pajak. Pemeriksaan serta penagihan pajak juga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak tax compliance, jika kepatuhan dan jumlah wajib pajak meningkat
maka akan meningkatkan penerimaan pajak Negara.Penagihan pajak dilaksanakan terhadap tunggakan pajak yang belum dipenuhi oleh wajib pajak.Jumlah
tunggakan pajak PPh Badan pada tahun 2009 di KPP madya Medan menunjukkan nilai sebesar Rp 100.204.172.000. Tunggakan pajak tersebut dikarenakan wajib
pajak memang tidak mampu atau tidak berniat membayar pajaknya dengan alasan jumah hutang pajak tidak sesuai menurut perhitungan mereka,wajib pajak sengaja
menghindar, wajib pajak sudah tidak mampu lagi membayar hutang pajaknya dikarenakan sudah bangkrut. Atas dasar itu penulis tertarik untuk menulis skripsi
yamg berjudul “Proses Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Wajib Pajak Pajak pada KPP Madya Medan”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses penagihan pajak di KPP Madya Medan?
2. Apakah penagihan pajak dengan surat paksa mempunyai pengaruh
terhadap kesadaran wajib pajak di KPP Madya Medan?
C. Batasan Penelitian
Agar masalah penelitian dapat terfokus,batasan penelitian diorentasikan pada satu jenis pajak yaitu pajak penghasilan badan.
Universitas Sumatera Utara
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui proses penagihan pajak di KPP Madya Medan, 2.
Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kesadaran wajib pajak di KPP Madya Medan,
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini : 1.
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti sehubungan dengan bidang yang diteliti,
2. Bagi aparat pajak, dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan
kebijakan penagihan pajak sehingga jumlah tunggakan pajak tidak cenderung meningkat dan diperoleh pencairan tunggakan pajak yang
meningkat yang berpengaruh pada peningkatan penerimaaan negara dari sektor pajak,
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang yang sama.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pajak Penghasilan PPh
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan
ekonomis yang di terima atau di peroleh dari Wajib Pajak yang berasal dari dalam maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan dengan nama atau dalam bentuk apapun. Dari pengertian penghasilan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian pajak penghasilan adalah: Iuran resmi yang dipungut dari masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan, atau atas penghasilan yang di terima
atau di peroleh dalam tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus
dilakukan.
a. Menurut uu No 36 Tahun 2008 yang menjadi Subjek Pajak adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Orang Pribadi
b. Badan,
terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditir, perseroan l ainnya,badan usaha milik Negara BUMN dan badan usaha milik
daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun persekutuan,
perkumpulan,firma,kongsi.koperasi,yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, dan bentuk usaha lainnya.
c. Bentuk usaha tetap BUT
b. Subjek Pajak Terdiri dari Subjek Pajak dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri :
Subjek Pajak dalam Negeri :
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada dan mempunyai maksud bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. c. Warisan yang belum terbagi.
Subjek Pajak Luar Negeri :
Universitas Sumatera Utara
a. Badan Perwakilan. b. Pejabat-pajabat perwakilan diplomatik dan konsultan atau pejabat-
pejabat lain dari Negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama
mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia, serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangandengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain yang untuk memperoleh penghasilan di Indonesia. d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Yang tidak termasuk Objek Pajak :
Universitas Sumatera Utara
1. Bantuan atau sumbangan
2. Harta Hibahan
3. Warisan
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan asuransi jiwa dan lain – lain. Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura atau kenikmatan dri pemerintah.
5. Laba dari perseroan Komanditir yang modalnya tidak terbagi atas
saham. 6.
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai peganti atau sebagai pengganti penyertaan modal.
7. Iuran yang diterima dari dana pension yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan. 8.
Penghasilan yang terbagi dari perusahaan modal ventura berupa pembagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan di
Indonesia. 9.
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan.
d. Fungsi Pajak
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya fungsi pajak ada dua, yaitu fungsi sumber keuangan Negara dan fungsi mengatur.
1 Fungsi Sumber Keuangan Negara Budgetair
Pemerintah memungut pajak terutama atau semata-mata untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya baik yang bersifat rutin maupun
untuk pembangunan.
2 Fungsi Mengatur Regularend
Pemungutan pajak digunakan sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang sosial ekonomi dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan. Contoh: pemberlakuan bea masuk yang tinggi bagi
barang impor dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri, pengenaan jenis pajak tertentu dengan maksud untuk
menghambat gaya hidup mewah.
e. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak ada tiga, yaitu official assessment system, self
assessment system, dan with holding system.
1 Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh
fiskus dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.
Universitas Sumatera Utara
2 Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh
fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak KPP, sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan
pengawasan. 3
With Holding System Suatu cara pemungutan pajak dimana penghitungan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.
2. Surat Tagihan Pajak STP
a. Surat Tagihan Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 20 STPadalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda. Surat Tagihan Pajak STP dikeluarkan apabila : a. Pajak Penghasilan PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian SPT Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. c. Wajib Pajak dikenakan sanksi Administrasi berupa denda dan atau bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap tetapi tidak membuat faktur pajak.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang pajak pertambahan nilaiPPN tahun 1984 tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak PKP.
b. Penagihan Pajak Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Penagihan Pasif
Dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP dengan cara dapat
dilakukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak.
2. Penagihan Aktif
Adalah penagihan pajak yang dilakukan melalui Surat Paksa, tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus pada dasarnya mencakup tiga
kelompok kegiatan, yaitu : a.
Pemantauan pembayaran pajak Pemantauan pembayaran pajak ini merupakan pelaksanaan dari fungsi
pengawasan fiskus. Kegiatan ini dilakukan dengan cara : 1.
fiskus membukukan pembayaran wajib pajak, baik yang dilakukan sebelum hari jatuh tempo maupun hari sesudah jatuh tempo, yaitu hari
berakhirnya jangka waktu pelunasan pajak yang terhutang ; dan 2.
fiskus mengawasi pembayaran pajak yang tidak ditagih dengan surat tagihan pajak khususnya untuk pembayaran masa pajak.
Universitas Sumatera Utara
b. Penagihan yang bersifat aktif
Penagihan pajak yang bersifat aktif merupakan tindakan berikutnya yang dilakukan oleh fiskus berdasarkan pemantauan terhadap kepatuhan wajib pajak
membayar pajak.Tindakan ini dilakukan dengan maksud agar wajib pajak dimaksud segera melunasi utang pajaknya.
c. Penagihan dengan surat paksa
UU Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa :
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah
disita.
Menurut Pasal 18 ayat 1 UU Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, “Dasar dari penagihan pajak adalah
besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, serta putusan peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak”.Tindakan penagihan pajak dimulai dengan mengeluarkan Surat Teguran setelah tujuh
hari sejak jatuh tempo pembayaran tunggakan pajak yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding.Apabila wajib pajak tidak melunasi tunggakan pajaknya
Universitas Sumatera Utara
dalam waktu 21 hari setelah tanggal Surat Teguran, maka penagihan dilakukan dengan menggunakan Surat Paksa.
Menurut UU Nomor 16 tahun 2009 pasal 1 ayat 21, ”Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Surat
Paksa mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti grosse dari putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada
hakim atasan”. Objek pajak yang dapat ditagih dengan surat paksa terdiri dari: Pajak Pusat, Pajak Daerah, kenaikan, denda bukan denda pidana, bunga, dan
biaya. Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakan oleh Jurusita Pajak Pusat dan oleh Jurusita Pajak Daerah.
Surat Paksa dalam bahasa hukum disebut sebagai Parate Eksekusi Eksekusi Langsung yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat
dilakukan tanpa melalui proses Pengadilan Negeri.
3. Karakteristik Surat Paksa
Dilihat dari segi karakteristiknya, Surat Paksa memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Surat paksa berkepala “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA” b.
Surat paksa mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan grosse akta dari putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta
banding lagi pada hakim atasan pengadilan yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
c. Surat paksa mempunyai fungsi ganda, yaitu menagih pajak dan menagih
bukan pajak biaya – biaya penagihan. Dengan demikian yang dapat ditagih dengan surat paksa adalah semua jenis pajak pusat dan pajak
daerah serta biaya penagihan pajak , yang terdiri dari : pokok pajak , kenaikan , denda administratif bukan denda pidana , bunga , dan biaya
penagihan pajak. d.
dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan pencegahan.
Apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung
pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. Semua barang milik wajib pajak atau penanggung pajak dapat disita
sebagai jaminan atas utang pajaknya.Setelah disita, bila penanggung pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka sekurang-kurangnya empat belas
hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP, pejabat membuat pengumuman lelang.Jika sekurang-kurangnya
dalam empat belas hari setelah pengumuman lelang wajib pajak atau penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka, akan dilakukan
pelaksanaan lelang di Kantor Lelang Negara.
4 . Isi Surat Paksa
Surat paksa sekurang – kurangya harus memuat : a.
nama wajib pajak , atau nama wajib pajak dan penanggung pajak;
Universitas Sumatera Utara
b. dasar penagihan;
c. besarnya utang pajak; dan
d. perintah untuk membayar
5. Penerbitan surat paksa
Surat paksa diterbitkan apabila terjadi keadaan berikut ini : a.
Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis;
b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penegihan seketika dan
sekaligus ; atau c.
Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Tindakan penagihan pajak berdasarkan urutan proses pelaksanaannya, alasan dilakukannya tindakan penagihan tersebut, dan waktu pelaksanaannya disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Proses Penagihan Pajak
NO. JENIS TINDAKAN
ALASAN WAKTU
PELAKSANAAN 1.
Penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis Pasal 8 sampai Pasal 11
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
24PMK.032008 Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajaknya sampai dengan jatuh tempo
Setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh
tempo
Universitas Sumatera Utara
2. Penerbitan Surat Paksa
Pasal 7 UU No.192000 dan Pasal 15 sampai Pasal
23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
24PMK.032008 Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis Setelah lewat 21 hari
sejak diterbitkannya Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis
3. Penerbitan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan Pasal 12 UU No.192000
Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya
dan kepadanya telah diberitahukan Surat Paksa
Setelah lewat 2x24 jam Surat Paksa
diberitahukan kepada Penanggung
Pajak
4. Pengumuman Lelang
Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
24PMK.032008 Setelah pelaksanaan
penyitaan ternyata Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajaknya Setelah lewat waktu
14 empat belas hari sejak tanggal
pelaksanaan penyitaan
5. PenjualanPelelangan
Barang SitaanUU No.192000 Pasal 26
Pasal 28 Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
24PMK.032008 Setelah pengumuman lelang
ternyata Penangung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya Setelah lewat waktu
14 empat belas hari sejak Pengumuman
Lelang
Sumber : diolah penulis,2011.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Skripsi Hasil Penelitian
1. Lasria angelia
sihombing 2010
Pengaruh jumlah wajib pajak,pemeriksaan
pajak,dan penagihan pajak dengan surat paksa
terhadap penerimaan pajak di kantor pelayanan pajak
pratama medankota. Jumlah wajib
pajak,pemeriksaan pajak dan penagihan pajak
dengan surat paksa terhadap penerimaan pajak
diperoleh hasil tidak berpengaruh terhadap
penerimaan pajak
2. Nova saragih
2009 Mekanisme penagihan
uang pajak dengan surat paksa pada kantor
pelayanan pajak pratama medankota”
Dalam pelaksanaan penagihan masih banyak
kendala-kendala
3. Riza syafitri
2009 Tata cara penagihan pajak
dengan surat paksa pada kantor pelayanan pajak
pratama medan polonia
1. Wajib Pajak masih
kurang turut berpartisipasi dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
2. Kurangnya kepercayaan
Wajib Pajak terhadap Fiskus.
Sumber: diolah Penulis, 2011.
C. Kerangka Konseptual