


(5)

Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan model pembelajaran Learning Cycle 3E memiliki keterampilan menyimpulkan yang lebih tinggi diban-dingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranLearning Cycle 3Eefektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan. Namun demikian pada penguasaan konsepnya, kelas eksperimen memiliki penguasaan konsep yang lebih rendah dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: pembelajaranLearning Cycle 3E, keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep


(6)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh MIMI SUNDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

C. PembelajaranLearning Cycle 3 E ... 10

D. Keterampilan Proses Sains ... 13

E. Penguasaan Konsep ... 18

F. Kerangka Pemikiran... 19

G. Anggapan Dasar ... 21

H. Hipotesis Umum... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 23


(8)

xi

`

B Metode dan Variabel Penelitian ... 24

C Design Penelitian ... 24

D. Jenis dan Sumber Data ... 25

E . Instrumen Penelitian ... 25

F. Pelaksanaan Penelitian... 27

G. Teknik Analisis Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 40

B. Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA... . LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 57

2. Silabus Kelas Kontrol... 109

3. RPP Kelas Eksperimen ... 63

4. RPP Kelas Kontrol ... 115

5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 81

6. Kisi-Kisi Soal Pretest ... 133

7. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes... 138

8. Soal Pretes ... 154

9. Kisi-Kisi Soal Postest ... 161


(9)

xii

`

11. Soal Postest ……….. 174

12 Data Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep ... 179

13. Data Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Keterampilan menyimpulkan ... 180

14. Data Rata-Rata nilai keterampilan Menyimpulkan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 181

15. Perhitungan ... 183

16. Lembar Pengamatan ... 209

17. Lembar Kinerja Guru Mengajar Kelas Kontrol ... 213

18. Lembar Penilaian Efektifitas Siswa Kelas Eksperimen ... 221


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dra. Ila Rosilawati, M.Si ___________

Sekretaris :Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ___________ Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S ___________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(11)

MOTTO

Bertemunya persiapan dan kesempatan membuahkan hasil yang kita sebut keberuntungan

(Anthony Robbins)

Tidak ada yang tidak mungkin, impian akan tercapai jika berusaha, kerja keras dan berdo a

Semangattttttt!!!!! (Mimi Sundari)

Selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, tetap selalu

semangat dan berusaha untuk kesuksesan hidup ini


(12)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN

PENGUASAAN KONSEP Nama Mahasiswa :Mimi Sundari

No. Pokok Mahasiswa :0743023036 Program Studi :Pendidikan Kimia Jurusan :Pendidikan MIPA

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.

NIP.196507171990032001 NIP.196608241991112002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP 196710041993031004


(13)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, 2012

Mimi Sundari NPM 0743023036


(14)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Bapak dan Ibuku , terimakasih atas doa, kasih sayang materi dan harapan yang telah kalian berikan.

Jerih payah dan kerja keras ayah dan ibu tidak akan terlupakan dan tidak akan pernah terbalaskan, dan semoga Allah SWT membalas semua jasa dan

pengorbanan kalian. Amien

Ajjong dan amongku tercinta , terimakasih atas materi, kritikan-kritikan kecil yang membuatku selalu ceria dan penuh

semangat.

Adik-adikku, devi, setri, diana dan shiean tersayang,... Terima kasih untuk perhatian dan do anya, tawa

dan canda kalian adalah semangat bagiku.

Seseorang yang kelak menjadi teman hidupku (Insya Allah), Terimakasih atas motivasi, waktu, perhatian serta

bantuan yang selalu tercurah untukku.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kenali pada tanggal 18 juni 1989, anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Setiadi dan Ibu Masroh.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi yang diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 02 Way Empulau Ulu yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Liwa yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA YP Unila Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis

diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.

Dalam bidang akademik, Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Budaya Bandar Lampung.


(16)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul“ Efektivitas Model PembelajaranLearning Cycle 3EPada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi Untuk Meningkatkan Keteram-pilan Menyimpulkan Dan Penguasaan Konsep ”sebagai salah satu syarat mempe-roleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selakuPembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I, dan Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing II, terimakasih atas keikhlasan waktu, kesabaran, motivasi dan bimbingannya. 5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas atas bimbingan, keikhlasan

waktu, motivasi, kesabaran dan bantuannya.

6. Ibu Dra. Hermin Budiarsi, selaku Kepala SMAN 1 Gadingrejo, Ibu Dra. Sulistini selaku guru mitra yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian, dan seluruh siswa siswi, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.


(17)

iii 7. Teristimewa untuk Bapak dan ibuku tercinta, yang sudah menjadi sumber

inspirasi dan semangat hidupku. Terimakasih untuk kasih sayang, nasihat, dan bantuan doa yang tercurah serta dukungan materil yang diberikan untuk harapan dan keberhasilanku.

8. Ajjong, among, alak, unik dan adik-adikku serta seluruh keluarga yang turut mendoakan, terimakasih atas dukungan dan perhatiannya .

9. Ari Yunata, terimakasih atas kesetiaan,motivasi, do’adan perhatian yang selalu tercurah untukku.

10. Sahabatku : Kiki, Dian, Marta, Nova, Meri, Lisna dan Adi terimakasih telah menjadi tempat bersandarku saat aku senang dan sedih.

11. Partner terbaikku Sulis Setyowati dan teman seperjuanganku Lia, Riski Indah Lestari dan Yuli terimakasih atas doa, semangat dan bantuannya.

12. Teman-teman seperjuanganku di P. Kimia’07 serta kakak dan adik tingkat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, persaudaraan dan kerjasamanya.

Akhirnya penulis panjatkan doa dan syukur, Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini, bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(18)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa di sekolah saja, tetapi juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah.

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengamati (observasi), menyimpulkan (inferensi), mengelom-pokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomuni-kasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih mene-kankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan menyim-pulkan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan mengembangkan kemampuan siswa. Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Materi reaksi oksidasi-reduksi merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan sekitar. Beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa kelas X SMA


(19)

2 adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi reduksi oksidasi dan hubu-ngannya dengan tatanama senyawa serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa harus mempelajari materi reaksi oksidasi-reduksi. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menuntut siswa untuk mengembangkan daya pikir dan penguasaan konsep yang mendasari materi reaksi oksidasi-reduksi.

Untuk itu juga perlu dilatihkannya keterampilan proses sains terutama keterampil-an menyimpulkketerampil-an agar siswa mampu membuat suatu kesimpulketerampil-an tentketerampil-ang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi yang mereka peroleh. SMA Negeri 1 Gading Rejo adalah salah satu SMA Negeri yang terdapat di Gadingrejo. Hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 1 Gadingrejo pada awal semester genap tahun pelajaran 2011-2012, diperoleh informasi yaitu rendahnya penguasaan konsep siswa, masalah yang dihadapi siswa adalah sebagian besar siswa masih menganggap kimia seba-gai mata pelajaran yang sulit dipahami, khususnya pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Sulitnya memahami materi tersebut dikarenakan selama ini pada proses pembelajaran lebih memfokuskan pada ketuntasan materi pelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Akibatnya pembelajaran menjadi kehilangan daya tariknya dan muncul kejenuhan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya berperan


(20)

3 sebagai fasilitator dan motivator. Kegiatan pembelajaran KTSP menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus setelah proses pembelajaran. Namun pada kenyataanya paradigma lama di mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan.

Agar pembelajaran kimia menjadi pelajaran yang disukai dan siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan indikator pembe-lajaran yang telah direncanakan, maka seorang pendidik perlu mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif, yang mampu mening-katkan keaktifan belajar siswa khususnya penguasaan konsep materi sesuai dengan indikator pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang bersangkut-an. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses sains sehingga siswa lebih mudah dalam menemukan dan memahami konsep yang sulit adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berfi-losofi konstruktivisme. Fiberfi-losofi konstruktivisme dikemukakan oleh Piaget (Bell, 1994) yang menganggap bahwa setiap individu mengkonstruk pengetahuan secara aktif melalui pemahaman atas pengalaman mereka sendiri. Siswa harus mengam-bil peran aktif dalam memilih dan mengelola informasi, mengkonstruk hipote-sisnya, memutuskan, dan kemudian merefleksikan pengalaman yang mereka peroleh.

Salah satu model yang berlandaskan teori konstruktivisme dan memberdayakan siswa dalam pembelajaran pada materi reaksi oksidasi-reduksi adalah model pem-belajaranLearning Cycle 3E(LC 3E). Model pembelajaran LC 3E adalah pem-belajaran yang dilakukan melalui serangkaian tahap (fase pempem-belajaran) yang


(21)

4 dapat menigkatkan hasil belajar pada siswa. Dengan kata lain siswalah yang men-dominasi kegiatan belajar. Selain itu, model pembelajaran LC 3E dapat mengem-bangkan sikap ilmiah siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Fase-fase pembelajaran tersebut meliputi:(1) fase eksplorasi (exploration); (2) fase penjelasan konsep (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).

Pada fase eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase

penerapan konsep (elaboration),siswa menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Beberapa penelitian yang mengkaji tentang penerapan modelLearning Cycle 3E dapat meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada siswa adalah hasil penelitian Permadi (2011) yang dilakukan pada siswa SMA Budaya Bandar Lampung kelas X3menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan penerapan model LC 3E mampu meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Permadi menuliskan kendala yang dihadapi saat penelitian dilakukan salah satunya yaitu pengelolaan waktu, melakukan praktikum membutuhkan banyak waktu. Oleh


(22)

5 karena itu pada penelitian ini salah satu alternatif yang akan penulis ambil adalah dengan membedakan LKSnya. Penelitian lainnya adalah Fitriyani (2009), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemampuan berpikir rasional yang dicapai siswa merupakan pengaruh dari penggunaan modellearning cycle 3eyang dite-rapkan dalam pembelajaran kimia di kelas X SMA Sriwijaya, Palembang.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul“Efektivitas Model PembelajaranLearning Cycle 3EPada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan PenguasaanKonsep”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model pembelajaran LC 3E pada materi reaksi oksidasi-reduksi untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasa-an konsep pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 3E pada materi

reaksi oksidasi-reduksi untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada siswa.

2. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 3E pada materi reaksi oksidasi-reduksi untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada siswa.


(23)

6 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain : 1. Siswa

Mendapat pengalaman belajar secara langsung dan mempermudah dalam mengkonstruksi konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada siswa.

2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembe-lajaran kimia, terutama pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pema-haman awal dengan pemapema-haman setelah pembelajaran. ( Wicaksono, 2008)

2. Model pembelajaran LC 3E adalah salah satu model pembelajaran berba-sis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) Fase eksplorasi


(24)

7 (exploration); (2)Fase penjelasan konsep (explaination); (3) Fase penera-pan konsep (elaboration).

3. Keterampilan menyimpulkan adalah salah satu keterampilan proses sains yang mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau feno-mena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi. 4. Penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi merupakan nilai siswa pada

materi reaksi oksidasi-reduksi yang diperoleh melaluiposttest.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa diterapkan di SMA Negeri 1 Gading Rejo.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada :

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar siswa apabila secara statistik hail belajar siswa menunjukkan perbedaan yag signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.


(26)

9 B. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah kons-truksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyata-an (realitas). Von Glasersfeld menegaskkenyata-an bahwa pengetahukenyata-an bukkenyata-anlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan konstekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Akan tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksi


(27)

10 pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang menge-tahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelaja-rinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997)

C. Learning Cycle 3 Phase

Learning Cycle(LC) merupakan salah satu model perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesem-patan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Learning Cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cyclemerupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengha-ruskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan perma-salahan yang dibimbing oleh guru.

Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji


(28)

11 prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk me-nentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingka-tannya.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna(2007) mengungkapkan bahwa: “Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center-ed). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

Learning Cycle 3 Phase(LC 3E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (explorati-on), penjelasan konsep (concept introduction/ explainati(explorati-on), dan penerapan konsep (elaboration)”.

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendis-kusikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya(cognitive dise-quilibrium)yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep.


(29)

12 Pada fase penjelasan konsep, diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan sepertiproblem solvingatau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna(2007).

LC 3E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingku-ngan fisik maupun sosial.

Implementasi LC 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstrukti-vis menurut Haryono (2001) adalah:

1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah.

Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.


(30)

13 Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC 3E berlangsung secara

konstruktivistik adalah:

1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan. 3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu

dengan lingkungannya.

4. Tersedianya media pembelajaran.

5. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Depdikbud (1986) dalam Dimyati (2006), pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan

keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keteram-pilan proses sains.

Menurut Hariwibowo (2009):

“Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan”


(31)

14 Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

Menurut Wetzel dalam Mahmudin(2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampi-lan proses terpadu.

Menurut Rezba dan Wetzel dalam Mahmudin(2010), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan objek.

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti standar dan non-standar satuan pengukuran.

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Menurut Rezba dalam Mahmudin (2010), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen


(32)

keterampi-15 lan proses dasar penting baik secara parsial maupun saat terintegrasi secara

bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terben-tuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Perpaduan dua keterampilan proses terpadu. Menurut Wetzel dalam Mahmudin(2010), keterampilan proses terpadu meliputi:

1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.

3. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan ka-rakteristik diamati.

4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5. Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut Hartono (2007) pendidikan keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:


(33)

16 1. Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi

observasi, klasifikasi, pengukuran, berkomunikasi dan inferensi.

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar

KeterampilanDasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba ) untukmengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan

Klasifikasi

Mampu menentukan perbedaan, mengkon-traskan ciri-ciri, mencari kesamaan,

membandingkan, dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan perala-tan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengu-kuran lain

Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jela.

Menarik Kesimpulan

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi merumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membu-at definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang


(34)

17 penyelidikan, dan aplikasi konsep. Indikator keterampilan proses sains terpadu ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator

Merumuskan hipotesis Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu .

(formulating Hypotheses) hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah.

Menamai variabel (Naming Variables)

Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan.

Mengontrol variabel (Controling Variables)

Mampu mengidentifikasi variabel yang mem-pengaruhi hasil percobaan, menjaga ke-konstanannya selagi memanipulasi variabel bebas. Membuat definisi

operasional (making operational definition)

Mampu menyatakan bagaimana

mengukur semua faktor/variabel dalam suatu eksperimen.

Melakukan Eksperimen (experimenting)

Mampu melakukan kegiatan,

mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis,

mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil

eksperimen.

Interpretasi (Interpreting) Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan

(misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam.


(35)

18 Merancang penyelidikan

(Investigating)

Mampu menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah. Aplikasi konsep (Appling

Concepts)

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip.

Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip-prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersang-kutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Menurut Dahar (1998), konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan


(36)

19 berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya mengha-fal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya inte-raksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengu-bah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkemba-ngan konsep secara evolutif. Deperkemba-ngan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E, terutama dalam membelajarkan materi reaksi oksidasi-reduksi, merupakan pembelajaran siklus belajar yang


(37)

20 mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explaination), dan fase penerapan konsep (elaboration).

1. Fase eksplorasi (exploration), siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui gambar yang ditayangkan. Pada fase ini terjadi proses asimilasi yaitu proses penambahan informasi baru dengan stuktur kognitif yang ada. Pada tahap ini siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada ber-kembangnya daya nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep (explaination).

2. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentu-kan atau mengenal suatu konsep berdasarmenentu-kan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Pada fase ini siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya se-hingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang baru (ekuilibrasi).


(38)

21 3. Fase penerapan konsep (elaboration). Pada fase ini siswa diajak untuk

menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pema-haman melalui fakta-fakta yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan konsep, hukum, dan teori, serta dapat mengaitkan dan menerapkan pada realistis kehidupan.

Dengan berpikir apabila pembelajaran seperti ini diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan menyimpul-kan dan juga penguasaan konsep, sehingga keterampilan menyimpulmenyimpul-kan dan penguasaan konsep siswa menggunakan pembelajaran ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X semester genapSMA 1 Gading Rejo tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Model pembelajaran LC 3E efektif untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa.


(39)

22 Perbedaan penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi semata-mata karena

perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis dengan perumusan sebagai berikut: “modelpembelajaran LC 3E efektif pada reaksi oksidasi-reduksi untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada siswa”.


(40)

23

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 248 siswa dan terse-bar dalam 8 kelas yaitu X1, X2, X3, X4, X5,X6, X7dan X8.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknikpurposive sampling. Purposive samplingadalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari delapan kelas yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan latar belakang kemampuan akademik sama yang dilihat dari nilai mid semester pada materi sebe-lumnya tentang stoikiometri. Dua kelas tersebut antara lain kelas X2dan kelas X4, kemudian ditentukan kelas X2sebagai kelas kontol dan kelas X4sebagai kelas eksperimen.


(41)

24 B. Metode dan Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pemebelajaran LC 3E dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi pada SMA Negeri 1 Gadingrejo

C. Design Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design(Creswell, 1997) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjuk-kan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Petest Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan:

X1:Pembelajaran kimia menggunakan LC 3E

X2:Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran non LC 3E (konvensional)

O1:Pretestyang diberikan sebelum perlakuan O2:Posttestyang diberikan setelah perlakuan


(42)

25 D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.

2. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a) Data primer yang meliputi :

2.1 Data hasilpretest danposttestkelompok kontrol

2.2 Data hasilpretestdanposttestkelompok eksperimen dan b) Data sekunder yang meliputi :

Lembar kinerja guru dan lembar observasi siswa 3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, digunakan metode tes untuk memperoleh data nilai keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa kelas ekspe-rimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalahpretestdan posttest.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, RPP, LKS eksperimen dan non eksperimen, soalpretestdanposttest yang masing-masing terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal keterampilan menyimpulkan dalam bentuk uraian.

Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soalpretestadalah materi pokok sebelumnya (larutan elektrolit


(43)

26 dan larutan non elektrolit), sedangkan soalposttestadalah reaksi

oksidasi-reduksi.

Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Dengan kata lain suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat . Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digu-nakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilaian, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Pelaksanaan Penelitian


(44)

27 1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di

SMA Negeri 1 Gading Rejo.

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X SMA Negeri 1 Gading Rejo.

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digu-nakan selama proses pembelajaran di kelas.

4. Pelaksanaanpretestdi kedua kelas.

5. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan pem-belajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran LC 3E dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

6. Pelaksanaanposttestdi kedua kelas.

7. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 8. Penarikan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Menentukan Populasi dan Sampel


(45)

28

4.

Gambar 1. Alur penelitian

G. Analisis Data

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.

Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Validasi instrumen

Kelas Eksperimen LC 3 E Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Pretest Posttest

Analisis Data

Kesimpulan

100 x maksimal

skor

benar yang jawaban skor

Siswa Nilai


(46)

29

2. Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

H0 : µ1x≤µ2x

H0 : Rata-rata gain penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran menggunakan modelLearning Cycle 3Elebih rendah daripada rata-rata gain penguasaan konsep yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo.

H1 : µ1x> µ2x

H1 : Rata-rata gain penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran menggunakan modelLearning Cycle 3Elebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo.

Keterangan :

µ1: Rata-rata gain (x) dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaranLearning Cycle 3E.

µ2: Rata-rata gain (x) dengan pembelajaran konvensional. x : Penguasan konsep reaksi oksidasi-reduksi


(47)

30 Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasilpretestdanpostest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain), yaitu :

=

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homoge-nitasnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

3. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan diguna-kan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentudiguna-kan apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.


(48)

31 c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan

rumus: Z=

dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)

= ( )

Dengan:

χ = Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadratχ de-ngan taraf signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jikaχ < χ maka data berdistribusi normal atau terima H0


(49)

32 Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperi-men dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah : H0: σ12= σ22 Datan-gainkelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1: 1 2

2 2

Datan- gainkelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Keterangan:

s12= varians terbesar s22= varians terkecil

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika : F(1-α)(n1-1)< F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002).

5. Uji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengu-jian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002):

2 2 2 1

s s F


(50)

33 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung  

 , dengan

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan :

thitung= Kesamaan dua rata-rata

1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s = Standar Deviasi

s2= Varians

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika–ttabel< thitung< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Namun jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t’ dengan rumus perhitungan (Sudjana, 2002):

Keterangan: 2 2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s X X t hitung + − =


(51)

34

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen

2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika–t’tabel< t’hitung< t’tabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan tarafsignifikan α = 5% peluang (1-α ).

Berbeda lagi jika data dua sampel bebas berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji statistik non-parametrikU (Mann Whitney) sebagai pengganti uji-t (Ruseffendi dalam Anonim, 2010). Uji dari Mann Whitney merupakan alternatif lain untuk menguji beda mean dari dua sampel. Uji-Uini tidak memerlukan asumsi distribusi normal dan homogenitas varians, yang diperlukan hanya data yang kontinu dan mempunyai skala ordinal. Adapun rumus uji-Uadalah sebagai berikut (Nazir dalam Anonim, 2010):

Keterangan:

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen

− + + = 1 1 1 2 1 1 2 ) 1 ( R n n n n U

− + + = 2 2 2 2 1 2 2 ) 1 ( R n n n n U


(52)

35 n2= Jumlah siswa kelas kontrol

R1= peringkat (rank) kelas eksperimen R2= peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika–Utabel<Uhitung<Utabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Jika sampel tergolong besar (n > 20) maka pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai z dengan perhitungan sebagai berikut (Manson dalam Anonim, 2010):

Keterangan: z = hasil z tes

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

R1= peringkat (rank) kelas eksperimen R2= peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika–ztabel< zhitung< ztabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

    + +     + + − − − =

∑ ∑

3 1 ) )( ( 2 1 ) ( 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 n n n n n n n n R R z


(53)

36 Kriteria pengujian hipotesis nol untuk masing-masing uji adalah sebagi

berikut:

a. Kriteria uji-t

Terima H0jika thitung< ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

b. Kriteria uji-t’

Terima H0jikat’hitung< t’tabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

c. Kriteria uji-U

Terima Ho jikaUhitung<Utabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

d. Kriteria uji nilai z

Terima H0jika zhitung< ztabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi dengan model pembelajaranLearning Cycle 3Elebih rendah daripada rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Gadingrejo. 2. Keterampilan menyimpulkan pada materi reaksi oksidasi-reduksi dengan

pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi daripada rata-rata keterampilan menyimpulkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.

3. Model pembelajaranLearning Cycle 3Epada materi reaksi oksidasi-reduksi efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.

4. Model pembelajaranLearning Cycle 3Epada materi reaksi oksidasi-reduksi tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.


(55)

56 B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaranLearning Cycle 3Ecocok digunakan untuk siswa yang mempunyai semangat belajar tinggi.

2. PembelajaranLearning Cycle 3Edapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi reaksi oksidasi-reduksi dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. Dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitriani, S. 2010. Efektivitas Model Learning Cycle 3E Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan Penguasaan Konsep Pada Materi Reaksi Reduksi-Oksidasi. FKIP UNSRI. Palembang.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2009. 30 Desember 2010

http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Haryono, 2001. Kumpulan Model Pembelajaran (bagian 6). http://history/22 education.wordpress.com/2010/11/20/kumpulan-model-pembelajaran-bagian-6.

Hidayat, A. 2003Analisis Ketrampilan Menyimpulkan Siswa SMU Kelas 2 Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/ tembolok.html.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta


(57)

Permadi,T. G. 2008.Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3E Pada Materi Reaksi Reduksi-Oksidasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep.FKIP Unila. Bandar Lampung

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Wicaksono, A. 2008.Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. 2 Juli


(1)

n2= Jumlah siswa kelas kontrol

R1= peringkat (rank) kelas eksperimen R2= peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika–Utabel<Uhitung<Utabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Jika sampel tergolong besar (n > 20) maka pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai z dengan perhitungan sebagai berikut (Manson dalam Anonim, 2010):

Keterangan: z = hasil z tes

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

R1= peringkat (rank) kelas eksperimen R2= peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika–ztabel< zhitung< ztabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

    + +     + + − − − =

∑ ∑

3 1 ) )( ( 2 1 ) ( 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 n n n n n n n n R R z


(2)

36 Kriteria pengujian hipotesis nol untuk masing-masing uji adalah sebagi

berikut:

a. Kriteria uji-t

Terima H0jika thitung< ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

b. Kriteria uji-t’

Terima H0jikat’hitung< t’tabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

c. Kriteria uji-U

Terima Ho jikaUhitung<Utabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).

d. Kriteria uji nilai z

Terima H0jika zhitung< ztabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).


(3)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi dengan model pembelajaranLearning Cycle 3Elebih rendah daripada rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Gadingrejo. 2. Keterampilan menyimpulkan pada materi reaksi oksidasi-reduksi dengan

pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi daripada rata-rata keterampilan menyimpulkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.

3. Model pembelajaranLearning Cycle 3Epada materi reaksi oksidasi-reduksi efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.

4. Model pembelajaranLearning Cycle 3Epada materi reaksi oksidasi-reduksi tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada siswa SMAN 1 Gadingrejo.


(4)

56 B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaranLearning Cycle 3Ecocok digunakan untuk siswa yang mempunyai semangat belajar tinggi.

2. PembelajaranLearning Cycle 3Edapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi reaksi oksidasi-reduksi dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(5)

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. Dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitriani, S. 2010. Efektivitas Model Learning Cycle 3E Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan Penguasaan Konsep Pada Materi Reaksi

Reduksi-Oksidasi. FKIP UNSRI. Palembang.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan

Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed).

26 Mei 2009. 30 Desember 2010

http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Haryono, 2001. Kumpulan Model Pembelajaran (bagian 6). http://history/22 education.wordpress.com/2010/11/20/kumpulan-model-pembelajaran-bagian-6.

Hidayat, A. 2003Analisis Ketrampilan Menyimpulkan Siswa SMU Kelas 2 Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/ tembolok.html.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta


(6)

Permadi,T. G. 2008.Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3E Pada Materi Reaksi Reduksi-Oksidasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan

Penguasaan Konsep.FKIP Unila. Bandar Lampung

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Wicaksono, A. 2008.Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. 2 Juli


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI

1 13 68

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP

0 24 44

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 12 70

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA

0 4 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT

0 3 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

0 8 45