Meningkatkan kemampuan siswa belajar Mat

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kcmampuan dan proses informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang Iain. (Hartoyo, 2000: 24).

Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajarari kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994:2).

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan". (Sulaiman dalam Wahyuni 2001:2).

Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996:2).

Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 15% siswa yang mendapat nilai 70 atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai 70 atau lebih baik (Felder, 1994:14).


(2)

mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara belajar aktif model pembelajaran meninjau ulang kesulitan pada materi pelajaran.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus mengguakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).

Berdasarkan paparan tersebut di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul : Meningkatkan kemampuan siswa belajar Matematika melalui metode belajar aktif model Pemberian Tugas siswa kelas IV SDN ... Kecamatan ... ... Kabupaten ... ...

1.Identifikasi Masalah

Selama proses pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa kurang termotivasi dan kurang bersemangat mengikutinya, dan ketika diberikan soal-soal latihan mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, hal ini terjadi karena para siswa kurang memahami materi pelajaran yang telah berikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi faktor penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan sehingga hasil belajar siswa rendah. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

2) Penjelasan guru terlalu cepat sehingga siswa kurang memahami materi 3) Pembelajaran yang dilakukan kurang berpusat pada siswa

4) Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih belum maksimal diterapkan pada pembelajaran


(3)

5) Sikap siswa yang kurang bergairah dan kurang aktif dalam pembelajaran Dari berbagai permasalahan yang ada itu, maka kondisi pembelajaran berjalan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kondisi yang seperti ini bisa berimplikasi pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk menggunakan model pembelajaran Metode Pemberian Tugas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.

2. Analisis Masalah

Masalah-masalah pembelajaran pada data identifikasi di atas bila dianalisis dan diobservasi dengan benar adalah sebagai berikut :

- Guru mengajar menggunakan metode diskusi yang kurang sesuai.

- Siswa hanya sebagai pendengar informasi dan mengerjakan tugas yang kurang dipahaminya.

- Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

- Kurangnya respon dari siswa baik mengenai materi pembelajaran maupun dalam kegiatan pembelajaran

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Penulis memprioritaskan pemecahan masalah perbaikan pembelajaran ini dengan penggunaan model pembelajaran Metode Pemberian Tugas dengan alasan/ pertimbangan antara lain sebagai berikut :

a. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)

b. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah

c. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa

d. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajarai

e. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi

f. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama


(4)

g. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bervariasi

h. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa i. Mengembangkan kreativitas siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran Matematika siswa IV SDN ... Kecamatan ... ...

Kabupaten ... ...?

2. Bagaimana Motivasi siswa dengan pembelajaran dengan metode pemberian tugas siswa kelas IV SDN ... Kecamatan ... ... Kabupaten ... ...?

3. Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif model Pemberian Tugas dalam mengingatkan kembali materi pelajaran matematika yang telah dipelajari pada siswa kelas IV SDN ... Kecamatan ... ... Kabupaten ... ...?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan PTK ini untuk memperbaiki proses pembelajaran, dengan PTK diharapkan kualitas praktis belajar mengajar Matematika menjadi lebih baik. Guru dapat meningkatkan kualitas pelayanannya dalan mengajar dan pada gilirannya prestasi siswa akan meningkat.

Dasar utama dilaksanakan penelitian ini adalah untuk perbaikan pembelajaran khususnya dan perbaikan program pada umumnya juga upaya untuk meningkatkan ketrampUan guru untuk menanggulangi berbagi masalah yang ada di kelas.

Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika. Dengan melakukan Penelitian guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat kesalahan yang dilakukan dan bagiamana cara untuk meningkatkan kinerja supaya memperoleh hasil yang lebih baik.


(5)

Hasil perubahan di harapkan-dapat bermanfaat bagi peneliti / guru, siswa dan sekolah :

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat belajar Matematika agar mereka tidak menganggap Matematika itu sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasi.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan referensi sehingga dapat dipelajarai oleh guru-guru lain di kemudian hari.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika di SD diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertalian hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini uisusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengernbangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengernbangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Tendekatan pemecahan masalah merupakim fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstuaL peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaiian antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akufat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan


(7)

pemyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan dan masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatlan, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendir yang kita sebut faktor individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang da pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajamya, liagkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar. Kadang-kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan


(8)

dimana anak didik/siswa dapat beiajar sebagaimana mestinya, itidah yang disebut kesulitan belajar.

C. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu tugas atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya. (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993).

Sedangkan Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode penugasan (pemberian tugas) adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya. Metode ini mengacu pada penerapan unsure-unsur “learning by doing”.

Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu agar diselesaikan siswa sebagai salah satu bentuk kegiatan belajarnya, baik secara individu atau kelompok dan adanya laporan sebagai hasil dari tugas tersebut tanpa terikat dengan tempat.

Hal-hal yang hendaknya diketahui oleh guru dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:

1. Tugas dapat ditujukan kepada siswa secara perseorangan, kelompok, atau kelas

2. Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah (dalam kelas atau luar kelas) dan di luar sekolah

3. Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa integrasi beberapa bidang studi (unit)

4. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru, mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan-latihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah serta tujuan yang lain

5. Metode pemberian tugas adalah sebagai komponen pengajaran di kelas jenjang dasar (elementary) atau sekolah dasar (Rosenshine dalam Supriatna, Nana, dkk, 2007:201). Namun demikian untuk menerapkan metode


(9)

pemberian tugas secara efektif, guru hendaknya mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa, dan jenis-jenis tugas yang diberikan.

Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. (Sumantri, 1998/1999)

1. Jenis-Jenis Tugas

Davies (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993), mengemukakan bahwa beberapa tugas merupakan kegiatan akademis atau intelektual, sedangkan lainnya terutama berhubungan dengan keterampilan fisik. Selain itu, tugas seringkali merupakan kegiatan akademis/intelektual dan keterampilan fisik sekaligus.

Davies lebih lanjut mengutarakan bahwa untuk dapat mengemukakan tentang apa yang sebenarnya akan diajarkan (melalui sejumlah tugas), maka seorang guru memerlukan analisis tugas yang benar. Analisis tugas dilakukan dengan tujuan:

a. Menerangkan tugas yang harus dipelajari siswa b. Mengisolasi tingkah laku yang diperlukan

c. Mengidentifikasikan kondisi dimana tingkah laku terjadi

d. Menetapkan suatu criteria untuk tingkah laku atau penampilan yang dapat diterima

Berdasarkan pendapat Davies dan Gage & Berliner, dapat dipisahkan jenis-jenis tugas berikut ini:

a. Tugas latihan

b. Tugas membaca/mempelajari buku tertentu c. Tugas unit/proyek

d. Studi eksperimen e. Tugas praktis

Sedangkan Rusyan, A. Tabrani (1996:14) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan cara:

a. Membuat rangkuman b. Membuat makalah/paper

c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu d. Mengadakan observasi atau wawancara

e. Mengadakan latihan

f. Mendemonstrasikan sesuatu g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu


(10)

2. Syarat-Syarat Tugas

Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil optimal jika pada saat guru memberikan tugas memperhatikan syarat atau prinsip pemberian tugas. Kepedulian terhadap syarat-syarat pemberian tugas juga didasarkan pada adanya perbedaan karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, dan karakteristik tujuan. Adapun syarat-syarat pemberian tugas diantaranya sebagai berikut:

a. Kejelasan dan ketegasan tugas

b. Penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi c. Diskusi tugas antara guru-siswa

d. Kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa e. Kebermaknaan tugas bagi siswa

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas 1. Kelebihan Metode Pemberian Tugas

Kelebihan dari metode pemberian tugas adalah: a. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)

b. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah

c. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa

d. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajarai

e. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi

f. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama

g. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bervariasi

h. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa i. Mengembangkan kreativitas siswa.

2. Kekurangan Metode Pemberian Tugas Kekurangan metode pemberian tugas adalah:

a. Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain b. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa c. Tugas yang monoton dapat membosankan siswa


(11)

e. Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar

f. Kurang adanya balikan bagi guru E. Prosedur Pemakaian Metode Pemberian Tugas

Bellack dan kawan-kawan (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993), mengemukakan adanya rangkaian kegiatan yang diulang secara terus menerus dalam pemakaian metode pemberian tugas. Rangkaian kegiatan yang digambarkan oleh Bellack dan kawan-kawan tersebut adalah:

1. Guru menggambarkan secara singkat tentang topik atau isu yang didiskusikan, kemudian

2. Guru meminta suatu respons atau jawaban dari siswa tentang suatu pertanyaan/permasalahan, kemudian

3. Seorang siswa merespons atau menjawab pertanyaan/permasalahan, dan 4. Guru menanggapi jawaban-jawaban siswa

Langkah-langkah dalam pemakaian metode pemberian tugas adalah sebgaai berikut:

1. Fase pemberian tugas(persiapan)

a. Merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas b. Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas

c. Menentukan jenis tugas (kelompok/individu)

d. Memberikan penjelasan atau pengarahan sebelum pengarahan tugas e. Memberikan petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa f. Menentukan limit waktu pelaksanaan

2. Fase pelaksanaan tugas

a. Mengadakan bimbingan/pengawasan dalam pelaksanaan tugas b. Memberikan motivasi/dorongan sehingga anak mau bekerja c. Memberikan pelayanan kebutuhan

d. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain e. Dianjurkan agar siswa menctat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik

dan sistematik

3. Fase pertanggungjawaban tugas

a. Pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi b. Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas c. Melaksanakan penilaian proses dan hasil pelaksanaan

d. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa selama pelaksanaan tugas.


(12)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek Penelitian

Tcmpat dan waktu

Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN ... Kecamatan ... ... mulai tanggal 21 Mei 20 .... sampai dengan 21 Mei 20 ...

Jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah sebagi berikut : - Tanggal 14 Mei 20 ....siklus pertama

- Tanggal 21 Mei 20 .... siklus kedua B. Deskripsi Persiklus

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dan kedua dibantu oleh teman sejawat yaitu ………. Guru kelas IV SDN ... Kecamatan ... ... Kabupaten ... ...


(13)

Langkah - langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Matematika dengan model pemberian tugas adalah sebagai berikut: :

l. UraianSingkat ,

Ini merupakan strategi pembentukan tim untuk melibatkan siswa dalam peninjauau kembali materi pada pelajaran sebelunmya atau pada akhir pelajaran. 2. Prosedur

a. Berikan dua kartu indeks kepada masing-masing siswa. b. Perintahkan tiap siswa untuk melengkapi kalimat berikut ini.

- Kartu 1 : Sayamasih memiliki pertanyaan tentang ________

- Kartu 2 : Saya bisa menjawab pertanyaan tentang ____________

3. Buatlah sub-sub kelompok dan perintahkan tiap kelompok untuk memilih "pertanyaan paling relevan untuk diajukan" dan pertanyaan paling menarik untuk dijawab" dari kartu anggota kelompok mereka.

4. Perintahkan tiap sub-kelompok untuk melaporkan "pertanyaan untuk diajukan" yang ia pilih. Pastikan apakah ada siswa yang dapat menjawab pertanyaan itu. Jika tidak, guru harus menjawabnya.

5. Perintahkan tiap kelompok untuk melaporkan "pertanyaan untuk dijawab" yang ia pilih. Perintahkan anggota sub-sub kelompok untuk berbagai jawaban dengan siswa yang lain.

7. Variasi

a. Siapkan terlebih dahulu - beberapa kartu pertanyaan, dan bagikan kepada sub-sub kelompok. Perintahkan sub-sub kelompok untuk memilih satu atau beberapa pertanyaan yang dapat mereka jawab. b. Siapkan terlebih dahulu beberapa kartu jawaban dan bagikan

kepadasub-sub kelompok untuk memilih satu atau beberapa jawaban yang menurut mereka membantu dalam meninjau kembali apa yang telah mereka pelajari.

C. Hal-hal yangUnik

Hal - hal yang ditemui baik pada siklus pertama dan kedua adalah siswa sempat bingung dan tegang karena perubahan sussana kelas IV dan cara


(14)

penyampaian guru yang agak berbeda dari biasanya. Namun tidak mengganggu proses pembelajaran, bahkan membuat suasana semakin hangat dan mendorong siswa untuk maju mengerjakan soal ke papan tulis.


(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode belajar aktif model Pemberikan Tugas yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas dan mendapatkan jawaban dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode belajar 'aktif model memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. SiklusI

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencena pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus It dilaksanakan pada-tanggal 14 Mei 20 .... di Kelas IV dengan jumlah siswa 11 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar meugajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetariui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun Hata hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:


(16)

Tabel 4.1 pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aspek yang diamati Penilaian Rata

-rata

P1 P2

I Pengamatan KBM A.Pendahuluan 1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya

4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar 2 2 2 2 2 2

B. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif

4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5.Memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 C.Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan Evaluasi

3 3 3 3 3 3

II Pengelolaan Waktu 2 2 2

III Antusiasme Kelas 2 2 2

1. Siswa antusias 2. Guru antisias

3 3 3

Jumlah 32 32 32

Keterangan : Nilai : Kriteria 1) : TidakBaik 2) : Kurang Baik 3) : CukupBaik


(17)

4) : Baik

Berdasarkan tabcl di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan sisv/a antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjad: pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase

1 Menyampaikan tujuan 5,0

2 Memotivasi siswa 8,3

3. Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 8,3

4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah strategi 6,7 13,3 5 Menjelaskan materi yang sulit

6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

21,7 7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil

kegiatan 10,0

8 Memberikan umpan balik 18,3

9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8,3

No Aktivitas siswa yang diamati Persentase

1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 22,5

2 Membaca buku 11,5

3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 18,7

4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 14,4

5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9

6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 5,2

7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,9

8 Merangkum pembelajaran 6,9

9 Mengerjakan tes evaluasi 8,9


(18)

dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ mempeihatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % dan 11,5 %.

Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran Icooperatif model Pemberian Tugas sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup Dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Tabel 4.3. Nilai Tes Pada Formatif Siklus I

No. Urut

Nama

Nilai Keterangan

T TT

1 M. Rizaldi 60

2 M. Andri Ramadhani 50

3 Mahmud Widani 70

4 Maulidi 55

5 Nisti Taniya 60

6 Yandi Ridayatullah 80

7 Fitri selviyani 60

8 M. Rizkan Ramadhani 60

9 Yana Nor Adina 80

10 Muhammad Jailani 60

11 Ahmad Maulana 70

Jumlah 645 4 7

Jumlah Skor 645

Jumlah Skor Mask. Ideal 1100


(19)

KETERANGAN :

T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 4

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

58,63 4 36,4 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode belajar aktif model memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 58,63 dan ketuntasan belajar mencapai 36,4% atau ada 4 siswa dari 11 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secait. klasikal siswa beium tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 36,4 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan maten pelajaran _ yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajarea yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2004. di Kelas IV dengan jumlah siswa 11 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar rnengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I


(20)

sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang iagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar riswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kcberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instnimen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

No Aspek yang diamati Penilaian Rata

-rata

P1 P2

I Pengamatan KBM A.Pendahuluan 1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya

4`. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar 2 2 2 4 2 3,5

B. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif

4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5.Memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3,5 4 4 4 3 C.Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan Evaluasi

3 4 4 4 3,5 4

II Pengelolaan Waktu 3 3 2


(21)

1. Siswa antusias 2. Guru antisias

4 4

3 4

3,5 4

Jumlah 41 32 42

Keterangan : Nilai : Kriteria 1) : TidakBaik 2) : Kurang Baik 3) : CukupBaik 4) : Baik

Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn pleh guru " dengan menerapkan metode pembelajam kopperatif model Pemberian Tugas mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuK penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan kpnsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajam kdo|«atif model Pemberian Tugas, diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memanami tentang apa yang telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa: Tabel 4.6. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase

1 Menyampaikan tujuan 6,7

2 Memotivasi siswa 6,7

3. Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 6,7

4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah strategi 11,7


(22)

6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

25,0

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

8,2

8 Memberikan umpan balik 16,6

9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7

No Aktivitas siswa yang diamati Persentase

1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 17,9

2 Membaca buku 12,1

3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 21,0

4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 13,8

5 Menyajikan hasil pembelajaran 4,6

6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 5,4

7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,7

8 Merangkum pembelajaran 6,7

9 Mengerjakan tes evaluasi 10,8

Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yahg paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (S,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjeiasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mergalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide


(23)

(5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%)

Table 4.7 Nilai Tes Formatif pada Siklus II

No. Urut

Nama

Nilai Keterangan

T TT

1 M. Rizaldi 90

2 M. Andri Ramadhani 80

3 Mahmud Widani 70

4 Maulidi 75

5 Nisti Taniya 70

6 Yandi Ridayatullah 75

7 Fitri selviyani 90

8 M. Rizkan Ramadhani 60

9 Yana Nor Adina 80

10 Muhammad Jailani 75

11 Ahmad Maulana 75

Jumlah 880 10 1

Jumlah Skor 880

Jumlah Skor Mask. Ideal 1100 % Skor Tercapai 80

KETERANGAN :

T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 10

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 1


(24)

Tabel 4.8 Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai nilai-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

80 10 90%

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 80 dan ketuntasan belajar mencapai 90% atau ada 10 siswa dari 11 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan beiajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar beriangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan


(25)

Pada siklus II guru telah menerapkan metode belajar aktif model Pemberian Tugas berjalan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tereapai.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metcde belajar aktif model Pemberian Tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian akhir (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I & II yaitu masing-masing 80%. dan 90% Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

3erdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalarn proses metode belajar aktif model Pemberian Tugas dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi-belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model Pemberian Tugas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing


(26)

dar mengamati siswa. dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana Persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.


(27)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestas: belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (80%), siklus II (90%).

2. Penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode belajar aktif model memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3. Penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas efektif untuk.

mengingatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama mi, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi ujian akhir yang segera akan dilaksanakan.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Pemberian Tugas memerlukan persiapan yang cukup matang, sebingga guru hams mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka nieningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan


(28)

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di kelas IV SDN ... Kabuapten ... ...


(29)

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Moedjiono dan Dimyati, M. (1992/1993). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd University Press.

Melvin, L. Siherman...Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Riduawan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Feneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusyan, A. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Amanah Duta. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-aasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih Metodc Penelitian Pendid'kan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M. d. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Supriatna, N. d. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.

Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children.ELEC Bulletin No. 32. Winter. Tokyo. Japan.


(1)

Tabel 4.8 Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai nilai-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

80 10 90%

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 80 dan ketuntasan belajar mencapai 90% atau ada 10 siswa dari 11 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan beiajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar beriangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan


(2)

Pada siklus II guru telah menerapkan metode belajar aktif model Pemberian Tugas berjalan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tereapai.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metcde belajar aktif model Pemberian Tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian akhir (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I & II yaitu masing-masing 80%. dan 90% Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

3erdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalarn proses metode belajar aktif model Pemberian Tugas dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi-belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model Pemberian Tugas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing


(3)

dar mengamati siswa. dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana Persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.


(4)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestas: belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (80%), siklus II (90%).

2. Penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode belajar aktif model memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3. Penerapan metode belajar aktif model Pemberian Tugas efektif untuk.

mengingatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama mi, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi ujian akhir yang segera akan dilaksanakan.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Pemberian Tugas memerlukan persiapan yang cukup matang, sebingga guru hams mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Pemberian Tugas proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka nieningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau


(5)

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di kelas IV SDN ... Kabuapten ... ...


(6)

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Moedjiono dan Dimyati, M. (1992/1993). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd University Press.

Melvin, L. Siherman...Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Riduawan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Feneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusyan, A. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Amanah Duta. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-aasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih Metodc Penelitian Pendid'kan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M. d. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Supriatna, N. d. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.

Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No. 32. Winter. Tokyo. Japan.