99 Quantity merupakan faktor dominan yang membentuk konstruk variabel kinerja pegawai
dengan loading faktor sebesar 0,806. Pengujian data empiris dengan menggunakan aplikasi SmartPLS menyimpulkan
bahwa model yang diajukan dalam penelitian termasuk model yang lemah dengan R- Square sebesar 0,09. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang dibangun kurang cocok
dengan data empiris yang didapatkan. Kinerja pegawai yang diteliti masih banyak dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. Implikasi Teoritis
Peneliti telah menyajikan baik temuan maupun penawaran model konseptual terkait kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi guna melihat pengaruhnya pada
kinerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang tidak dapat menerima hipotesis alternatif, model konseptual yang ditawarkan dalam penelitian ini tidak berhasil untuk
memprediksi kinerja pegawai. Konstruk penelitian yang merupakan ranah kajian komunikasi organisasi tidak dapat secara langsung mempengaruhi kinerja pegawai. Perlu
konstruk lain sebagai mediasi atau intervening guna memprediksi kinerja pegawai.
C. Implikasi Manajerial
Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan komunikasi bawahan,
kompetensi komunikasi atasan dan kinerja pegawai dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk merumuskan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja
pegawai. Walaupun kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi tidak terbukti berpengaruh pada kinerja pegawai namun variabel tersebut patut dipertimbangkan
sebagai pertimbangan kebijakan. Iklim komunikasi merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan
kepuasan komunikasi. Atasan selaku pembuat kebijakan dapat merujuk pada teori strukturasi adaptif yang telah dijelaskan pada bab II guna menciptakan iklim yang suportif
bagi seluruh anggota organisasi. Hal itu patut diwujudkan karena di mata pegawai, jika atasan dapat membuat interaksi yang bersahabat, menciptakan iklim bekerja menjadi
lebih supportif di lingkungan kerja, pegawai kemudian tidak merasa terancam dalam melakukan pekerjaannya, tidak merasa dipojokkan, dan pegawai akan merasa
mendapatkan dukungan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
100 Atasan dianggap memiliki kompetensi komunikasi yang baik ketika mampu
mengolah pesan yang disampaikan kepada dirinya dengan baik pula. Bertolak pada temuan itu, tidak berlebihan apabila dalam mengambil keputusan dapat mengedepankan
proses komunikasi dengan seluruh pihak agar keputusan dapat diterima dan tidak timbul potensi penolakan oleh bawahan.
D. Saran