Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir

Pengembangan tenaga nuklir melalui ujicoba telah banyak dilakukan oleh Negara-negara di dunia dan diatur secara menyeluruh melalui perjanjian- perjanjian internasional. Semenjak ditemukannya teknologi bom nuklir, setidaknya lebih dari 2.000 bom nuklir telah diledakkan di berbagai penjuru dunia baik dalam bentuk bom bawah tanah, bom udara, maupun bom bawah laut. Ujicoba yang dilakukan tersebut pun dilakukan dengan berbagai tujuan dan tak terlepas dari situasi politik dunia. Situasi politik dunia dengan berbagai kepentingan yang mempergunakan teknologi nuklir terutama senjata nuklir sebagai alat diplomasi dapat mengganggu ketertiban dan keamanan internasional.

B. Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir

Comprehensive Nuclear- Test-Ban Treaty Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear- Test-Ban Treaty CTBT adalah sebuah perjanjian multilateral dimana negara- negara setuju untuk melarang semua kegiatan peledakan nuklir di semua lingkungan baik untuk tujuan militer maupun sipil. 103 Perjanjian ini berhasil dirampungkan pada bulan Juni 1996 di Konperensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss, namun baru dapat diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 10 September 1996, dan terbuka untuk ditandatangani pada 24 September 1996 di New York, Markas Besar PBB yang pada waktu itu ditandatangani oleh 71 negara termasuk lima dari delapan negara berkemampuan nuklir. Sampai tanggal 10 September 2006, perjanjian ini telah ditandatangani 103 “Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty” sebagaimana dimuat dalam http:en.wikipedia.orgwikiComprehensive_Nuclear-Test-Ban_Treaty terakhir diakses tanggal 3 Juli 2013 pukul 07:48 WIB Universitas Sumatera Utara oleh 176 negara dan sudah diratifikasi oleh 135 negara. Pada Pebruari 2013, 159 negara telah meratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty CTBT dimana 24 negara telah menandatangani tapi belum meratifikasinya. 104 Traktat ini mulai berlaku 180 hari setelah tanggal pendepositan instrumen ratifikasi oleh seluruh Negara yang tercantum dalam Lampiran 2 Annex II Traktat ini, tetapi tidak melebihi dua tahun setelah Traktat terbuka untuk ditandatangani. 105 Daftar Negara yang terdapat dalam Lampiran 2 adalah negara yang berpartisipasi dalam negosiasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty CTBT antara tahun 1994 sampai tahun 1996 dan memiliki reaktor nuklir atau reaktor untuk penelitian pada saat itu. Apabila Traktat belum mulai berlaku setelah tiga tahun peringatan Traktat terbuka untuk ditandatangani, Penyimpan Piagam Ratifikasi harus menyelenggarakan suatu Konperensi Negara yang telah meratifikasi Traktat. Konperensi tersebut harus menguji apakah persyaratan yang terdapat dalam ayat 1 telah terpenuhi dan harus mempertimbangkan dan memutuskan secara konsensus langkah – langkah apa yang konsisten dengan hukum internasional yang akan dilakukan untuk mempercepat proses ratifikasi dalam upaya untuk mempercepat segera berlakunya Traktat ini. 106 Ke-44 negara yang harus menandatangani dan meratifikasi traktat ini agar dapat berlaku secara resmi adalah Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, 104 “Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji-coba Nuklir” sebagaimana dimuat dalam http:id.wikipedia.orgwikiTraktat_Pelarangan_Menyeluruh_Uji-coba_Nuklir terakhir diakses tanggal 3 Juli 2013 pukul 07:54 WIB 105 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article XIV 1 106 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article XIV 2 Universitas Sumatera Utara Argentina, Australia, Austria, Bangladesh, Belanda, Belgia, Brasil, Bulgaria, Chili, Finlandia, Hungaria, India, Indonesia, Inggris, Iran, Israel, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Kolombia, Korea Selatan, Korea Utara, Meksiko, Mesir, Norwegia, Pakistan, Perancis, Peru, Polandia, Republik Demokrasi Kongo, Republik Rakyat Cina, Romania, Rusia, Slowakia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Ukraina dan Vietnam. Delapan dari Negara yang tercantum dalam Annex 2 CTBT belum meratifikasi perjanjian. Republik Rakyat Cina, Mesir, Iran, Israel, dan Amerika Serikat telah menandatangani perjanjian namun belum meratifikasinya. India, Korea Utara dan Pakistan belum menandatangani ataupun meratifikasinya. Pada tahun 1998 India menyatakan hanya akan menandatangani perjanjian itu jika Amerika Serikat menyajikan jadwal penghilangan persediaan nuklirnya, namun syarat tersebut ditolak oleh Amerika Serikat. 107 Setiap Negara yang menjadi pihak dalam suatu perjanjian mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban dari Negara Pihak dalam perjanjian ini yaitu bahwa setiap Negara Pihak tidak melakukan segala uji coba ledakan senjata nuklir atau ledakan nuklir lainnya, dan melarang serta mencegah semua ledakan nuklir semacamnya yang berada di semua tempat di bawah yuridiksinya atau pengawasannya. Selanjutnya setiap Negara pihak menahan diri dari tindakan yang menyebabkan, meningkatkan atau berpartisipasi dengan cara apapun dalam melakukan segala uji coba ledakan senjata nuklir atau ledakan nuklir lainnya. 108 107 “Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty” sebagaimana dimuat dalam http:en.wikipedia.orgwikiComprehensive_Nuclear-Test-Ban_Treaty terakhir diakses tanggal 2 Mei 2013 pukul 11:03 WIB 108 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article I Universitas Sumatera Utara Ujicoba senjata nuklir yang pertama kali dilakukan yaitu terjadi pada tahun 1945 di Alamogordo, Meksiko. Setelah Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat kembali melakukan pengujian terhadap senjata nuklirnya sementara Uni Soviet juga melakukan hal yang sama. Ujicoba senjata pertama Uni Soviet berhasil dilakukan pada tahun 1949. Kedua negara tersebut terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara besar-besaran terhadap senjata nuklir mereka dengan melakukan pengujian lebih lanjut. Ada upaya-upaya untuk mencapai moratorium larangan uji coba nuklir dan kemudian pelaksanaan daripada moratorium tersebut pada akhir tahun 1950-an, tetapi moratorium telah gagal pada tahun 1961. Pada saat ini, baik Inggris dan Perancis telah sampai pada masanya sebagai kekuatan nuklir, dan tes nuklir pertama Perancis yang dilakukan pada tahun 1960 dan 1961 adalah salah satu alasan bahwa Uni Soviet memberikan untuk melanjutkan pengujian pada tahun 1961. 109 Terbentuknya Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty CTBT seperti yang ada pada saat sekarang adalah setelah melalui proses yang panjang dimana adanya beberapa perjanjian-perjanjian yang telah ada sebelumnya dan disempurnakan seperti yang ada sekarang ini. Menyadari dampak ujicoba nuklir yang dapat membahayakan lingkungan hidup terutama khususnya manusia, maka keinginan untuk membatasi ujicoba nuklir yang dilakukan oleh Negara-negara disambut baik oleh berbagai pihak termasuk juga Negara-negara nuklir. Negosiasi yang dilakukan antara Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet menghasilkan Traktat Pelarangan 109 Barry E. Carter dan Philip R. Trimble. International Law. Canada: Little, Brown and Company. 1991. hlm. 1400 Universitas Sumatera Utara Ujicoba Nuklir di Atmosfer, di Angkasa Luar dan di bawah Laut Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water atau yang seringkali disebut sebagai Partial Limited Test Ban Treaty PTBTLTBT pada tahun 1963. LTBT melarang semua ledakan nuklir kecuali untuk tes bawah tanah. Tiga penandatangan asli ditambah lebih dari 100 negara-negara lain yang kini bergabung dalam LTBT tersebut. Selain memperoleh dukungan dari Negara-negara nuklir, rampungnya LTBT juga mendapat penolakan dari beberapa Negara. Salah satunya Negara Perancis yang telah menolak untuk menandatangani perjanjian itu tapi menghentikan ujicoba nuklirnya di atmosfer pada tahun 1974. China juga menolak untuk menandatangani, sehubungan dengan dilakukannya pengujicobaan nuklir di atmosfer untuk pertama kalinya pada tahun 1964, meskipun pengujicobaan nuklir tersebut telah dihentikan. India adalah pihak yang bergabung dalam LTBT tersebut. Mereka melakukan ujicoba nuklir secara damai dengan meletakkan perangkat nuklirnya di bawah tanah. Meskipun dengan adanya LTBT tetapi masalah lingkungan yang parah yang timbul sebagai akibat dari pengujian atmosfer, ujicoba nuklir di bawah tanah terus berlanjut pada kecepatan yang signifikan setelah tahun 1963. Hingga akhir tahun 1988, ada sekitar 1.200 lebih pengujicobaan nuklir bawah tanah di seluruh dunia, termasuk lebih dari 600 uji coba yang dilakukan Amerika Serikat dan sekitar 450 ujicoba yang dilakukan Uni Soviet. Control Association Arms, Pengawasan Senjata dan Keamanan Nasional: Sebuah Pengantar 113 1989 . 110 110 Ibid, hlm. 1401 Universitas Sumatera Utara Dalam upaya untuk membatasi pengujicobaan nuklir dibuatlah perjanjian yang membatasi ukuran uji coba nuklir bawah tanah pada tahun 1970-an. Perjanjian tentang Batasan Tes Senjata Nuklir Bawah Tanah, atau yang juga dikenal sebagai Threshold Test Ban Treaty TTBT, ditandatangani pada bulan Juli 1974 oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perjanjian ini menetapkan batas ambang nuklir dengan melarang ujicoba nuklir bawah tanah dari perangkat yang memiliki daya ledak melebihi 150-kiloton setara dengan 150.000 ton TNT. 111 Bom yang dijatuhkan Amerika Serikat dengan efek buruk pada Hiroshima pada tahun 1954 memiliki daya ledak sekitar 13-15 kiloton, sehingga TTBT akan memungkinkan ujicoba nuklir hingga batas sepuluh kali ukuran bom tersebut. Meskipun demikian, batas 150-kiloton masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan beberapa senjata yang memiliki daya ledak 1.000 kiloton dan bahkan lebih yang dimiliki Amerika Serikat dan persenjataan Soviet. Dengan dibuatnya perjanjian tentang Ledakan Nuklir Damai atau yang lebih dikenal dengan The Peaceful Nuclear Explosion Treaty PNET tahun 1976 kemudian menutup celah dalam TTBT dengan memperbolehkan batas daya ledak nuklir bawah tanah menjadi 1.500-kiloton yang digunakan hanya untuk untuk tujuan damai, 112 Ratifikasi kedua perjanjian tersebut tertunda karena timbul kekhawatiran Amerika Serikat yang disebabkan tidak dilakukannya verifikasi yang memadai seperti mengalihkan sungai atau menggali lubang bawah tanah untuk penyimpanan gas. 111 “Threshold Test Ban Treaty” dikutip dari sumber http:en.wikipedia.orgwikiThreshold_Test_Ban_Treaty terakhir diakses tanggal 2 Mei 2013 pukul 10:21 WIB 112 “Peaceful Nuclear Exploisions Treaty” dikutip dari sumber http:www.armscontrol.orgdocumentspnet, terakhir diakses tanggal 2 Mei 2013 pukul 10:40 WIB Universitas Sumatera Utara oleh Uni Soviet. Pada saat tersebut, untuk sementara kedua negara menyatakan bahwa mereka akan mematuhi batas tertinggi 150-kiloton pada ledakan nuklir bawah tanah. Kemudian, pada bulan Juni 1990 kedua negara menyelesaikan protokol verifikasi yang mencakup ketentuan-ketentuan rinci untuk membantu memastikan kepatuhan terhadap kedua perjanjian tersebut. Protokol inilah yang membuka jalan hingga akhirnya verifikasinya disetujui. Terlepas dari dukungan rakyat yang cukup pada Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty CTBT, pemerintah Amerika Serikat telah menentang negosiasi perjanjian tersebut yang akan melarang semua tes bawah tanah, karena kekhawatiran verifikasi dan atas kebutuhan yang dirasakan untuk menguji desain senjata baru dan kadang-kadang untuk memeriksa pada keandalan senjata tua. 113 Dengan diambilnya langkah-langkah positif dan rampungnya perjanjian– perjanjian internasional yang telah ada sebelumnya dibidang perlucutan senjata nuklir, termasuk berbagai pengurangan arsenal senjata nuklir, maupun dibidang pencegahan proliferasi nuklir dan segala aspeknya, sehingga dirasa penting untuk membuat suatu pelaksanaan perjanjian–perjanjian dan langkah–langkah termaksud secara penuh dan segera. Hal tersebut didorong situasi internasional saat ini yang memberikan kesempatan untuk mengambil langkah efektif secara lebih lanjut terhadap perlucutan senjata nuklir dan terhadap proliferasi senjata nuklir dan segala aspeknya. Hal tersebut memerlukan usaha–usaha sistematik dan progresif secara terus menerus untuk mengurangi senjata nuklir secara global, 113 Barry E. Carter dan Philip R. Trimble. Op.Cit., hlm. 1401 Universitas Sumatera Utara dengan tujuan utama menghapuskan senjata tersebut, dan perlucutan senjata secara umum dan menyeluruh dibawah pengawasan internasional yang ketat dan efektif. Negara-negara yang menjadi pihak dalam CTBT secara bersama mengakui bahwa penghentian semua uji coba ledakan senjata nuklir dan semua ledakan nuklir lain, dengan cara menghambat perkembangan dan perbaikan kualitatif senjata nuklir dan menghentikan perkembangan senjata nuklir canggih tipe baru, merupakan langkah efektif bagi perlucutan senjata nuklir dan non proliferasi dalam segala aspeknya. Selain itu, penghentian semua ledakan nuklir tersebut akan merupakan langkah yang berarti bagi terwujudnya suatu proses yang sistematik untuk mencapai perlucutan senjata nuklir. Cara paling efektif untuk mengakhiri uji coba nuklir adalah melalui perampungan traktat pelarangan menyeluruh uji coba nuklir secara universal dan dapat diverifikasi secara internasional dan efektif, yang sejak lama menjadi tujuan prioritas utama masyarakat internasional di bidang perlucutan senjata dan non proliferasi. Rampungnya CTBT merupakan tahap lanjutan dari aspirasi–aspirasi yang telah dicetuskan sebelumnya oleh para pihak dalam Traktat Pelarangan Uji Coba Senjata Nuklir di Atmosfir, Ruang Angkasa dan Bawah Air Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water tahun 1963 untuk tidak dilakukannya semua uji ledakan senjata nuklir di bagian wilayah manapun di bumi sepanjang masa demi perlindungan lingkungan hidup, serta peningkatan perdamaian dan keamanan dunia. Universitas Sumatera Utara Negara–Negara pihak dalam Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty CTBT untuk selanjutnya membentuk Organisasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization CTBTO yang berkedudukan di Wina, Austria dalam rangka untuk mencapai maksud dan tujuan dari pembuatan Traktat, dan menjamin pelaksanaan ketentuan-ketentuannya, termasuk ketentuan verifikasi internasional atas ketaatan terhadap Traktat, serta mempersiapkan forum konsultasi dan kerjasama diantara Negara-Negara Pihak. Di dalam tubuh CTBTO dibentuk badan-badan Organisasi yaitu Konperensi Negara-Negara Pihak, dewan Eksekutif dan Sekretariat Teknik yang mencakup Pusat Data Internasional. Setiap Negara yang bergabung dalam CTBT harus bekerjasama dengan CTBTO dalam melaksanakan fungsi-fungsinya sesuai dengan isi Traktat. Negara- Negara Pihak harus mengadakan konsultasi yang dilakukan baik secara langsung atau melalui CTBTO itu sendiri atau prosedur-prosedur internasional lain yang tepat, termasuk prosedur dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sesuai dengan Piagam PBB, mengenai berbagai masalah yang muncul berkaitan dengan maksud dan tujuan, atau pelaksanaan ketentuan-ketentuan Traktat. 114 114 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article II Tugas lain dari CTBTO adalah harus melakukan kegiatan-kegiatan verifikasi berdasarkan Traktat secara sedikit intrusif sejalan dengan pencapaian tujuan Negara-Negara Pihak secara tepat waktu dan efisien. CTBTO hanya meminta informasi dan data yang perlu untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap traktat. Selain itu, Universitas Sumatera Utara CTBTO juga harus mengambil langkah pencegahan untuk melindungi kerahasiaan informasi kegiatan, fasilitas sipil dan militer yang diketahuinya dalam pelaksanaan Traktat, dan khususnya, harus mematuhi ketentuan-ketentuan kerahasiaan yang diatur dalam Traktat. CTBTO sebagai badan independen harus berupaya memanfaatkan keahlian dan fasilitas yang ada secara tepat dan berupaya memaksimalkan efisiensi biaya, melalui persetujuan-persetujuan kerjasama dengan organisasi internasional lainnya seperti Badan Energi Atom Internasional IAEA. Persetujuan 115 Negara-negara yang bergabung dalam CTBT memiliki kewajiban terhadap CTBTO dimana setiap Negara Pihak harus memperlakukan secara rahasia dan melakukan penanganan khusus terhadap informasi dan data yang diterimanya secara rahasia dari Organisasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Traktat. Negara Pihak harus menangani informasi dan data secara eksklusif dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya berdasarkan Traktat. perjanjian yang diajukan ke Konperensi Negara Pihak untuk mendapatkan persetujuan. 116 Kewajiban yang dimaksud adalah dengan membayarkan iuran setiap tahun guna membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukan CTBTO. 117 115 Persetujuan tersebut, tidak termasuk persetujuan komersial atau kontak yang minor dan normal, harus diatur dalam perjanjian. Jika negara anggota menunggak pembayarannya untuk iuran yang ditetapkan maka Negara tersebut tidak akan mempunyai hak suara dalam sidang CTBTO apabila jumlah tunggakannya sama 116 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article II 117 Biaya kegiatan – kegiatan organisasi dipenuhi setiap tahun oleh Negara Pihak sesuai dengan skala penilaian PBB yang disesuaikan dengan mempertimbangkan perbedaan keanggotaan antara PBB dan Organisasi. Universitas Sumatera Utara atau melebihi iurannya dalam dua tahun penuh. Namun demikian, Konperensi Negara-negara Pihak 118 Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir Comprehensive Nuclear- Test-Ban Treaty CTBT memiliki aturan-aturan yang mengikat setiap Negara Pihak untuk melaksanakan kewajibannya sesuai isi perjanjian untuk diterapkan dalam hukum negara masing-masing. Setiap Negara Pihak sesuai dengan proses konstitusionalnya, harus mengambil langkah-langkah yang perlu untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan Traktat, Negara Pihak secara khusus harus mengambil langkah-langkah: dapat mengizinkan anggota semacam itu untuk memberikan suaranya apabila diyakini bahwa kegagalan membayar iuran tersebut karena kondisi di luar kemampuan Negara tersebut. a Melarang perorangan dan badan hukum dimanapun di wilayahnya atau tempat lain di bawah yuridiksinya yang diakui oleh hukum internasional, untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh Konvensi; b Melarang perorangan dan badan hukum untuk melakukan kegiatan dimanapun di bawah pengawasan; dan c Melarang sesuai dengan hukum internasional, perorangan yang mempunyai kewarganegaraan negara tersebut untuk melakukan kegiatan tersebut dimanapun. 119 118 Konperensi Negara – Negara pihak selanjutnya disebut “Konperensi” terdiri dari semua negara Bagian. Setiap Negara Pihak harus mempunyai satu wakil di Konperensi yang akan didampingi oleh para delegasi pengganti dan penasehat dan mengadakan pertemuan secara regular, setiap tahun. 119 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article III Universitas Sumatera Utara Selain mengatur hubungan Negara pihak dengan rakyatnya, setiap Negara Pihak harus bekerjasama dengan Negara-negara Pihak lainnya dan memberikan bentuk bantuan hukum yang layak untuk mempermudah pelaksanaan kewajiban- kewajiban-kewajiban tersebut. Setiap Negara Pihak juga harus memberikan informasi kepada Organisasi mengenai langkah-langkah yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang dimaksud tersebut. Dalam upaya memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai Traktat, setiap Negara Pihak harus menunjuk atau membentuk suatu Otorita Nasional dan harus melaporkannya kepada Organisasinya pada saat Traktat mulai berlaku bagi negaranya. Otorita Nasional harus berfungsi sebagai pusat penghubung nasional dengan Organisasi dan dengan Negara-negara Pihak lainnya. 120 Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia selalu aktif mengikuti kegiatan konferensi, sidang, seminar, lokakarya dan sejenisnya yang berkaitan dengan perlucutan senjata, pelarangan penyebaran dan pengawasan senjata serta implementasinya. Hal ini merupakan konsekuensi dan salah satu wujud implementasi amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai realisasi peran serta Indonesia dalam percaturan internasional yaitu Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai wujud peran serta dalam CTBTO, Indonesia mengambil langkah-langkah nasional dalam pembuatan peraturan perundang- undangan yang relevan pada tingkat nasional serta mengikutsertakan 6 enam stasiun seismografi Badan Meteorologi dan Geofisika yang berada di lokasi 120 Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Article III Universitas Sumatera Utara Jakarta, Kupang, Jayapura, Sorong, Maros dan Parapat sebagai bagian dari International Monitoring System IMS yang dapat digunakan sebagai stasiun pembantu untuk memonitor ledakan percobaan senjata nuklir. Keenam stasiun akan dibangun dan ditingkatkan kemampuannya, walaupun pembentukan Badan Otorita Nasional sesuai mandat pasal 3 Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir belum dapat direalisasikan Indonesia yang nantinya akan dibentuk untuk mengelola implementasi masing masing konvensitraktat, antara lain dalam hal desiminasi, deklarasi, verifikasi, inspeksi dan legalisasi. 121 C. Peran PBB dalam Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Keamanan Global dalam Perspektif Hukum Internasional Perkembangan yang terjadi pada lapangan ekonomi dan industri pada abad ke-19 yang didorong pula dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin meningkat menunjukkan harus adanya kerjasama pada taraf internasional semakin bertambah erat pula. Keadaan tersebut menunjukkan adanya kesenjangan yang tinggi dengan kondisi masyarakat yang masih belum tertata baik. Secara perlahan masyarakat dunia mulai menyadari akan kebutuhannya terhadap suatu organisasi yang dapat melingkupi Negara-negara dan mengatur hubungan antar Negara- negara tersebut. 121 DR. H. Soefjan Tsauri MSc, APU, dan Kol. Czi Ir. Bambang S. Irawan , MDEng.. “Kepentingan Indonesia Membentuk Badan Otorita Nasional Untuk Konvensi-Konvensi Dan Traktat-Traktat Di Bidang Perlucutan Senjata”. Sebagaimana dimuat dalam http:www.balitbang.kemhan.go.id?q=contentkepentingan- indonesia-membentuk-badan-otorita-nasional-untuk-konvensi-konvensi-dan-traktat-t terakhir diakses tanggal 3 Juli 2013 pukul 08:35 WIB Universitas Sumatera Utara Ketika Liga Bangsa-Bangsa League of Nations 122 didirikan, tidak ada yang meragukan bahwa perlombaan dalam persenjataan sebagian besar adalah merupakan tanggung jawab atas terjadinya Perang Dunia pertama. Oleh karena itu, perlucutan senjata adalah item tunggal yang terbesar dalam gerakan perdamaian pada waktu itu, dan ada kesepakatan universal bahwa tes pertama dan terbesar dari Liga Bangsa-Bangsa akan kemampuannya untuk melaksanakan reduksi dan imitasi persenjataan, yang merupakan ekspresi lebih berhati-hati untuk istilah populer, pelucutan senjata. 123 Terbentuknya United Nations Perserikatan Bangsa-BangsaPBB merupakan bentuk kegelisahan Negara-negara untuk membentuk organisasi yang dapat menaungi mereka yang dapat menggantikan posisi Liga Bangsa-Bangsa yang telah gagal sebelumnya dalam mencegah terjadinya perang. Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah suatu “internationaal dan privaatrechtelijk rechtspersoon” juga terhadap Negara-negara yang bukan anggota. Ia memiliki hak kedaulatan dan membuat perjanjian dengan Negara-negara, ia mempunyai harta benda sendiri. Terjadinya Perang Dunia II menunjukkan bahwa Liga Bangsa-Bangsa telah gagal dalam tugasnya untuk mencegah terjadinya perang. Setelah Perang Dunia II, pada tanggal 18 April 1946, Liga Bangsa-Bangsa secara resmi dibubarkan dan digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 122 League of Nations adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan setelah Konperensi Perdamaian Paris 1919, tepatnya tanggal 10 Januari 1920. Fungsi-fungsi utamanya adalah melucuti senjata, mencegah perang melalui keamanan kolektif, menyelesaikan pertentangan antara negara-negara melalui negosiasi dan diplomasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. 123 James T. Shotwell and Marina Salvin. Lessons on Security and Disarmament From the History of The League of Nations. New York: King’s Crown Press. 1949. hlm. 10 Universitas Sumatera Utara Hanya ia tidak mempunyai bendera. 124 Fungsi utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Sepanjang negosiasi kompleks dari ‘Great Power’ Perserikatan Bangsa-Bangsa bukan merupakan suatu Negara Serikat sebab anggota-anggotanya tetap berdaulat secara penuh. 125 “The Security Council shall consist of fifteen Members of the United Nations. The Republic of China, France, the Union of Soviet Socialist Republics, the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, and the United States of America shall be permanent members of the Security Council. The General Assembly shall elect ten other Members of the United Nations to be non-permanent members of the Security Council, due regard being specially paid, in the first instance to the contribution of Members of the United Nations to the maintenance of international peace and security and to the other purposes of the Organization, and also to equitable geographical distribution.” Dewan Keamanan terdiri dari lima-belas Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Republik Tiongkok, Perancis, Uni yaitu Inggris, Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, Rusia dan Perancis yang menjadi alasan diselenggarakannya konperensi pada tahun 1945 di San Francisco dimana penekanannya adalah pada tubuh tertentu dalam PBB yaitu Dewan Keamanan untuk melakukan perannya. Hal ini tercermin dalam ketentuan Piagam PBB yang memberikan Dewan Keamanan tanggungjawab utama untuk memelihara perdamaian internasional, disertai dengan kekuatan komprehensif untuk memungkinkan untuk memenuhi peran itu. Hal tersebut diatur dalam Piagam PBB Bab V Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut: 124 G.P.H. Djatikoesoemo, Op.Cit., hlm. 47. 125 Negara yang diakui memiliki kemampuan untk mengerahkan pengaruhnya dalam skala global. Kekuatan besar khas memiliki kekuatan militer dan ekonomi dan diplomatik dan soft power pengaruh yang dapat menyebabkan kekuatan kecil dalam mempertimbangkan pendapat dari kekuatan besar sebelum mengambil tindakan sendiri. Teori Hubungan Internasional telah mengemukakan bahwa status kekuatan besar dapat dicirikan dalam kemampuan daya, spasial aspek, dan dimensi status. Terkadang status kekuatan besar secara formal diakui dalam konperensi seperti Konvensi Wina, atau dalam struktur internasional seperti Dewan Keamanan PBB. Dikutip dari sumber “Great power” http:en.wikipedia.orgwikiGreat_power diakses tanggal 21 April 2013 pukul 18:18 WIB Universitas Sumatera Utara Republik Sosialis Soviet, Kerajaan Inggris dan lrlandia Utara, dan Amerika Serikat merupakan anggota-anggota tetap Dewan Keamanan. Majelis Umum memilih sepuluh Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan, dengan memberikan perhatian utama kepada Anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan sumbangan untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan international dan untuk keperluan-keperluan lainnya bagi Organisasi serta kepada asas pembagian geografis yang adil. Dalam hal mencapai serta menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan internasional menuntut komitmen dan partisipasi aktif seluruh bangsa. Usaha ini lebih membutuhkan kesepakatan untuk menerima langkah-langkah pendekatan yang bersifat kerjasama secara kolektif dibandingkan mengamankan kepentingan multilateral. Sistem keamanan kolektif Perserikatan Bangsa-Bangsa apabila dipakai secara baik, akan sangat meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan internasional. Efektifitas PBB dalam melaksanakan tugasnya bergantung pada kesediaan Negara-negara anggota untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka di bawah Piagam, bekerjasama dan berusaha mencari pemecahan bersama, terutama apabila terdapat ancaman dalam hal perdamaian dan keamanan internasional. Hal ini juga berpengaruh terhadap keinginan politik untuk menggunakan sistem keamanan kolektif. Secara khusus, tidak adanya kerjasama di antara Negara-negara adikuasa akan menyulitkan Perserikatan Bangsa-bangsa memenuhi peranannya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan Piagam. Hal tersebut tercermin ketika sering terjadi kelambatan dalam pengajuan masalah- masalah penting ke Dewan Keamanan untuk mencegah pecahnya konflik militer dan Dewan Keamanan juga seringkali tidak mampu menyelesaikan konflik- Universitas Sumatera Utara konflik tersebut. Dalam beberapa kasus, Dewan Keamanan gagal menyepakati langkah-langkah penyelesaian karena tidak adanya keseragaman suara dari anggota-anggota tetap. 126 Dalam rangka mempermudah dan memungkinkan pelaksanaan sistem keamanan kolektif secara efektif maka penting dibentuk hubungan atas dasar kerjasama di kalangan anggota-anggota tetap Dewan Keamanan dan antar mereka dengan anggota-anggota tidak tetap. Dalam hubungan ini, dinilai penting agar anggota-anggota tetap Dewan Keamanan menggunakan semua kesempatan untuk bekerjasama dalam mendukung tindakan keamanan bersama oleh Dewan Keamanan. Efektifitas sistem keamanan kolektif perlu dikembangkan sehingga Negara-negara terdorong mempercayakan pemecahan masalah keamanannya kepada Dewan Keamanan. Sementara itu beberapa keputusan Dewan Keamanan yang telah diterima berkenaan dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional tetap belum terlaksana. Dewan Keamanan dibentuk agar berfungsi sebagai organ utama dalam sistem keamanan kolektif dunia dan diberi kekuasaan untuk membuat keputusan yang diperoleh dari pertemuan-pertemuan berkala seperti yang diatur dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 28 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut: “The Security Council shall hold periodic meetings at which each of its members may, if it so desires, be represented by a member of the government or by some other specially designated representative” . Dewan Keamanan harus mempertimbangkan penyelenggaraan pertemuan berkala dalam kasus-kasus 126 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit, hlm. 21 Universitas Sumatera Utara tertentu untuk menilai dan meninjau masalah-masalah dan krisis-krisis yang menonjol dengan demikian memungkinkan Dewan memainkan peranan lebih aktif dalam mencegah terjadinya konflik. Dewan Keamaanan juga harus mempertimbangkan kemungkinan menyelenggarakan beberapa pertemuan di luar Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa apabila menurut penilaian para anggotanya hal itu dapat mempermudah pekerjaan Dewan Keamanan. 127 Dewan Keamanan karena kedudukannya suatu saat bisa saja berhadapan dengan situasi yang sangat berbahaya lalu mengambil langkah-langkah yang dapat mengurangi bahaya tersebut. Penggunaan pasukan-pasukan pemeliharaan perdamaian secara lebih luas sesuai dengan Piagam dapat dilakukan Dewan Keamanan atas persetujuan para pihak agar dapat membantu mencegah terjadinya pertikaian yang dapat menimbulkan perang. Anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa setuju untuk menerima dan menjalankan keputusan-keputusan Dewan Keamanan sesuai dengan Piagam. 128 127 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bab V, Pasal 28 3 Kegagalan di pihak Negara-negara anggota dalam melaksanakan keputusan- keputusan Dewan Keamanan merupakan pelanggaran terhadap kewajiban- kewajiban Piagam. Lebih lanjut, semua anggota harus memberikan semua bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam setiap tindakan yang diperlukan sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan harus menahan diri dari memberikan bantuan kepada setiap negara bila Perserikatan Bangsa- 128 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bab V, Pasal 25 Universitas Sumatera Utara Bangsa telah mengambil tindakan pencegahan atau pelaksanaan ketentuan terhadap Negara tersebut. 129 Menurut Piagam, Sekretaris Jenderal dapat meminta perhatian Dewan Keemanan mengenai sesuatu hal yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. 130 Sekretaris Jenderal dapat memainkan peranan yang sangat bermanfaat melalui “diplomasi diam”. Hal ini dapat membantu meredakan situasi yang mungkin akan meledak atau membantu menunjukkan kesempatan-kesempatan pemecahan konflik, dan mungkin dapat meningkatkan komunikasi pihak-pihak yang sedang bertikai. 131 Selain Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB, peran Majelis Umum sangatlah menonjol dalam usaha menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan global. Sebagai forum wakil-wakil seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Majelis Umum dapat membahas persoalan apapun yang berhubungan dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan dapat pula mengajukan rekomendasi kepada Negara atau Negara-negara yang bersangkutan atau kepada Dewan Keamanan atau kepada keduanya. Kecuali dalam hal Dewan Keamanan sedang menjalankan tugasnya, Majelis Umum dalam memenuhi fungsinya memelihara perdamaian dan keamanan internasional dapat mempertimbangkan upaya konsultasi dengan maksud membawa pihak-pihak yang bersangkutan ke meja perundingan, membuat rekomendasi bagi penyelesaian Sekretaris Jenderal harus tetap memberitahu Dewan Keamanan mengenai usaha- usahanya ini. 129 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bab I, Pasal 2 5 130 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bab XV, Pasal 2 99 131 Perserikatan Bangsa-bangsa. Op.Cit., hlm. 69 Universitas Sumatera Utara sengketa secara damai, mengusahakan sejauh mungkin perincian keputusan- keputusan dalam bentuk yang luas sehingga mendorong tercapainya konsensus. Dalam mencegah serta menanggulangi konflik yang terjadi di suatu wilayah Negara yang bersengketa, pemanfaatan pasukan pemeliharaan dapat menjadi salah satu alternatif yang digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB membentuk suatu badan di bawah koordinasi Dewan Keamanan yang disebut dengan Peacekeeping Operations Operasi Penjaga Perdamaian. Peacekeeping Operations adalah sebuah operasi penjaga perdamaian yang dipimpin oleh Departemen Operasi Penjaga Perdamaian DPKO, dan bekerja untuk menciptakan kondisi untuk perdamaian abadi di negara konflik. United Nations Peacekeeping Pasukan Penjaga Perdamaian terdiri dari militer, polisi dan orang sipil, yang bekerja untuk memberikan keamanan, dukungan politik dan pembangunan perdamaian untuk membantu negara-negara untuk melakukan transisi awal dari konflik menuju perdamaian. Penjaga Perdamaian PBB dipandu oleh tiga prinsip dasar : a Persetujuan para pihak; b Ketidakberpihakan; c Tidak menggunakan kekuatan senjata kecuali untuk membela diri dan pertahanan dari mandat. Operasi penjaga perdamaian multidimensi saat ini dipanggil tidak hanya untuk menjaga perdamaian dan keamanan, tetapi juga untuk memfasilitasi proses politik, melindungi warga sipil , membantu dalam perlucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi mantan kombatan, mendukung pelaksanaan pemilu, melindungi Universitas Sumatera Utara dan mempromosikan hak asasi manusia dan membantu dalam memulihkan aturan hukum. 132 Pada bulan Oktober 1993 sampai bulan Maret 1996, Peacekeeping Operations melakukan sebuah operasi perdamaian di Rwanda untuk menangani konflik etnis yang menyebabkan genosida suku Tutsi oleh suku Hutu. Negara- negara yang turut memperbantukan polisi, militer dan sipilnya antara lain Argentina, Australia, Austria, Bangladesh, Belgia, Brasil, Kanada, Chad, Kongo, Djibouti, Mesir, Ethiopia, Fiji, Jerman, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Guyana, India, Yordania, Kenya, Malawi, Mali, Belanda, Niger, Nigeria, Pakistan, Polandia, Rumania, Rusia, Senegal, Republik Slovakia, Spanyol, Swiss, Togo, Tunisia, Inggris, Uruguay, Zambia dan Zimbabwe dengan jumlah personel mencapai puluhan ribu pasukan serta menghabiskan biaya 453.900.000. 133 Peacekeeping Operations juga melakukan sebuah operasi perdamaian di Sierra Leone, sebuah Negara republik yang terletak di Afrika Barat. Peacekeeping Operations melaksanakan misi mulai tanggal 13 Juli 1998 sampai 22 Oktober 1999, untuk menangani konflik internal antara pemberontak dan pemerintah terkait pertambangan berlian di Sierra Leone. Negara-negara yang turut memperbantukan polisi, militer dan sipilnya antara lain Bangladesh, Bolivia, Cina, Kroasia, Republik Ceko, Denmark, Mesir, Prancis, Gambia, India, 132 “What is peacekeeping?” sebagaimana dimuat dalam http:www.un.orgenpeacekeepingoperationspeacekeeping.shtml terkahir diakses tanggal 27 Juni 2013 pukul 07:07 WIB 133 “Rwanda - UNAMIR Facts and Figures” sebagaimana dimuat dalam http:www.un.orgenpeacekeepingmissionspastunamirF.htm terkahir diakses tanggal 27 Juni 2013 pukul 07:29 WIB Universitas Sumatera Utara Indonesia 134 , Yordania, Kenya, Kyrgyzstan, Malaysia, Namibia, Nepal, Selandia Baru, Norwegia, Pakistan, Rusia, Republik Slovakia, Swedia, Thailand, Inggris, Republik Tanzania, Uruguay dan Zambia dengan jumlah personil mencapai ribuan serta menghabiskan biaya 40.700.000. 135 Semua pasukan operasi pemeliharaan perdamaian harus memiliki mandat yang batasannya jelas dan baik secara operasional. Dukungan yang penuh dari Dewan Keamanan PBB sangatlah menentukan bagi keberhasilan operasi pemeliharaan perdamaian dan kesediaan Negara-negara untuk memperbantukan pasukan-pasukan perdamaian. Dalam hubungan ini, harus pula diperoleh kesediaan para pihak yang bersengketa dimana mereka harus siap dan berkeinginan untuk bekerjasama dengan pasukan-pasukan penjaga perdamaian dalam melaksanakan mandatnya. Sengketa yang terjadi antar Negara dapat menimbulkan ketidaknyamanan warga negaranya dan adanya perasaan takut akan kondisi Negara yang tidak stabil yang mengakibatkan tidak tercapainya perdamaian seperti yang diharapkan masyarakat internasional. Sengketa tersebut harus diselesaikan oleh PBB demi terwujudnya perdamaian. Salah satunya adalah kasus Khasmir. Pecahnya India menjadi dua India dan Pakistan, membuat Khasmir bergabung dengan India, meskipun jika dilihat dari latar belakang agama lebih tepat ke Pakistan. Tahun 134 Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Sierra Leone tahun 1999-2004 yaitu Kontingen Garuda XIX1, Kontingen Garuda XIX2, Kontingen Garuda XIX3, Kontingen Garuda XIX4, Kontingen Garuda XIX5, Kontingen Garuda XIX6 dan Kontingen Garuda XIX7. Sebagaimana dimuat di http:www.pkc-indonesia.comindex.phpsejarahkontingen-garuda- indonesia-di-wilayah-afrikakonflik-sierra-leone terakhir diakses tanggal 27 Juni 2013 135 “Sierra Leone – UNAMSIL Facts and Figures” sebagaimana dimuat dalam http:www.un.orgenpeacekeepingmissionspastunomsilUnomsilF.html terakhir diakses tanggal 27 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara 1969 pecah perang terbuka yang kemudian diselesaikan dengan perundingan Thaskent Declaration dengan mempertemukan ketiga negara pada tahun 1966 melalui jasa baik Uni Soviet sebagai salah satu Negara dengan hak veto. Indonesia sebagai Negara anggota PBB juga melaksanakan kewajibannya dalam menciptakan perdamaian dan keamanan di tingkat regional. Perang saudara yang melibatkan empat kelompok yang bertikai di Kamboja telah berlangsung lama dan memakan banyak korban nyawa dan kondisi Negara yang tidal stabil. Indonesia dibantu Perancis menjadi mediator pertikaian tersebut melalui JIM Jakarta Informal Meeting dan berhasil menyelesaikan masalah tersebut. 136 Penggunaan senjata nuklir melalui ujicoba balistik dapat mengganggu perdamaian dan keamanan global. Senjata nuklir sebagai jenis senjata yang sangat sukar diawasi dan dibatasi melalui perjanjian timbal balik. Penggunaan senjata nuklir akan mengancam dan merusak stabilitas global dan akan meningkatkan bahaya peperangan dengan senjata pemusnah massal lainnya seperti senjata eksplosif atom, senjata dengan bahan radioaktif, senjata kimia, senjata biologi maupun senjata apapun yang akan dikembangkan lebih lanjut yang memiliki sifat pemusnah massal. Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi internasional menjadi pemrakarsa demi terciptanya perdamaian dan kestabilan keamanan tingkat regional maupun global. Persetujuan untuk menghentikan percobaan, produksi dan pegelaran senjata nuklir serta sarana penghantar akan merupakan sumbangan penting bagi penghentian pacuan senjata nuklir. Hal tersebut juga akan membantu 136 Syntapuji. “Sengketa Internasional” sebagaimana dimuat dalam http:syntapuji.wordpress.com20120606sengketa-internasional terkahir diakses tanggal 27 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara usaha pencegahan penyebaran senjata nuklir dan akan menciptakan iklim baru yang mendukung pelaksanaan sepenuhnya sistem Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa dalam rangka mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. Universitas Sumatera Utara

BAB IV UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA 12 PEBRUARI 2013 DAN