Stres Coping stres pada waria yang berhenti menjadi pekerja seks komersial JURNAL ANYSA

commit to user MAHFIRAHTIKHA, et al.COPING STRES PADA WARIA YANG 3 melaporkan diri menjual seks di empat dari lima kota besar di Indonesia menunjukkan adanya penurunan, tiga diantaranya cukup signifikan Kemenkes, 2007, 2011. Menurut Koeswinarno 2004 seorang waria memiliki persepsi masa depan yang biasanya ditentukan oleh indikator usia, dimana semakin bertambahnya usia menjadikan individu menginginkan lepas dari profesi PSK. Seorang waria yang telah berhenti menjadi PSK akan mengalami perubahan-perubahan tertentu dalam hidupnya sebagai suatu konsekuensi. Perubahan-perubahan itu diantaranya adalah perubahan pola perilaku hubungan seksual. Perubahan juga terjadi dalam penghasilan yaitu berkurangnya pendapatan yang diperoleh dari dunia malam. Selain itu, terdapat perubahan sosial yang terjadi pada waria berupa perlakuan-perlakuan yang berasal dari komunitas waria sesama PSK, keluarga dan masyarakat luas. Perubahan-perubahan yang dialami oleh waria yang berhenti menjadi PSK dapat memicu terjadinya stres. Stres dapat diartikan sebagai pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi, kognitif, dan perilaku yang diarahkan kepada pengubahan kejadian penuh stres atau menampung efek dari kejadian tersebut Baum dalam Taylor, 2009. Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan tersebut menuntut seseorang untuk menyesuaikan diri Nevid, Rathus, Greene, 2005. Seorang waria yang pada awalnya berprofesi sebagai PSK kemudian berhenti menjalankan pekerjaan tersebut, akan menghadapi tuntutan-tuntutan dari lingkungan sebagai warga yang taat pada norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Bagi seorang waria, berhenti menjadi PSK bisa menjadi sumber stres karena berbagai tekanan psikososial, dimana persepsi dan sikap masyarakat diwarnai oleh stereotip negatif bagi keberadaan waria itu sendiri. Dengan profesi selain PSK, seorang waria belum tentu dapat diterima dan didukung eksistensinya dalam masyarakat. Setiap individu bereaksi secara berbeda- beda terhadap stres, bergantung pada bagaimana ia memaknai peristiwa yang menimbulkan stres tersebut Nevid dkk, 2005. Dalam proses pemaknaan itu, seseorang akhirnya akan menentukan suatu cara untuk menghadapi stres, baik mengurangi, menghindari atau menghilangkan stres tersebut. Folkman Moskowitz dalam Taylor, 2009 mendefinisikan coping sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal dari situasi yang dianggap penuh stres. Coping stres yang digunakan oleh individu dalam menghadapi stres dapat bervariasi sesuai dengan kepribadian dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya stres. DASAR TEORI

1. Stres

Stres merupakan keadaan yang terjadi jika seseorang bertemu dengan peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologisnya Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, Nolen-Hoeksema, 1993. Stresor merupakan istilah untuk peristiwa penyebab atau sumber stres. Seseorang memiliki commit to user MAHFIRAHTIKHA, et al.COPING STRES PADA WARIA YANG 4 kemampuan adaptasi untuk menghadapi segala tekanan dan peristiwa dalam kehidupan, namun jika tekanan yang dihadapi tidak sesuai ataupun melebihi batas kemampuan individu, hal ini akan dianggap sebagai ancaman. Pada saat inilah stres muncul dalam intensitas kecil hingga besar, bergantung pada stresor dan kemampuan individu untuk menghadapinya. Sarafino 1998 membagi aspek stres menjadi berikut ini: a. Aspek biologis b. Aspek psikososial 1 Sisi kognitif 2 Sisi emosional 3 Sistem sosial Sarafino 1998 membagi sumber- sumber stres menjadi berikut ini: a. Sumber yang berasal dari diri individu b. Sumber yang berasal dari keluarga c. Sumber yang berasal dari komunitas dan masyarakat

2. Coping Stres