PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF (SBEI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Natar TP 2011/2012)

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF (SBEI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA

(PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Natar TP 2011/2012)

Oleh Rio Mulyanto

Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Natar melalui wanwancara pada guru mata pelajaran fisika dan penyebaran angket kepada siswa diketahui bahwa pembelajaran fisika yang diterapkan guru lebih sering menggunakan metode ceramah yang terbatas pada penjelasan materi, memberi contoh soal, dan latihan menyelesaikan soal. Dengan kondisi seperti ini diperoleh informasi bahwa minat siswa menjadi rendah untuk belajar fisika. Hal ini berpengaruh juga pada sikap siswa yang tidak dibiasakan untuk belajar dalam kelompok. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan aktivitas adalah

pembelajaran dengan penerapan model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) pada pokok bahasan Gerak. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMAN 1 Natar yang berjumlah 41 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki, dan 23 siswa perempuan.


(2)

Rio Mulyanto

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh minat siswa sebesar 69,88%, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,57 % menjadi 77,57. aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,72%, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 21,60% menjadi 84,32% dengan kategori baik. Hasil belajar siswa; (i) kognitif siswa pada Pada siklus I sebesar 41,85% tergolong kurang baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 19,61% menjadi 61,46% tergolong cukup baik. (ii) afektif siswa pada siklus I sebesar 74% tergolong cukup baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 3% menjadi 77% tergolong baik. (iii) psikomotor siswa pada siklus I sebesar 66,22% tergolong baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 6,78% menjadi 73% tergolong baik. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI).dapat meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF (SBEI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT, AKTIVITAS, DAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

(PTK Pada Siswa Kelas X1 SMAN 1 Natar TP 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh Rio Mulyanto

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(4)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alur kerangka pikir penelitian ... 25

2. Grafik persentase minat siswa siklus I-II ... 59

3. Grafik persentase aktivitas siswa dari siklus I-II ... 62

4. Grafik hasil belajar siswa siklus I-II ... 63


(5)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Ruang lingkup penelitian ... 6

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Minat belajar ... 8

2. Aktivitas ... 10

3. Pendekatan kontruktivisme ... 12

4. Siklus belajar ... 13

5. Pembelajaran kooperatif STAD ... 18

6. Hasil belajar ... 19

B. Kerangka pemikiran ... 23

C. Hipotesis tindakan ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Subjek penelitian ... 27

B. Setting penelitian ... 27

C. Faktor yang diteliti ... 27

D. Prosedur penelitian ... 28

1. Perencanaan tindakan ... 28


(6)

ii

3. Pengamatan ... 30

4. Refleksi ... 30

E. Instrumen penelitian ... 31

F. Teknik pengambilan data ... 31

1. Data kualitatif ... 31

2. Data kuantitatif ... 32

G. Teknik analisis data ... 32

1. Data minat belajar siswa ... 32

2. Data aktivitas siswa ... 34

3. Data pengelolaan pembelajaran ... 35

4. Data hasil belajar ... 36

H. Indikator kinerja ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 39

1. Siklus I ... 39

a. Perencanaan ... 39

b. Pelaksanaan ... 40

c. Observasi ... 42

1) Hasil observasi minat siswa ... 42

2) Hasil observasi aktivitas siswa ... 44

3) Hasil observasi hasil belajar siswa... 44

a) Data kognitif siswa ... 45

b) Data afektif siswa ... 45

c) Data psikomotor siswa ... 46

4) Hasil observasi pengelolaan pembelajaran ... 47

d. Refleksi dan rekomendasi ... 48

1) Refleksi siklus I ... 48

2) Rekomendasi perbaikan siklus II ... 49

2. Siklus II ... 50

a. Perencanaan... 50

b. Pelaksanaan ... 50

c. Observasi ... 53

1) Hasil observasi minat siswa ... 53

2) Hasil observasi aktivitas siswa ... 54

3) Hasil observasi hasil belajar siswa... 55

a) Data kognitif siswa ... 55

b) Data afektif siswa ... 56

c) Data psikomotor siswa ... 56

4) Hasil observasi pengelolaan pembelajaran ... 57

d. Refleksi ... 58


(7)

iii

B. Pembahasan ... 59

1. Deskripsi minat siswa ... 59

2. Deskripsi aktivitas siswa ... 61

3. Deskripsi hasil belajar siswa ... 63

4. Deskripsi pengelolaan pembelajaran ... 65

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 76

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 81

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 89

4. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 95

5. Kisi-kisi angket minat siswa ... 102

6. Angket minat siswa ... 103

7. Data minat siswa siklus I ... 105

8. Data minat siswa siklus II ... 107

9. Data minat siswa siklus keseluruhan ... 109

10.Data aktivitas siswa siklus I ... 111

11.Data aktivitas siswa siklus II ... 113

12.Data aktivitas siswa keseluruhan ... 115

13.Data afektif siswa siklus I ... 117

14.Data afektif siswa siklus II ... 120

15.Data kognitif siswa persiklus ... 123

16.Data psikomotor siswa siklus I ... 125

17.Data psikomotor siswa siklus II ... 127

18.Data hasil belajar siswa siklus I ... 129

19.Data hasil belajar siswa siklus II ... 131

20.Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran siklus I ... 133

21.Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran siklus II ... 134


(8)

iv

23.Data ketuntasan belajar siklus II ... 137

24.Kisi-kisi penilaian psikomotor ... 139

25.Instrumen penilaian psikomotor ... 140

26.Instrumen kognitif siswa ... 142

27.Instrumen afektif siswa ... 143

28.Instrumen psikomotor siswa ... 145

29.Instrumen minat siswa terhadap pembelajaran ... 147

30.Lembar kerja siswa siklus I ... 149

31.Lembar kerja siswa siklus II ... 152

32.Soal tes formatif siklus I ... 155

33.Soal tes formatif siklus II ... 156

34.Kunci jawaban soal tes formatif siklus I ... 157

35.Kunci jawaban soal tes formatif siklus II ... 159

36.Surat keterangan penelitian ... 161

37.Surat keterangan penelitian pendahuluan ... 162

38.Surat izin penelitian ... 163

39.Format penunjukkan pembimbing ... 164


(9)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar kisi-kisi angket minat ... 32

2. Bentuk data minat siswa persiklus ... 33

3. Bentuk data minat secara keseluruhan ... 34

4. Bentuk data aktivitas siswa ... 34

5. Bentuk data aktivitas siswa secara keseluruhan ... 35

6. Bentuk data pengelolaan pembelajaran persiklus ... 36

7. Bentuk data hasil belajar siswa persiklus ... 37

8. Pengkategorian nilai siswa ... 37

9. Bentuk data hasil belajar siswa keseluruhan ... 38

10.Data minat siswa siklus I... 43

11.Data aktivitas siswa siklus I ... 44

12.Data kognitif siswa siklus I ... 45

13.Data afektif siswa siklus I ... 46

14.Data psikomotor siswa siklus I ... 46

15.Data hasil pengelolaan pembelajaran pada siklus I ... 47

16.Data data minat siswa siklus II ... 53

17.Data aktivitas siswa siklus II ... 54

18.Data kognitif siswa siklus II ... 55


(10)

vi 20.Data psikomotor siswa siklus II ... 57 21.Data hasil pengelolaan pembelajaran pada siklus II ... 57


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Abdurrahman, M.Si ……….

Sekretaris : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd ……….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(12)

Judul SkripsI : PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR

EMPIRIS-INDUKTIF (SBEI) UNTUK

MENINGKATKAN MINAT, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMAN 1 Natar TP 2011/2012) Nama Mahasiswa : Rio Mulyanto

No. Pokok Mahasiswa : 0513022008 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Abdurrahman, M.Si Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc NIP 19681210 199303 1 002 NIP 19580603 198303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita , M.Si.


(13)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur pada Allah Azza Wa jalla atas segala nikmat yang selalu berlimpah diberikan-Nya kepada hamba-Nya.

Lembaran-lembaran sederhana sebagai catatan akhir dari perjalanan menempuh pendidikan ini, kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta…

yang selalu sabar menunggu, berjuang tak kenal lelah, selalu memberikan semangat dan motivasi, mendoa’akan untuk keberhasilan nanda dan senantiasa

menyayangi nanda. Semoga nanda bisa membahagiakan Ayah dan Ibu…. Amin.

Adik tersayang…

Riska Handayani, Reivan Daffa Azzahir Syafiq , Afif Hasbi Bustomi, dan Teki Prasetyo Sulaksono yang selalu memberikan semangat keceriaan dan dorongan

untuk menjadi lebih baik. Do’a, perhatian, dan kasih sayang kalian adalah

semangat perjuangan hidup yang selalu penulis butuhkan...


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 22 Juni 1988, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Chairul Sedung dan Ibu Tri Mulyani.

Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu,Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Kotabumi pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Fisika.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Fisika Dasar I dan Fisika Dasar II tahun 2007/2008, Divisi Kerohanian Himasakta 2006/2007, Generasi Muda Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) 2005/2006, Biro Kesekretariatan dan Perpustakaan FPPI 2006/2007, Bidang Penerbitan Media Islam FPPI 2007/2008, Komisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas 2008/2009, Korps Muda BEM KBM Universitas Lampung, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Lampung, dan telah menyelesaikan


(15)

Penulis pernah mengikuti pelatihan Pesantren Cendikia Muslim (PCM), Latihan Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Dasar (LKMI-TD), Latihan

Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Menengah (LKMI-TM), Pelatihan Manajemen Dakwah Kampus tingkat 1 (PMDK-1), Pelatihan Manajemen Dakwah Kampus tingkat 2 (PMDK-2), Pelatihan Advokasi Mahasiswa di Jambi, dan Pelatihan Aransemen Musik di Bogor.


(16)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Allah Azza Wa jalla, pencipta alam semesta yang menguasai ilmu seluas langit dan bumi, atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) Untuk Meningkatkan Minat, Aktivitas, Dan Hasil Belajar Fisika Siswa (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA N 1 Natar TP 2011/2012)

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika sekaligus Pembahas yang banyak memberikan motivasi untuk tetap optimis, memberikan masukan dan saran hingga skripsi ini dapat selesai; 4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing satu sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dukungan, gagasan, dan saran yang sangat berarti selama penulis


(17)

5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku pembimbing dua yang telah memberikan masukan, nasehat, saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika, atas semua ilmu yang telah diberikan;

7. Bapak Drs.Suwarlan M. M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian; 8. Bapak Drs. Suprianto M.M.Pd., selaku guru mitra yang telah bersedia

membantu, memberikan saran-saran, motivasi, dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian, “Terima kasih banyak Pak”. Serta seluruh guru dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Natar;

9. Teman-teman Pendidikan Fisika Angkatan 2005 yang selalu memberikan

motivasi dan semangat agar menyusul kesuksesan kalian, “tak akan kulupakan kebersamaan bersama kalian.”;

10.Teman-teman PPL di SMP 3 Muhammadiyah Bandarlampung, “senang sekali

bisa bertemu kalian”;

11.Kakak-kakak angkatan 2002-2004 dan adik-adik angkatan 2006, 2007, 2008,2009 yang selalu memberikan semangat.;

12.Keluarga kecilku di kampus, adik-adik ku tersayang: Mario Permana Putra, Andriansyah, Pazar Rakasiwi, Farid Bayu Nirwana, Romi Desmara Fendi, Fitadi Setiyawan, Deni Setya Budi, yang selalu memberikan keceriaan, kehangatan keluarga, dan manut sebagai adik yang baik,;

13.Ukhuwah di FPPI: Anang Destian, Syahrudin, Rudi Riawan, Rianto, Eko Haryanto, Ali Sugandi, Fitma Indrawan, Taufiq Siswoyo, Dimas Rakhmad


(18)

Rafendy, serta seluruh pengurus dan alumni FPPI, terutama pengurus tahun 2007/2008 yang memberikan persaudaraan yang kekal karna Allah Azza Wa jahla,;

14.Sahabat-sahabat penulis: Asror, Alex, Nashar, K’Ozi, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini,;

15.Murobbi yang selalu memberikan charging spirit untuk terus berkarya dan segera menyelesaikan studi, serta teman-teman selingkaran yang memberikan kehangatan kekeluargaan,;

16.Tim Nasyid Galaksi; kak Rangga, kak Agus, kak Sandi, kak Hasyim, Hendri, kak Aan dan Manajer ku Kak Irul dan mb Penta, terimakasih telah memberi-kan banyak pengalaman dan kepopuleran, semoga selalu sukses dan tetap menjadi bintang,;

17.Penghuni kosan Syahlani; k’ Saep, k’ Herman, k’ Joni, Sigit, Hendra, Adi, Eda, Risky, Dirman, Anam, Andre, Wawan, yang selalu memberikan keceriaan dan rasa kekeluargan,;

18.Keluarga penulis, semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita; 19.Semua pihak yang yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah Swt membalas amal dan budi baik mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,


(19)

“Dan orang

-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh,

mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam

surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.

Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan.”

(Q.S. Al-

‘Ankabut:58)

“Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi, dan kepadaNya segala

urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.

Dan Tuhanmu tak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

(Q.S. Yusuf:123)


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Natar, sebagian besar siswa tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, yaitu nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saat ulangan harian atau ujian semester. Hal ini karena siswa belum memahami palajaran fisika yang di berikan oleh guru.

Pada Tahun Pelajaran 2010/2011, pada pokok bahasan vektor, nilai rata-rata siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar yaitu 63,46. Siswa yang mendapatkan nilai  65 berjumlah 12 orang dari 32 siswa. KKM mata pelajaran fisika untuk kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011 yang ditentukan oleh sekolah adalah 100% siswa mendapatkan nilai  60. Berdasarkan data tersebut, maka persentase ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 37,50 %, sehingga

persentase siswa yang belajar tuntas belum mencapai persentase yang ditargetkan oleh sekolah.

Observasi terhadap minat siswa juga dilakukan dengan penyebaran angket kepada siswa. Setelah angket dianalisa, diperoleh nilai rata-rata minat siswa sebesar 1,96 dimana berada dalam rentang 1,9 – 2.9 dengan kategori sedang.


(21)

2 Aktivitas dominan yang dilakukan oleh siswa ketika proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung antara lain adalah memperhatikan, mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung, aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran jarang sekali muncul. Siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan pada guru, terkait hal-hal yang belum jelas ataupun belum diketahui siswa. Saat guru mengajukan pertanyaan kepada siswa hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, sebagian besar siswa yang lain hanya diam.

Ketika guru menjelaskan materi pelajaran, sebagian siswa mencatat pelajaran, sementara itu beberapa siswa yang lain justru mencari kesibukan lain, seperti: bercanda dengan teman, serta mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Dalam diskusi, sebagian besar siswa belum berani mengungkapkan pendapatnya, sehingga diskusi kurang berjalan dengan baik. Di dalam pembelajaran sebelumnya, siswa jarang sekali melakukan kegiatan eksperimen di

laboratorium, sehingga pengetahuan siswa tentang alat-alat laboratorium dan keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen fisika belum baik.

Beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X SMA yaitu: mendeskripsikan pengertian materi fisika dengan melakukan percobaan serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, maka pembelajaran yang diduga cocok untuk kompetensi tersebut adalah pembelajaran yang berlandaskan

konstruktivisme. Menurut aliran konstruktivisme, pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) sendiri, pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari


(22)

3 kenyataan (realitas). Salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget adalah pembelajaran melalui model siklus belajar, yaitu model pembelajaran yang mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

Implementasi model Siklus Belajar (Learning Cycle,[ LC]) dalam

pembelajaran sains menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Marek dan Methven (2008)

menyatakan siswa yang gurunya mengimplementasikan LC mempunyai ketrampilan menjelaskan yang lebih baik dari pada siswa yang gurunya menerapkan metode ekspositori.

Terdapat tiga macam LC, yaitu deskriptif, empirikal-induktif, dan hipotetikal-deduktif. Perbedaan ketiga macam siklus belajar hanya terletak pada usaha siswa mendeskripsikan sifat-sifat atau generalisasi eksplisit dan menguji hipotesis-alternatif. Pada siklus belajar deskriptif, siswa menemukan dan mendeskripsikan pola empirik dalam konteks yang khas. Pada siklus belajar empirikal-induktif, siswa juga menemukan, seperti pada fase pertama

(eksplorasi), tetapi telah melangkah lebih jauh, yaitu dengan menciptakan sebab-sebab yang mungkin ada pada pola tersebut. Pada siklus belajar

hipotetikal-deduktif, siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyan sebab musa-bab yang dapat menimbulkan beberapa macam penjelasan.

Antara ketiga model tersebut, model Siklus Belajar yang diduga cocok dengan karakteristik materi pokok Gerak Lurus adalah model Siklus Belajar Empiris


(23)

4 Induktif (SBEI). Karakteristik pembelajaran Empiris-induktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai fakta di lapangan dan praktikum, sehingga terjadi pengkonstruksian konsep baru di bawah arahan guru, dan dengan konsep baru tersebut siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan observasi diketahui bahwa siswa kelas X belum terbiasa untuk membangun konsepnya berdasarkan fakta-fakta yang ia peroleh sendiri, sehingga dalam jangka waktu relatif cepat, siswa seringkali tidak ingat lagi akan konsep-konsep tersebut. Padahal, pembelajaran dirasakan akan lebih bermakna, jika siswa membangun konsep-konsep berdasarkan pengetahuan yang telah ia miliki.

Cara diskusi yang biasa digunakan dirasakan belum berjalan dengan efektif. Kemampuan siswa yang heterogen, dikhawatirkan jika hanya siswa-siswa tertentu saja yang aktif dalam diskusi, kerja sama antar siswa jarang sekali muncul. Oleh sebab itu, pelaksanaan diskusi perlu dioptimalkan dengan pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat termotivasi bekerja sama dan berkompetisi antar kelompok. Siswa akan dapat belajar secara berkelompok dan mendorong terjadinya tutor sebaya dalam kelompok yang dapat mening-katkan pemahaman anggota kelompoknya, sehingga proses pembelajaran dengan Siklus Belajar dapat dioptimalkan.

Berdasarkan hal-hal di atas, diharapkan model SBEI yang disertai dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar fisika siswa. Maka dilakukanlah penelitian yang berjudul


(24)

5

“Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-induktif (SBEI) untuk Meningkat-kan Minat, Aktivitas, dan Hasil Belajar Fisika Siswa (PTK pada Siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Natar TP 2011/2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) bagaimanakah peningkatan minat siswa melalui model SBEI? 2) bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa melalui model SBEI? 3) bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model SBEI?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mendeskripsikan: 1) peningkatan minat siswa melalui model SBEI;

2) peningkatan aktivitas siswa melalui model SBEI; 3) peningkatan hasil belajar siswa melalui model SBEI.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1) Bagi siswa:

Melalui model SBEI siswa terbiasa memperoleh pengetahuan dan mem-bangun konsepnya sendiri, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep. Melalui kegiatan eksperimen yang dilakukan, siswa dapat melatih keterampilannya menggunakan alat-alat eksperimen fisika.


(25)

6 2) Bagi guru dan calon guru:

Guru mitra mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Hasil pene-litian dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru dan calon guru untuk memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik mengajar fisika.

3) Bagi sekolah:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif bagi sekolah untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

1) Materi pokok dalam penelitian ini adalah Gerak Lurus.

2) Subjek penelitian adalah siswa kelas X1 semester ganjil SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.

3) Model SBEI adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa melalui beberapa fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep.

4) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu siswa dikelompokkan berda-sarkan kemampuan akademik. Satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Siswa dilatih untuk bekerja dalam kelompok.

5) Model SBEI yang disertai pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu pada fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep dengan kelompoknya masing-masing.


(26)

7 6) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Indikator-indikator dalam minat yang diamati: perasaan senang, perhatian, dan rasa ingin tahu terhadap pelajaran.

7) Aktivitas adalah kemampuan berinteraksi dan kerjasama siswa dalam kegiatan pembelajaran secara individu dan kelompok. Indikator-indikator dalam aktivitas yang diamati: keikutsertaan siswa dalam mengumpulkan, menganalisis, menentukan alat dan bahan, memecahkan masalah yang ada, keaktifan dalam merancang dan menggunakan alat praktikum, serta

mengkomunikasikan strategi dan hasil kegiatan.

8) Hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah afektif, psikomotor dan kognitif. Ranah afektif yaitu sikap siswa dalam proses pembelajaran, kedisiplinan siswa, dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ranah psikomotor yaitu keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen fisika. Ranah kognitif yaitu penguasaan konsep materi pokok Gerak Lurus oleh siswa.


(27)

II. KERANGKA TEORITIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Minat Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pembelajaran, khususnya terhadap aktivitas dan pencapaian hasil belajar siswa.

Menurut Slameto (2004: 18) “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.

Berdasarkan pendapat Slameto minat ditandai dengan adanya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan minat tersebut timbul tidak dipaksakan orang lain tetapi tumbuh dengan sendirinya karena siswa yang bersangkutan

beranggapan bahwa kegiatan yang dilakukan itu benar-benar bermakna bagi dirinya. Jika seseorang siswa kurang berminat pada suatu pelajaran maka dalam proses pembelajaran siswa akan cepat menjadi bosan. Tetapi jika siswa telah memiliki minat yang kuat terhadap suatu mata pelajaran maka siswa tersebut akan bersungguh-bersungguh dalam belajarnya.

Sardiman (2003: 42) berpendapat bahwa,

Untuk dapat menimbulkan minat dari dalam diri siswa dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar/ekstrinsik.


(28)

9 Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin menumbuh kembangkan minat. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock dalam Philia (2005,13), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan

maka semakin kuatlah ia”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, siswa akan cenderung lebih aktif apabila siswa berminat pada pembelajaran tersebut. Jadi, apabila siswa melakukan suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan hasil yang kurang menyenangkan.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan minat siswa, sebagaimana yang disampaikan oleh Sardiman (2003: 45), yaitu:

(a) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (b) menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, (c) memberi ke-sempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, (d) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.


(29)

10 2. Aktivitas

Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses membuat siswa harus aktif. Aktivitas anak didik tidak hanya terbatas pada mencatat atau mendengarkan saja. Anak didik bukan sebagai objek belajar, akan tetapi sebagai subjek belajar dimana siswa lebih banyak beraktivitas sehingga siswa dapat mengkonstrusi pengetahuan yang mereka miliki.

Menurut Sardiman (2003: 98) bahwa:

Belajar adalah berbuat dan sekaligus membuat siswa harus aktif, aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas belajar tidak hanya mencatat dan mendengar saja. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Menurut Sardiman

(2003: 99) bahwa:

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu

berkait, contohnya seorang sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya

tidak tertuju pada buku yang dibacanya.

Aktivitas siswa sangat penting dalam proses belajar supaya prestasi belajar siswa dapat optimal, karena aktivitas siswa sangat menentukan prestasi belajar siswa.


(30)

11 Menurut Dierich dalam Hamalik (2005: 90-91) membagi aktivitas kedalam delapan kegiatan, yaitu:

1) Kegiatan visual meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demostrasi.

2) Kegiatan lisan meliputi mengajukan pertanyaan,

mengemukakan pendapat, memberi saran,berwawancara, diskusi.

3) Kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan, penyajian bahan, percakapan.

4) Kegiatan menulis meliputi menulis cerita, karangan, laporan, mengisis angket, mengerjakan tes.

5) Kegiatan menggambar meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan

7) Kegiatan mental meliputi memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional meliputi minat, membedakan, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Adapun manfaat aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat mempelancar kerja kelompok. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan

kemampuannya sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu. Memupuk displin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup.


(31)

12 Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah yang dikemukakan Memes (2001: 36) sebagai berikut:

Bila nilai siswa ≥ 75,6 maka dikategorikan aktif, antara 59,4 ≤ nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa dan mengalami langsung atau turut merasakan sesuatu dalam proses terjadinya belajar. Aktivitas belajar melalui eksperimen memungkinkan siswa lebih aktif selain menumbuhkan rasa tanggung jawab, bekerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

3. Pendekatan konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang mene-kankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Penge-tahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. PengePenge-tahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui kegiatan. Sehubungan dengan teori konstruktivisme, Slavin dalam Triyanto (2007: 13), mengemukakan bahwa:

Teori-teori dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kontruktivis (contructivist theories of learning). Teori kontruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merivisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.


(32)

13 Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997: 33), antara lain:

Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) Mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;(5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) Guru adalah fasilitator.

4. Siklus Belajar (Learning Cycle)

Model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengha-ruskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan per-masalahan yang dibimbing langsung oleh guru. Model pembelajaran ini me-miliki tiga langkah sederhana, yaitu pertama, fase eksplorasi, dalam fase ini, guru menggali konsepsi awal siswa. Kedua, fase eksplanasi. Ketiga, fase aplikasi, dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007: 36 ) mengungkapkan bahwa:

Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC terdiri dari fase-fase: fase eksplorasi

(exploration), fase pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application).


(33)

14 Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, men-diskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan muncul-nya pertamuncul-nyaan-pertamuncul-nyaan yang mengarah pada berkembangmuncul-nya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut seka-ligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya, yaitu fase pengenalan konsep.

Pada fase pengenalan konsep diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa menge-nal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan masalah-masalah nyata yang berkaitan) atau melaku-kan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatmelaku-kan pemaha-man konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Implementasi LC dalam pembelajaran me-nempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan perangkat


(34)

pembel-15 ajaran yang akan digunakan), pelaksanaan (terutama pemberian berbagai per-tanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai dengan evaluasi.

Mengenai fase-fase dalam Siklus belajar, Sofa (2008, 29) mengungkapkan bahwa:

Fase-fase dalam siklus belajar, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan istilah, dan fase aplikasi konsep, membentuk susunan spiral karena fase sebelumnya diterapkan dalam fase sesudahnya. Pada fase eksplorasi, siswa dapat belajar sendiri (siswa melakukan beberapa kegiatan dan reaksi dalam situasi baru). Pada fase pengenalan istilah siswa mengenal istilah-istilah baru yang menjadi acuan bagi pola yang ditemukannya dalam eksplorasi. Pada siklus terakhir, aplikasi konsep, siswa menggunakan istilah atau pola pikirnya untuk memperkaya contoh-contoh.

Fajaroh dan Dasna mengemukakan bahwa LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis siswa belajar secara aktif, mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa, informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu orientasi

pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Dilihat dari dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.


(35)

16 Ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut:

a. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

b. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, c. pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut:

a. efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran,

b. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melak-sanakan proses pembelajaran,

c. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, d. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC berlangsung secara konstruktivistik adalah:

a. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

b. tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, c. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,


(36)

17 e. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa

sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pem-belajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

Terdapat tiga macam siklus belajar, yaitu deskriptif, empiris-induktif, dan hipotetikal-deduktif. Perbedaan ketiga macam siklus belajar hanya terletak pada usaha siswa mendeskripsikan sifat-sifat atau generalisasi eksplisit dan menguji hipotesis-alternatif. Salah satu siklus yang diambil dalam penelitian ini adalah Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI).

Sumber pengetahuan antara lain dimulai dari suatu pengalaman empiris menuju induktif. Pengalaman empiris didasarkan pada pengamatan gejala, peristiwa atau fakta-fakta di lapangan yang dianalisis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.

Menurut Lawson (2005: 39), di dalam SBEI, siswa tidak hanya menggambar-kan apa yang diamati, tetapi berusaha untuk membuktimenggambar-kan hipotesis untuk menjelaskan apa yang diamati. Di dalam SBEI, melibatkan keterampilan proses dasar dan menyeluruh (mengidentifikasi variabel, membuat tabel dan grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, membuat hipotesis, melakukan analisis dan penyelidikan, mendefinisikan operasional variabel, merancang peyelidikan, bereksperimen).

Di dalam SBEI, siswa menemukan suatu konsep berdasarkan pengalaman nyata. Pada fase eksplorasi, siswa menemukan, membuktikan, menggali berbagai fakta melalui kegiatan observasi lapangan dan praktikum. Guru


(37)

18 memberikan pengalaman belajar dan membimbing siswa di dalam fase

eksplorasi dan siswa sendiri yang berperan aktif di dalam fase eksplorasi.

Karakteristik model SBEI (Yasin, 2007:34):

a. fase eksplorasi (siswa mendapatkan fakta-fakta)

Siswa mendapatkan fakta-fakta dari observasi lapangan dan praktikum. b. fase pengenalan konsep

Siswa mengkomunikasikan dan mendiskusikan fakta-fakta yang diper-oleh di lapangan dan praktikum, dan pembangunan konsep yang berda-sarkan fakta-fakta dari observasi lapangan dan praktikum di bawah ara-han dan bimbingan guru.

c. fase aplikasi konsep.

Siswa dapat mengaplikasikan konsep baru dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutama-kan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Ismail, 2003:29). Selain itu, Ismail mengungkapkan pula bahwa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah

1. belajar dengan teman 2. tatap muka antar teman

3. mendengarkan diantara anggota

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok 5. belajar dalam kelompok kecil

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat 7. siswa membuat keputusan


(38)

19 Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yaitu : Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen.

Menurut Kunandar (2007:364):

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, para siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 anggota secara heterogen. Tiap kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara individu / kelompok, tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasan konsep siswa. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan diberi penghargaan.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati karena perubahan tingkah laku. Sehubungan dengan hasil belajar Dimyati dan Mudjiono (1999:68) berpendapat bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.


(39)

20 Pada umumnya hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu afektif, psikomotor, dan kognitif. Mata pelajaran yang mengandung tiga ranah tersebut tidak dapat dievaluasi secara terpisah-pisah, namun penekanannya saja yang berbeda-beda. Penilaian ranah afektif mencakup perasaan, minat, emosi, sikap atau nilai. Penilaian psikomotor mencakup keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen fisika. Penilaian ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, memperoleh pengetahuan konsep, pemahaman, penalaran dan pengenalan.

Bagi guru, hasil belajar dapat dijadikan petunjuk efektif tidaknya suatu pende-katan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran selain untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat lebih mudah tercapai. Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu afektif yaitu aktivitas on task siswa, psikomotor yaitu keterampilan siswa dalam menggunakan alat-alat eksperimen, dan kognitif yaitu penguasaan konsep siswa.

a. Afektif

Dalam proses pembelajaran, guru pelu menumbuhkan aktivitas siswa, dalam berpikir maupun bertindak, karena aktivitas siswa adalah syarat mutlak dalam suatu proses belajar. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal


(40)

21 yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar

Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak dengan pendidik di pihak lain. Dalam kegiatan belajar kelompok, interaksi terjadi pula di antara peserta didik. Interaksi inilah yang akan menentukan aktivitas siswa.

Sardiman (2003: 101 membagi kegiatan/aktivitas belajar dalam 8 kelompok yaitu:

1. Visual activities, termasuk di dalamnya adalah membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, seperti : uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, termasuk di dalamnya adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities ,seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Semua aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang relevan dengan proses pembelajaran dalam hal ini disebut sebagai aktivitas on task, Tetapi siswa sering juga melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan pem-belajaran seperti, mengobrol, keluar masuk kelas, mengerjakan tugas lain


(41)

22 dan segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembel-ajaran disebut sebagai aktivitas off task.

b. Psikomotor

Hasil belajar psikomotor dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu: specific responding, motor chaining, dan rule using. Pada tingkat specific

responding siswa baru mampu merespon hal-hal yang sifatnya fisik, yang dapat didengar dan dapat dilihat, atau diraba, atau dapat juga siswa baru mampu melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal. Pada motor chaining siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, sedangkan pada tingkat rule using siswa sudah dapat menggunakan hukum-hukum dan atau

pengalaman-pengalaman untuk melakukan keterampilan kompleks.

c. Kognitif

Konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempu-nyai atribut yang sama. (Dahar, 1998:102).

Yasin ( 2007:36) mendefinisikan konsep sebagai pola mental (yaitu pola dalam pikiran seseorang) yang diakses oleh symbol verbal atau tertulis (yaitu istilah). Oleh karena itu, konsep adalah pola yang dikenali plus istilah. Guru harus mengenalkan istilah-istilah kepada siswa, tetapi siswa harus mengenali pola itu sendiri.


(42)

23 Mengenai penguasaan konsep dalam Yasin (2007:37) mengemukakan bahwa:

Penguasaan konsep adalah cara memahami sesuatu yang sudah terpola dalam pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. Seorang siswa memahami suatu konsep, jika konsep-konsep tersebut sudah tersimpan dalam pikirannya, berdasarkan pola-pola tertentu yang dibutuhkan oleh siswa untuk ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan mental untuk membuat suatu contoh konsep dan membedakan contoh dari non contoh.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran Siklus Belajat Empiris Induktif (SBEI) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)) yang berorientasi pada siswa adalah salah satu pembelajaran yang menekankan pentingnya keaktifan yang tercipta dalam proses belajar, agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontruktivisme merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.


(43)

24 Guru mengajak siswa untuk mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, sehingga akan terbangun pada diri siswa pemahaman secara aktif, kreatif, dan produktif . Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta terutama dikaitkan dengan kehidupan nyata yang mereka alami, sehingga pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat.

Pada pembelajaran ini, siswa belajar untuk mengembangkan sendiri pemikiran mereka tentang suatu konsep. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil agar mereka dapat lebih mudah mengembangkan ide dan kreativitas mereka. Masing-masing kelompok beranggotakan 6 − 7 orang yang dipilih secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin. Siswa belajar sesuai topik yang sedang dipelajari. Dalam hal ini, siswa diajak melakukan eksperimen berupa media pembelajaran yang berhubungan dengan topik yang sudah ditentukan sebelumnya. Eksperimen harus berkaitan dengan sesuatu yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Evaluasi dan apresiasi dilakukan diakhir pembelajaran atas apa yang telah siswa kerjakan sehingga siswa dapat merasakan manfaat dari pembelajaran yang telah mereka alami dan siswa dapat mengatui hubungan antara konsep-konsep pengetahuan dalam pembelajaran dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.


(44)

25 Alur kerangka pikir dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Bagan alur kerangka pikir penelitian

Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) dengan model belajar STAD

Siswa dibagi menjadi kelompok heterogen yang berjumlah 6-7 orang per kelompok

Siswa dalam kelompok aktif berdiskusi dan

bertanya

Siswa dalam kelompok merancang alat praktikum dalam

penerapan konsep gerak

Siswa mengidentifikasi masalah dan menemukan

sendiri konsep dari permasalahan

Siswa lebih antusias dan tertarik pada pembelajaran fisika

Siswa dalam kelompok dengan kreatif merancang alat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa

Siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

Minat siswa meningkat

Aktifitas siswa dalam kelas lebih aktif

Hasil belajar siswa meningkat


(45)

26 C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan teoretis di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran dengan Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)dapat meningkatkan Minat, Aktivitas, dan Hasil Belajar Fisika Siswa pada siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.


(46)

27

III. METODE PENELITIAN

A.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Natar kelas X1 semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Gerak Lurus. Jumlah siswa 41 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 − 7 orang.

B.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X1 SMA Negeri 1 Natar pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki karakteristik-karakteristik minat, aktivitas dan hasil belajar siswa sedang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Oktober 2011. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

C.Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

(1) Peningkatan minat siswa melalui penerapan Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)


(47)

28 (2) Peningkatan aktivitas siswa melalui penerapanSiklus Belajar

Empiris-Induktif (SBEI)

(3) Peningkatan hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa melalui penerapanSiklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)

D.Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan prosedur model pembelajaran tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran siklus belajar empiris induktif.

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah

a. menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model SBEI.

b. menyusun angket minat, lembar observasi aktivitas, lembar penilaian keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen fisika, dan lembar kinerja guru, dan hasil pembelajaran siswa setiap siklus,

c. menyusun LKS eksperimen dan LKS noneksperimen,

d. menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes formatif berbentuk uraian untuk mengukur penguasaan konsep siswa,

e. menjelaskan kepada siswa karakteristik model SBEI yang akan dilaksanakan,


(48)

29 f. membentuk kelompok kooperatif sebanyak 6 kelompok

berdasar-kan kemampuan akademik yaitu nilai uji blok sebelumnya. Setiap kelompok terdiri atas 6-7 orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen, dua orang berkemampuan akademik tinggi, dua orang berkemampuan akademik sedang dan dua orang lagi berkemampuan akademik rendah. Menjelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok.

2. Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Pelaksanaan siklus pertama membahas materi jarak, perpindahan dan Gerak Lurus Beraturan (GLB). Pelaksanaan siklus kedua membahas materi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).

Pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

a. dalam fase eksplorasi, Guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa melalui contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, siswa melaku-kan eksperimen berdasarmelaku-kan tuntunan dari guru dan petunjuk yang terdapat di dalam LKS,

b. fase pengenalan konsep, yaitu siswa berdiskusi di dalam kelom-poknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS, menarik kesimpulan dari eksperimen, dan guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok


(49)

mempresentasi-30 kan kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan. Dalam fase ini, guru mengawasi dan membimbing siswa,

c. fase aplikasi konsep yaitu guru memerintahkan siswa untuk mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru dan soal-soal ada di dalam LKS dan membahasnya sebelum pertemuan berakhir. Guru memberikan beberapa pekerjaan rumah kepada siswa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

3. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, hal-hal yang diamati adalah: 1. Proses pembelajaran Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) 2. minat siswa selama proses pembelajaran

3. aktivitas siswa selama proses pembelajaran 4. hasil belajar siswa

4. Refleksi

Hasil pengamatan yang didapat pada siklus ini dianalisis dan hasilnya digunakan untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang

belum/tidak tuntas dalam pelaksanaan siklus. Apakah minat, aktifitas, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberi tindakan pendekatan kontekstual? Hasil analisis data yang diperoleh pada tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merancang tindakan perubahan pada siklus selanjutnya.


(50)

31 E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah: 1. Lembar koesioner minat siswa

Lembar koesioner minat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatatan minat siswa terhadap pembelajaran untuk setiap siklus 2. Lembar observasi aktifitas siswa

Lembar observasi aktifitas siswa dapat berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung

3. Lembar observasi pengelolaan pembelajaran guru

Lembar observasi pengelolaan pembelajaran guru terdiri dari keterampilan perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran

4. Lembar tes hasil belajar untuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa

F. Teknik Pengambilan Data

1. Data Kualitatif

Data penelitian yang berupa data kualitatif terdiri dari Data pengelolaan pembelajaran atau data aktivitas guru selama proses pembelajaran melalui lembar observasi pengelolaan pembelajaran

2. Data Kuantitatif

Data penelitian yang berupa data kuantitatif terdiri dari :

1. Data minat siswa diperoleh dari instrumen koesioner minat pada tiap siklus


(51)

32 2. Data aktifitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas selama

proses pembelajaran berlangsung

3. Data kognitif, berupa data hasil belajar siswa yang diambil dengan memberikan tes kepada siswa setiap akhir siklus pembelajaran 4. Data penilaian keterampilan menggunakan alat praktikum fisika

diambil melalui lembar penilaian kreativitas.

G.Teknik Analisis Data

Setelah mendapat data peneliatian, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui keadaan minat, aktifitas, dan hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran dengan Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) pada siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Natar. Adapun teknik analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Data Minat belajar siswa

Pengumpulan data minat belajar siswa selama pembelajaran menggunakan angket minat belajar. Adapun kisi-kisi angket minat sebagai berikut:

Tabel 1. Contoh lembar kisi-kisi angket minat

No Indikator

Angket Minat Nomor pertanyaan

Positif

Nomor pertanyaan Negatif 1 Perasaan senang

2 Perhatian 3 Rasa ingin tahu 4 Usaha yang dilakukan


(52)

33 Spesifikasinya penskoran adalah sebagai berikut :

(1) Jika siswa memilih A diberi skor 4 (2) Jika siswa memilih B diberi skor 3 (3) Jika siswa memilih C diberi skor 2 (4) Jika siswa memilih D diberi skor 1

Setelah pensekoran dilakukan, kemudian menentukan kategorianya dengan ketentuan :

(1)Skor rata-rata 1,0 – 1,9 = rendah (2)Skor rata-rata 1,9 – 2,9 = sedang (3)Skor rata-rata 2,9 – 3,9 = tinggi

(4)Skor rata-rata 4 = sangat tinggi

Bentuk data penilaian tiap siswa persiklus disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Data minat siswa per siklus

No Nama Siswa Siklus ke...

Skor Kategori

Data penilaian siswa secara keseluruhan selama diterapkanya pembelajaran

SBEI sebagai berikut :

Tabel 3. Data hasil minat secara keseluruhan

Kategori Jumlah Siswa

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah

Proses analisis data untuk minat belajar siswa:


(53)

34

(2) Nilai minat setiap siswa secara keseluruhan diperoleh dengan rumus:

Selanjutnya dalam menentukan kategori minat siswa digunakan pedoman Skala Likert :

(1) 90 % - 100 % = Sangat tinggi (2) 75 % - 90 % = Tinggi (3) 50 % - 75 % = Sedang (4) < 50 % = Rendah

2. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas belajar siswa ini diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa.

Tabel 4. Data aktifitas siswa

No Nama Siswa Indikator

Jumlah indikator yang muncul

Nilai siswa A B C D E F G

1 2

Keterangan :

A.Mengkomunikasikan strategi dan hasil-hasilnya baik secara tertulis maupun lisan kepada masing-masing anggota kelompok

B. Keikutsertaan siswa dalam mengumpulkan data C.Keikutsertaan siswa dalam menganalisis data

D.Keikutsertaan siswa menentukan alat-alat praktikum

E. Memberi kesempatan anggota kelompok untuk menyampaikan pendapat

F. Aktif dalam merancang alat-alat praktikum

G.Keikutsertaan dalam memecahkan masalah yang ada

Setelah pensekoran dilakukan, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan :


(54)

35 Kualifikasi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran :

Jumlah indikator yang muncul 6 - 7: sikap aktifitas baik (A) Jumlah indikator yang muncul 3 - 5: sikap aktifitas cukup baik (B) Jumlah indikator yang muncul 0 - 3: sikap aktifitas kurang baik (C)

Data penilaian siswa secara keseluruhan selama diterapkanya pembelajaran SBEI

sebagai berikut :

Tabel 5. Data aktifitas siswa secara keseluruhan

Kategori Jumlah Siswa

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Baik Cukup baik Kurang baik

Proses analisis untuk data aktivitas siswa:

a) Persentasi aktifitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:

b) Nilai rata-rata aktifitas siswa diperoleh dengan rumus

Selanjutnya dalam menentukan kategori aktifitas siswa digunakan pedoman menurut menurut Myers dalam Ruhcitra (2008) :

(1) 75% - 100 % = Sikap dalam aktifitas baik. (2) 50 % - 75 % = Sikap dalam aktifitas cukup baik. (3) < 50 % = Sikap dalam aktifitas kurang baik.


(55)

36 3. Data Pengelolaan Pembelajaran

Data pengelolaan pembelajaran diperoleh berdasarkan lembar observasi yang diamati oleh guru mitra selama pelaksanaan pembelajaran dengan

SBEI pada siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Natar. Berikut ini penyajian lembar analisis pengelolaan pembelajaran oleh guru (peneliti) :

Tabel 6. Data aktifitas guru

Deskriptor: 1 = Kurang baik 2 = Cukup baik 3 = Baik

a.= Sangat baik

No Aspek yang diamati Ketercapaian (%)

1 2 3 4

1.

A. Kesiapan Guru 1. Membuat RPP 2. Menyediakan media 3. Sumber-sumber pustaka

Skor rata-rata

2.

B. Aktivitas Mengajar a. Kegiatan Pendahuluan

1. Menginformasikan indikator pembelajaran 2. Memotivasi siswa

3. Menghubungkan pelajaran dengan dengan kehidupan nyata

Skor rata-rata b. Kegiatan Inti

1. Menjelaskan materi dan tata cara melakukan percobaan

2. Membimbing siswa dalam kegiatan dan diskusi kelompok serta dalam eksperimen

3. Memberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil eksperimen Skor rata-rata c. Kegiatan Penutup

1. Memberikan kesempatan bertanya 2. Merumuskan kesimpulan

3. Melaksanakan aplikasi dengan contoh soal 4. Memberikan tugas

5. Memberikan evaluasi Skor rata-rata


(56)

37 4. Data Hasil Belajar

Untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar siswa digunakan tes pada akhir setiap siklus. Alat pengumpul data yang digunakan adalah soal-soal dengan bentuk pilihan jamak dan uraian. Bentuk data hasil belajar siswa per siklus selama diterapkannya pembelajaran menggunakan SBEI dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Bentuk data hasil belajar siswa per siklus

No Nama Siswa

Siklus Ke...

Nilai Kategori

1 2

Pegkategorian untuk analisis data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Pengkategorian Nilai Siswa

Nilai Siswa Klasifikasi Nilai

80-100 Sangat baik

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

> 40 Gagal

Sumber dari Arikunto (2006)

Data penilaian siswa secara keseluruhan selama diterapkanya pembelajaran


(57)

38

Tabel 9. Data hasil belajar siswa secara keseluruhan

Kategori Jumlah Siswa

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik

Gagal

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

2. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

3. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

4. Ketuntasan hasil belajar berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum pada SMA Negeri 1 Natar kelas X1 yaitu :

Bila nilai siswa  65, maka dikatagorikan tuntas (T),

Bila nilai siswa < 65, maka dikata-gorikan belum tuntas (BT).

H.Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah adanya peningkatan minat,

aktifitas, dan hasil belajar fisika siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan

Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) dari satu siklus kesiklus berikutnya.

Secara klasikal dapat dijelaskan seperti berikut;

1) Minat siswa secara klasikal sebesar 70% dari jumlah siswa adalah baik. 2) Aktivtas siswa baik secara klasikal sebesar 70% dari jumlah siswa

3) Hasil belajar secara klasikal sebesar 60% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM, yaitu hasil belajar ≥ 65,00


(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan penerapan pembelajaran SBEI yang dilaksanakan di kelas X1 SMAN 1 Natar, disimpulkan bahwa;

1. Minat siswa dengan kategori sangat tinggi pada siklus I sebesar 8,05%, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,29% menjadi 18,34%. Minat siswa dengan kategori tinggi pada siklus I sebesar 63,42%, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,68% menjadi 73,10%. Minat siswa dengan kategori sedang pada siklus I sebesar 28,53%, pada siklus II mengalami penurunan sebesar 19,97% menjadi 8,56%. Minat siswa dengan kategori rendah pada siklus I sebesar 0%, pada siklus II sebesar 0%.

2. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,72% dengan kategori cukup baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 21,60% menjadi 84,32% dengan kategori baik. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)mengalami peningkatan pada setiap

siklus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran ini memberikan kesempatan yang

sebesar-besarnya kepada siswa untuk bekerjasama antar anggota kelompok, menuntut siswa

untuk dapat bekerja sama dengan baik agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(59)

3. Hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor) fisika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. (i) kognitif siswa Pada siklus I sebesar 41,85% tergolong kurang baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 19,61% menjadi 61,46% tergolong cukup baik. (ii) afektif siswa pada siklus I sebesar 74% tergolong cukup baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 3% menjadi 77% tergolong baik. (iii) psikomotor siswa pada siklus I sebesar 66,22% tergolong baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 6,78% menjadi 73% tergolong baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada tiap siklus pembelajaran dengan menggunakan penerapan pembelajaran SBEI , maka disarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan SBEI dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran khususnya bagi materi yang bersifat pengalaman langsung untuk meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Menerapkan pembelajaran SBEI untuk meningkatkan aspek yang lain seperti meningkatkan motivasi, aktivitas, pemecahan masalah dan pemahaman konsep.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, B. S. dan Z. Aswan. 2002. Strategi Belajar mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. dan I W. Dasna. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar

(Learning Cycle). www.Yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis grafura (Ed). 20 September 2007 @ 2:40 pm. 02 Februari 2009.

http://lubisgrafura.wordpress. com/ 2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/

Hamalik, Oe. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Persada. Heiliyah, L. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X1 SMA TUNAS HARAPAN. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lawson, 2005. The Learning Cycle. www.geogle.co.id. 2005. 01 Maret 2009. http://www.sahra.arizona.edu/education/pbl_workshop/TheLearningCycle. htm

Kunandar. 2007. Guru Professional. Rajawali Pers. Jakarta.

Muhammadzen, I. 2008. Sumber Pengetahuan. www.geogle.co.id. 18 April 2008. 28 Desember 2008. http://Iswandimuhammadzen.Multiply.com/ journal/ item/8.

Ningrum, N. A. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Pokok Laju Reaksi dengan Pembelajaran Konstruktivisme pada Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.


(61)

Philia, Fibrian. 2005. “Pembelajaran berbasis produk untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pokok bahasan usaha dan energi kelas VII semester II SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004-2005”. Skripsi: Universitas Lampung: Bandar Lampung

Puri, E. R. 2007. Efektifitas Penggunaan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan Pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VIIB SMP Negeri 1 Bandar Lampung. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung. Rasito, A. 2007. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan

Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Metode Eksperimen Disertai LKS (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 4 SMAN 1 Natar TP 2006/2007). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Roestiyah, N. K. 2001. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Rineka Cipta. Jakarta.

Sardiman. A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2004. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice, Allyn and Bacon. Boston.

Sofa. Siklus Belajar, Pembelajaran Kooperatif dan Media Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. www.msn.co. id . 30 Januari 2008. 28 Desember 2008.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/30/siklus-belajar-pembelajaran-kooperatif-dan-media-pendidikandalam-pembelajaran-fisika/. Sudirman, M. Piaget dan Teorinya (Bagaimana Pengetahuan Diperoleh).

www.msn.co. id. 27 Juni 2007. 28 Desember 2008. http://Barqie. Blogspot.com/.

Sugianto. Pembelajaran Siklus dan Belajar Kooperatif Tipe STAd untuk Meningkatkan Kwalitas Belajar Azaz Teknik Kimia Di SMK Putra

Indonesia Malang. www.Yahoo.com. Penelitian Tindakan Kelas. 28 April 2008. 02 Februari 2009. http://www.putraindonesiamalang.or.id/penelitian-tindakan-kelas/.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. www.geogle.co.id. Jurnal Pendidikan Penabur. Desember 2006. 27 Juni 2008.

http://www.jurnal pendidikan penabur No.07/Th.V/ Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta.


(62)

Triyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Yasin, A. 2007. Model Pembelajaran Empiris-Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada

Pembelajaran Sel Elektrokimia. FPMIPA UPI. Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 1 No. 1, Maret 2007.


(1)

38 Tabel 9. Data hasil belajar siswa secara keseluruhan

Kategori Jumlah Siswa

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Sangat baik

Baik Cukup baik Kurang baik

Gagal

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

2. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

3. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

4. Ketuntasan hasil belajar berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum pada SMA Negeri 1 Natar kelas X1 yaitu :

Bila nilai siswa  65, maka dikatagorikan tuntas (T),

Bila nilai siswa < 65, maka dikata-gorikan belum tuntas (BT).

H.Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah adanya peningkatan minat,

aktifitas, dan hasil belajar fisika siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) dari satu siklus kesiklus berikutnya.

Secara klasikal dapat dijelaskan seperti berikut;

1) Minat siswa secara klasikal sebesar 70% dari jumlah siswa adalah baik. 2) Aktivtas siswa baik secara klasikal sebesar 70% dari jumlah siswa

3) Hasil belajar secara klasikal sebesar 60% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM, yaitu hasil belajar ≥ 65,00


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan penerapan pembelajaran SBEI yang dilaksanakan di kelas X1 SMAN 1 Natar, disimpulkan bahwa;

1. Minat siswa dengan kategori sangat tinggi pada siklus I sebesar 8,05%, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,29% menjadi 18,34%. Minat siswa dengan kategori tinggi pada siklus I sebesar 63,42%, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,68% menjadi 73,10%. Minat siswa dengan kategori sedang pada siklus I sebesar 28,53%, pada siklus II mengalami penurunan sebesar 19,97% menjadi 8,56%. Minat siswa dengan kategori rendah pada siklus I sebesar 0%, pada siklus II sebesar 0%.

2. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,72% dengan kategori cukup baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 21,60% menjadi 84,32% dengan kategori baik. Aktivitas siswa dalam pembelajaran model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran ini memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk bekerjasama antar anggota kelompok, menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dengan baik agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

3. Hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor) fisika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. (i) kognitif siswa Pada siklus I sebesar 41,85% tergolong kurang baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 19,61% menjadi 61,46% tergolong cukup baik. (ii) afektif siswa pada siklus I sebesar 74% tergolong cukup baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 3% menjadi 77% tergolong baik. (iii) psikomotor siswa pada siklus I sebesar 66,22% tergolong baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 6,78% menjadi 73% tergolong baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada tiap siklus pembelajaran dengan menggunakan penerapan pembelajaran SBEI , maka disarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan SBEI dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran khususnya bagi materi yang bersifat pengalaman langsung untuk meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Menerapkan pembelajaran SBEI untuk meningkatkan aspek yang lain seperti meningkatkan motivasi, aktivitas, pemecahan masalah dan pemahaman konsep.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, B. S. dan Z. Aswan. 2002. Strategi Belajar mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. dan I W. Dasna. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar

(Learning Cycle). www.Yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis grafura (Ed). 20 September 2007 @ 2:40 pm. 02 Februari 2009.

http://lubisgrafura.wordpress. com/ 2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/

Hamalik, Oe. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Persada. Heiliyah, L. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X1 SMA TUNAS HARAPAN. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lawson, 2005. The Learning Cycle. www.geogle.co.id. 2005. 01 Maret 2009. http://www.sahra.arizona.edu/education/pbl_workshop/TheLearningCycle. htm

Kunandar. 2007. Guru Professional. Rajawali Pers. Jakarta.

Muhammadzen, I. 2008. Sumber Pengetahuan. www.geogle.co.id. 18 April 2008. 28 Desember 2008. http://Iswandimuhammadzen.Multiply.com/ journal/ item/8.

Ningrum, N. A. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Pokok Laju Reaksi dengan Pembelajaran Konstruktivisme pada Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.


(5)

Philia, Fibrian. 2005. “Pembelajaran berbasis produk untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pokok bahasan usaha dan energi kelas VII semester II SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004-2005”. Skripsi: Universitas Lampung: Bandar Lampung

Puri, E. R. 2007. Efektifitas Penggunaan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan Pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VIIB SMP Negeri 1 Bandar Lampung. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung. Rasito, A. 2007. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan

Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Metode Eksperimen Disertai LKS (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 4 SMAN 1 Natar TP 2006/2007). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Roestiyah, N. K. 2001. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Rineka Cipta. Jakarta.

Sardiman. A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2004. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice, Allyn and Bacon. Boston.

Sofa. Siklus Belajar, Pembelajaran Kooperatif dan Media Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. www.msn.co. id . 30 Januari 2008. 28 Desember 2008.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/30/siklus-belajar-pembelajaran-kooperatif-dan-media-pendidikandalam-pembelajaran-fisika/. Sudirman, M. Piaget dan Teorinya (Bagaimana Pengetahuan Diperoleh).

www.msn.co. id. 27 Juni 2007. 28 Desember 2008. http://Barqie. Blogspot.com/.

Sugianto. Pembelajaran Siklus dan Belajar Kooperatif Tipe STAd untuk Meningkatkan Kwalitas Belajar Azaz Teknik Kimia Di SMK Putra

Indonesia Malang. www.Yahoo.com. Penelitian Tindakan Kelas. 28 April 2008. 02 Februari 2009. http://www.putraindonesiamalang.or.id/penelitian-tindakan-kelas/.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. www.geogle.co.id. Jurnal Pendidikan Penabur. Desember 2006. 27 Juni 2008.

http://www.jurnal pendidikan penabur No.07/Th.V/ Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta.


(6)

Triyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Yasin, A. 2007. Model Pembelajaran Empiris-Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada

Pembelajaran Sel Elektrokimia. FPMIPA UPI. Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 1 No. 1, Maret 2007.


Dokumen yang terkait

APLIKASI MODEL EAT (Experience, Analysis, and Theory) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas VII E MTs Negeri Jember 3 Tanggul Semester Gasal Tahun Pelajaran 2008/2009)

0 6 16

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF (SBEI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Natar TP 2011/2012)

4 23 62

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MINAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK di Kelas X2 SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010)

0 3 9

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa Natar TP 2009-2010)

0 4 13

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN KONSEPSISTEM KOLOID (PTK Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung 2010-2011)

0 5 49

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PRENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA (PTK di Kelas VII 2 SMPN 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR (PTK pada Siswa Kelas II SDN 1 Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 13 62

PENERAPAN VARIASI ONGOING ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning)

0 9 51

PENERAPAN VARIASI ONGOING ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA. (Penelitian Tindakan Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning)

2 7 52