Hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Deny Eka Widyastuti

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN AKSES INTERNET DENGAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJA

DI SMK 1 COKROAMINOTO SURAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Deny Eka Widyastuti R0106055

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

ABSTRACT

Deny Eka Widyastuti, R0106055, Hubungan Antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Sikap Seks Bebas pada Remaja di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta.

The Internet is the most preferred communication, in Indonesia, 64% of internet users are adolescence aged 15-19 years. Adolescence is the age where children no longer feel under the level of people who are older but are in the same level. In adolescence, began the formation of free sex attitude that is supportive feelings or impartial (favorable) or not feeling supported or impartial (unfavorable) on these objects.

The purpose of this study was to find out the relationship between the use of internet access with free sex attitudes among adolescents in SMK 1 Cokroaminoto Surakarta.This study uses an analytic observational method using cross sectional, population used was all adolescences in the class X and XI SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta and the total sample of 72 respondents. Data collection techniques using questionnaires and data analyzed with Spearman correlation test.

This study applies the 95% confidence level with a significance level of 0.05, Spearman correlation showed the value of 0.210 based on the correlation range correlations obtained are included in the low correlation. The significance value obtained is 0.076> 0.05 then this shows that H0 is accepted and Ha is rejected, so it can be concluded that there was no correlation between the use of internet access with free sex attitudes among adolescents in SMK 1 Cokroaminoto Surakarta.

Key Words: Utilization Of Internet Access, Free Sex Attitudes Among Adolescents


(3)

ABSTRAK

Deny Eka Widyastuti, R0106055, Hubungan Antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Sikap Seks Bebas pada Remaja di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta.

Internet merupakan media komunikasi yang paling diminati, di Indonesia 64% pengguna internet adalah remaja usia 15-19 tahun. Remaja merupakan usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pada masa remaja mulai terjadi pembentukan sikap seks bebas yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional, populasi yang digunakan adalah semua remaja kelas X dan XI SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta dan jumlah sampel sebanyak 72 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner kemudian dilakukan analisis data dengan korelasi spearman.

Penelitian ini menerapkan tingkat kepercayaan 95% dengan taraf signifikansi 0,05, didapatkan nilai korelasi spearman sebesar 0,210 berdasarkan rentang korelasi maka korelasi yang didapat termasuk dalam berkorelasi rendah. Nilai signifikansi yang didapat adalah 0,076>0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta.


(4)

KATA PENGANTAR

. Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Sikap Seks Bebas pada Remaja di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta” .

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan program studi diploma IV kebidanan fakultas kedokteran universitas sebelas maret.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasihat-nasihat, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Syamsulhadi, dr. SpKj, rektor Univesitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Dr. H. A. A. Subijanto, dr. M.S, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Tri Budi W, dr, SpOG (K), ketua program studi DIV Kebidanan Univesitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK, ketua tim Karya Tulis Ilmiah 5. Bapak Jarot Subandono, dr, M.Kes dan Ibu Sri Anggarini P, SsiT, M.Kes,

pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi

6. Bapak Aditya Nanda S.Psi, M.Psi selaku penguji yang selalu memberikan saran-saran yang membangun

7. Seluruh siswa kelas X dan XI SMK 1 Cokroaminoto Surakarta

8. Bapak Drs. Mudjono, selaku kepala sekolah SMK 1 Cokroaminoto Surakarta 9. Bapak Sugimin BA. Selaku Ketua TU SMK 1 Cokroaminoto Surakarta


(5)

10.Seluruh Dosen, karyawan dan karyawati D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

11.Teman-teman Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

12.Semua pihak yang telah banyak membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Juli 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Pemanfaatan Internet ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Dampak positif ... 7

3. Dampak negatif ... 8

4. Pornografi dalam internet ... 9

B. Sikap Seks Bebas ... 12

1. Pengertian ... 12

2. Struktur sikap... 12

3. Seks bebas ... 15

C. Remaja ... 20

1. Pengertian ... 20

2. Sikap seks bebas pada remaja ... 21

D. Kerangka Konsep ... 23


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi Penelitian ... 24

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 25

E. Estimasi Besar Sampel ... 25

F. Kriteria Restriksi ... 26

G. Pengalokasian Subjek ... 26

H. Definisi Operasional ... 26

I. Intervensi dan Instrumentasi... 27

J. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 32

K. Rencana Analisis Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 35

A. Deskripsi Responden Penelitian ... 36

1. Jenis kelamin responden ... 36

2. Umur responden ... 36

B. Data Variabel Pemanfaatan Akses Internet... 36

C. Data Variabel Sikap Seks Bebas pada Remaja ... 37

D. Hasil Analisis Data ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 42

BAB VI. PENUTUP ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kegiatan dalam Mengakses Internet pada Responden

yang Pernah Mengakses Internet ... 9 Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Pemanfaatan Akses Internet ... 28 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Sikap Seks Bebas ... 30 Tabel 3.3. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi

Terhadap Koefisien Korelasi ... 34 Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Kelas X Dan XI Di

SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.2. Distribusi Umur Responden Kelas X Dan XI Di

SMK Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.3. Distribusi Pemanfaatan Akses Internet Responden

Kelas X Dan Xi Di Smk Cokroaminoto Surakarta Tahun

2010 ... 37 Tabel 4.4. Distribusi Sikap Seks Bebas Responden Kelas X Dan XI

Di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Data ... 38 Tabel 4.6. Hasil Uji Linieritas Data ... 39 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pemanfaatan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 2 Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 3 Surat Pernyataan Keaslian KTI

Lampiran 4 Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 5 Surat Balasan Pengantar Penelitian

Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Concert)

Lampiran 8 Kuesioner Pemanfaatan Akses Internet Dan Kuesioner Sikap Seks Bebas Sebelum Uji Validitas Dan Reliabilitas

Lampiran 9 Kuesioner Pemanfaatan Akses Internet Dan Kuesioner Sikap Seks Bebas Setelah Uji Validitas Dan Reliabilitas

Lampiran 10 Perhitungan Skor Kategori

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Lampiran 12 Hasil Analisis Data

Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Korelasi Spearman Lampiran 14 Jadwal Penelitian


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Media teknologi yang paling diminati saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone dan internet (Oka, 2009).

Salah satu kemajuan teknologi yang terasa sekali akhir-akhir ini adalah kemunculan internet. Salah satu dampak buruk dari internet yang muncul beberapa waktu yang lalu adalah penyalahgunaan Facebook sebuah jaringan pertemanan oleh seorang remaja putra untuk berkenalan dengan seorang remaja putri. Keduanya intens berkirim pesan sejak beberapa bulan lalu, hingga akhirnya remaja putri tersebut dibawa kabur hingga 3 hari saat berkunjung ke Jakarta (Ismail, 2010).

Dampak internet yang lain yang tidak kalah mengkhawatirkan juga yaitu pornografi. Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia (2006) menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak (BKKBN, 2006). Attorney General’s


(11)

Final Report on Pornography dalam ASA Indonesia (2005) menjelaskan bahwa konsumen utama pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain) adalah remaja laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun. Informasi tentang pornografi tersebut akan menjadi dasar respons dan sikap seseorang terhadap suatu objek, terutama pada pemahaman dan sudut pandang remaja, sehingga akan merubah sikap remaja terhadap seks bebas (Supriati, 2009).

Dalam penelitian ini penulis mengambil subyek remaja, karena menurut data demografi remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organitation (WHO) (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2004). Survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek (2005) dengan 1.705 responden remaja memperoleh hasil bahwa lebih dari 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs internet. Survei lain juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film porno (BKKBN, 2006).

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah “Hubungan Sikap Remaja dengan Perilaku Seks Bebas di SMAN 3 Sukoharjo oleh Dwi Arsita Widodo, (2008)” serta “Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja


(12)

di Perkotaan oleh Astutik Nur Qomariyah, (2010)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang digunakan, sampel yang diambil dan tempat penelitian sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang berbeda. Maka dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja”.

B. Perumusan Masalah

“Adakah hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks

bebas pada remaja?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pemanfaatan akses internet pada remaja, b. Untuk mengetahui sikap seks bebas pada remaja.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan teoritis tentang hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja.


(13)

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi remaja agar dapat mengetahui batasan pemanfaatan akses internet yang baik sehingga terbentuk sikap yang positif terhadap seks bebas,

b. Bagi orang tua agar lebih mengawasi dan peduli dengan pemanfaatan akses internet secara benar pada anaknya,

c. Bagi sekolah agar dapat memberikan pendidikan yang tepat tentang pemanfaatan akses internet yang baik dan tentang bahaya seks bebas pada remaja.

d. Bagi peneliti sebagai calon pendidik bidan sesuai dengan wewenang bidan yaitu agar dapat memberikan penyuluhan kepada siswa siswi SMA dan SMK tentang bahaya seks bebas pada remaja.


(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemanfaatan Internet 1. Pengertian

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif (Purwanto, 2009). Pendit. dkk, dalam Qomariyah (2010) berpendapat bahwa sesuai dengan kepanjangannya, internet adalah sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan (Internet Service Provider) yang saling terhubung dimana masing-masing jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen.

Manfaat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah guna, faedah, laba, untung, dan mudarat (untung dan rugi, baik dan buruk). Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan (Alwi, 2001). Pemanfaatan internet adalah proses memanfaatkan internet. Proses tersebut dapat berupa:

a. Intensitas penggunaan internet

The Graphic, Visualization & Usability Center, The George Institute of Technology dalam Qomariyah (2010) menggolongkan pengguna


(15)

internet menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan:

1) Heavy Users (lebih dari 40 jam per bulan) 2) Medium Users (antara 10-40 jam per bulan) 3) Light Users (kurang dari 10 jam per bulan) b. Kepentingan penggunaan internet

Horrigan dalam Qomariyah (2010) menggolongkan aktivitas-aktivitas internet yang dilakukan para pengguna internet menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu:

1) Email

2) Aktivitas kesenangan (Fun activities) yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan. Seperti: online untuk bersenang-senang, klip video/audio, pesan singkat, mendengarkan atau

download musik, bermain games, atau chatting.

3) Kepentingan informasi (information utility) yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi. Seperti: informasi produk, informasi travel, cuaca, informasi tentang film, musik, buku, berita, informasi sekolah, informasi kesehatan, pemerintah, informasi keuangan, informasi pekerjaan, atau informasi tentang politik.

4) Transaksi (transaction), yaitu aktivitas transaksi (jual beli) melalui internet, seperti: membeli sesuatu, memesan tiket perjalanan, atau


(16)

2. Dampak Positif

Internet banyak memberikan keuntungan pada pemakai. Beberapa keuntungan dari internet antara lain:

a. Menurut Kadir (2003) dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Kemudahan dalam memperoleh informasi

Internet memungkinkan siapapun mengakses berita-berita terkini melalui koran elektronik seperti Republika Online (www.repu blika.co.id) dan Kompas Cyber Media (www.kompas.com) ataupun melalui sumber lain seperti CNN News (www.cnn.com). Hasil riset dalam bentuk abstraksi atau terkadang dalam bentuk makalah lengkap, majalah, katalog, atau bahkan buku dapat diperoleh secara

online.

2) Internet mendukung transaksi dan operasi bisnis atau yang dikenal dengan sebutan e-Businness.

Melalui internet dimungkinkan untuk melakukan pembelian barang secara online.

3) Berbagai aktivitas baru dapat ditangani oleh internet, seperti: a) Sistem pembelajaran jarak jauh (distance learning atau

e-learning). Darin E. Hartley dalam Wahono (2003) menyatakan

e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.


(17)

b) Sistem telepon dengan biaya murah, c) Pencarian lowongan kerja dan d) Transfer uang.

b. Jasmadi (2004) menyatakan bahwa dampak positif dari internet antara lain:

1) Bersifat global tanpa batas

Semua aktifitas dan informasi di internet bersifat bebas tanpa batasan wilayah, aturan, maupun hambatan waktu, dengan luas jangkauan meliputi hampir di seluruh belahan dunia.

2) Sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai keperluan.

Fasilitas dan fungsi yang disediakan oleh internet mampu menangani berbagai jenis jasa dan layanan komunikasi dengan tingkat kecepatan kerja yang sangat tinggi.

3) Biaya internet lebih ringan

Pemakaian jasa internet dapat menekan biaya operasional seperti telepon, fax, pos atau ekspedisi.

3. Dampak Negatif (Kadir, 2003)

a. Kemudahan orang untuk menjiplak karya orang lain, b. Kejahatan penggunaan kartu kredit,

c. Perusakan sistem melalui virus, d. Penayangan pornografi,


(18)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2009) didapatkan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh remaja dengan jumlah responden 279 orang yang sebagian menjawab lebih dari 1 pilihan jawaban saat mengakses internet seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kegiatan dalam Mengakses Internet pada Responden yang pernah Mengakses Internet

Kegiatan dan Materi yangdiakses Frekuensi Persentase

Browsing (menjelajah)

Chatting

Bermain Game

Membuat Tugas Sekolah Belajar/Pengenalan Internet 83 36 78 54 46 39,5 17,1 37,1 25,7 21,9 Materi yang Diakses

Download program/Lagu/Ringtone,dll Membuat Website/Webblog

Friendster Check Email

Bahan-bahan untuk tugas

Materi Seksualitas (cerita porno, gambar, photo, rekaman video dan yang menjurus pornografi)

29 12 36 8 31 61 13,8 5,7 46,6 3,8 14,7 29,4

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pengaksesan materi pornografi menempati posisi paling atas dengan jumlah 29,4%.

4. Pornografi dalam Internet


(19)

a. Tulisan, gambar atau rekaman tentang seksualitas yang tidak bermoral,

b. Bahan atau materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual, c. Tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu

birahi orang yang melihat atau membaca,

d. Tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran, dan

e. Penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas.

Jenis-jenis pornografi yang menonjol akhir-akhir ini yaitu:

a. Tulisan berupa majalah, buku, koran dan bentuk tulisan lain-lainnya, b. Produk elektronik misalnya kaset video, Video Compact Disc (VCD),

Digital Video Disc (DVD), c. Gambar-gambar bergerak,

d. Program televisi dan televisi kabel, e. Cyber-porno melalui internet,

f. Audio-porno misalnya berporno melalui telepon yang juga sedang marak diiklankan di koran-koran maupun tabloid.

Secara psikologis, pornografi membawa beberapa dampak, salah satunya adalah timbulnya sikap dan perilaku antisosial.

Bisnis materi pornografi “berkembang biak” dengan cepat melalui media internet. Internet dapat digunakan sebagai :


(20)

a. Internet sebagai alat distribusi

Berbagai macam materi gambar, film dan suara yang dihasilkan oleh industri pornografi kini bisa dikonversi menjadi file-file data yang dapat dikirim melalui internet. Berkembangnya sistem bandwith yang besar dan semakin cepatnya akses internet menyebabkan banyaknya pelanggan situs porno yang memilih untuk mendapatkan materi pornografi dengan melakukan proses download.

b. Internet sebagai alat promosi

Dengan harga yang sangat murah, seorang pebisnis yang bermain di industri pornografi bisa menjangkau pasar seluruh dunia. Internet mengurangi biaya iklan di media cetak. Kini bahkan menjadi media favorit untuk mempromosikan industri pornografi. Selain itu, internet bebas akan segala macam sensor.

c. Internet sebagai alat penentu kebijakan strategis

Internet kini bisa dipakai untuk mengukur perilaku pasar, segmentasi pasar dan riset terhadap segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Berbagai situs di internet menawarkan jasa survei yang membantu para pengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan bisnis pornografi.

Banyak data statistik yang disajikan tentang penggunaan akses internet untuk mengakses pornografi salah satunya adalah statistik berdasarkan hitungan waktu berikut ini (Setiawan, 2007):


(21)

b. Setiap detik, uang senilai US$3075,64 dihabiskan untuk membeli dan mengoleksi materi pornografi.

c. Setiap detik, 28.258 orang pengguna internet melihat tayangan pornografi (gambar dan film).

d. Setiap detik, 372 orang pengguna internet mencari materi pornografi lewat situs search engine.

B. Sikap Seks Bebas 1. Pengertian

Menurut Berkowitz dalam Azwar (2000) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Allport dalam Notoadmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

2. Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu:


(22)

a. Komponen kognitif (Komponen Perseptual).

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (Komponen Emosional).

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (Komponen Perilaku)

Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Walgito, 2003).

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar, 2000):

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Menurut Middlebrook dalam Azwar (2000) tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.


(23)

b. Kebudayaan

Manusia memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.

c. Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Faktor emosi dalam diri individu

Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat


(24)

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

3. Seks bebas a. Pengertian

Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak terkecuali bukan saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat (Amiruclin, 2008).

Berdasarkan pengertian sikap dan seks bebas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap seks bebas adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar.

Damayanti dalam BKKBN (2007) menyatakan beberapa Perilaku seksual remaja SLTA di Jakarta:

1) Ngobrol Curhat 2) Pegangan tangan 3) Berangkulan 4) Berpelukan 5) Berciuman pipi


(25)

6) Berciuman bibir 7) Meraba-raba dada 8) Meraba alat kelamin 9) Menggesek kelamin 10)Melakukan seks oral 11)Hubungan seks.

Perilaku seksual tersebut diatas dapat menyebabkan terjadinya seks bebas pada remaja.

b. Penyebab

Terjadinya perilaku seks bebas pada remaja tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain:

1) Meningkatnya libido seksualitas

Dalam perkembangan remaja, mereka mengalami kematangan fisik, Sanderowitz dan Paxman dalam Sarwono (2008) mencatat bahwa di berbagai masyarakat sekarang ini ada kecenderungan menurunnya usia kematangan seksual seseorang. Hal ini sehubungan dengan membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak disatu pihak dan meningkatnya informasi melalui media massa. Pada gilirannya, menurunnya usia kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang dini (Sarwono, 2008).


(26)

2) Penundaan usia perkawinan

Dengan semakin meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, maka usia perkawinan menjadi lebih meningkat. Hal ini menyebabkan remaja menjadi semakin penasaran akan perilaku seks yang membuat mereka menjadi ingin coba-coba (Sarwono, 2008).

3) Tabu-larangan

Hubungan seks di luar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak boleh ada. Bahkan, sering dianggap tidak pernah ada. Anggapan ini yang sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, pada gilirannya menyebabkan sikap negatif masyarakat terhadap seks. Orangtua dan pendidik jadi tidak mau terbuka atau berterus terang kepada anak-anak atau anak-anak didik mereka tentang seks, takut kalau anak-anak itu jadi ikut-ikutan mau melakukan seks sebelum waktunya (sebelum menikah). Seks kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak dengan orangtuanya sendiri. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orangtua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan (Sarwono, 2008).

4) Kurangnya informasi tentang seks

Hubungan seks antar remaja terjadi jika hubungan mereka sudah berjalan sedikitnya enam bulan. Dengan demikian hubungan tersebut sudah cukup akrab dan intim. Jarang yang langsung


(27)

berhubungan seks setelah berkenalan tidak begitu lama. Melihat hal ini, sebenarnya cukup waktu untuk remaja itu untuk mempersiapkan dirinya untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki. Akan tetapi, pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah. Sebaliknya malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuannya dari surat kabar, majalah, internet atau ceramah-ceramah tentang seks (Sarwono, 2008).

5) Pergaulan yang makin bebas

Kebebasan pergaulan antarjenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kota-kota besar. Makin kurangnya tingkat pemantauan orangtua semakin tinggi kemungkinan perilaku menyimpang menimpa seorang remaja (Sarwono, 2008).

6) Kualitas diri pribadi remaja itu sendiri

Perkembangan emosional yang kurang bahkan tidak sehat, mengalami hambatan dalam perkembangan hati nurani yang bersih dan agamis, ketidakmampuan mempergunakan waktu luang secara sehat dan ekonomis, kelemahan diri dalam mengatasi kegagalan dengan memiliki kegiatan alternatif yang keliru dan


(28)

pengembangan kebiasaan diri yang kurang bahkan tidak sehat di dalam kehidupan sehari-hari (Basri, 2004).

7) Kualitas lingkungan masyarakat

Seperti: pergeseran nilai dan moral kesusilaan warga masyarakat, suguhan media massa yang merusak perkembangan moral yang sehat dan kondisi-kondisi setempat yang menyediakan dan merangsang individu remaja ke arah perkembangan psikobioseksual yang tidak normatif (Basri, 2004).

c. Akibat yang Ditimbulkan

Banyak sekali akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh perilaku seks bebas ini terutama bagi remaja itu sendiri antara lain: 1) Pengguguran kandungan

Dalam pengamatan klinis, kasus bunuh diri (atau lebih tepatnya percobaan bunuh diri) karena kehamilan yang tidak disengaja sangat sedikit. Yang lebih sering adalah kasus-kasus aborsi. Biasanya mereka datang dengan kebimbangan yang sangat besar antara mau melakukan pengguguran kandungan atau tidak melakukannya. Risiko medis pengguguran kandungan pada wanita remaja cukup tinggi, disamping perbuatan ini dinilai sebagai dosa (Sarwono, 2008). Pusat penelitian kesehatan universitas Indonesia menyatakan angka kejadian aborsi di Indonesia pertahunnya sebesar 2 juta (Ferry, 2006).


(29)

2) Penyakit kelamin

Salah satu akibat lain dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi adalah meningkatnya penyakit kelamin di kalangan remaja. Di beberapa rumah sakit di Surabaya, Yogyakarta dan Semarang (1981) menunjukkan frekuensi penderita penyakit kelamin yang tertinggi antara usia 15-24 tahun (Sarwono, 2008).

3) Kehamilan yang tidak diinginkan

Hasil studi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus kehamilan tidak diinginkan, ternyata 27% diantaranya belum menikah, termasuk 12,5% diantaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa (Ferry, 2006).

C. Remaja 1. Pengertian

Pada tahun 1974, World Health Organitation (WHO) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa ketika:


(30)

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa,

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2008).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut (Yusuf, 2002):

a. Remaja awal : 12 – 15 tahun. b. Remaja madya : 15 – 18 tahun.

c.

Remaja akhir : 19 – 22 tahun 2. Sikap Seks Bebas pada Remaja

Perkembangan perubahan sikap remaja terhadap seks bebas semakin nampak jelas, perilaku yang pada generasi yang lalu akan mengejutkan para remaja bila terjadi diantara teman-teman sebayanya dan yang akan menimbulkan rasa bersalah serta malu bila terjadi dalam kehidupan mereka sendiri, sekarang dianggap benar dan normal, atau paling sedikit diperbolehkan. Bahkan hubungan seks sebelum menikah

dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan

saling terkait. Senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima daripada bercumbu sekedar melepas nafsu.


(31)

Gagasan yang benar mengenai benar dan salah sehubungan dengan perilaku seksual menyertai perubahan-perubahan sikap. Perilaku yang oleh remaja dianggap “benar” disertai dengan sikap yang baik, sedangkan perilaku yang dianggap “salah” disertai dengan sikap yang kurang baik (Hurlock, 2004).

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Rita Damayanti yang berjudul Peran Biopsikososial terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja SLTA di DKI Jakarta (2006), dari 170 SMA di Jakarta terdapat berbagai pendapat siswa tentang seks yaitu (BKKBN, 2006): a. Sebanyak 25% responden yang diteliti menyatakan hubungan seks

boleh saja dilakukan dengan pasangan, asal disertai perasaan suka sama suka.

b. Sebanyak 3% responden mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya.

c. Sebanyak 35% remaja pria yang diteliti menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperjakaannya.

d. Sebanyak 10% remaja wanita yang diteliti menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperawanannya.

e. Sebanyak 95% gaya pacaran para siswa masih menganut pola lama dengan hanya mengobrol.

f. Sekitar 60% siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling berpegangan.


(32)

g. Sekitar 40% siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling rangkulan.

h. Sekitar 30% siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling pelukan.

i. Sekitar 20% siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling ciuman.

j. Sekitar 10% siswa yang diteliti tidak keberatan dengan pacaran saling meraba pasangannya.

D. Kerangka Konsep

Pemanfaatan Akses Internet Materi Pornografi Dampak Positif Dampak Negatif Penjiplakan karya orang lain

Kejahatan penggunaan kartu kredit Perusakan system melalui virus Kemudahan dalam melakukan agitasi

a. Kelompok sebaya b. Kelompok yang

meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,

organisasi kerja dan sebagainya

Sikap seks bebas pada


(33)

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

E. Hipotesis

“Ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja”


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja. Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan yang paling sering digunakan karena secara metodologik paling mudah dilakukan (Taufiqurrahman, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta 2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 dan 21 Mei 2010

C. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain (Hidayat, 2009).


(35)

1. Populasi Target : Semua remaja siswa-siswi kelas X dan XI SMK 2. Populasi Aktual : Semua remaja siswa-siswi kelas X dan XI SMK 1

Cokroaminoto, Surakarta sebanyak 88 siswa.

D. Sampel dan Teknik Sampling 1. Sampel

Sampel atau populasi studi merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2008). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah remaja madya (usia 15-18 tahun) yang memenuhi syarat untuk diteliti di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta.

2. Teknik Sampling

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2005).

E. Estimasi Besar Sampel

Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya kurang dari 1000 maka penulis menggunakan rumus:

n

=

keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(36)

d = tingkat signifikansi (p) (Nursalam, 2008).

Maka didapatkan besar sampel sebesar 72 siswa, dari jumlah total 88 siswa.

F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi

a. Remaja usia 15-18 tahun

b. Siswa-siswi SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta kelas X dan XI c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Remaja dengan umur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 18 tahun b. Siswa-siswi yang tidak hadir saat dilakukan penelitian

G. Pengalokasian Subjek

1. Variabel Bebas : Pemanfaatan akses internet 2. Variabel Terikat : Sikap seks bebas

H. Definisi Operasional

1. Pemanfaatan akses internet a. Definisi

Pada dasarnya internet memiliki banyak dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Pemanfaatan internet yang diteliti disini adalah pemanfaatan internet secara negatif, yaitu pengaksesan


(37)

situs-situs pornografi. Meliputi: email, aktivitas kesenangan (fun activities), kepentingan informasi (information utility), transaksi (transaction).

b. Skala Ukur Skala ordinal 2. Sikap Seks Bebas

a. Definisi

Sikap seks bebas adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Dalam penelitian ini sikap seks bebas yang diteliti meliputi: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

b. Skala Ukur Skala ordinal

I. Intervensi dan Instrumentasi

Di dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah: 1. Kuesioner Pemanfaatan Internet

Kuesioner ini menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban: Pernyataan diberi skor sebagai berikut:


(38)

Jawaban kadang-kadang : nilai 2 Jawaban tidak pernah : nilai 1 Kriteria pemilihan jawaban adalah:

a. Sering : pemanfaatan internet > 1,5 jam tiap akses

b. Kadang-kadang : pemanfaatan internet 21 menit-1,5 jam tiap akses c. Tidak pernah : pemanfaatan internet < 21 menit tiap akses

Dalam kuesioner ini digunakan kategorisasi jenjang (ordinal), dimana kategori tersebut bersifat relatif, maka peneliti boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang diinginkan (Azwar, 2009). Kategori tersebut terdiri dari:

a. Rendah : x < (µ-1,0σ)

b. Sedang : (µ-1,0σ) ≤ x < (µ+1,0σ) c. Tinggi : (µ+1,0σ) ≤ x

Keterangan:

x : raw score skala

µ : mean atau rata-rata nilai σ : standar deviasi

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen Variabel Pemanfaatan Akses Internet

Variabel

Dimensi/indikator Nomer item

Jumlah item

1 2 3 4

Pemanfaatan akses Internet

Email 3,4,5,8 4

Aktivitas

kesenangan 10,11,12,13,14, 15,17 7 Kepentingan

informasi 18,19,22,23 4

Transaksi 27 1


(39)

2. Kuesioner Sikap Seks Bebas

Kuesioner sikap seks bebas ini disusun berdasarkan kuesioner milik Juwita (2007) dan milik Widodo (2008) yang telah dimodifikasi. Kuesioner ini menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban:

Pernyataan positif diberi skor sebagai berikut: Jawaban sangat setuju : nilai 4

Jawaban setuju : nilai 3 Jawaban tidak setuju : nilai 2 Jawaban sangat tidak setuju : nilai 1

Pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut: Jawaban sangat setuju : nilai 1

Jawaban setuju : nilai 2 Jawaban tidak setuju : nilai 3 Jawaban sangat tidak setuju : nilai 4

Dalam kuesioner ini digunakan kategorisasi jenjang (ordinal), dimana kategori tersebut bersifat relatif, maka peneliti boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang diinginkan (Azwar, 2009). Kategori tersebut terdiri dari:

a. Rendah : x < (µ-1,0σ)

b. Sedang : (µ-1,0σ) ≤ x < (µ+1,0σ) c. Tinggi : (µ+1,0σ) ≤ x

Keterangan:


(40)

µ : mean atau rata-rata nilai σ : standar deviasi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sikap Seks Bebas

Variabel

Dimensi/ indikator

Nomer item Jumlah

item

Favorable Unfavorable

1 2 3 4 5

Sikap seks bebas

pada remaja

Kognitif 5,9,12,13 3,10,14,16 8

Afektif 11,24,25 1,4,6,7,8,19 9

Konatif 15,17 2,18,20,21,22,23 8

Total 25

Sebelum digunakan kedua instrumen tersebut diujicobakan di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta kelas X akuntansi. Uji coba instrumen ini menggunakan 32 responden, alasan jumlah 32 responden adalah karena kaidah umum penelitian, jumlah responden 30 adalah batas jumlah antara sedikit dan banyak, kurva yang dihasilkan akan mendekati normal dengan pengertian bahwa kurva normal merupakan suatu fenomena universal mengenai fenomena ciri atau sifat alami yang normal (Machfoedz, 2005). Hasil-hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas.

1. Mengukur Validitas

Penulis dalam mengukur validitas alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.


(41)

Rumus Pearson Product Moment:

r

hitung

=

Keterangan:

rhitung = Koefisien korelasi ΣXi = Jumlah skor item ΣYi = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden (Hidayat, 2009).

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel, maka pertanyaan tersebut signifikan (Suhermin, 2008).

Hasil uji validitas yang didapatkan adalah untuk kuesioner variabel pemanfaatan akses internet dari 29 soal yang diujikan didapatkan 16 soal yang dinyatakan valid yaitu item soal no 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 22, 23, 27. Sedangkan untuk kuesioner variabel sikap seks bebas dari 36 soal yang diujikan didapatkan 25 soal yang dinyatakan valid yaitu item soal no 1, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 22, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36.

2. Mengukur Reliabilitas

Penulis menggunakan rumus koefisien Alpha untuk mengukur reliabilitas alat ukur yang digunakan.


(42)

α =

Keterangan:

α = koefisien reliabilitas k = banyaknya belahan tes

sj2 = varians belahan j, j = 1, 2, …, k

sx2 = varians skor tes (Azwar, 2004).

Jika nilai koefisien reliabilitas Cronbach Alpha > 0.8, maka instrumen cukup reliabel, ada yang menyatakan 0.6, ada pula yang berpendapat semakin mendekati 1, maka reliabilitas semakin baik (Azuarjuliandi, 2009).

Hasil reliabilitas yang didapatkan adalah untuk kuesioner variabel pemanfaatan akses internet adalah sebesar 0.842 > 0.8 maka kuesioner pemanfaatan akses internet dinyatakan reliabel, sedangkan untuk kuesioner variabel sikap seks bebas didapatkan hasil sebesar 0.898 > 0.8 maka kuesioner sikap seks bebas dinyatakan reliabel.

J. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner. Pengumpulan data dengan kuesioner adalah peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2008). Penulis dalam penelitian ini menggunakan jenis pertanyaan terstuktur, yang diajukan secara langsung kepada subjek.


(43)

2. Pengolahan Data

a. Editing

Dalam penelitian ini, setelah data didapatkan kemudian dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh.

b. Coding

Pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Entri Data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database

komputer.

d. Melakukan Teknik Analisis (Nursalam, 2008).

K. Rencana Analisis Data

Penulis akan menggunakan uji statistik korelasi ranking Spearman. Dalam korelasi Spearman sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonvermasikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal (Sugiyono, 2007). Koefisien korelasi peringkat Spearman, rs, adalah ukuran erat-tidaknya kaitan antara dua variabel ordinal, artinya, rs , merupakan ukuran atas kadar atau derajat hubungan antara data yang telah disusun menurut peringkat (ranked data) (Supranto, 2001).

Besarnya koefisien korelasi rangking (rs) dapat dihitung dengan menggunakan formula:


(44)

r

s

= 1 -

Keterangan:

rs : koefisien korelasi rangking Spearman n : banyaknya pasangan data

Σ : notasi jumlah

d : perbedaan rangking antara pasangan data (Algifari, 2003).

Dalam penelitian ini taraf kemaknaan 5%, maka interval kepercayaan sebesar 95%. Untuk mempermudah hitungan maka digunakan program komputer SPSS versi 17.00. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang didapat, maka dapat berpedoman pada tabel berikut (Sugiyono, 2005).

Tabel 3.3. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 sangat rendah 0,20 - 0,399 rendah

0,40 - 0,599 sedang 0,60 - 0,799 kuat


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas ini dilakukan pada remaja madya usia 15 sampai 18 tahun. Pemanfaatan akses internet yang diteliti disini dititik beratkan pada pengaksesas situs-situs pornografi oleh remaja. Responden yang digunakan adalah siswa SMK 1 Cokroaminoto Surakarta. SMK 1 Cokroaminoto terletak di jln. Hos Cokroaminoto no.53 Surakarta, dengan 6 kelas dengan total siswa 180 orang, tiap angkatan terdiri dari 2 jurusan yaitu akuntansi dan pemasaran. Responden yang diambil dalam penelitian ini diambil secara random dari siswa kelas X Pemasaran, siswa kelas XI akuntansi dan siswa kelas XI pemasaran. Siswa kelas X akuntansi tidak diambil sebagai responden penelitian karena telah dijadikan responden uji validitas. Kelas XII tidak dijadikan responden karena saat dilaksanakan penelitian mereka sedang mengikuti ujian kelulusan.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 dan 21 Mei 2010, selama 2 hari. Responden mengisi kuesioner yang telah tersedia kemudian diolah dan didapat hasil sebagai berikut:

A. Deskripsi Responden Penelitian 1. Jenis kelamin responden

Dari jumlah responden sebanyak 72 orang siswa, diperoleh responden laki-laki sebanyak 19 orang dan perempuan sebanyak 53 orang. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.


(46)

Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Kelas X dan XI di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010

NO JENIS KELAMIN JUMLAH %

1. Laki-laki 19 26,4

2. Perempuan 53 73,6

Jumlah 72 100

Sumber: Data Primer, 2010 2. Umur responden

Responden sebagian besar berumur 17 tahun sebanyak 31 orang (43,1%), dan sebagian kecil berada pada kelompok umur 18 tahun sebanyak 15 orang (20,8%). Hasil tersebut sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yaitu usia remaja antara 15-18 tahun. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden Kelas X dan XI di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010

NO UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH %

L P

1. 16 tahun 5 21 26 36,1

2. 17 tahun 10 21 31 43,1

3. 18 tahun 4 11 15 20,8

JUMLAH 19 53 72 100

Sumber: Data Primer, 2010

B. Data variabel pemanfaatan akses internet

Variabel pemanfaatan internet menggunakan tiga kategori yaitu kategori rendah dengan skor x < 27, kategori sedang dengan skor 27 ≤ x < 37, dan kategori tinggi dengan skor 37 ≤ x untuk keterangan penentuan kategori dapat dilihat di lampiran. Hasil distribusi ketiga kategori tersebut pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(47)

Tabel 4.3 Distribusi Pemanfaatan Akses Internet Responden Kelas X dan XI di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010

Kategori Akses Internet

untuk materi pornografi

Jenis Kelamin

Jumlah %

L P

Rendah 17 53 70 97,2

Sedang 2 - 2 2,8

Tinggi - - - -

Jumlah 19 53 72 100

Sumber: Data Primer, 2010

Data yang didapatkan menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang menggunakan akses internet untuk mendapatkan materi pornografi adalah rendah (97,2%).

C. Data variabel sikap seks bebas pada remaja

Variabel sikap seks bebas dibagi dalam tiga kategori yaitu kategori rendah dengan skor x < 49, kategori sedang dengan skor 49 ≤ x < 75, dan kategori tinggi dengan skor 75 ≤ x untuk keterangan penentuan kategori dapat dilihat di lampiran. Hasil distribusi ketiga kategori tersebut pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Sikap Seks Bebas Responden Kelas X dan XI di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta Tahun 2010

Kategori Sikap

Jenis Kelamin

Jumlah %

L P

Rendah 16 47 63 87,5

Sedang 3 6 9 12,5

Tinggi - - - -

Jumlah 19 53 72 100

Sumber: Data Primer 2010

Data yang didapatkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) masuk dalam kategori rendah.


(48)

D. Hasil analisis data

Tujuan utama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta. Variabel yang digunakan adalah variabel ordinal, baik pemanfaatan akses internet maupun sikap seks bebas. 1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas. Uji normalitas data dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan taraf signifikansi (α) 0,05 melalui program SPSS versi 17.0.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Hasil Distribusi Pemanfaatan Akses

Internet

0,000 <0,05 = tidak berdistribusi normal

Sikap Seks Bebas 0,800 >0,05 = berdistribusi normal

Sumber: Data Primer 2010

Data diatas menunjukkan nilai signifikansi dari variabel pemanfaatan akses internet adalah 0,000 dimana < 0,05 maka data variabel pemanfaatan akses internet tidak berdistribusi normal. Nilai signifikansi dari variabel sikap seks bebas adalah 0,800 dimana > 0,05 maka data variabel sikap seks bebas berdistribusi normal. Dalam korelasi Spearman sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonvermasikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal


(49)

(Sugiyono, 2007). Maka kedua data tersebut dapat dikorelasikan menggunakan korelasi Spearman.

2. Uji linearitas

Asumsi linearitas adalah asumsi untuk memastikan apakah data sesuai dengan garis linear atau tidak. Asumsi ini dapat diketahui dengan mencari nilai deviation from linearity dari uji F linear.

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas Data

Total skor signifikansi Hasil Asumsi Linearity 0.000 <0,05 = Linier Sumber: Data Primer, 2010

Jika angka pada linearity lebih kecil dari 0,05 ( < 0,05), berarti hubungan antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Sikap Seks Bebas pada remaja adalah linear. Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa nilai Sig. untuk linearity sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Sikap Seks Bebas pada remaja.

Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari kedua variabel. Analisis data tersebut sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pemanfaatan Akses Internet

dengan Sikap Seks Bebas Pemanfaatan akses

internet Rendah Sedang Tinggi

Sikap seks bebas Frek % Frek % Frek %

Rendah 63 87,5 0 0 0 0

Sedang 7 9,7 2 2,8 0 0


(50)

Sumber: Data Primer 2010

Data diatas menunjukkan bahwa terdapat 87,5% responden yang pemanfaatan akses internet untuk mengakses materi pornografinya rendah dan memiliki sikap seks bebas yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa apabila pemanfaatan akses internet responden rendah maka sikap seks bebas yang dimiliki responden rendah pula. Hasil pemanfaatan akses internet yang sedang dan menghasilkan sikap seks bebas yang rendah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang tidak dikendalikan oleh peneliti.

Setelah data tersebut diolah kemudian dilakukan pengujian data dengan menggunakan korelasi spearman. Hasil uji korelasi spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05, setelah dilakukan pengolahan data didapatkan nilai korelasi spearman sebesar 0,210 berdasarkan rentang korelasi maka korelasi yang didapat termasuk dalam berkorelasi rendah. Nilai signifikansi yang didapat adalah 0,076 yang lebih besar daripada 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja di SMK 1 Cokroaminoto, Surakarta.


(51)

BAB V PEMBAHASAN

Remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2004). Responden yang diambil disini adalah remaja karena berdasarkan riset yang dilakukan oleh Yahoo! Di Indonesia 64% pengguna internet adalah remaja usia 15-19 tahun (Heriyanto, 2009). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 dan 21 Mei 2010 di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta dengan jumlah responden 72 orang.

Internet dapat digunakan untuk mengirim surat elektronik (email), ngobrol (chatting), mendengarkan radio (streaming) dan mencari informasi (browsing) dengan siapapun, darimanapun dan kemanapun dengan biaya yang murah. Tidak seluruh isi di internet dapat bermanfaat. Beberapa isinya bahkan cenderung merugikan, materi yang merugikan tersebut terdapat di situs-situs negatif, misalnya pornografi, madat, rasisme, kekerasan dan perjudian. Di internet dapat pula terjadi pelanggaran privasi, perendahan martabat dan pelecehan seksual ringan maupun berat (Iswahyudi, 2009).

Hasil jawaban responden yang telah diteliti didapat bahwa sebagian besar pemanfaatan akses internet yang dilakukan untuk mengakses materi pornografi adalah rendah. Responden tidak semuanya menggunakan internet untuk mengakses materi pornografi namun untuk kepentingan lain. Daftar yang dihimpun dari laporan yang dikeluarkan oleh Symantec, berdasarkan penggunaan layanan OnlineFamily, terdapat 10 topik yang paling sering ditelusuri remaja


(52)

mulai periode Februari hingga Juli yaitu YouTube, Google, Facebook, Seks, MySpace, Porno, Yahoo, Michael Jackson, Fred dan eBay (Jayanti, 2009).

Survey mengatakan bahwa dominansi penggunaan layanan online adalah e-mail (59%), instant messaging (59%) dan social networking (58%) berdasarkan hasil riset yang dilakukan bersama antara TNS Indonesia dan Yahoo! Indonesia (Syahti, 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa memang pemanfaatan akses internet yang dilakukan oleh remaja untuk mengakses materi pornografi masih rendah.

Hasil penelitian yang didapat untuk variabel sikap seks bebas adalah sebagian besar responden memiliki sikap seks bebas yang rendah. Perhitungan korelasi rangking spearman yang dilakukan pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja memiliki nilai korelasi yang rendah. Ahmadi (1999) menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang paling penting dalam pembentukan sikap dalam masa remaja yaitu Mass media, Kelompok sebaya, dan Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, organisasi kerja dan sebagainya. Menurut Bungin (2001) sikap remaja terhadap perilaku seks lebih banyak distimulus oleh berita erotika media massa dan peer group. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas remaja, hal tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor yang tidak dikendalikan oleh peneliti.

Penulis akan membahas satu persatu pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap pembentukan sikap remaja dimana dalam penelitian ini menjadi faktor yang menyebabkan tidak adanya hubungan dari kedua variabel. Cangara


(53)

dalam Nastiti (2009) menyatakan bahwa media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaian pesan dari sumber kepada masyarakat dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Addisi Dyah Prasetyo Nastiti (2009) remaja lebih banyak mendapatkan informasi dari media elektronik daripada media cetak. Kekuatan rangsangan informasi erotika media elektronik juga berbeda-beda, tergantung seterbuka apa media itu memaparkan informasi erotika (Bungin, 2001).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizza Norta VRD (2010)

dengan judul “hubungan antara banyaknya media massa dengan pengetahuan

kesehatan reproduksi” yang dilakukan pada responden yang sama dengan penelitian ini, dihasilkan bahwa untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi termasuk di dalamnya tentang seks bebas, para responden lebih banyak menggunakan buku (100%). Responden yang menggunakan internet hanya sebanyak 11 orang (44%) dari 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit remaja yang mengaku mengakses internet untuk mendapatkan informasi tentang seks bebas.

Penelitian yang dilakukan oleh Suci Rohdiyati (2007) dengan judul Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Pra Nikah menunjukkan bahwa dalam pembentukan sikap terhadap seks pra nikah pada remaja pola asuh orangtua permisif memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seks bebas pada remaja tidak hanya pemanfaatan akses internet untuk


(54)

mengakses materi pornografi saja. Penelitian yang dilakukan oleh Kandi Aryani

(2008) dengan judul “Reception Analysis Remaja Terhadap Wacana Pornografi

Dalam Situs-Situs Seks Di Media Online” , mendapatkan hasil bahwa remaja menganggap pornografi sebagai sesuatu yang tidak bermoral dan melanggar nilai serta norma yang berlaku di masyarakat Indonesia, maka hal ini menjadi alasan remaja yang mengakses internet untuk mencari materi pornografi masih rendah.

Peer group adalah kelompok sebaya atau sepersamaan, Simon dan Gognon mengatakan bahwa peer group merupakan faktor penting dalam pendidikan seks. Banyak studi menunjukkan bahwa pada usia 15 tahunan, peer group telah menjadi referensi yang sangat penting dan barangkali merupakan pengaruh paling penting terhadap sikap, tujuan serta norma perilaku. Peer group

umumnya berasal dari teman sekolah, tetangga, kelompok berpacaran (dua atau tiga pasangan pacar). Biasanya kelompok ini terdiri dari dua sampai empat orang, mereka hidup sangat terbuka untuk anggota kelompok dan sebaliknya relatif tertutup terhadap orang luar (Bungin, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih banyak melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orangtua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman. Untuk itu, tidak mengherankan jika kelompok teman sebaya dijadikan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup (life style). Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus dan sebagainya (Qomariyah, 2010).


(55)

Remaja cenderung menjadikan teman sebagai sumber belajar pertama kali, pengaruh peer group (teman sebaya) yang selalu melingkupi kehidupan sosial mereka sangat besar, dimana remaja lebih menjadikan teman sebayanya untuk mempelajari segala sesuatu atau hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam hidupnya, daripada orang yang lebih tua di sekitarnya (Qomariyah, 2010).

Salah satu ciri sikap yaitu sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau sikap sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah (Walgito, 2003). Maka sikap yang dimiliki oleh responden dapat pula berubah apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung.

Peneliti sempat melakukan wawancara kepada beberapa responden tentang sumber informasi tentang seks bebas, mereka mengaku lebih banyak mendapatkannya dari teman saat mengobrol daripada dari membaca buku atau koran. Hampir seluruh responden mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari orangtua. Sekolah pernah memberikan penyuluhan tentang seks bebas kepada responden bahkan di sekolah sering dilakukan pemeriksaan

handphone dan tas untuk mengetahui adakah siswa yang menyimpan maupun membawa barang-barang ataupun video porno ke sekolah, apabila didapatkan ada siswa yang membawa atau menyimpan video atau gambar porno maka barang


(56)

tersebut akan disita dan orangtua siswa dipanggil ke sekolah. Di sekolah juga diberikan mata pelajaran Bimbingan dan Konseling 1 kali dalam 1 minggu selama 1 jam pelajaran, materi tentang seks bebas dan pornografi juga disampaikan dalam pelajaran tersebut. Hal-hal diatas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sikap seks bebas yang dimiliki responden rendah.

Dalam lingkungan masyarakat yang ada disekitar responden, membicarakan hal yang berbau seks masih dianggap hal yang tabu sehingga responden tidak berani menanyakan hal-hal berbau seks kepada orangtua mereka. Responden lebih banyak bertanya kepada teman yang dianggap lebih tahu. Di sekolah terdapat kebiasaan setiap pagi sebelum dimulai pelajaran dilakukan membaca doa bersama dan membaca Alqur’an, hal ini menunjukkan masih tingginya kontrol sekolah kepada responden terutama dengan penguatan nilai-nilai keagamaan. Kontrol dari masyarakat dan sekolah yang masih kuat inilah yang membuat sikap seks bebas yang terbentuk rendah, hal ini berarti bahwa untuk remaja yang menjadi responden tidak mendukung atau tidak setuju dengan seks bebas.


(57)

BAB VI PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja maka diambil simpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan akses internet untuk mencari materi pornografi pada responden sebagian besar adalah rendah yaitu sebesar 97,2%.

2. Sikap seks bebas pada responden didominasi dengan sikap seks bebas yang rendah yaitu sebesar 87,5%.

3. Tidak ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja.

B. SARAN

1. Bagi Sekolah

a. Peneliti mengharap berdasar dari informasi pada penelitian ini agar ditingkatkan pengawasan terhadap siswa yang masih menggunakan internet untuk mengakses materi pornografi secara sedang dengan tetap mengadakan pemeriksaan handphone dan tas.

b. Mengadakan penyuluhan tentang seks bebas secara berkala agar siswa tidak mendapatkan informasi yang salah dengan bekerja sama dengan dinas kesehatan atau pelayanan kesehatan yang terdekat.


(58)

c. Melakukan pemblokiran situs-situs pornografi agar tidak dapat diakses oleh siswa siswi di sekolah.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, siswa siswi menjadi tahu batasan yang baik dan benar dalam pemanfaatan akses internet.

b. Diharapkan agar siswa siswi memiki sikap yang tidak mendukung seks bebas.

3. Bagi Peneliti

a. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat meneliti lebih lanjut variabel-variabel lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seks bebas pada remaja meliputi peer group dan kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, organisasi kerja dan sebagainya.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Algifari. 2003. Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Amiruclin. 2008. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. http://ceria.bkkbn.go.id/penelitian/detail/182. Tanggal diakses : 2 Februari 2010.

Azuarjuliandi. 2009. Validitas & Reliabilitas. www.azuarjuliandi.com /openarticles/validitasreliabilitas.pdf. Tanggal Diakses: 3 Mei 2010.

Azwar, Saifuddin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, Hasan. 2004. Remaja berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2006. Anak Indonesia Rentan Pornografi. http://www.bkkbn. go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=514. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.

. 2007. Lima Dari 100 Siswa SLTA di DKI Berhubungan Seks Sebelum Menikah. http://www.bkkbn.go.id/Web/DetailRubrik.php?MyID =518. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.

. 2006. Inilah Pendapat Siswa Ibukota Tentang Seks.

http://www.bkkbn.go.id/Web/DetailRubrik.php?MyID=516. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.


(60)

Borong. 2010. Pornografi. http://artikel.sabda.org/pornografi. Tanggal diakses : 28 Februari 2010.

Bungin, Burhan. 2001. Erotika Media Massa. Surakarta: Muhamadiyah University Pres.

Dewi, Rizza Norta VR. 2010. Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMA 8 Surakarta. Fakultas Kedokteran, UNS. KTI.

Ferry. 2009. Data Seks Bebas Remaja Bali: 42,3% Gadis 15-19 Tahun Pernah Berhubungan Seks. http://www.matabumi.com/berita/data-seks-bebas-remaja-bali:423%25-gadis-15-19-thn-pernah-berhub-sex. Tanggal diakses: 2 Februari 2010.

Heriyanto, Trisno. 2009. Remaja Dominasi Pengguna Internet Indonesia. http://www.detikinet.com/read/2009/03/20/104823/1102

372/398/remaja-dominasi-pengguna-internet-indonesia. Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ismail, Rachmadin. 2010. Cegah Kasus Nova Berulang, Pasang Info Seadanya Saja di FB. http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/115707 /1295790/10/cegah-kasus-nova-berulang-pasang-info-seadanya-saja-di-fb. Tanggal diakses: 10 Februari 2010.

Iswahyudi, Catur. 2009. Remaja dan Internet. http://catur.dosen.akprind.ac.id /2009/03/30/remaja-dan-internet/ Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.

Jasmadi. 2004. Panduan Praktis menggunakan Fasilitas Internet: Surfing, Email, SMS, Chatting, E-Card, dan Download. Yogyakarta: Andi Jayanti, Santi Dwi. 2009. Konten Mesum Santapan Online Favorit Anak.

http://www.detikinet.com/read/2009/08/12/110143/1181682/398 /konten-mesum-santapan-online-favorit-anak. Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.


(61)

Juwita, Rochmah Rima. 2007. Hubungan Persepsi Terhadap Arti Cinta dan Pendidikan Seks dengan Sikap Terhadap Hubungan Seks Pranikah pada Remaja. Fakultas Psikologi, UMS. Skripsi. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi

Kurniawan, Teguh. 2009. Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan Intensi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Fakultas Psikologi, UMS. Skipsi.

Machfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Jogjakarta: Fitramaya.

Nastiti, Addisi Dyah Prasetyo. 2009. Hubungan Banyaknya Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Di SMU Negeri 5 Madiun. Fakultas Kedokteran, UNS. KTI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Oka, I Gusti Made. 2009. Sex Bebas Dikalangan Remaja.

http://ngurahoka.wordpress.com/2009/10/29/sex-bebas-dikalangan-remaja/. Tanggal diakses : 10 februari 2010.

Purwanto, Effy. 2009. Pengantar World Wide Web. http://www.litbang.depkes. go.id/tik/media/Pengantar_WWW.doc. Tanggal Diakses : 2 Februari 2010.

Qomariyah, Astutik. 2010. Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan. http://www.alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/66 7814988_abs.pdf. Tanggal diakses : 3 Maret 2010.

Rohdiyah, Suci. 2007. Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Pra Nikah. Pascasarjana. UNAIR. Thesis.


(62)

Setiawan, Sony Adi. 2007. 500 + Gelombang Video Porno Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera. Yogyakarta: Andi.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhermin. 2008. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. http://blog.its.ac.id/suhermin statistikaitsacid/files/2008/09/validitas-reliabilitas.pdf. Tanggal diakses : 28 Februari 2010.

Supranto. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Supriati, Euis; Fikawati, Sandra. 2009. Efek Paparan Pornografi pada Remaja

SMP Negeri Kota Pontianak Tahun 2008. Makara Sosial Humaniora 13 No.1: 48-56.

Syahti, Maghriza Novita. 2010. Remaja Dunia Aktif Gunakan Internet Untuk Berbagai Hal. http://inioke.com/konten/1920/remaja-dunia-aktif-gunakan-internet-untuk-berbagai-hal.html. Tanggal Akses: 22 Juli 2010.

Taufiqurrahman, Arief. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS PRESS.

Wahono, Romi Satrio. 2003. Pengantar E-Learning dan Pengembangannya. http://www.bpplsp-jateng.com/e-learning/download/112216768 2romi-elearning2.pdf. Tanggal Akses: 26 Maret 2010.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi. Widodo, Dwi Arsita. 2008. Hubungan Sikap Remaja dengan Perilaku Seks Bebas

di SMAN 3 Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. KTI.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


(1)

BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan

antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja maka

diambil simpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan akses internet untuk mencari materi pornografi pada

responden sebagian besar adalah rendah yaitu sebesar 97,2%.

2. Sikap seks bebas pada responden didominasi dengan sikap seks bebas

yang rendah yaitu sebesar 87,5%.

3. Tidak ada hubungan antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks

bebas pada remaja.

B. SARAN

1. Bagi Sekolah

a. Peneliti mengharap berdasar dari informasi pada penelitian ini agar

ditingkatkan pengawasan terhadap siswa yang masih menggunakan

internet untuk mengakses materi pornografi secara sedang dengan

tetap mengadakan pemeriksaan handphone dan tas.

b. Mengadakan penyuluhan tentang seks bebas secara berkala agar siswa

tidak mendapatkan informasi yang salah dengan bekerja sama dengan


(2)

c. Melakukan pemblokiran situs-situs pornografi agar tidak dapat

diakses oleh siswa siswi di sekolah.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, siswa siswi menjadi tahu

batasan yang baik dan benar dalam pemanfaatan akses internet.

b. Diharapkan agar siswa siswi memiki sikap yang tidak mendukung

seks bebas.

3. Bagi Peneliti

a. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat meneliti lebih

lanjut variabel-variabel lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap seks bebas pada remaja meliputi peer group dan

kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Algifari. 2003. Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Amiruclin. 2008. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan.

http://ceria.bkkbn.go.id/penelitian/detail/182. Tanggal diakses : 2 Februari 2010.

Azuarjuliandi. 2009. Validitas & Reliabilitas. www.azuarjuliandi.com

/openarticles/validitasreliabilitas.pdf. Tanggal Diakses: 3 Mei

2010.

Azwar, Saifuddin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Basri, Hasan. 2004. Remaja berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2006. Anak Indonesia Rentan Pornografi. http://www.bkkbn.

go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=514. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.

. 2007. Lima Dari 100 Siswa SLTA di DKI Berhubungan Seks Sebelum

Menikah. http://www.bkkbn.go.id/Web/DetailRubrik.php?MyID

=518. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.

. 2006. Inilah Pendapat Siswa Ibukota Tentang Seks.

http://www.bkkbn.go.id/Web/DetailRubrik.php?MyID=516. Tanggal diakses : 6 Maret 2010.


(4)

Borong. 2010. Pornografi. http://artikel.sabda.org/pornografi. Tanggal diakses : 28 Februari 2010.

Bungin, Burhan. 2001. Erotika Media Massa. Surakarta: Muhamadiyah

University Pres.

Dewi, Rizza Norta VR. 2010. Hubungan Penggunaan Media Massa dengan

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMA 8 Surakarta. Fakultas Kedokteran, UNS. KTI.

Ferry. 2009. Data Seks Bebas Remaja Bali: 42,3% Gadis 15-19 Tahun Pernah

Berhubungan Seks. http://www.matabumi.com/berita/data-seks-bebas-remaja-bali:423%25-gadis-15-19-thn-pernah-berhub-sex. Tanggal diakses: 2 Februari 2010.

Heriyanto, Trisno. 2009. Remaja Dominasi Pengguna Internet Indonesia.

http://www.detikinet.com/read/2009/03/20/104823/1102

372/398/remaja-dominasi-pengguna-internet-indonesia. Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ismail, Rachmadin. 2010. Cegah Kasus Nova Berulang, Pasang Info Seadanya

Saja di FB. http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/115707 /1295790/10/cegah-kasus-nova-berulang-pasang-info-seadanya-saja-di-fb. Tanggal diakses: 10 Februari 2010.

Iswahyudi, Catur. 2009. Remaja dan Internet. http://catur.dosen.akprind.ac.id

/2009/03/30/remaja-dan-internet/ Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.

Jasmadi. 2004. Panduan Praktis menggunakan Fasilitas Internet: Surfing, Email,

SMS, Chatting, E-Card, dan Download. Yogyakarta: Andi

Jayanti, Santi Dwi. 2009. Konten Mesum Santapan Online Favorit Anak.

http://www.detikinet.com/read/2009/08/12/110143/1181682/398 /konten-mesum-santapan-online-favorit-anak. Tanggal Diakses: 15 Juni 2010.


(5)

Juwita, Rochmah Rima. 2007. Hubungan Persepsi Terhadap Arti Cinta dan Pendidikan Seks dengan Sikap Terhadap Hubungan Seks Pranikah pada Remaja. Fakultas Psikologi, UMS. Skripsi.

Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi

Kurniawan, Teguh. 2009. Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dan Konsep

Diri dengan Intensi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Fakultas Psikologi, UMS. Skipsi.

Machfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang

Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Jogjakarta:

Fitramaya.

Nastiti, Addisi Dyah Prasetyo. 2009. Hubungan Banyaknya Media Massa dengan

Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Di

SMU Negeri 5 Madiun. Fakultas Kedokteran, UNS. KTI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT

Asdi Mahasatya.

Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Oka, I Gusti Made. 2009. Sex Bebas Dikalangan Remaja.

http://ngurahoka.wordpress.com/2009/10/29/sex-bebas-dikalangan-remaja/. Tanggal diakses : 10 februari 2010.

Purwanto, Effy. 2009. Pengantar World Wide Web. http://www.litbang.depkes.

go.id/tik/media/Pengantar_WWW.doc. Tanggal Diakses : 2 Februari 2010.

Qomariyah, Astutik. 2010. Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja

di Perkotaan. http://www.alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/66 7814988_abs.pdf. Tanggal diakses : 3 Maret 2010.

Rohdiyah, Suci. 2007. Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Sikap Remaja

Terhadap Seks Pra Nikah. Pascasarjana. UNAIR. Thesis.


(6)

Setiawan, Sony Adi. 2007. 500 + Gelombang Video Porno Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera. Yogyakarta: Andi.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhermin. 2008. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. http://blog.its.ac.id/suhermin

statistikaitsacid/files/2008/09/validitas-reliabilitas.pdf. Tanggal diakses : 28 Februari 2010.

Supranto. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Supriati, Euis; Fikawati, Sandra. 2009. Efek Paparan Pornografi pada Remaja

SMP Negeri Kota Pontianak Tahun 2008. Makara Sosial

Humaniora 13 No.1: 48-56.

Syahti, Maghriza Novita. 2010. Remaja Dunia Aktif Gunakan Internet Untuk

Berbagai Hal. http://inioke.com/konten/1920/remaja-dunia-aktif-gunakan-internet-untuk-berbagai-hal.html. Tanggal Akses: 22 Juli 2010.

Taufiqurrahman, Arief. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Surakarta: UNS PRESS.

Wahono, Romi Satrio. 2003. Pengantar E-Learning dan Pengembangannya.

http://www.bpplsp-jateng.com/e-learning/download/112216768 2romi-elearning2.pdf. Tanggal Akses: 26 Maret 2010.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.

Widodo, Dwi Arsita. 2008. Hubungan Sikap Remaja dengan Perilaku Seks Bebas

di SMAN 3 Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. KTI.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 8 13

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 5 18

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK MURNI 2 Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Dan Perilaku Seks Bebas Remaja Di SMK Murni 2 Surakarta.

0 3 16

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Dan Perilaku Seks Bebas Remaja Di SMK Murni 2 Surakarta.

0 3 16

PENDAHULAN Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Dan Perilaku Seks Bebas Remaja Di SMK Murni 2 Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 4 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 14 16

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI Hubungan Antara Penalaran Moral dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMK I Jumantono.

0 2 15

materi konkeb (Deny Eka Widyastuti)

0 0 6