antara total utang dengan modal sendiri Debt to Equity Ratio dan perbandingan antara utang dengan total aktiva Debt to Assets Ratio. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitiannya, yaitu dengan penelitian informasi keuangan perusahaan untuk empat tahun terakhir yaitu
selama tahun 2008 hingga tahun 2011. Dan perusahaan yang diteliti adalah perusahaan food and beverages juga perusahaan yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Serta menambahkan satu variabel baru yaitu Return on Assets ROA sebagai variabel independen.
Dengan demikian, judul penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Struktur Modal dan Return on Assets terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI 2008-
2011. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah:
Apakah Struktur Modal dan Return on Assets berpengaruh terhadap Rentabilitas Modal Sendiri baik secara parsial maupun simultan pada Perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2011?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen yang terdiri dari struktur modal dan return
on assets ROA terhadap variabel dependen yaitu rentabilitas modal sendiri
Universitas Sumatera Utara
secara simultan pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehubungan dengan pengaruh struktur modal dan ROA terhadap
rentabilitas modal sendiri. 2.
Bagi Akademisi Sebagai bahan referensi, informasi dan pertimbangan bagi penelitian-
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan rentabilitas modal sendiri. 3.
Bagi Perusahaan dan Calon Investor Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan struktur
permodalan serta faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerja manajemen dalam upaya
peningkatan laba perusahaan dan membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Struktur Modal
Menurut Kodrat 2009:107 struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang berbeda saham biasa dan saham preferen atau bauran
seluruh sumber pendanaan jangka panjang ekuitas dan utang yang digunakan perusahaan. Menurut Sadalia 2010:131 struktur modal menyatakan adanya
hubungan campuran antara utang dan modal sendiri dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan.
Menurut Riyanto 2001:22 struktur modal adalah perbandingan atau
perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri longterm debt to
equity ratio. Menurut Warsono 2003:235 struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kombinasi dari seluruh sumber pendanaan jangka panjang yaitu utang
debt dengan modal sendiri equity yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktivitasnya.
2.1.1.1 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Struktur modal
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung
Universitas Sumatera Utara
terhadap posisi finansial perusahaan. Struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tingkat pertumbuhan perusahaan dan kemantapan penjualan di masa yang
akan datang Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi karena semakin
stabilnya hasil penjualan di masa yang akan datang, menyebabkan kecenderungan untuk perusahaan melakukan leverage semakin besar.
2. Struktur kompetitif dalam industri
Semakin kompetitif persaingan dalam industrinya, maka akan semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk menggunakan utang jangka panjang dalam
struktur modalnya. 3.
Susunan aset dari perusahaan sendiri Perusahaan yang sebagian besar asetnya merupakan aset tetap fixed assets
biasanya lebih sering menggunakan modal sendiri untuk pembiayaan struktur modalnya.
4. Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan
Semakin tinggi risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan, maka kecenderungan untuk mengadakan leverage akan semakin rendah.
5. Status kendali dari para pemilik dan manajemen
Semakin bertambahnya saham biasa yang beredar, menyebabkan semakin berkurangnya kendali bagi para pemilik sebelumnya. Untuk mengantisipasi
hal ini, biasanya perusahaan akan melakukan leverage untuk menambah modal perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
6. Sikap para kreditur modal terhadap industri dan perusahaan
Apabila para kreditur berpersepsi baik terhadap suatu industri atau perusahaan, maka akan semakin mudah bagi perusahaan tersebut untuk mendapatkan utang.
7. Posisi pajak perusahaan
Salah satu alasan digunakannya utang leverage dalam struktur modal adalah karena bunga mengurangi pengeluaran pajak. Sehingga apabila semakin besar
tarif pajak yang dikenakan terhadap perusahaan, maka biaya utang efektifnya akan menjadi semakin rendah.
8. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam
kondisi yang tidak baik Pemasok modal biasanya lebih tertarik untuk memberikan dana bagi
perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik. Sedangkan perusahaan kadang berada dalam kondisi perekonomian yang krisis dan mengalami kesulitan
operasi. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap struktur modal sasaran. 9.
Konservatisme atau agresivisme manajerial Beberapa manajer perusahaan yang agresif, cenderung lebih menggunakan
utang dalam usaha untuk mendorong laba. Walaupun faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal optimal ataupun pemaksimuman nilai, tetapi hal
ini dapat mempengaruhi manajer dalam menentukan struktur modal sasarannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Teori–teori yang Menyangkut Struktur Modal
1. Pendekatan Laba Operasi Bersih Net Operating Income Approach
Pada pendekatan laba operasi bersih diasumsikan bahwa laba operasi bersih EBIT dan tingkat kapitalisasi keseluruhan konstan untuk semua tingkat
leverage, akan menunjukkan pengaruh perubahan utang terhadap nilai pasar saham perusahaan dan tingkat kapitalisasi ekuitas. Dengan kata lain apabila
perusahaan menginginkan untuk menaikkan nilai perusahaan dan menurunkan tingkat kapitalisasinya maka dapat dilakukan dengan meningkatkan leverage-
nya. Namun kelemahannya adalah karena teori ini mengindikasikan bahwa semakin besar utang maka semakin tinggi nilai perusahaan, menyebabkan
kecenderungan perusahaan lebih sering menggunakan utang untuk melakukan pembelanjaan perusahaan.
2. Pendekatan Tradisional Traditional Approach
Pada pendekatan tradisional terhadap penilaian dan leverage diasumsikan adanya suatu struktur modal yang optimal dan perusahaan dapat menaikkan
nilai totalnya melalui penggunaan leverage yang tepat. Dengan cara menurunkan biaya modalnya dan menaikkan nilai total perusahaan melalui
leverage. Karena leverage meningkat, maka para investor akan menaikkan tingkat kapitalisasi ekuitasnya dengan harapan untuk mendapatkan return yang
lebih tinggi atas kenaikan risiko keuangan. 3.
Pendekatan Modigliani dan Miller Pendekatan Modigliani-Miller MM ini menentang pendekatan
tradisional dengan menyatakan bahwa tingkat kapitalisasi perusahaan tersebut
Universitas Sumatera Utara
secara keseluruhan tetap konstan dalam semua tingkat leverage. MM juga berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak
dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur modalnya. Asumsi penting dalam pendekatan MM adalah sebagai berikut:
a. Pasar modal adalah sempurna dan informasi selalu tersedia dengan cepat
dan lengkap untuk semua investor dengan asumsi bahwa investor tersebut bersifat rasional.
b. Nilai perkiraan dari distribusi probabilitas semua investor sama.
c. Semua perusahaan dapat dikelompokkan dalam kelas pengembalian yang
sama agar perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai tingkat risiko bisnis yang sama.
d. Tidak ada pajak pendapatan perseroan. Dengan pendekatan MM ini
menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pembelanjaan financing decisions menjadi
tidak relevan. Artinya penggunaan utang atau modal sendiri akan memberi dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.
4. Teori The Pecking Order Hypothesis of Corporate Capital Structure
Asumsi-asumsi dalam model ini menurut Sadalia 2010 adalah: a.
Dividen policy adalah sticky, dimana manajer berusaha membuat rasio pembagian dividen yang ditargetkan dan berusaha menghindari perubahan
pembayaran dividen secara tiba-tiba. b.
Perusahaan lebih menyukai internal financing pendanaan dari hasil operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Apabila perusahaan membutuhkan external financing pendanaan dari luar
operasi perusahaan, maka terlebih dahulu perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, diterbitkan saham baru.
2.1.1.3 Indikator Struktur Modal
Menurut Warsono 2003:238 struktur modal dapat dibagi dalam dua indikator. Pertama adalah Debt to Asset Ratio yang sering disebut dengan rasio
utang debt ratio yaitu perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
���� ����� = ����� ����� ����
����� ������ ������ Dengan struktur modal tersebut, apabila semakin tinggi rasio utang suatu
perusahaan maka menunjukkan bahwa risiko keuangan yang ditanggung para pemegang saham biasa akan semakin tinggi.
Indikator struktur modal yang kedua adalah rasio utang-ekuitas debt-to- equity ratio yaitu perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut: ���� �� ������ ����� =
����� ����� ���� ����� ������� ������
Rasio utang-ekuitas ini lebih sering digunakan sebagai indikator struktur modal oleh para teoretisi dan praktisi dibandingkan dengan Debt to Assets Ratio
atau rasio utang debt ratio. Sehingga penulis juga mengambil Debt to Equity Ratio atau rasio utang-ekuitas sebagai indikator variabel struktur modalnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Return on Assets
Menurut Syamsuddin 2007:63 return on assets adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Menurut Rachmawati 2012:3 return on assets adalah profitabilitas suatu perusahaan yang
diukur dengan menghubungkan antara laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan aset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan. Menurut Syauta dan Widjaja 2009:354 return on assets mengukur
seberapa efisien laba dapat dihasilkan dari aset yang digunakan atau dimiliki perusahaan. ROA yang rendah mengindikasikan pendapatan perusahaan yang
rendah terhadap sejumlah aset yang dimilikinya. Menurut Horne dan Wachowicz 2005:235 ROA mengukur efektivitas
keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Menurut Warsono 2003:37
ROA atau juga yang dikenal dengan ROI merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi para pemegang saham biasa Earning Available for Common
StockholdersEACS dengan aktiva total. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Return on Assets
ROA yang merupakan salah satu rasio profitabilitas ROA atau ROI dalam penelitian ini adalah untuk mengukur perbandingan antara laba bersih setelah
dikurangi beban bunga dan pajak Earning After TaxesEAT yang dihasilkan dari
Universitas Sumatera Utara
aktivitas pokok perusahaan dengan total aktiva assets yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Apabila ROA suatu perusahaan tinggi, berarti efisiensi suatu perusahaan juga tinggi. Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas
manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak EBIT dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan.
Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.
2.1.2.1 Komponen Perhitungan ROA
1. Tingkat Profitabilitas
Tingkat profitabilitas dapat dievaluasi dengan menggunakan indikator margin keuntungan profit margin. Ukuran tingkat profit margin adalah rasio
antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan pendapatan total. Profit margin yang semakin besar menunjukkan pertumbuhan laba bersih
setelah pajak lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan total. Laba bersih setelah pajak akan semakin besar bila selisih positif antara total pendapatan
dikurangi dengan total biaya semakin besar. Untuk memperbesar selisih
Universitas Sumatera Utara
keduanya maka perlu perbaikan di sisi biaya dan pendapatan. Pada pendapatan, perusahaan harus meningkatkan jumlah dan kualitas aktiva produktif.
Sementara pada biaya, penghematan tanpa menurunkan kualitas pelayanan, karena biaya total terdiri atas biaya bunga dan non bunga. Maka efisiensi
penggunaan dana dan penggunaan faktor non dana terutama tenaga kerja sangat dibutuhkan.
2. Tingkat Penggunaan Aktiva
Ukuran tingkat penggunaan aktiva assets utilization adalah rasio antara total pendapatan dibagi dengan total aktiva. Tingkat penggunaan aktiva yang
semakin baik disebabkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dari pertumbuhan aktiva. Karena itu pendapatan bunga dan non bunga harus
ditingkatkan dengan cara memperbanyak dan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perusahaan.
2.1.3 Rentabilitas Modal Sendiri
Menurut Horne dan Wachowicz 2005:235 rentabilitas modal sendiri return on equityROE adalah untuk mengukur daya untuk menghasilkan laba
pada investasi nilai buku pemegang saham. Menurut Syamsudin 2007:64 ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Menurut Mardiyanto 2009:196 dalam Zamani dan Moeljadi 2012:6 ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Menurut Warsono 2003:38 rasio
Universitas Sumatera Utara
pengembalian atas ekuitas ROE atau disebut juga dengan tingkat pengembalian atas para pemegang saham rate of return on stockholders’ merupakan
perbandingan antara laba tersedia bagi para pemegang saham biasa EACS, dengan ekuitas saham modal saham biasa.
Menurut Sukartini 2005:7 rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Return on equity ROE diperlakukan sedemikian penting karena return on equity ROE merupakan ukuran efisiensi yang dicapai
perusahaan dalam menggunakan modal para pemiliknya. Adapun komponen- komponen yang perlu diperhatikan dalam perhitungan
rentabilitas modal sendiri menurut Sukartini 2005:7 dapat dituangkan dalam rumus sebagai berikut:
������������ ����� ������� = ���� ����
���� − ���� ����� �������
2.2 Penelitian Terdahulu