BAB V PEMBAHASAN
Remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama Hurlock, 2004. Responden yang diambil disini adalah remaja karena berdasarkan riset yang
dilakukan oleh Yahoo Di Indonesia 64 pengguna internet adalah remaja usia 15-19 tahun Heriyanto, 2009. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 dan 21
Mei 2010 di SMK 1 Cokroaminoto Surakarta dengan jumlah responden 72 orang. Internet dapat digunakan untuk mengirim surat elektronik
email
, ngobrol
chatting
, mendengarkan radio
streaming
dan mencari informasi
browsing
dengan siapapun, darimanapun dan kemanapun dengan biaya yang murah. Tidak seluruh isi di internet dapat bermanfaat. Beberapa isinya bahkan cenderung
merugikan, materi yang merugikan tersebut terdapat di situs-situs negatif, misalnya pornografi, madat, rasisme, kekerasan dan perjudian. Di internet dapat
pula terjadi pelanggaran privasi, perendahan martabat dan pelecehan seksual ringan maupun berat Iswahyudi, 2009.
Hasil jawaban responden yang telah diteliti didapat bahwa sebagian besar pemanfaatan akses internet yang dilakukan untuk mengakses materi pornografi
adalah rendah. Responden tidak semuanya menggunakan internet untuk mengakses materi pornografi namun untuk kepentingan lain. Daftar yang
dihimpun dari laporan yang dikeluarkan oleh
Symantec
, berdasarkan penggunaan layanan
OnlineFamily
, terdapat 10 topik yang paling sering ditelusuri remaja
mulai periode Februari hingga Juli yaitu YouTube, Google, Facebook, Seks, MySpace, Porno, Yahoo, Michael Jackson, Fred dan eBay Jayanti, 2009.
Survey mengatakan bahwa dominansi penggunaan layanan
online
adalah e-mail 59,
instant messaging
59 dan
social networking
58 berdasarkan hasil riset yang dilakukan bersama antara TNS Indonesia dan Yahoo Indonesia
Syahti, 2010. Data tersebut menunjukkan bahwa memang pemanfaatan akses internet yang dilakukan oleh remaja untuk mengakses materi pornografi masih
rendah. Hasil penelitian yang didapat untuk variabel sikap seks bebas adalah
sebagian besar responden memiliki sikap seks bebas yang rendah. Perhitungan korelasi rangking spearman yang dilakukan pada penelitian ini mendapatkan hasil
bahwa antara pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas pada remaja memiliki nilai korelasi yang rendah. Ahmadi 1999 menyatakan bahwa terdapat
tiga hal yang paling penting dalam pembentukan sikap dalam masa remaja yaitu Mass media, Kelompok sebaya, dan Kelompok yang meliputi lembaga sekolah,
lembaga keagamaan, organisasi kerja dan sebagainya. Menurut Bungin 2001 sikap remaja terhadap perilaku seks lebih banyak distimulus oleh berita erotika
media massa dan
peer group
. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel pemanfaatan akses internet dengan sikap seks bebas remaja, hal
tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor yang tidak dikendalikan oleh peneliti. Penulis akan membahas satu persatu pengaruh dari masing-masing faktor
tersebut terhadap pembentukan sikap remaja dimana dalam penelitian ini menjadi faktor yang menyebabkan tidak adanya hubungan dari kedua variabel. Cangara
dalam Nastiti 2009 menyatakan bahwa media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaian pesan dari sumber kepada masyarakat dengan menggunakan
alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Addisi Dyah Prasetyo Nastiti 2009 remaja lebih
banyak mendapatkan informasi dari media elektronik daripada media cetak. Kekuatan rangsangan informasi erotika media elektronik juga berbeda-beda,
tergantung seterbuka apa media itu memaparkan informasi erotika Bungin, 2001.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizza Norta VRD 2010 dengan judul “hubungan antara banyaknya media massa dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi” yang dilakukan pada responden yang sama dengan penelitian ini, dihasilkan bahwa untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi termasuk di dalamnya tentang seks bebas, para responden lebih banyak menggunakan buku 100. Responden yang menggunakan internet hanya
sebanyak 11 orang 44 dari 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit remaja yang mengaku mengakses internet untuk mendapatkan informasi
tentang seks bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Suci Rohdiyati 2007 dengan judul
Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Pra Nikah menunjukkan bahwa dalam pembentukan sikap terhadap seks pra nikah pada
remaja pola asuh orangtua permisif memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap seks bebas pada remaja tidak hanya pemanfaatan akses internet untuk
mengakses materi pornografi saja. Penelitian yang dilakukan oleh Kandi Aryani 2008 dengan judul “Reception Analysis Remaja Terhadap Wacana Pornografi
Dalam Situs- Situs Seks Di Media Online” , mendapatkan hasil bahwa remaja
menganggap pornografi sebagai sesuatu yang tidak bermoral dan melanggar nilai serta norma yang berlaku di masyarakat Indonesia, maka hal ini menjadi alasan
remaja yang mengakses internet untuk mencari materi pornografi masih rendah.
Peer group
adalah kelompok sebaya atau sepersamaan, Simon dan Gognon mengatakan bahwa
peer group
merupakan faktor penting dalam pendidikan seks. Banyak studi menunjukkan bahwa pada usia 15 tahunan,
peer group
telah menjadi referensi yang sangat penting dan barangkali merupakan pengaruh paling penting terhadap sikap, tujuan serta norma perilaku.
Peer group
umumnya berasal dari teman sekolah, tetangga, kelompok berpacaran dua atau tiga pasangan pacar. Biasanya kelompok ini terdiri dari dua sampai empat orang,
mereka hidup sangat terbuka untuk anggota kelompok dan sebaliknya relatif tertutup terhadap orang luar Bungin, 2001.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih banyak melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orangtua. Dibanding pada masa kanak-kanak,
remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman. Untuk itu, tidak mengherankan jika
kelompok teman sebaya dijadikan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup
life style
. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai cara berpakaian yang
menarik, musik atau film apa yang bagus dan sebagainya Qomariyah, 2010.
Remaja cenderung menjadikan teman sebagai sumber belajar pertama kali, pengaruh
peer group
teman sebaya yang selalu melingkupi kehidupan sosial mereka sangat besar, dimana remaja lebih menjadikan teman sebayanya untuk
mempelajari segala sesuatu atau hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam hidupnya, daripada orang yang lebih tua di sekitarnya Qomariyah, 2010.
Salah satu ciri sikap yaitu sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau sikap sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam
kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah
akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif
tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah Walgito, 2003. Maka sikap yang dimiliki oleh responden dapat pula berubah apabila dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang mendukung. Peneliti sempat melakukan wawancara kepada beberapa responden tentang
sumber informasi tentang seks bebas, mereka mengaku lebih banyak mendapatkannya dari teman saat mengobrol daripada dari membaca buku atau
koran. Hampir seluruh responden mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari orangtua. Sekolah pernah memberikan penyuluhan tentang
seks bebas kepada responden bahkan di sekolah sering dilakukan pemeriksaan
handphone
dan tas untuk mengetahui adakah siswa yang menyimpan maupun membawa barang-barang ataupun video porno ke sekolah, apabila didapatkan ada
siswa yang membawa atau menyimpan video atau gambar porno maka barang
tersebut akan disita dan orangtua siswa dipanggil ke sekolah. Di sekolah juga diberikan mata pelajaran Bimbingan dan Konseling 1 kali dalam 1 minggu selama
1 jam pelajaran, materi tentang seks bebas dan pornografi juga disampaikan dalam pelajaran tersebut. Hal-hal diatas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
sikap seks bebas yang dimiliki responden rendah. Dalam
lingkungan masyarakat
yang ada
disekitar responden,
membicarakan hal yang berbau seks masih dianggap hal yang tabu sehingga responden tidak berani menanyakan hal-hal berbau seks kepada orangtua mereka.
Responden lebih banyak bertanya kepada teman yang dianggap lebih tahu. Di sekolah terdapat kebiasaan setiap pagi sebelum dimulai pelajaran dilakukan
membaca doa bersama dan membaca Alqur’an, hal ini menunjukkan masih tingginya kontrol sekolah kepada responden terutama dengan penguatan nilai-nilai
keagamaan. Kontrol dari masyarakat dan sekolah yang masih kuat inilah yang membuat sikap seks bebas yang terbentuk rendah, hal ini berarti bahwa untuk
remaja yang menjadi responden tidak mendukung atau tidak setuju dengan seks bebas.
BAB VI PENUTUP