Toksikopatologi Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Ekstrak Tanaman Obat Antiplasmodium Irvingia malayana Oliv ex. A. Benn

TOKSIKOPATOLOGI HATI DAN GINJAL MENCIT
( Mus musculus) PADA PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN
OBAT ANTIPLASMODIUM Irvingia malayana Oliv ex A. Benn

ESTI RAHAYU

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

TOKSIKOPATOLOGI HATI DAN GINJAL MENCIT
( Mus musculus) PADA PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN
OBAT ANTIPLASMODIUM Irvingia malayana Oliv ex. A. Benn

Oleh :
ESTI RAHAYU
B04103037

Skripsi


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Penelitian

: Toksikopatologi Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus)
Pada Pemberian Ekstrak Tanaman Obat Antiplasmodium
Irvingia malayana Oliv ex. A. Benn

Nama

: Esti Rahayu

NRP


: B04103037

Disetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D

Dr. Praptiwi M.Agr

NIP. 131 760 839

NIP. 320 004 936

Diketahui,
Wakil Dekan FKH IPB


Dr.drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS
NIP. 131129090

Tanggal Lulus :

September 2007

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Toksikopatologi Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus)
Pada Pemberian Ekstrak Tanaman Obat Antiplasmodium Irvingia malayana Oliv
ex A. Benn” merupakan hasil penelitian dalam bentuk tugas akhir penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (SKH).
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak
yang banyak membantu, terutama kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda Masri dan Ibunda Elismaidar serta Uni Septi
Mastaliza atas segala pengorbanan, doa dan cintanya yang selalu
menyertai langkah penulis yang menjadi cambuk bagi penulis untuk terus
maju.

2. drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D dan Dr Praptiwi M.Agr selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan
dan bantuan selama penulisan skripsi ini.
3. drh. Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji.
4. Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini M.Si sebagai pembimbing akademik atas
nasehat dan doanya.
5. Para staf patologi (pak Kasnadi, pak Soleh dan pak Ndang) atas
bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
6. Keluarga besar di Payakumbuh, untuk Odan, Mak Odang, Etek, Tek
Inang, Antan dan Mak Uwo yang pernah berhenti memberi nasehat kepada
penulis.
7. Lembaga

Ilmu

Pengetahuan

Indonesia

(LIPI)


Bogor

khususnya

laboratorium Herbarium atas kerja sama dan bantuannya selama
penelitian.
8. Keluarga besar di Tangerang (Mak Etek, Mak Ilon, Da yon, Da Andi) atas
segala bantuannya..
9. Teman-teman seperjuangan di lab patologi (Yeyen, Restu, Au, Irma, Pita,
Ochy, Tri), kesuksesan memang membutuhkan perjuangan.

i

10. Sahabat-sahabatku di Bogor (Mudia, Inggit, Mona, Dora, Nandi, Ipal,
Yandra, Zano), yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka.
Terima kasih atas kebersamaannya.
11. Sahabat-sahabatku di Payakumbuh (Tila, Liza, Ikel, Tumet, Camat) yang
tak pernah berhenti mendoakan, memberi semangat dan mendengarkan
keluh kesah penulis dari jauh. Kalian adalah sahabat sejatiku.

12. Teman satu atap di Wisma Shinta (Hel, Nike, Eka, Yuni, Tyas, Ami, Iis,
Pangkau, Teni, Ria) dan juga untuk Jaik’ers yang maniez atas
kebersamaannya selama ini.
13. Keluarga besar IKMP’ers dan IPMM’ers.
14. Teman-teman Gymnolaemata ’40 atas kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan yang dialami selama berlangsungnya penelitian.
Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.

Bogor, September 2007

Penulis

ii

Bismillahirrohmaanirrohiim
Allhamdulillahirobbil’alamiin……………………………..
Seiring waktu yang trus bergulir

Datang jua hari yang tlah lama dinanti
Terukir sebuah senyum kebahagiaan di bibir
Mengiringi rasa haru yang menyelusup di relung hati
Segala puja dan puji hanya pantas kupersembahkan untukMu ya Allah
Terimakasih atas semua rahmat & dan nikmatMu
“Kau beri aku kekuatan dalam ketidakberdayaanku
Tuk melewati semua rintangan yang menghadang langkahku
Dengan ridhoMu ya Allah
Aku dapat meraih setitik keberhasilan, buah dari sebuah perjuangan
Secercah harapan membayang di pelupuk mata
Menuntunku tuk trus melangkah m’gapai sebuah cita-cita
Namun, yang pasti perjuangan belum dan takkan berakhir
Ya… Allah……………………………………………….
Jadikanlah sebuah karya kecil ini sebagai penawar semua jerih payah,
pengorbanan, do’a dan kasih sayang dari kedua orang tuaku tercinta.
Yang takkan sanggup terbalas walau dengan apapun
Ya… Allah………………………………………………...
Tuntunlah penglihatanku, pendengaranku, hati dan fikiranku tuk selalu berada
dijalanMu. Bimbinglah aku dalam menjalankan amanah dari orang-orang yang
mempercayaiku dengan segenap cintanya

Kumohon ya Allah
Jangan biarkan langkahku terhenti sampai di sini
Amiiin……………………………………………………

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Letak geografis Indonesia di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia
negara yang kaya akan sumber daya hayati yang beranekaragam. Sumber daya
hayati ini mempunyai manfaat tertentu antara lain dimanfaatkan oleh manusia
sebagai bahan bangunan, kayu bakar bahkan ada yang berkhasiat sebagai obat.
Kurang lebih terdapat 40.000 jenis tanaman yang ada di Indonesia, dan dari
jumlah tersebut baru kira-kira 1000 jenis tanaman yang telah diketahui
manfaatnya sebagai obat.
Obat dalam arti luas adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup. Semua obat yang masuk ke dalam tubuh merupakan toksin/racun.
Dikatakan sebagai obat apabila senyawa kimia tersebut maksimal diabsorbsi dan
bekerja tanpa menimbulkan gejala klinis yang bersifat kontradiktif. Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorbsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di target organ dan
menimbulkan efek. Pemberian obat dapat dilakukan melalui peroral, inhalasi,

parenteral dan sebagainya. Malaria merupakan masalah global dalam kesehatan
umum, sehingga sangat penting untuk terus melakukan penemuan baru tentang
antimalaria. Selama 25 tahun terakhir, ekstrak dari sejenis tanaman banyak
digunakan

sebagai

obat

tradisional

yang

di

evaluasi

untuk

aktifitas


antiplasmodium secara in vitro maupun in vivo dalam tubuh mencit yang telah di
infeksi dengan Plasmodium berghei atau Plasmodium yoelii. Tanaman yang
digunakan kebanyakan dari famili Simaroubaceae (Wright 2005).
Tanaman dari famili Simaroubaceae telah digunakan secara luas untuk
pengobatan tradisional pada malaria, disentri dan penyakit lainnya di beberapa
negara di dunia. Quassinoid merupakan kelompok turunan triterpen yang
terkandung di dalam Simaroubaceae yang memperlihatkan aktifitas biologi seperti
antitumor, antioksidan, pitotoksik, antiviral dan antihelmintik serta antimalaria
yang telah diteliti belum lama ini. Beberapa quassinoid dapat menekan
pertumbuhan P. falciparum di dalam biakan pada konsentrasi nanomolar. Dalam
aktifitasnya sebagai antimalaria, quassinoid menunjukkan toksisitas yang
menghambat sintesis protein parasit (Anonimus 2007).

1

Salah satu jenis tanaman dari famili Simaroubaceae ini yang digunakan
sebagai antimalaria adalah Brucea javanica. Di Cina ini dinamakan “ya-tan-tzu”
(Kim et al. 2000).
Sebuah penelitian etnofarmakologi di Vietnam Selatan menggunakan

tanaman obat tradisional untuk pengobatan malaria. Tanaman yang digunakan
tersebut diantaranya adalah Irvingia malayana yang merupakan jenis lain dari
famili Simaroubaceae (Pouplin et al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan
aktifitas antiplasmodial dari Irvingia malayana yaitu menekan pertumbuhan
parasit lebih dari 30%. Nilai dari aktifitas ekstrak ditentukan oleh selektifitasnya
melawan Plasmodium falciparum di dalam perbandingan efek sitotoksiknya
melawan sel tubuh manusia (Pouplin et al. 2006).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksikopatologi hati dan ginjal
mencit pada pemberian ekstrak Irvingia malayana dengan dosis bertingkat.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi tentang dosis toksik yang menyebabkan perubahan patologi akibat
pemberian ekstrak Irvingia malayana pada mencit (Mus musculus).

Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Hi

: Ekstrak Irvingia malayana tidak menimbulkan perubahan patologi yang
signifikan terhadap organ hati dan ginjal mencit.

Ho

: Ekstrak Irvingia malayana dapat menimbulkan perubahan patologi yang
signifikan terhadap hati dan ginjal mencit.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Irvingia malayana
Irvingia malayana termasuk ke dalam famili Simaroubaceae yang
penyebarannya meliputi Siam, Indo-Cina (Laos, Kamboja, Cochincina), Malaysia,
Sumatera, Malay Peninsula dan Bawean (Steenis 1972).
Tanaman ini mempunyai nama daerah pauh bayan (Palembang), pauh
kijang, pauh menie (Sumatera tengah), pauh rusu (Palembang), kalek karsik
(Minangkabau), kayu bangi, sepah (Kubu). Selain mempunyai nama daerah,
tanaman ini juga mempunyai sinonim yaitu Irvingia harmandiana Pierre, Irvingia
longipedicellata Gagnep dan Irvingia oliveri Pierre (Aonimus 2006a).
Tanaman ini merupakan raksasa rimba yang tingginya dapat mencapai 40
m dengan diameter 1,3 m dengan batang yang bulat penuh (rolrond) dan banir
akar yang sangat tipis dan besar mencapai 8 m di atas tanah (Heyne 1987).
Kayu Irvingia malayana ini cocok untuk konstruksi, dinding, lemari kayu,
perabotan, tiang, rel kereta api, peralatan olah raga, digunakan untuk lantai dan
gagang pisau. Di Thailand dimanfaatkan arangnya, akan tetapi batang pohon ini
jarang yang dieksploitasi karena kayunya keras, tenggelam dalam air dan sangat
tinggi. Sebagian besar dari kayu ini sering di ekspor ke Jepang dan Serawak
(Sosef 1998).
Buahnya seperti buah mangga kecil (Gambar 1A). Bijinya mengandung
lemak putih dan kekuningan dengan rasa dan bau yang enak, yang baik digunakan
untuk sabun. Di Eropa digunakan untuk membuat lilin (Whitmore 1972). Lemak
ini sama dengan lemak yang berasal dari jenis mangga yang terdapat di Afrika
dari marga ini, dan di Eropa dikenal sebagai dika-vet (lemak dika) (Heyne 1987).
Buah dari tanaman ini terdiri dari 7,5% air dan 70% minyak. Umumnya
merupakan asam lemak jenuh dan mengandung 42% C12:O dan 41% C14:O,
komposisi sterol mirip dengan minyak sayur. Tanaman ini juga mengandung
selenium, komposisi asam lemak dan anti oksidan sehingga dengan karakteristik
ini memungkinkan untuk diaplikasikan di dalam bidang farmakologi, margarin
dan kosmetik (Bandelier et al. 2002). Selain itu Irvingia malayana ini berkhasiat
sebagai antiplasmodium, karena dapat menekan pertumbuhan parasit lebih dari

3

30% (Pouplin 2007). Buah tanaman ini sangat digemari oleh rusa Bawean (Axis
kulii) yaitu sejenis rusa yang hanya terdapat di pulau Bawean Indonesia
(Anonimus 2006b).
Daun tanaman ini seperti spiral sederhana, berbentuk lonjong agak
membulat (Gambar 1B). Irvingia malayana tumbuh terutama pada dataran rendah
dengan ketinggian lebih dari 300 m.

A

B

Gambar 1 Buah (A) dan Daun (B) Irvingia malayana
Sumber : http://images.google.co.id/images

Berdasarkan Anonimus (2006c), secara umum taksonomi Irvingia
malayana adalah :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malighiales
Famili : Simaroubaceae
Genus : Irvingia
Spesies: Irvingia malayana

Komponen kimia yang terdapat pada tanaman Irvingia malayana
berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan oleh Meganingsih (2007) adalah lemak,
asam lemak, sterol, triterpenoid, aglikon, flavonoid, tanin, glikosida, saponin,
steroid dan antrasenoid. Triterpenoid merupakan komponen kimia yang bersifat
sebagai antiplasmodium.

4

TOKSIKOPATOLOGI HATI DAN GINJAL MENCIT
( Mus musculus) PADA PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN
OBAT ANTIPLASMODIUM Irvingia malayana Oliv ex A. Benn

ESTI RAHAYU

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

TOKSIKOPATOLOGI HATI DAN GINJAL MENCIT
( Mus musculus) PADA PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN
OBAT ANTIPLASMODIUM Irvingia malayana Oliv ex. A. Benn

Oleh :
ESTI RAHAYU
B04103037

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Penelitian

: Toksikopatologi Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus)
Pada Pemberian Ekstrak Tanaman Obat Antiplasmodium
Irvingia malayana Oliv ex. A. Benn

Nama

: Esti Rahayu

NRP

: B04103037

Disetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D

Dr. Praptiwi M.Agr

NIP. 131 760 839

NIP. 320 004 936

Diketahui,
Wakil Dekan FKH IPB

Dr.drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS
NIP. 131129090

Tanggal Lulus :

September 2007

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Toksikopatologi Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus)
Pada Pemberian Ekstrak Tanaman Obat Antiplasmodium Irvingia malayana Oliv
ex A. Benn” merupakan hasil penelitian dalam bentuk tugas akhir penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (SKH).
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak
yang banyak membantu, terutama kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda Masri dan Ibunda Elismaidar serta Uni Septi
Mastaliza atas segala pengorbanan, doa dan cintanya yang selalu
menyertai langkah penulis yang menjadi cambuk bagi penulis untuk terus
maju.
2. drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D dan Dr Praptiwi M.Agr selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan
dan bantuan selama penulisan skripsi ini.
3. drh. Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji.
4. Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini M.Si sebagai pembimbing akademik atas
nasehat dan doanya.
5. Para staf patologi (pak Kasnadi, pak Soleh dan pak Ndang) atas
bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
6. Keluarga besar di Payakumbuh, untuk Odan, Mak Odang, Etek, Tek
Inang, Antan dan Mak Uwo yang pernah berhenti memberi nasehat kepada
penulis.
7. Lembaga

Ilmu

Pengetahuan

Indonesia

(LIPI)

Bogor

khususnya

laboratorium Herbarium atas kerja sama dan bantuannya selama
penelitian.
8. Keluarga besar di Tangerang (Mak Etek, Mak Ilon, Da yon, Da Andi) atas
segala bantuannya..
9. Teman-teman seperjuangan di lab patologi (Yeyen, Restu, Au, Irma, Pita,
Ochy, Tri), kesuksesan memang membutuhkan perjuangan.

i

10. Sahabat-sahabatku di Bogor (Mudia, Inggit, Mona, Dora, Nandi, Ipal,
Yandra, Zano), yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka.
Terima kasih atas kebersamaannya.
11. Sahabat-sahabatku di Payakumbuh (Tila, Liza, Ikel, Tumet, Camat) yang
tak pernah berhenti mendoakan, memberi semangat dan mendengarkan
keluh kesah penulis dari jauh. Kalian adalah sahabat sejatiku.
12. Teman satu atap di Wisma Shinta (Hel, Nike, Eka, Yuni, Tyas, Ami, Iis,
Pangkau, Teni, Ria) dan juga untuk Jaik’ers yang maniez atas
kebersamaannya selama ini.
13. Keluarga besar IKMP’ers dan IPMM’ers.
14. Teman-teman Gymnolaemata ’40 atas kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan yang dialami selama berlangsungnya penelitian.
Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.

Bogor, September 2007

Penulis

ii

Bismillahirrohmaanirrohiim
Allhamdulillahirobbil’alamiin……………………………..
Seiring waktu yang trus bergulir
Datang jua hari yang tlah lama dinanti
Terukir sebuah senyum kebahagiaan di bibir
Mengiringi rasa haru yang menyelusup di relung hati
Segala puja dan puji hanya pantas kupersembahkan untukMu ya Allah
Terimakasih atas semua rahmat & dan nikmatMu
“Kau beri aku kekuatan dalam ketidakberdayaanku
Tuk melewati semua rintangan yang menghadang langkahku
Dengan ridhoMu ya Allah
Aku dapat meraih setitik keberhasilan, buah dari sebuah perjuangan
Secercah harapan membayang di pelupuk mata
Menuntunku tuk trus melangkah m’gapai sebuah cita-cita
Namun, yang pasti perjuangan belum dan takkan berakhir
Ya… Allah……………………………………………….
Jadikanlah sebuah karya kecil ini sebagai penawar semua jerih payah,
pengorbanan, do’a dan kasih sayang dari kedua orang tuaku tercinta.
Yang takkan sanggup terbalas walau dengan apapun
Ya… Allah………………………………………………...
Tuntunlah penglihatanku, pendengaranku, hati dan fikiranku tuk selalu berada
dijalanMu. Bimbinglah aku dalam menjalankan amanah dari orang-orang yang
mempercayaiku dengan segenap cintanya
Kumohon ya Allah
Jangan biarkan langkahku terhenti sampai di sini
Amiiin……………………………………………………

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Letak geografis Indonesia di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia
negara yang kaya akan sumber daya hayati yang beranekaragam. Sumber daya
hayati ini mempunyai manfaat tertentu antara lain dimanfaatkan oleh manusia
sebagai bahan bangunan, kayu bakar bahkan ada yang berkhasiat sebagai obat.
Kurang lebih terdapat 40.000 jenis tanaman yang ada di Indonesia, dan dari
jumlah tersebut baru kira-kira 1000 jenis tanaman yang telah diketahui
manfaatnya sebagai obat.
Obat dalam arti luas adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup. Semua obat yang masuk ke dalam tubuh merupakan toksin/racun.
Dikatakan sebagai obat apabila senyawa kimia tersebut maksimal diabsorbsi dan
bekerja tanpa menimbulkan gejala klinis yang bersifat kontradiktif. Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorbsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di target organ dan
menimbulkan efek. Pemberian obat dapat dilakukan melalui peroral, inhalasi,
parenteral dan sebagainya. Malaria merupakan masalah global dalam kesehatan
umum, sehingga sangat penting untuk terus melakukan penemuan baru tentang
antimalaria. Selama 25 tahun terakhir, ekstrak dari sejenis tanaman banyak
digunakan

sebagai

obat

tradisional

yang

di

evaluasi

untuk

aktifitas

antiplasmodium secara in vitro maupun in vivo dalam tubuh mencit yang telah di
infeksi dengan Plasmodium berghei atau Plasmodium yoelii. Tanaman yang
digunakan kebanyakan dari famili Simaroubaceae (Wright 2005).
Tanaman dari famili Simaroubaceae telah digunakan secara luas untuk
pengobatan tradisional pada malaria, disentri dan penyakit lainnya di beberapa
negara di dunia. Quassinoid merupakan kelompok turunan triterpen yang
terkandung di dalam Simaroubaceae yang memperlihatkan aktifitas biologi seperti
antitumor, antioksidan, pitotoksik, antiviral dan antihelmintik serta antimalaria
yang telah diteliti belum lama ini. Beberapa quassinoid dapat menekan
pertumbuhan P. falciparum di dalam biakan pada konsentrasi nanomolar. Dalam
aktifitasnya sebagai antimalaria, quassinoid menunjukkan toksisitas yang
menghambat sintesis protein parasit (Anonimus 2007).

1

Salah satu jenis tanaman dari famili Simaroubaceae ini yang digunakan
sebagai antimalaria adalah Brucea javanica. Di Cina ini dinamakan “ya-tan-tzu”
(Kim et al. 2000).
Sebuah penelitian etnofarmakologi di Vietnam Selatan menggunakan
tanaman obat tradisional untuk pengobatan malaria. Tanaman yang digunakan
tersebut diantaranya adalah Irvingia malayana yang merupakan jenis lain dari
famili Simaroubaceae (Pouplin et al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan
aktifitas antiplasmodial dari Irvingia malayana yaitu menekan pertumbuhan
parasit lebih dari 30%. Nilai dari aktifitas ekstrak ditentukan oleh selektifitasnya
melawan Plasmodium falciparum di dalam perbandingan efek sitotoksiknya
melawan sel tubuh manusia (Pouplin et al. 2006).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksikopatologi hati dan ginjal
mencit pada pemberian ekstrak Irvingia malayana dengan dosis bertingkat.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi tentang dosis toksik yang menyebabkan perubahan patologi akibat
pemberian ekstrak Irvingia malayana pada mencit (Mus musculus).

Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Hi

: Ekstrak Irvingia malayana tidak menimbulkan perubahan patologi yang
signifikan terhadap organ hati dan ginjal mencit.

Ho

: Ekstrak Irvingia malayana dapat menimbulkan perubahan patologi yang
signifikan terhadap hati dan ginjal mencit.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Irvingia malayana
Irvingia malayana termasuk ke dalam famili Simaroubaceae yang
penyebarannya meliputi Siam, Indo-Cina (Laos, Kamboja, Cochincina), Malaysia,
Sumatera, Malay Peninsula dan Bawean (Steenis 1972).
Tanaman ini mempunyai nama daerah pauh bayan (Palembang), pauh
kijang, pauh menie (Sumatera tengah), pauh rusu (Palembang), kalek karsik
(Minangkabau), kayu bangi, sepah (Kubu). Selain mempunyai nama daerah,
tanaman ini juga mempunyai sinonim yaitu Irvingia harmandiana Pierre, Irvingia
longipedicellata Gagnep dan Irvingia oliveri Pierre (Aonimus 2006a).
Tanaman ini merupakan raksasa rimba yang tingginya dapat mencapai 40
m dengan diameter 1,3 m dengan batang yang bulat penuh (rolrond) dan banir
akar yang sangat tipis dan besar mencapai 8 m di atas tanah (Heyne 1987).
Kayu Irvingia malayana ini cocok untuk konstruksi, dinding, lemari kayu,
perabotan, tiang, rel kereta api, peralatan olah raga, digunakan untuk lantai dan
gagang pisau. Di Thailand dimanfaatkan arangnya, akan tetapi batang pohon ini
jarang yang dieksploitasi karena kayunya keras, tenggelam dalam air dan sangat
tinggi. Sebagian besar dari kayu ini sering di ekspor ke Jepang dan Serawak
(Sosef 1998).
Buahnya seperti buah mangga kecil (Gambar 1A). Bijinya mengandung
lemak putih dan kekuningan dengan rasa dan bau yang enak, yang baik digunakan
untuk sabun. Di Eropa digunakan untuk membuat lilin (Whitmore 1972). Lemak
ini sama dengan lemak yang berasal dari jenis mangga yang terdapat di Afrika
dari marga ini, dan di Eropa dikenal sebagai dika-vet (lemak dika) (Heyne 1987).
Buah dari tanaman ini terdiri dari 7,5% air dan 70% minyak. Umumnya
merupakan asam lemak jenuh dan mengandung 42% C12:O dan 41% C14:O,
komposisi sterol mirip dengan minyak sayur. Tanaman ini juga mengandung
selenium, komposisi asam lemak dan anti oksidan sehingga dengan karakteristik
ini memungkinkan untuk diaplikasikan di dalam bidang farmakologi, margarin
dan kosmetik (Bandelier et al. 2002). Selain itu Irvingia malayana ini berkhasiat
sebagai antiplasmodium, karena dapat menekan pertumbuhan parasit lebih dari

3

30% (Pouplin 2007). Buah tanaman ini sangat digemari oleh rusa Bawean (Axis
kulii) yaitu sejenis rusa yang hanya terdapat di pulau Bawean Indonesia
(Anonimus 2006b).
Daun tanaman ini seperti spiral sederhana, berbentuk lonjong agak
membulat (Gambar 1B). Irvingia malayana tumbuh terutama pada dataran rendah
dengan ketinggian lebih dari 300 m.

A

B

Gambar 1 Buah (A) dan Daun (B) Irvingia malayana
Sumber : http://images.google.co.id/images

Berdasarkan Anonimus (2006c), secara umum taksonomi Irvingia
malayana adalah :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malighiales
Famili : Simaroubaceae
Genus : Irvingia
Spesies: Irvingia malayana

Komponen kimia yang terdapat pada tanaman Irvingia malayana
berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan oleh Meganingsih (2007) adalah lemak,
asam lemak, sterol, triterpenoid, aglikon, flavonoid, tanin, glikosida, saponin,
steroid dan antrasenoid. Triterpenoid merupakan komponen kimia yang bersifat
sebagai antiplasmodium.

4

Quassinoid adalah turunan dari triterpen yang merupakan bahan aktif yang
terkandung di dalam Irvingia malayana dimana quassinoid ini dapat bersifat
sebagai antimalaria karena adanya alfa dan beta keton tidak jenuh pada cincin A
dan jembatan epoksi metilen pada cincin C serta adanya fungsi ester pada ikatan
C15. Dalam aktifitasnya sebagai antiplasmodium, quassinoid menunjukkan dapat
menghambat sintesis protein parasit.

Mencit (Mus musculus Lineus)
Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang cepat
berkembang biak dan mudah dipelihara dalam jumlah banyak. Variasi genetiknya
cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik.
Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari iklim
dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus dalam kandang atau
secara bebas sebagai hewan liar (Malole dan Pramono 1989).
Mencit laboratorium semarga dengan mencit liar atau mencit rumah.
Semua galur mencit laboratorium yang ada saat ini merupakan turunan dari
mencit liar setelah melalui peternakan selektif. Berat badan bervariasi, tetapi
umumnya berat badan betina dewasa berkisar antara 18-35 gram dan jantan
dewasa 20-40 gram. Mencit dipilih sebagai hewan coba karena mudah dipelihara,
lebih ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988).
Menurut Fox et al. (1984) taksonomi mencit adalah :
Ordo

: Rodentia

Subordo

: Myomarpha

Famili

: Muridae

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus
Nilai fisiologis mencit adalah sebagai berikut (Malole dan Pramono

1989) :


Berat badan dewasa

: jantan 20-40 gr. betina 25-40 gr



Berat lahir

: 0,5-1,5 gr



Temperatur

: 36,5-38 0C

5



Konsumsi makanan

: 15 gr/100 gr BB/hari



Konsumsi minum

: 15 ml/100 gr BB/hari



Jumlah anak/kelahiran

: 10-12



Umur sapih

: 21-28 hari



Pernapasan

: 94-163/menit



Detak jantung

: 325-780/menit



Volume darah

: 76-80 ml/kg



Tekanan darah

: 113-147/81-105 mgHg

Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati terletak di rongga perut sebelah kanan, tepat di bawah diafragma,
berwarna merah kecoklatan. Hati terdiri dari lobus yang jumlah lobusnya
tergantung pada spesiesnya. Pada mencit terdapat empat lobus (Harada et al.
1999).
Hati merupakan organ yang berfungsi sebagai kelenjar yang paling besar.
Hati mempunyai selubung peritoneum dan menerima darah dari vena porta dan
arteri hepatika, sedangkan darah keluar melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis (Ressang 1984). Vena porta dan vena hepatika
merupakan pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang
diserap oleh usus. Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal, diolah
dan diserap keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992).
Fungsi hati yaitu mendetoksifikasi produk buangan metabolisme, merusak
sel darah merah tua, sintesis dan sekresi lipoprotein plasma dan fungsi
metabolisme (sintesis glikogen, glukogeogenesis, menyimpan glikogen, beberapa
vitamin dan lipid) (Burkitt et al. 1995). Aliran darah yang masuk ke hati akan
membawa nutrisi dan zat-zat toksik, karena sebagian besar zat toksik memasuki
tubuh melalui gastrointestinal, dan setelah diserap zat tersebut dibawa oleh vena
porta menuju hati (Lu 1995).
Hati mempunyai 3 fungsi yaitu fungsi vaskuler, fungsi metabolik serta
fungsi sekresi dan ekskresi (Dellman 1992). Fungsi vaskuler berhubungan dengan
proses penyimpanan darah, sedangkan fungsi sekresi dan ekskresi berperan untuk
produksi empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan

6

(Guyton 1997). Hati juga mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa
dalam darah. Makanan berupa glukosa akan diabsorbsi di usus, kemudian
diteruskan ke hati melalui vena portal. Sebagian dari glikogen yang disimpan,
akan dipecah dalam hati menjadi glukosa. Dalam keadaan normal kadar glikogen
dalam hati cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Jika terjadi
gangguan hati, dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia
(Ganiswarna 1995).

Anatomi dan Histologi Hati
Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula. Lobus hati terdiri
atas kapsula fibrosa dan kapsula serosa. Hati terdiri dari berbagai komponen sel
yaitu sel hepatosit (sel parenkhim), sel-sel sinusoidal (sel endotel, sel Kupfer, fatstoring dan sel pit), sel hematopoietik, sel syaraf dan pembuluh darah. Asinus
hepatik dibagi lagi menjadi tiga zona yaitu periportal, midzonal dan sentrolobular.
Hepatosit pada zona periportal menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena
berdekatan dengan pembuluh afferen, sedangkan sel di sekitar zona sentrolobuler
terletak di distal dekat mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan
metabolit.

Hal

ini

menyebabkan

zona

sentrolobuler

memiliki

tingkat

sensitifitasnya lebih tinggi. Midzonal merupakan zona transisi dari kedua zona
lain (Harada et al. 1999). Hepatosit berbentuk radial di sekeliling vena sentralis.
Saluran ini merupakan suatu sistem sinusoidal, yang membawa darah dari
pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh empedu (Jones et al. 1983).

Intoksikasi Hati
Hati merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan. Ada dua
alasan yang menyebabkan hati mudah terkena racun. Pertama, hati menerima 80%
suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal.
Substansi zat-zat toksik yang berasal dari tumbuhan, fungi, bakteri, logam,
mineral dan zat-zat kimia lain yang diserap ke darah portal ditransportasikan ke
hati. Kedua, hati menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan
biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen dan endogen untuk dieliminasi
tubuh (Carlton dan McGavin 1995).

7

Degenerasi hidropis atau degenerasi berbutir kadang terlihat pada sel-sel
hati, degenerasi hyalin dan proliferasi jaringan ikat sering terjadi pada proses
peradangan hati yang menahun, degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak pada
intraseluler hati yang sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena
kekurangan oksigen dan adanya bahan toksik dan lain-lain (Ressang 1984). Bahan
toksik dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan hati sebagai berikut :


Degenerasi
Kata degenerasi dalam patologi dapat didefinisikan secara luas sebagai
kehilangan struktur dan fungsi normal, biasanya bersifat progresif dan tidak
diinduksi radang dan neoplasia. Degenerasi sel sering diartikan sebagai
kehilangan struktur sel sebelum kematian sel (Spector 1993). Degenerasi
berbutir, albuminoid atau parenkim sering terlihat pada kejadian keracunan.
Hati membesar, tepinya membulat, konsistensinya rapuh sedangkan bidang
sayatan bewarna belang atau beraspek seperti telah dimasak (Ressang 1984).



Perlemakan hati (steatosis)
Hati dikategorikan mengalami perlemakan hati bila mengandung berat lipid
lebih dari 5% (Lu 1995). Hal ini yang dapat menyebabkan perlemakan
patologis hati adalah hipoksemi oleh karena hati tidak dapat membakar lemak
atau karena adanya toksin yang mengakibatkan penurunan fungsi lipolitik hati.
Alkohol, fosfor, arsen dan racun lain memerlukan banyak oksigen sehingga
lemak tinggal tidak terbakar. Toksin-toksin yag dapat menyebabkan
perlemakan toksik adalah antimon, arsen, kloroform, juga bahan-bahan septik
atau toksik lainnya (Ressang 1984).



Nekrosis hati
Nekrosis hati adalah kematian sel hati. Nekrosis dapat bersifat lokal (sentral,
pertengahan, perifer) atau masif (Lu 1995). Kausa nekrosa hati dapat dibagi
menjadi kausa toksopatik dan kausa trofopatik. Kerusakan toksopatik
disebabkan pengaruh langsung agen yang bersifat toksik, sedangkan
kerusakan trofopatik disebabkan karena defisiensi faktor-faktor yang penting
untuk kelangsungan kehidupan sel, misal oksigen dan zat makanan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya nekrosa toksopatik hanya
memerlukan waktu singkat untuk menimbulkan gejala klinis. Biasanya secara

8

histopatologi terlihat nekrosa setempat teratur tersebar di seluruh hati, akan
tetapi bila racun sangat kuat maka akan terlihat gambar nekrosa terpencar
(Ressang 1984).


Sirosis hati
Istilah sirosis digunakan untuk menggambarkan pengerasan pada hati. Sirosis
dapat disebabkan oleh berbagai hal, akan tetapi dapat juga kausanya tidak
diketahui. Pada umumnya bahan-bahan toksik dan parasit dapat menyebabkan
sirosis hati (Ressang 1984). Sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang
tersebar di sebagian besar hati. Kumpulan sel hati muncul sebagai nodul yang
dipisahkan oleh jaringan ikat tersebut (Lu 1995).
Kerusakan hati secara terus menerus akan mencapai suatu titik sehingga

terjadi kematian sel. Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa. Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA, dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja. Lain halnya dengan nekrosa, kematian sel bersifat menyeluruh. Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik. Nekrosa
ini ada yang bersifat fokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995).

Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, kiri dan kanan (Guyton
1997). Pada umumnya ginjal mirip dengan kacang dengan hilus renalis sebagai
tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter (Hartono 1992).
Ginjal merupakan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekskresikan solut dan air
secara selektif (Guyton 1995). Pembentukan urin merupakan filtrasi sejumlah
besar cairan bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman (Verlander
2002). Selain pembentuk urin, ginjal berperan dalam menjaga keseimbangan
cairan elektrolit dan mengatur tekanan darah. Hasil metabolisme akan dibuang
dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin, dan ditampung sementara dalam
kandung kemih untuk selanjutnya dibuang melalui uretra (Dellman 1992).
Fungsi

ginjal

menurut

Ressang

(1984)

adalah

mempertahankan

keseimbangan susunan darah dengan mengeluarkan air yang berlebihan dari

9

darah, mengeluarkan ampas-ampas metabolisme, mengeluarkan garam-garam
anorganik yang berasal dari makanan. Ginjal berfungsi sebagai filter darah,
memelihara

keseimbangan

cairan

tubuh

dan

garam-garam,

membantu

mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme dan terlibat dalam pembuatan sel
darah merah (Churchill 1990).

Anatomi dan Histologi Ginjal
Kapsula membungkus seluruh bagian ginjal kecuali hilus renalis. Di
bawah kapsula terdapat korteks renalis yang ditandai dengan adanya korpuskulus
renalis dan tubulus kontortus. Medula renalis dibentuk oeh piramida-piramida
yang apeksnya mengarah ke pusat ginjal (Hartono 1992). Medula tampak seperti
malpighi dengan bagian ujung membentuk papila. Pada ujung papila, arteri renalis
yang merupakan cabang dari aorta masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis
dan kemudian bercabang jadi arteri interlobularis. Arteri interlobularis kemudian
bercabang lagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang disebut vas arteriola
(afferen). Tiap-tiap vas afferen akan bercabang menjadi kapiler yang membentuk
glomerulus. Melalui glomerulus inilah terjadi filtrasi untuk membentuk urin
(Guyton 1997).

Intoksikasi Ginjal
Perubahan patologi pada ginjal antara lain nephrosis (nefrosa) yaitu
peradangan pada ginjal yang disebabkan oleh gangguan pertukaran zat. Nefrosa
dapat dibagi menjadi tubulo-nephrosis dan glomerulo-nephrosis. Tubulonephrosis disebabkan oleh perubahan pada epitel tubuli karena tubuli selain
berfungsi sebagai sekresi juga berfungsi sebagai resorbsi. Yang termasuk tubulonephrosis antara lain degenerasi hidropik-vakuoler yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme air dan protein dalam sel, degenerasi hyalin, nefrosa
hipokhloremik dan sebagainya. Glomerulo-nephrosis yaitu perubahan bersifat
radang pada glomerulus, yang disebabkan gangguan pra-renal dan humoral
(Ressang 1984).
Tubulus proksimalis merupakan bagian yang paling mudah mengalami
perlukaan akibat ischemia dan zat toksik. Hal itu disebabkan karena pada tubuli

10

proksimal terjadi proses absorbsi dan sekresi zat, sehingga kadar zat toksik lebih
tinggi. Selain itu kadar sitokrom P-450 pada tubulus proksimal lebih tinggi untuk
mendetoksikasi/mengaktifkan zat toksik (Lu 1995).

11

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari November 2006 sampai Maret 2007
di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit sebagai hewan
coba sebanyak 25 ekor, pakan mencit, ekstrak tanaman Irvingia malayana,
antibiotik, obat cacing, eter dan formalin. Sedangkan alat yang digunakan antara
lain kandang mencit, timbangan digital, botol tempat minum, stiroform,
aluminium foil, jarum pentul, kertas label, kapas, gunting, pinset, spoit, sonde
lambung, botol plastik tempat spesimen, gelas objek, cover glass dan mikroskop.

Metode Penelitian
1. Persiapan kandang dan adaptasi mencit
Sebelum mencit digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu disiapkan
kandang yang terbuat dari boks plastik yang dimodifikasi dan ditutup dengan
kawat. Kandang diberi sekam agar mencit tidak kedinginan yang diganti setiap
3 hari sekali. Mencit dibagi dalam 5 kandang masing-masing berisi 5 ekor
yang akan menerima empat dosis bertingkat satu grup sebagai kontrol.
Sebelum melakukan perlakuan mencit diadaptasikan terlebih dahulu. Mencit
diberi treatment antibiotik dan obat cacing untuk menghilangkan perubahanperubahan yang tidak spesifik pada jaringan akibat agen-agen infeksius.
2. Perlakuan terhadap mencit
Setelah perlakuan adaptasi selama 2 minggu, kemudian dilakukan pemberian
ekstrak Irvingia malayana dengan menggunakan sonde lambung dengan dosis
bertingkat yaitu 1000-100-10-1 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 0,1
ml/mencit selama 7 hari.

12

3. Nekropsi
Setelah pemberian ekstrak selama 7 hari, kemudian dilakukan nekropsi.
Sebelum dinekropsi, terlebih dahulu mencit dibius dengan menggunakan eter
over dosis. Kemudian ruang abdomen dibuka untuk mengambil sampel hati
dan ginjal yang kemudian disimpan dalam buffer formalin 10% (pH netral)
pada suhu ruangan.
4. Pembuatan preparat histopatologi
Organ hati dan ginjal dari setiap sampel yang telah dinekropsi, ditriming
dengan tebal ±0,5 cm, kemudian dimasukkan ke dalam tissue cassette,
jaringan kemudian dihilangkan kandungan airnya dan diinfiltrasi parafin
dengan bantuan alat automatic tissue processor. Selanjutnya dilakukan proses
embedding, yaitu proses penanaman organ ke dalam parafin dan dibiarkan
hingga mengeras dalam cetakan blok parafin. Blok tersebut disimpan dalam
refrigerator (4-60C) sebelum diiris dengan mikrotom. Setiap blok parafin diiris
dengan mikrotom dengan ukuran 3 mikron. Setelah dipotong, jarigan tersebut
diletakkan di atas air hangat agar jaringan tidak mengkerut, dan potongan itu
dilekatkan di atas gelas objek. Gelas objek dengan potongan jaringan disimpan
di dalam inkubator ±24 jam. Proses pewarnaan dilakukan setelah gelas objek
dikeluarkan dari inkubator. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan HE
(Hematoxyllin Eosin).
5. Pengamatan histopatologi dan uji statistik
Pengamatan histopatologi dilakukan dengan mikroskop cahaya dan video
mikrometer dengan pembesaran 40x. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah perubahan sel pada jaringan yang diamati dengan luasan
13 x 15,5 µm (diukur dengan video mikrometer).
Daerah yang diamati pada hati adalah 10 lapang pandang di sekitar vena
sentralis dan vena porta. Pada masing-masing lapang pandang dihitung
hepatosit yang mengalami degenerasi dan nekrosa/apoptosis kemudian dibagi
dengan jumlah hepatosit dalam satu lapang pandang. Hasil yang diperoleh
dianalisa dengan metode statistik menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan
dengan uji Duncan untuk mengetahui tingkat signifikan antar kelompok
kontrol dan perlakuan.

13

Pada hati diamati perubahan glomerulus dan sel epitel tubuli. Perubahan pada
sel epitel tubuli berupa degenerasi dan nekrosa/apoptosis serta ada tidaknya
endapan protein, sedangkan pada glomerulus terjadi atrofi dan endapan
protein pada glomerulus. Pada masing-masing lapang pandang dihitung
jumlah total sel epitel tubuli yang mengalami degenerasi, nekrosa/apoptosis
dan persentase tubuli dengan endapan protein dan dibagi dengan jumlah sel
epitel tubuli dalam satu lapang pandang. Demikian juga halnya dengan
glomerulus, perubahan pada glomerulus antara lain berupa penebalan kapsula
Bowman, atrofi anyaman glomerulus dan adanya endapan protein pada ruang
Bowman yang dihitung pada 20 glomerulus. Hasil penghitungan dicari
persentasenya dan dirata-ratakan antar kelompok perlakuan. Hasil yang
diperoleh dianalisa dengan metode statistik menggunakan uji ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui tingkat perbedaan antar
kelompok kontrol dan perlakuan.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Ekstrak Irvingia malayana Terhadap Perubahan
Histopatologi Hati Mencit
Dari hasil pengamatan histopatologi pada hati ditemukan perubahan baik
pada perlakuan maupun kontrol. Perubahan yang terjadi meliputi degenerasi
hidropis dan degenerasi lemak maupun nekrosa (Gambar 2 dan 3). Selain itu pada
interstitium terjadi perubahan berupa kongesti dan perluasan sinusoid. Adanya
kongesti dan perluasan sinusoid ini dapat disebabkan karena pengaruh teknik
euthanasi yang menggunakan eter over dosis. Menurut Ganiswarna (1995), eter
merupakan anestetik yang sangat kuat, dapat menekan kontraktilitas otot jantung,
menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit dan pembuluh darah organ-organ.
Perubahan berupa kongesti terjadi pada kelompok kontrol dan perlakuan sehingga
tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat pemberian ekstrak
Irvingia malayana.

Gambar 2 Gambaran histopatologi jaringan hati yang diberi ekstrak Irvingia
malayana. Lesio hepatosit berupa: degenerasi hidropis (panah putih)
dan sel yang mati dengan inti karyolisis (panah hitam), Pewarnaan
HE; Bar: 2 µm

15

Gambar 3 Gambaran histopatologi jaringan hati yang diberi ekstrak Irvingia
malayana. Lesio hepatosit berupa kongesti pada sinusoid (panah biru)
dan degenerasi lemak (panah kuning). Pewarnaan HE; Bar: 2 µm
Untuk membandingkan lesio antara kelompok kontrol dan perlakuan maka
dilakukan penghitungan persentase jumlah sel yang mengalami lesio pada 10
lapang pandang dengan luas 13x15,5 µm. Hasil perhitungan jumlah sel yang
menunjukkan lesio dianalisa dengan metode statistik menggunakan uji ANOVA
untuk mengetahui tingkat perbedaan tiap dosis dan kontrol dilanjutkan dengan uji
Duncan. Adapun hasil perhitungan jumlah hepatosit yang mengalami lesio
ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1 Persentase lesio hepatosit mencit yang diberi ekstrak Irvingia
malayana
Persentase Lesio Hati
Dosis
1mg/kg

Normal
123.6000±76.2745

Degenerasi Hidropis
ab
ab

ab

74.4000±36.3359

b

Degenerasi Lemak

Nekrosa/ Apoptosis

0.0000±0.0000

b

32.4000±15.6300bc

0.0000±0.0000

b

44.4000±8.6486b

10mg/kg

163.8000±44.1667

51.4000±23.1257

100mg/kg

80.5000±18.7882cb

38.0000±51.9230b

58.2500±69.3126a

68.5000±19.9415a

1000mg/kg

9.0000±8.2764c

137.2000±21.4056a

0.0000±0.0000b

79.2000±13.3304a

Kontrol

193.5000±99.0370a

50.0000±80.9320b

0.0000±0.0000b

12.2500±24.5000c

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan P