BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis Jack berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand,
dan Papua Nugini Fauzi,2004 Kelapa sawit, saat ini berkembang pesat di Indonesia. Masuknya bibit
kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon Mauritius dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit
ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara Risza, 1994
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit 2.2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis
Elaeis oleifera
2.2.2 Morfologi Kelapa Sawit
Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu;
2.2.2.1 Bagian Generatif
Bagian generatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun. Akar kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai
penyangga serta tempat menyimpan dan mengangkut makanan. Daun kelapa sawit membentuk susunan majemuk, bersirip genap, dan
bertulang sejajar. Daun sebagai tempat fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan
yang dibentuk sehingga produksi meningkat. Luas permukaan daun juga mempengaruhi proses fotosintesis, semakin luas permukaan daun maka proses
fotosintesis akan semakin baik Fauzi, 2004.
2.2.2.2 Bagian Vegetatif
Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi bunga dan daun. Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu monoecious artinya bunga jantan dan bunga
betina terdapat dalam satu tanaman dan masing – masing terangkai dalam satu tandan. Proses penyerbukan tanaman kelapa sawit dapat terjadi dengan bantuan
serangga atau angin. Buah disebut juga fructus, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah
siap panen pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah matang
dan siap panen kurang lebih 5 – 6 bulan. Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikarpium yang terdiri dari
epikarpium kulit buah yang licin dan keras dan mesokarpium daging buah yang berserabut dan mengandung minyak, bagian kedua adalah biji, yang terdiri
dari endokaprium tempurung berwarna hitam dan keras, endosperm penghasil minyak inti sawit, dan embrio Fauzi,2004.
2.3 Ekologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan pembagian merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5 – 7 jam per hari, dan suhu optimum berkisar 22º - 32ºC. Ketinggian di atas permukaan laut
yang optimum berkisar 0 – 500 meter.
Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik. Keasaman tanah pH
sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur – unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 – 6,5 sedangkan pH optimum
berkisar 5 – 5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh air Risza, 1994.
2.4 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, rasa, kelarutan, titik cair, titik didih boiling point, titik pelunakan, bobot jenis, indeks
bias. Warna minyak ditentukan adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam
minyak. Bau dan rasa dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
adanya asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.
Titik cair minyak sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda – bedaKetaren,1986.
2.5 Kandungan Minyak Kelapa Sawit