11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja Adolescence yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-
19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas Widyastuti dkk, 2009.
Masa Remaja dibedakan dalam : 1
Masa Remaja Awal : 10-13 tahun 2
Masa Remaja Tengah : 14-16 tahun 3
Masa Remaja Akhir : 17-19 tahun Depkes RI, 2007.
Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi
manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata
adolescere yang berarti dewasa Depkes RI, 2007. Menurut Imelda 2006 dalam Damayanti 2012, masa remaja juga
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan
Universitas Sumatera Utara
12
tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi.
b. Perubahan Fisik Pada Remaja Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai
usia 13-15 tahun, harus dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan Manuaba, 2008.
Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja
normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali
perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan
mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula
Manuaba, 2008. Pada remaja putri terjadi perbedaan perubahan fisik, antara lain pinggul
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, menstruasi awal, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, payudara membesar, pertumbuhan lemak dan keringat
jerawat, pertambahan berat badan dan tinggi badan Depkes RI, 2007. Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah
kecepatan tumbuhnya growth spurt. Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan linier terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan
adalah pada pertumbuhan organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder Depkes RI, 2007.
Universitas Sumatera Utara
13
Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling lambat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki 2 tahun lebih
lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12-15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik
perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar saja belum tentu mempunyai emosi
yang lebih matang Depkes RI, 2007. Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu : genetik faktor
keturunan, gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi punya anak yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja
dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang Depkes RI, 2007.
Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, dimana daerah puting susu dan
sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut
ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun. Tumbuhnya rambut badan bervariasi luas. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 12-13 tahun,
karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11-14 tahun. Pematangan
seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang pada laki-laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17-18 tahun Manuaba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
14
c. Perkembangan Jiwa pada Remaja Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap
permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin
berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.
Psikososial merupakan meniferasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI 2007 menyatakan, bahwa akibat perubahan tersebut
maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga yaitu:
1 Remaja Awal 10-13 tahun
a Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada
meningkatnya kesadaran diri self consciousness b
Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau
menjadi agresif. c
Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.
d Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan
lingkungannya. e
Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.
Universitas Sumatera Utara
15
f Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya
gengkelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.
g Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan
membandingkan segala sesuatunya sebagai burukhitam atau baikputih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi.
2 Remaja Pertengahan 14-16 tahun
a Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih
toleran untuk menerima pendapat orang lain. b
Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.
c Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman
berdampak pada gaya baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah- ubah.
d Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko
yang berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.
e Tidak lagi terfokus pada diri sendiri yang berdampak pada lebih
bersosialisasi dan tidak pemalu. f
Membangun nilai, norma dan moralitas yang berdampak pada mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.
g Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas yang
berdampak pada ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.
Universitas Sumatera Utara
16
h Mulai membina hubungan dengan lawan jenis yang berdampak pada
berpacaran tetapi tidak menjurus serius. i
Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa yang berdampak pada mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin
mendiskusikan atau berdebat. 3
Remaja Akhir 17-19 tahun a
Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama.
b Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar stres
keluarga yang berdampak pada mulai belajar mengatasi, dihadapi dan sulit berkumpul dengan keluarga.
c Belajar mancapai kamandirian secara finansial maupun emosional
yang berdampak pada kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.
d Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.
e Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan
pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya. f
Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.
Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, maka remaja
akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Akibat perkembangan
Universitas Sumatera Utara
17
kelenjar kelamin remaja, maka mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas
bahwa masa remaja sudah dimulai. Depkes RI 2007 menyatakan bahwa proses percintaan remaja dimulai dari :
1 Crush
Ditandai dengan adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang
yang lebih tua dan sejenis. Bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.
2 Hero-worshping
Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang
dikagumi tidak juga dikenal. 3
Boy Crazy dan Girl Crazy Pada masa ini kasih sayang remaja ditunjukkan kepada teman-
teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
4 Puppy Love cinta Monyet
Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan.
5 Romantic Love
Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaanya sudah stabil dan jarang berakhir dengan perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.2. Pernikahan
a. Pengertian Menurut Nastiti 2006 dalam Damayanti 2012, pernikahan merupakan
ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemuan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan
menjadi lebih matang. Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak.
Pernikahan menurut Dariyo 2008 dalam Damayanti 2012 adalah ikatan kudus antara pasangan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah
menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Pernikahan dianggap sebagai ikatan kudus holy relationship karena hubungan pasangan
antara laki-laki dan perempuan telah diakui secara sah dalam Negara atau Agama. Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan.
Keturunan diperoleh dari kehamilan dalam masa reproduksi yang sehat yaitu umur istri antara 20-30 tahun. Usia tersebut merupakan usia terbaik karena organ-
organ reproduksi dalam tubuh perempuan telah tumbuh sempurna. Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1
tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Universitas Sumatera Utara
19
b. Pernikahan Dini Pernikahan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seorang wanita
dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap
pertumbuhan. Masa ini disebut dengan istilah masa reproduksi muda artinya meskipun
dapat hamil dan melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil Manuaba, 2008.
2.1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini
Menurut Suryono 2005, bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk melangsungkan pernikahan dini diantaranya :
1 Masalah ekonomi keluarga
2 Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki
bahwa ingin mengawinkan anak gadisnya 3
Adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung
jawab 4
Di lingkungan masyarakat : a
Ekonomi b
Pendidikan c
Faktor Orang tua d
Media Massa e
Faktor Adat 5
Adanya kehamilan diluar pernikahan
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.4. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sisitem reproduksi WHO, 2011.
Suatu keadaan fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya Depkes RI, 2007. b. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan Secara
luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1 Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2 Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi ISR termasuk PMS, HIVAIDS
3 Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi 4 Kesehatan Reproduksi Remaja
5 Pencegahan dan pananganan infertilitas 6 Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
7 Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, fistula, dll.
Depkes RI, 2007.
2.1.5. Dampak Pernikahan Dini Dilihat Dari Kesehatan Reproduksi
Perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika hubungan seksual telah
menghasilkan janin dapat mempengaruhi psikologis dan fisik Manuaba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
21
a. Dampak Psikologis
Pada usia pernikahan dini yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seorang remaja akan
mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan
karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan
masyarakat Sarwono, 2006. Sejatinya, anak berusia dibawah umur belum paham benar
mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang
melatar belakanginya melakukan itu. Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya Sarwono, 2006.
Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat. Bahkan remaja akan merasa minder untuk bergaul dengan anak-anak seusianya
mengingat statusnya sebagai istri. Hal ini biasa disebut depresi berat atau neoritis, depresi akibat pernikahan dini. Dimana terdapat dua jenis depresi
kepribadian yaitu pribadi introvertdan ekstrovert Manuaba, 2008. Pada pribadi introvert tertutup akan membuat si remaja menarik
diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia atau dalam bahasa awam yang dikenal
orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert terbuka sejak kecil, remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan
amarahnya, seperti perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan
Universitas Sumatera Utara
22
kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus pernikahan dini tersebut Manuaba, 2008.
Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis yang
belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk
bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga
banyak ditemukannya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah Sarwono, 2006.
b. Dampak Fisik
Fisik atau dalam bahasa Inggris “Body” adalah sebuah kata yang berarti badanbenda dan dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh
pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu bendabadan yang terlihat oleh mata.
Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam persalinan.
Perkawinan dini yang berlanjut menjadi kehamilan sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya. Proses kehamilan yang dapat
terjadi anemi yang berdampak berat badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus berulang, perdarahan, untuk proses bersalin
terkadang belum matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan pemeriksaan
ekstra yang lebih lengkap Manuaba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
23
Menurut Iwan 2006 dalam Damayanti 2012 menyatakan bahwa pada remaja putra dampak dari pernikahan dini dipandang dari kesehatan
reproduksi akan berpotensi terjadi impotensi, ejakulasi dini dan disfungsi ereksi, efek yang ditimbulkan dari pernikahan dini yang mengganggu
kesehatan reproduksi yang paling banyak terjadi pada perempuan. Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi fisik dan
biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa dikatakan berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang menderita anemia ketika
hamil dan melahirkan, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat pernikahan dini Manuaba, 2008.
Secara medis usia bagus untuk hamil yaitu pada usia 21-35 tahun, maka bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi dan bisa dibuahi,
namun bukan berarti siap untuk hamil dan melahirkan serta memiliki kematangan mental, yakni berpikir dan dapat menanggulangi resiko-resiko
yang akan terjadi pada saat kehamilan dan persalinan. Seperti misalnya terlambat memutuskan mencari pertolongan jika terjadi kegawatdaruratan
pada saat persalinan karena minimnya informasi sehingga terlambat mendapat perawatan yang semestinya Manuaba,2008.
Menurut Manuaba 2008, dampak fisik dari pernikahan diusia muda dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Dampak bagi ibu
1 Intra Uterin Fetal Death
Intra Uterin Fetal death atau kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
Universitas Sumatera Utara
24
kandungan. Keadaan ini sering dijumpai pada kehamilan dibawah 20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai kematian janin
bila ibu tidak merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan abortus.
2 Premature
Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu
perkiraan persalinan. Resiko terjadinya kehamilan premature, antara lain :
a Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun
b Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia
c Lemahnya servik
3 Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
4 Kematian ibu
Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dampak bagi bayi
1 Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau kurang
dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut pertumbuhan janin belum sempurna.
2 BBLR Berat Badan Lahir Rendah yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Kebanyakan hal ini
Universitas Sumatera Utara
25
dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan ibu kurang gizi Manuaba, 2008.
2.2. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa
hasil penelitian yang relevan antara lain :
Pertama, hasil penelitian Anthonie 2011 Makna Pernikahan Usia Muda di Kecamatan Tawalian Kabupaten Mamasa Studi Kasus Pada 3 Pasangan Suami
istri Usia Muda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat di Kecamatan Tawalian memiliki tanggapan yang negatif terhadap
pernikahan usia muda, hal itu dibuktikan dari jawaban-jawaban yang diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki pemahaman yang
cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
Kedua, hasil penelitian Astuty 2011 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara lain : faktor lingkungan
masyarakat dan orangtua cukup berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak yang juga melakukan
pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih muda.
Ketiga, hasil penelitian Damayanti 2012 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas
XI di SMK Batik 2 Surakarta. Hasil penelitian ini ditemukan masih rendahnya
Universitas Sumatera Utara
26
pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari
institusi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan. Dari ketiga penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki
hubungan atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena
kajiannya sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja. Penelitian yang relevan memfokuskan kepada makna, faktor serta dampak
pernikahan dini pada remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah
menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan ini dapat dijadikan pedoman peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.
Kajian pustaka ini, melalui beberapa teori-teori yang telah peneliti kemukakan dapat dijadikan landasan teori yang akan terus dikembangkan sejalan
dengan pengumpulan data penelitian, juga dapat membantu pembaca dalam memahami temuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Yaitu metode penelitian berlandaskan
pada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan mencoba menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau
fenomena pengalaman didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu Sugiyono, 2011.
3.2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah remaja putri Desa Penggalangan yang telah menikah di usia remaja antara 15-20 tahun, orang tua
remaja putri, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang bersedia menjadi riset partisipan yang dibuktikan dengan penandatanganan pada informed concent,
mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan berdomisili di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
Cara penentuan atau pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan penarikan sampel yang ditetapkan dengan sengaja oleh peneliti,
didasarkan atas kriteria yang dimaksud adalah penduduk yang berada di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dengan
mengambil beberapa informan yaitu remaja putri yang telah menikah di usia dini, orang tua remaja yang menikah dini, serta tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Hal ini dikarenakan angka kejadian pernikahan dini pada remaja putri masih
Universitas Sumatera Utara