BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemanfaatan Internet
1. Pengertian
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu
negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang
dinamis dan interaktif Purwanto, 2009. Pendit. dkk, dalam Qomariyah 2010 berpendapat bahwa sesuai dengan kepanjangannya, internet adalah
sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan
Internet Service Provider
yang saling terhubung dimana masing-masing jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen.
Manfaat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah guna, faedah, laba, untung, dan mudarat untung dan rugi, baik dan buruk.
Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan Alwi, 2001. Pemanfaatan internet adalah proses memanfaatkan internet. Proses
tersebut dapat berupa: a.
Intensitas penggunaan internet
The Graphic, Visualization Usability Center, The George Institute of Technology
dalam Qomariyah 2010 menggolongkan pengguna
internet menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan:
1
Heavy Users
lebih dari 40 jam per bulan 2
Medium Users
antara 10-40 jam per bulan 3
Light Users
kurang dari 10 jam per bulan b.
Kepentingan penggunaan internet Horrigan dalam Qomariyah 2010 menggolongkan aktivitas-aktivitas
internet yang dilakukan para pengguna internet menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu:
1 Email
2 Aktivitas kesenangan
Fun activities
yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan. Seperti:
online
untuk bersenang- senang, klip videoaudio, pesan singkat, mendengarkan atau
download
musik, bermain
games
, atau
chatting
. 3
Kepentingan informasi
information utility
yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi. Seperti: informasi produk, informasi
travel, cuaca, informasi tentang film, musik, buku, berita, informasi sekolah, informasi kesehatan, pemerintah, informasi keuangan,
informasi pekerjaan, atau informasi tentang politik. 4
Transaksi
transaction
, yaitu aktivitas transaksi jual beli melalui internet, seperti: membeli sesuatu, memesan tiket perjalanan, atau
online banking
.
2. Dampak Positif
Internet banyak memberikan keuntungan pada pemakai. Beberapa keuntungan dari internet antara lain:
a. Menurut Kadir 2003 dibagi menjadi 3 yaitu:
1 Kemudahan dalam memperoleh informasi
Internet memungkinkan siapapun mengakses berita-berita terkini melalui koran elektronik seperti
Republika Online
www.repu blika.co.id dan
Kompas Cyber Media
www.kompas.com ataupun melalui sumber lain seperti
CNN News
www.cnn.com. Hasil riset dalam bentuk abstraksi atau terkadang dalam bentuk makalah
lengkap, majalah, katalog, atau bahkan buku dapat diperoleh secara
online
. 2
Internet mendukung transaksi dan operasi bisnis atau yang dikenal dengan sebutan
e-Businness
. Melalui internet dimungkinkan untuk melakukan pembelian barang
secara
online
. 3
Berbagai aktivitas baru dapat ditangani oleh internet, seperti: a
Sistem pembelajaran jarak jauh
distance learning
atau
e- learning
. Darin E. Hartley dalam Wahono 2003 menyatakan
e-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
b Sistem telepon dengan biaya murah,
c Pencarian lowongan kerja dan
d Transfer uang.
b. Jasmadi 2004 menyatakan bahwa dampak positif dari internet antara
lain: 1
Bersifat global tanpa batas Semua aktifitas dan informasi di internet bersifat bebas tanpa
batasan wilayah, aturan, maupun hambatan waktu, dengan luas jangkauan meliputi hampir di seluruh belahan dunia.
2 Sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai
keperluan. Fasilitas dan fungsi yang disediakan oleh internet mampu
menangani berbagai jenis jasa dan layanan komunikasi dengan tingkat kecepatan kerja yang sangat tinggi.
3 Biaya internet lebih ringan
Pemakaian jasa internet dapat menekan biaya operasional seperti telepon, fax, pos atau ekspedisi.
3. Dampak Negatif Kadir, 2003
a. Kemudahan orang untuk menjiplak karya orang lain,
b. Kejahatan penggunaan kartu kredit,
c. Perusakan sistem melalui virus,
d. Penayangan pornografi,
e. Kemudahan dalam melakukan agitasi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan 2009 didapatkan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh remaja dengan jumlah
responden 279 orang yang sebagian menjawab lebih dari 1 pilihan jawaban saat mengakses internet seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kegiatan dalam Mengakses Internet pada Responden yang pernah Mengakses Internet
Kegiatan dan Materi yangdiakses Frekuensi
Persentase
Browsing
menjelajah
Chatting
Bermain
Game
Membuat Tugas Sekolah BelajarPengenalan Internet
83 36
78 54
46 39,5
17,1 37,1
25,7 21,9
Materi yang Diakses Download programLagu
Ringtone
,dll Membuat
Website Webblog
Friendster Check Email
Bahan-bahan untuk tugas Materi Seksualitas cerita porno,
gambar, photo, rekaman video dan yang menjurus pornografi
29 12
36 8
31 61
13,8 5,7
46,6 3,8
14,7 29,4
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pengaksesan materi pornografi menempati posisi paling atas dengan jumlah 29,4.
4. Pornografi dalam Internet
Borong 2010 menyatakan pornografi diartikan sebagai:
a. Tulisan, gambar atau rekaman tentang seksualitas yang tidak
bermoral, b.
Bahan atau materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual,
c. Tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu
birahi orang yang melihat atau membaca, d.
Tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran, dan e.
Penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas.
Jenis-jenis pornografi yang menonjol akhir-akhir ini yaitu: a.
Tulisan berupa majalah, buku, koran dan bentuk tulisan lain-lainnya, b.
Produk elektronik misalnya kaset video,
Video Compact Disc
VCD,
Digital Video Disc
DVD, c.
Gambar-gambar bergerak, d.
Program televisi dan televisi kabel, e.
Cyber-porno
melalui internet, f.
Audio-porno misalnya berporno melalui telepon yang juga sedang marak diiklankan di koran-koran maupun tabloid.
Secara psikologis, pornografi membawa beberapa dampak, salah satunya adalah timbulnya sikap dan perilaku antisosial.
Bisnis materi pornografi “berkembang biak” dengan cepat melalui media internet. Internet dapat digunakan sebagai :
a. Internet sebagai alat distribusi
Berbagai macam materi gambar, film dan suara yang dihasilkan oleh industri pornografi kini bisa dikonversi menjadi file-file data yang
dapat dikirim melalui internet. Berkembangnya sistem
bandwith
yang besar dan semakin cepatnya akses internet menyebabkan banyaknya
pelanggan situs porno yang memilih untuk mendapatkan materi pornografi dengan melakukan proses
download
. b.
Internet sebagai alat promosi Dengan harga yang sangat murah, seorang pebisnis yang bermain di
industri pornografi bisa menjangkau pasar seluruh dunia. Internet mengurangi biaya iklan di media cetak. Kini bahkan menjadi media
favorit untuk mempromosikan industri pornografi. Selain itu, internet bebas akan segala macam sensor.
c. Internet sebagai alat penentu kebijakan strategis
Internet kini bisa dipakai untuk mengukur perilaku pasar, segmentasi pasar dan riset terhadap segala hal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan. Berbagai situs di internet menawarkan jasa survei yang membantu para pengambil keputusan untuk melakukan
atau tidak melakukan bisnis pornografi. Banyak data statistik yang disajikan tentang penggunaan akses
internet untuk mengakses pornografi salah satunya adalah statistik berdasarkan hitungan waktu berikut ini Setiawan, 2007:
a. Setiap 39 menit, sebuah film porno dibuat di Amerika Serikat.
b. Setiap detik, uang senilai US3075,64 dihabiskan untuk membeli dan
mengoleksi materi pornografi. c.
Setiap detik, 28.258 orang pengguna internet melihat tayangan pornografi gambar dan film.
d. Setiap detik, 372 orang pengguna internet mencari materi pornografi
lewat situs
search engine.
B. Sikap Seks Bebas
1. Pengertian
Menurut Berkowitz dalam Azwar 2000 sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
favorable
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
unfavorable
pada objek tersebut. Allport dalam Notoadmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok: a.
Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
tend to behave
. 2.
Struktur Sikap Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang,
yaitu:
a. Komponen kognitif Komponen Perseptual.
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang
mempersepsi terhadap objek sikap. b.
Komponen afektif Komponen Emosional. Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konatif Komponen Perilaku
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap Walgito, 2003.
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah Azwar, 2000:
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Menurut Middlebrook dalam
Azwar 2000 tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut.
b. Kebudayaan
Manusia memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat
reinforcement
penguatan, ganjaran dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.
c. Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
f. Faktor emosi dalam diri individu
Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
3. Seks bebas
a. Pengertian
Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut
extra- marital
intercouse
atau
kinky-seks
merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak terkecuali bukan saja oleh
agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat Amiruclin, 2008. Berdasarkan pengertian sikap dan seks bebas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sikap seks bebas adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek
merupakan perasaan mendukung atau memihak
favorable
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
unfavorable
bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar.
Damayanti dalam BKKBN 2007 menyatakan beberapa
Perilaku seksual remaja SLTA di Jakarta:
1 Ngobrol Curhat
2 Pegangan tangan
3 Berangkulan
4 Berpelukan
5 Berciuman pipi
6 Berciuman bibir
7 Meraba-raba dada
8 Meraba alat kelamin
9 Menggesek kelamin
10 Melakukan seks oral
11 Hubungan seks.
Perilaku seksual tersebut diatas dapat menyebabkan terjadinya seks bebas pada remaja.
b. Penyebab
Terjadinya perilaku seks bebas pada remaja tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain:
1 Meningkatnya libido seksualitas
Dalam perkembangan remaja, mereka mengalami kematangan fisik, Sanderowitz dan Paxman dalam Sarwono 2008 mencatat
bahwa di berbagai masyarakat sekarang ini ada kecenderungan menurunnya usia kematangan seksual seseorang. Hal ini
sehubungan dengan membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak disatu pihak dan meningkatnya informasi melalui media massa.
Pada gilirannya, menurunnya usia kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang
dini Sarwono, 2008.
2 Penundaan usia perkawinan
Dengan semakin meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, maka usia perkawinan menjadi lebih meningkat. Hal ini
menyebabkan remaja menjadi semakin penasaran akan perilaku seks yang membuat mereka menjadi ingin coba-coba Sarwono,
2008. 3
Tabu-larangan Hubungan seks di luar perkawinan tidak hanya dianggap tidak
baik, tetapi juga tidak boleh ada. Bahkan, sering dianggap tidak pernah ada. Anggapan ini yang sangat dipengaruhi oleh ajaran
agama, pada gilirannya menyebabkan sikap negatif masyarakat terhadap seks. Orangtua dan pendidik jadi tidak mau terbuka atau
berterus terang kepada anak-anak atau anak-anak didik mereka tentang seks, takut kalau anak-anak itu jadi ikut-ikutan mau
melakukan seks sebelum waktunya sebelum menikah. Seks kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak
dengan orangtuanya sendiri. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orangtua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku
seksual yang tidak diharapkan Sarwono, 2008. 4
Kurangnya informasi tentang seks Hubungan seks antar remaja terjadi jika hubungan mereka sudah
berjalan sedikitnya enam bulan. Dengan demikian hubungan tersebut sudah cukup akrab dan intim. Jarang yang langsung
berhubungan seks setelah berkenalan tidak begitu lama. Melihat hal ini, sebenarnya cukup waktu untuk remaja itu untuk
mempersiapkan dirinya untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki. Akan tetapi, pada umumnya mereka ini memasuki
usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja
tidak bertambah. Sebaliknya malah bertambah dengan informasi- informasi yang salah. Sebagian besar dari mereka memperoleh
pengetahuannya dari surat kabar, majalah, internet atau ceramah- ceramah tentang seks Sarwono, 2008.
5 Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antarjenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya kota-kota besar. Makin kurangnya tingkat pemantauan orangtua semakin tinggi kemungkinan perilaku menyimpang
menimpa seorang remaja Sarwono, 2008. 6
Kualitas diri pribadi remaja itu sendiri Perkembangan emosional yang kurang bahkan tidak sehat,
mengalami hambatan dalam perkembangan hati nurani yang bersih dan agamis, ketidakmampuan mempergunakan waktu luang
secara sehat dan ekonomis, kelemahan diri dalam mengatasi kegagalan dengan memiliki kegiatan alternatif yang keliru dan
pengembangan kebiasaan diri yang kurang bahkan tidak sehat di dalam kehidupan sehari-hari Basri, 2004.
7 Kualitas lingkungan masyarakat
Seperti: pergeseran nilai dan moral kesusilaan warga masyarakat, suguhan media massa yang merusak perkembangan moral yang
sehat dan kondisi-kondisi setempat yang menyediakan dan merangsang
individu remaja
ke arah
perkembangan psikobioseksual yang tidak normatif Basri, 2004.
c. Akibat yang Ditimbulkan
Banyak sekali akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh perilaku seks bebas ini terutama bagi remaja itu sendiri antara lain:
1 Pengguguran kandungan
Dalam pengamatan klinis, kasus bunuh diri atau lebih tepatnya percobaan bunuh diri karena kehamilan yang tidak disengaja
sangat sedikit. Yang lebih sering adalah kasus-kasus aborsi. Biasanya mereka datang dengan kebimbangan yang sangat besar
antara mau melakukan pengguguran kandungan atau tidak melakukannya. Risiko medis pengguguran kandungan pada wanita
remaja cukup tinggi, disamping perbuatan ini dinilai sebagai dosa Sarwono, 2008. Pusat penelitian kesehatan universitas Indonesia
menyatakan angka kejadian aborsi di Indonesia pertahunnya sebesar 2 juta Ferry, 2006.
2 Penyakit kelamin
Salah satu akibat lain dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi adalah
meningkatnya penyakit kelamin di kalangan remaja. Di beberapa rumah sakit di Surabaya, Yogyakarta dan Semarang 1981
menunjukkan frekuensi penderita penyakit kelamin yang tertinggi antara usia 15-24 tahun Sarwono, 2008.
3 Kehamilan yang tidak diinginkan
Hasil studi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus kehamilan tidak
diinginkan, ternyata 27 diantaranya belum menikah, termasuk 12,5 diantaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa Ferry,
2006.
C. Remaja
1. Pengertian
Pada tahun 1974,
World Health Organitation
WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi
tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.
Remaja adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa, c.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri Sarwono, 2008.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan
berikut Yusuf, 2002: a.
Remaja awal : 12
– 15 tahun. b.
Remaja madya : 15 – 18 tahun.
c.
Remaja akhir : 19
– 22 tahun 2.
Sikap Seks Bebas pada Remaja Perkembangan perubahan sikap remaja terhadap seks bebas
semakin nampak jelas, perilaku yang pada generasi yang lalu akan mengejutkan para remaja bila terjadi diantara teman-teman sebayanya dan
yang akan menimbulkan rasa bersalah serta malu bila terjadi dalam kehidupan mereka sendiri, sekarang dianggap benar dan normal, atau
paling sedikit diperbolehkan. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan
saling terkait. Senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima daripada bercumbu sekedar melepas nafsu.
Gagasan yang benar mengenai benar dan salah sehubungan dengan perilaku seksual menyertai perubahan-perubahan sikap. Perilaku yang oleh
remaja dianggap “benar” disertai dengan sikap yang baik, sedangkan perilaku yang dianggap “salah” disertai dengan sikap yang kurang baik
Hurlock, 2004. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Rita Damayanti yang
berjudul Peran Biopsikososial terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja SLTA di DKI Jakarta 2006, dari 170 SMA di Jakarta
terdapat berbagai pendapat siswa tentang seks yaitu BKKBN, 2006: a.
Sebanyak 25 responden yang diteliti menyatakan hubungan seks boleh saja dilakukan dengan pasangan, asal disertai perasaan suka
sama suka. b.
Sebanyak 3 responden mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya.
c. Sebanyak 35 remaja pria yang diteliti menyatakan tidak perlu lagi
mempertahankan keperjakaannya. d.
Sebanyak 10 remaja wanita yang diteliti menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperawanannya.
e. Sebanyak 95 gaya pacaran para siswa masih menganut pola lama
dengan hanya mengobrol. f.
Sekitar 60 siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling berpegangan.
g. Sekitar 40 siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling
rangkulan. h.
Sekitar 30 siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling pelukan.
i. Sekitar 20 siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling
ciuman. j.
Sekitar 10 siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling meraba pasangannya.
D. Kerangka Konsep
Pemanfaatan Akses Internet
Materi Pornografi Dampak
Positif
Dampak Negatif
Penjiplakan karya orang lain
Kejahatan penggunaan kartu
kredit
Perusakan system melalui virus
Kemudahan dalam melakukan
agitasi
a. Kelompok sebaya
b.
Kelompok yang meliputi lembaga
sekolah, lembaga keagamaan,
organisasi kerja dan sebagainya
Sikap seks bebas pada
remaja
Keterangan : = variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
E. Hipotesis
“Ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja”
BAB III METODE PENELITIAN