Bahan Penelitian Metode Penelitian 1. Tahap pertama : Proses Pregelatinisasi Tepung Suweg

8

BAB IV. Metode Penelitian 4.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium Biokimia dan Nutrisi, Fakultas teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

4.2. Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan adalah ubi suweg yang sudah matang optimal. Ubi suweg ini berasal dari Petang - Bali. Bahan kimia Natrium Bikarbonat Na2CO3, Folin ciocealteu, 1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl DPPH, methanol, etanol, air, aquades, asam galat, tokoferol, asam askorbat, air destilat steril. 4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Tahap pertama : Proses Pregelatinisasi Tepung Suweg Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian tahap I adalah rancangan acak kelompok RAK dengan perlakuan suhu pemanasan dan lama pemanasan. Suhu pemanasan terdiri dari 3 perlakuan suhu, yaitu 50 o C, 55 o C, 60 o C, 65 o C, dan 70 o C selama 20 menit. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapat 15 unit percobaan. Prosedur pembuatan tepung modifikasi dengan tahap pregelatinisasi 1. Tahapan pembuatan tepung suweg Umbi suweg yang digunakan sebagai bahan baku tepung adalah umbi yang tua dan tealh siap untuk dikonsumsi. Umbi dikupas dan dicuci dengan air, kemudian dibuat menjadi irisan tipis chips. Chips basah selanjutnya diberi perlakuan perendaman untuk mereduksi kandungan kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal pada umbi. Perendaman dilakukan dalam larutan asam klorida 0,25 selama 4 menit untuk memberikan kesempatan asam kuat melarutkan garam kalsium oksalat pada jaringan umbi. Irisan umbi kemudian ditiriskan dan dipindahkan ke dalam larutan natrium bikarbonat 1, lalu direndam selama 5 menit untuk menetralkan residu asam yang tertinggal. Setelah perlakuan perendaman chips dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Irisan 9 umbi lalu dikeringkan dengan oven pengering pada suhu 60 o C selama 5 jam atau sampai chips mudah dipatahkan. Proses dilanjutkan dengan mengiling tepung sampai halus dan kemudian diayak menggunakan saringan 80 mesh 2. Tahapan pembuatan tepung suweg termodifikasi Sejumlah 200 g tepung suweg disiapkan dalam gelas piala, lalu ditambahkan air sebanyak 600 mL. Suspensi tersebut selanjutnya dipanaskan pada suhu sesuai dengan perlakuan, S 1 : 50 o C; S 2 : 55 o C; S 3 : 60 o C; S 4 : 65 o C; dan S 5 : 70 o C sambil diaduk sampai homogen dan mengental selama 20 menit. Tepung yang telah dipanaskan tersebut selanjutnya didinginkan pada suhu ruang 1 jam dan dilanjutkan dengan suhu 4 o C hingga beku. Selanjutnya tepung dikeringkan. dalam oven pada suhu 60 o C selama 8 jam. Tepung yang telah kering diayak dengan ayakan 80 mesh. Parameter yang diamati adalah karakteristik fungsional dari tepung antara lain kelarutan dalam air, daya serap air, daya serap minyak, suhu awal gelatinisasi, suhu granula pecah, viskositas saat granula pecah, viskositas pada 50 o C, viskositas balik. 4.3.2. Tahap Kedua : Formulasi Mie Basah Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian tahap II adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan perbandingan tepung suweg modifikasi terbaik dengan tepung kelor pada pembuatan mie, terdiri dari 5 perbandingan 50 : 0; 45 : 5; 40 : 10; 35: 15; 30 : 20. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Proses pembuatan mie basah yaitu sebagai berikut : Terigu, tepung suweg termodifikasi, dan tepung kelor konsentrasi sesuai perlakuan dicampurkan lalu ditambahkan bahan pembantu lain seperti garam dapur, telur, dan minyak. Dilakukan pengadukkan dengan mixer selama 5 menit agar adonan tercampur secara merata. Kemudian dilakukan pemipihan adonan menggunakan roll pressing sehingga terbentuk lembaran adonan setebal 2 ± 0,5 mm. Setelah terbentuk lembaran mie maka adonan tersebut dicetak menggunakan noodle maker untuk dibentuk menjadi untaian mie. Setelah terbentuk untaian mie, mie direbus pada air mendidih selama 1-3 menit. Formulasi mie basah dapat dilihat pada Tabel 2. 10 Pembuatan tepung daun kelor adalah sebagai berikut : daun kelor Moringaoleifera yang digunakan adalah daun muda yang dipetik dari dahan pohon yang kurang lebih dari tangkai daun pertama di bawah pucuk sampai tangkai daun ketujuh yang masih hijau, meskipun daun tua dapat digunakan asalkan daun kelor tersebut belum menguning. Selanjutnya daun kelor tersebut dicuci dengan air berih lalu di ambil dari tangkai daunnya, kemudian ditebar di atas jaring kawat dan diatur ketebalannya. Selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu kurang lebih 60 o C selama kurang lebih 5 jam sudah cukup kering. Daun kelor kering selanjutnya dihaluskan dan diayak dengan ayakkan 100 mesh, dan disimpan dalam plastik kedap udara. Parameter yang diamati adalah sifat fisik : analisis elastisitas kekenyalan mie, cooking time dan cooking time Basman dan Yalcin, 2011, daya putus Chansri et al., 2005; sifat kimia : aktivitas antioksidan Blois 1958 dalam Hanani et al. 2005, kadar Fe Apriyantono et al, 1989 kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, dan kadar karbohidrat AOAC, 1995; sifat sensoris meliputi : aroma, tekstur, rasa, warna, dan penerimaan keseluruhan menggunakan uji kesukaan dan skoring Soekarto, 1985. Daya dianalisis dengan analisis ragam ANOVA dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT. Formulasi mie basah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Formulasi mie basah dalam 100 gram bahan Bahan F1 F2 F3 F4 F5 Tepung suweg modifikasi 50 45 40 35 30 Tepung Kelor 5 10 15 20 Terigu 50 50 50 50 50 Telur 10 10 10 10 10 Garam 2 2 2 2 2 Minyak 15 15 15 15 15 11

4.4. Peta Jalan Penelitian