Ajaran Materiil Teori Timbulnya Hutang Pajak

Jadi, selama belum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak, walaupun syarat-syarat subjektif dan syarat objektif telah terpenuhi. Kelemahan teori formil ini yaitu besar sekali kemungkinan utang pajak ditetapkan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, teori formil tidak dapat diterapkan terhadap pajak tidak langsung karena pajak tidak langsung tidak menggunakan surat ketetapan pajak. Teori ini hanya diterapkan pada saat timbulnya utang pajak bumi dan bangunan. Contoh : hutang pajak si A baru akan timbul sesudah fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak SKP. Jadi, si A tidak mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan pendapatannya jika fiskus belum menerbitkan SKP nya. Teori ini sangat lemah karena banyak jenis pajak yang terutang dan dibayar tidak perlu menunggu diterbitkannya surat ketetapan pajak, misalnya bea materi, PPh pasal 21, dan lain-lain.

b. Ajaran Materiil

Hutang pajak timbul karena berlakunya undang – undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self Assessment System. Teori material yang dipelopori oleh Adriani menyatakan bahwa: Timbulnya utang pajak adalah karena undang-undang saja, tanpa diperlukan suatu perbedaan manusia jadi sekalipun tidak dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus asalkan dipenuhi syarat atau terapat suatu tatbestand. Sehingga tidak memerlukan campur tangan pihak fiskus untuk menerbitkan surat ketetapan pajak. 20 Selaku pengikut teori material adalah Soemitro yang mengatakan kalau dianalisis lebih lanjut maka teori material itu mengelompokkan bahwa utang pajak timbul dengan sendirinya karena undang-undang, sebab dipenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. 21 Dengan sendirinya artinya, bahwa untuk timbulnya utang pajak itu tidak diperlukan campur tangan atau perbuatan dari fiskus, asal syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang pajak telah dipenuhi. Dalam kaitan teori material maka dikatakan oleh Muhammad Djafar Saidi, bahwa teori material memandang SKP yang dikeluarkan oleh pejabat pajak tidak menimbulkan utang pajak. 22 Sebab utang pajak telah timbul karena undang-undang pada saat dipenuhinya tatbestand. SKP hanya berfungsi sebagai: 1. dasar penagihan pajak, dan 2. memuat jumlah utang pajak termaksud sanksi administrasi. 20 Brotodihardjo, oP. cit 1995, h. 112 21 Soemitro, Op. Cit, h. 3. 22 Muhammad Djafar Saidi, Op. cit, h. 156 Menurut teori materiil utang pajak timbul karena telah memenuhi syarat subjektif dan objektif, sehingga tidak memerlukan campur tangan pejabat pajak untuk menerbitkan surat ketetapan pajak. Keberadaan surat ketetapan pajak tidak menimbulkan utang pajak. Jadi utang pajak timbul karena undang-undang pajak sendiri. Hal ini terkait dengan Pasal 12 Ayat 1 UU KUP yang menyatakan bahwa “setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak ”. Contohnya : Syarat timbulnya utang pajak bagi si A dalam contoh di atas menurut Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jika si A telah bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, dan si A telah mempunyai penghasilan setahun di atas PTKP, maka sudah timbul utang pajak bagi si A. Dia tidak perlu menunggu fiskus menerbitkan SKP. Timbulnya utang pajak menurut faham materiil secara sederhana dapat dikatakan karena Undang- Undang atau karena sasaran perpajakan, yaitu ‘rangkaian dari keadaan- keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak’. Sebenarnya teori materi malah memberi keuntungan pada petugas pajak. Petugas pajak hanya bertugas melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Kelemahan teori materiil adalah pada saat timbulnya utang pajak, belum diketahui dengan pasti berapa besarnya utang pajak karena kebanyakan wajib pajak tidak memahami dan menguasai ketentuan undang-undang pajak, sehingga kurang mampu menerapkannya. Dengan demikian disimpulkan bahwa hutang pajak timbul jika undang-undang yang menjadi dasar pemungutannya telah ada dan telah dipenuhi syarat-syarat subjek dan objektifnya, yang ditentukan oleh undang-undang secara bersama simultan. Syarat objektif dipenuhi apabila keadaan yang nyata yang disebut oleh Undang -undang dipenuhi, keadaan ini berupa: a. Perbuatan b. Keadaan c. Peristiwa Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang menentukan dalam: a. Pembayaranpenagihan pajak b. Memasukkan surat keberatan c. Penentuan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu kadaluwarsa d. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Pajak adalah penerimaan negara dari wajib pajak yang dapat dipaksakan untuk wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum undang –undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sementara itu persoalan apakah uang BPHTB yang terhutang apakah sudah dapat dikategorikan sebagai uang Negara atau bukan dapat didekati dengan kemungkinan dua system yang lazim digunakan menentukan pembukuan pendapatan, yaitu cash based system dan accrual based system, atau kombinasi yang dikembangkan dari dua system tersebut. Secara teoritik penerimaan negara dalam APBN dapat dipisahkan menjadi beberapa sistem, yaitu : 1. Cash Based System Basis kas cash basis menetapkan pengukuran atau pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila transaksi tersebut belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi tersebut tidak dicatat. 2. Accrual Based System Basis akrual acrual basis adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar . Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan periode terjadinya. 3. Basis Kas Modifikasian Modified Cash Basis Menurut butir 12 dan 13 lampiran XXIX tentang kebijakan akuntansi Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa : 12 basisdasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar accrual 13 Transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas dibukukan dicatat atau dijurnal pada saat uang diterima atau dibayar dasar kas. Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisir. Jadi, penerapan basis akuntansi ini menuntut Satuan Pemegang Kas mencatat transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran berdasarkan basis akrual. 4. Basis Akrual Modifikasian Modified Accual Basis Basis akrual modified acrual basis modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi. 23 Berdasarkan teori tersebut, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa apabila pemerintah daerah menggunakan cash based system uang BPHTB tersebut baru akan menjadi uang Negara ketika uang tersebut telah secara riil diterima oleh Negara baca : Pemerintah Daerah setempat dan telah dibukukan menimbulkan perubahan pada kas. Sementara itu, kalau system pembukuan Pemerintah Daerah setempat menggunakan accrual based system, uang BPHTB telah menjadi uang Negara pada saat taatsbestand ada, yaitu pada saat peralihan hak atas tanah dan bangunan tersebut terjadi. 23 Abdul Halim, Op. cit, 2007, hal 47

2. Teori Kewenangan PPAT

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

2 95 93

Aplikasi penentu hukum halal haram makanan dari jenis hewan berbasis WEB

48 291 143

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Tinjauan seksi penagihan terhadap tata usaha piutang pajak kantor pelayanan pajak Bandung Karees Wilayah VII Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat

2 91 29

Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E Filling (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama Soreang)

12 68 1