Frekuensi Kehadiran Konstansi Makroarthropoda Tanah Pada Lokasi Penelitian

4.3 Frekuensi Kehadiran Konstansi Makroarthropoda Tanah Pada Lokasi Penelitian

Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan sebagai konstansi. Dari konstansi atau frekuensi kehadiran itu arthropoda tanah dikelompokkan atas empat kelompok, yaitu jenis aksidental sangat jarang bila konstansinya 0-25, jenis asesoris jarang bila konstansinya 25-50, jenis konstan sering bila konstansinya 50-75 dan jenis absolut sangat sering bila konstansinya lebih dari 75 Suin, 1997. Frekuensi kehadiran masing-masing genus Arthropoda pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Nilai Frekuensi Kehadiran dan Konstansi KO Makroarthropoda Tanah yang Terdapat di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei No Genus Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 FK Ko FK Ko FK Ko 1 Oxyopes sp 13,333 Aksidental 15,000 aksidental 21,667 aksidental 2 Blatta orientalis 3,333 Aksidental 6,667 aksidental 10,000 aksidental 3 Parcoblatta - - 13,333 aksidental 6,667 aksidental 4 Calasoma sp - - - - 6,667 aksidental 5 Phyllopaga larva 3,333 Aksidental - - 3,333 aksidental 6 Forficula sp 10,000 Aksidental 13,333 aksidental 13,333 aksidental 7 Cardiocondyla sp 13,333 Aksidental 10,000 aksidental 10,000 aksidental 8 Odotomachus sp 6,667 Aksidental 10,000 aksidental 20,000 aksidental 9 Myrmica sp 6,667 Aksidental 20,000 aksidental 3,333 aksidental 10 Myrmecina sp 30,000 Assedental 31,667 assesoris 40,000 assesoris 11 Soleonopsis sp 10,000 Aksidental 10,000 aksidental 11,667 aksidental 12 Gryllus sp 18,333 Aksidental 23,333 aksidental 31,666 aksidental 13 Geophilus sp 3,333 Aksidental 13,333 aksidental 13,333 aksidental 14 Scolopendra sp - - - - 3,333 aksidental 15 Cylisticus convexus 6,667 Aksidental 10,000 aksidental 6,667 aksidental Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada lokasi I jenis arthropoda tanah yang bersifat aksidental terdiri dari 11 jenis, assesoris 1, sedangkan pada lokasi II jenis yang bersifat aksidental 11 jenis, bersifat assesoris 1 jenis, kemudian pada lokasi III yang bersifat aksidental sebanyak 14 jenis, bersifat assesoris 1 jenis. Frekuensi kehadiran tertinggi dari ketiga lokasi penelitian adalah Myrmecina sp, pada lokasi I Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Blatta orientalis, Phylopaga larva dan Geophilus sp dengan nilai FK 3,333. Pada lokasi II Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Blatta orientalis dengan nilai FK 6,667, sedangkan pada lokasi III Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Myrmica sp, Phylopaga larva, dan Scolopendra dengan nilai Fk 3,333. Frekuensi kehadiran tertinggi didapatkan pada lokasi III dengan nilai 40 karena lokasi ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki daya dukung yang baik bagi kehidupan dan keberadaannya. Arlen Budimulya 2001 menjelaskan bahwa untuk melangsungkan hidupnya makrofauna tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan di dalam tanah, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi makrofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas makrofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. 4.4 Makroarthropoda Tanah yang Dapat Hidup dan Berkembangbiak dengan Baik Berdasarkan nilai KR 10 dan FK 25 Suin, 1997, makroarthropoda tanah yang hidup dan berkembangbiak dengan baik pada ketiga lokasi penelitian PTPN III Sei Mangkei adalah Myrmecina sp. Dimana lokasi I memiliki nilai KR 39,693, FK 30 , lokasi II nilai KR 27,282, FK 31 , sedangkan lokasi III nilai KR 35,219, FK 40. Keadaan ini menunjukkan bahwa arthropoda tanah tersebut merupakan spesies hewan tanah yang memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan, karena dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suin, 2002 bahwa hewan tanah yang memiliki kisaran toleransi yang luas pada umumnya bersifat kosmopolitan, selanjutnya dijelaskan bahwa hewan tanah yang memiliki nilai KR ≥ 10 dan FK ≥ 25 menunjukkan bahwa hewan tanah tersebut merupakan jenis yang karakteristik di habitat tersebut, dan dapat hidup serta berkembangbiak dengan baik. 4.5 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Makroarthropoda Tanah pada Setiap Lokasi Penelitian Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai Indeks keanekaragaman dan Indeks keseragaman makrofauna arthropoda tanah pada masing-masing lokasi penelitian, seperti terlihat pada tabel 4.5: Tabel 4.5 Nilai Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Makroarthropoda Tanah Pada Lokasi Penelitian LOKASI H’ E Stasiun I 2,687 1,081 Stasiun II 3,066 1,234 Stasiun III 2,527 0,933 Pada Tabel 4.5 dapat dilihat indeks keanekaragaman Arthropoda tanah pada masing-masing Lokasi berkisar antara 2,527-3,066 berarti memiliki keanekargaman sedang. Menurut Krebs 1985, nilai H’: 0 ≤ H’ ≤ 2,302 keanekaragaman rendah, 2,302 ≤ H’ ≤ 6,907 keanekaragaman sedan g, H’ ≥ 6,907 keanekaragaman tinggi. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada Lokasi II yaitu 3,066 dan yang terendah pada Lokasi III yaitu 2,527. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair PKS pada suatu areal atau lokasi dapat meningkatkan keanekaragaman makrofauna tanah khususnya Arthropoda, karena pemberian limbah cair PKS dapat meningkatkan kadar organik tanah yang merupakan sumber nutrisi bagi organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang terdapat di daerah tersebut. Sedangkan nilai keseragaman dari ketiga lokasi penelitian berkisar antara 0,933-1,234, hal ini menunjukkan bahwa keseragaman di lokasi penelitian memiliki jenis individu yang seragam atau merata. Menurut Krebs 1985, nilai keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai keseragaman 1 menunjukkan pembagian jumlah individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata. Sebaliknya jika nilai keseragaman semakin kecil maka keseragaman suatu populasi juga akan semakin kecil. Selanjutnya Odum 1971, mengatakan keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenisnya dinilai rendah. Selanjutnya, di dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman jenis yang rendah dan mengalami tekanan secara fisik, atau ekosistem yang menjadi sasaran gangguan luar yang tidak teratur, maka populasinya cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik. Sebaliknya, dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi atau tidak mengalami penekanan-penekanan secara fisik, maka populasinya cenderung diatur secara biologi makanan dan kompetisi. Uraian ini membawa dugaan bahwa faktor fisik dan biologi sama-sama berperan dalam mengatur keberadaan populasi di setiap lokasi penelitian. 4.6 Indeks Similaritas Kesamaan Makroarthropoda Tanah Antar Lokasi Penelitian Nilai indeks similaritas kesamaan arthropoda tanah antar lokasi penelitian didapatkan yang besar kesamaannya adalah antara Lokasi I dengan Lokasi II yaitu 91,666, kemudian diikuti antara Lokasi II dan Lokasi III yaitu 88,888 sedangkan yang paling rendah kesamaannya adalah Lokasi I dan Lokasi III yaitu 81,481, seperti terlihat pada table 4.6: Tabel 4.6 Nilai Indeks Similaritas Kesamaan Makroarthropoda Tanah pada Lokasi Penelitian Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi I - 91,666 81,481 Lokasi II - - 88,888 Nilai Indeks similaritas kesamaan makroarthropoda tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 81,481-91,666. Berdasarkan keadaan tersebut menunjukkan bahwa kesamaan arthropoda antar lokasi penelitian tergolong sangat mirip. Menurut Suin 2002 nilai kesamaan similaritas antara dua lokasi penelitian ≥ 75 menunjukkan hewan yang terdapat sangat mirip, jika nilai kesamaan antara 50-75 menunjukkan kesamaan jenis yang mirip, jika nilai kesamaan antara 25-50 menunjukkan kesamaan jenis yang tidak mirip, sedangkan jika nilai kesamaan ≤ 25 menunjukkan kesamaan jenis yang sangat tidak mirip. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengolahan perkebunan kelapa sawit pada ketiga lokasi penelitian tidak menyebabkan perbedaan indeks similaritas yang tinggi. Dari indeks similaritas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga lokasi penelitian ditemukan hewan-hewan yang hampir sama, karena kemiripan arthropoda tanah juga disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang terdapat pada lokasi tersebut seperti kadar air, kelembaban, pH dan substrat.

4.7 Nilai Faktor Fisik –Kimia Tanah pada Masing- masing Lokasi Penelitian