Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

(1)

Pengalokasian Dana Corporate Social

Responsibility sebagai Alternatif Biaya

Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

Skripsi

Disusun Oleh :

Siti Yuliana (100903101)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

Nama : Siti Yuliana NIM : 100903101

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mejawab permasalahan yaitu bagaimana mengatasi keterbatasan finansial (APBD) Pemerintah Kota Medan dalam

mengoptimalisasi pembangunan daerah melalui pengalokasian dana Corporate

Social Responsibility perusahaan yang ada di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui potensi pengalokasian dana Corporate Social Responsibility

perusahaan yang dapat dijadikan sebagai alternatif solusi biaya pembangunan di Kota Medan, untuk mengetahui hubungan kerja sama antara Pemerintah Kota Medan

dengan Perusahaan dalam pengalokasian dana Corporate Social Responsibility, dan

untuk mengetahui seberapa besar manfaat kegiatan Corporate Social Responsibility

bagi Pemerintah Kota Medan, masyarakat lingkungan perusahaan, dan perusahaan itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah bahwa telah ada beberapa perusahaan yang menjadikan Pemerintah Kota Medan sebagai mitra kerja dalam pengalokasian dana Corporate Social Responsibility perusahaan. Beberapa program Corporate Social Responsibility yang dilakukan telah mengarah pada pembagunan yang berkelanjutan,

namun masih lebih banyak program Corporate Social Responsibility yang bersifat

charity. Pengalokasian danaCorporate Social Responsibility perusahaan sedikit banyak telah mengatasi permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan di Kota

Medan. Untuk itu pengalokasian danaCorporate Social Responsibility perusahaan

dapat dijadikan alternatif solusi biaya pembangunan di Kota Medan.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa potensi pengalokasian dana Corporate Social Responsibility perusahaan untuk dijadikan sebagai alternative biaya

pembangunan di Kota Medan sangat besar. Program Corporate Social Responsibility

yang ditujukan pada pembangunan yang berkelanjutan dan mengarah pada penyelesaian permasalahan-permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Kota Medan sejalan dengan program pembangunan daerah Kota Medan.Hubungan


(3)

kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dengan Perusahaan diarahkan untuk mengoptimalisasi pembangunan daerah Kota Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ridho dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ‘Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan’.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih dan khusus teristimewa kepada ibunda saya dengan penuh kasih sayang dalam mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materil serta yang selalu mendoakan penulis sampai saat iniMaka dari itu penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih yang tidak terhingga kepada orang-orang ynag telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung kepada yang terhormat :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih banyak ya Pak 

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si sebagai Ketua Penguji.

6. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku dosen wali yang telah memberikan saran mengenai judul skripsi ini kepada penulis dan yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada dosen-dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Kepada semua pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang telah senang hati membantu dan memberikan informasi dan data-data yang menyangkut penelitian skripsi ini 

9. Untuk kak Dian Br Siregar dan Mega yang telah membantu penulis dalam urusan administratif selama perkuliahan.


(5)

Medan, April 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. vii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang……….……… 1

1.2. Rumusan Masalah……….………... 7

1.3. Tujuan Penelitian……….………. 7

1.4. Manfaat Penelitian……….………... 8

1.5. Kerangka Teori……….……… 9

1.5.1.Latar Belakang Sejarah CSR (Corporate Social Responsibility).... 9

1.5.2.Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)……..………….. 12

1.5.3.Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)..……….. 15

1.5.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam PerUndang-Undangan…………..……….. 16

1.5.4.1. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara………. 18

1.5.4.2. Undang-Undang Penanaman Modal………...…….... 18

1.5.4.3. Undang-Udang Perseroan Terbatas………...…….. 21

1.5.5. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility………... 23

1.5.6. Masalah Pokok Pembangunan Kota Medan……….………. 26

1.6. Definisi Konsep,,………... 31

1.7. Sistematika Penulisan.……… 32

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 34

2.1. Bentuk Penelitian………...………….……….….. 34

2.2. Lokasi Penelitian……….……... 34

2.3. Informan Penelitian……….... 34

2.4. Teknik Pengumpulan Data………. 35


(7)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….. 38

3.1. Deskripsi Bappeda Kota Medan……….. 38

3.2. Deskripsi PT. Perkebunan Nusantara III………. 39

3.2.1. Profil Perusahaan………. 39

3.2.2. Visi Misi………... 40

3.2.3. Tata Nilai Perusahaan……….. 41

BAB IV PENYAJIAN DATA………. 42

4.1. Identitas Informan………... 43

4.2. Hasil Wawancara………. 43

BAB V ANALISA DATA……… 70

BAB VI PENUTUP……….. 86

6.1. Kesimpulan……… 86

6.2. Saran……….. 87 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel.1. Kegiatan Corporate Social Responsibility………. 25

Tabel.2 Identitas Informan………... 43

Tabel.3 Daftar Perusahaan dan Kegiatan CSR di Kota Medan………... 48

Tabel.4 Kontribusi CSR PTPN III


(9)

ABSTRAK

Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

Nama : Siti Yuliana NIM : 100903101

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mejawab permasalahan yaitu bagaimana mengatasi keterbatasan finansial (APBD) Pemerintah Kota Medan dalam

mengoptimalisasi pembangunan daerah melalui pengalokasian dana Corporate

Social Responsibility perusahaan yang ada di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui potensi pengalokasian dana Corporate Social Responsibility

perusahaan yang dapat dijadikan sebagai alternatif solusi biaya pembangunan di Kota Medan, untuk mengetahui hubungan kerja sama antara Pemerintah Kota Medan

dengan Perusahaan dalam pengalokasian dana Corporate Social Responsibility, dan

untuk mengetahui seberapa besar manfaat kegiatan Corporate Social Responsibility

bagi Pemerintah Kota Medan, masyarakat lingkungan perusahaan, dan perusahaan itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah bahwa telah ada beberapa perusahaan yang menjadikan Pemerintah Kota Medan sebagai mitra kerja dalam pengalokasian dana Corporate Social Responsibility perusahaan. Beberapa program Corporate Social Responsibility yang dilakukan telah mengarah pada pembagunan yang berkelanjutan,

namun masih lebih banyak program Corporate Social Responsibility yang bersifat

charity. Pengalokasian danaCorporate Social Responsibility perusahaan sedikit banyak telah mengatasi permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan di Kota

Medan. Untuk itu pengalokasian danaCorporate Social Responsibility perusahaan

dapat dijadikan alternatif solusi biaya pembangunan di Kota Medan.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa potensi pengalokasian dana Corporate Social Responsibility perusahaan untuk dijadikan sebagai alternative biaya

pembangunan di Kota Medan sangat besar. Program Corporate Social Responsibility

yang ditujukan pada pembangunan yang berkelanjutan dan mengarah pada penyelesaian permasalahan-permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Kota Medan sejalan dengan program pembangunan daerah Kota Medan.Hubungan


(10)

kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dengan Perusahaan diarahkan untuk mengoptimalisasi pembangunan daerah Kota Medan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

perusahaan yang memenuhi tanggung jawab sosialnya (CSR). Corporate social

responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk komitmen perusahaan atau korporasi untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.

Jika mempertanyakan mengapa sebuah perusahaan memiliki kewajiban dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya, maka paling tidak ada dua hal yang menjadi alasan.Alasan yang pertama, adalah kelompok masyarakat rentan biasanya paling menderita dalam berhadap-hadapan dengan dampak negatif operasi perusahaan.Yang kedua, kelompok masyarakat rentan biasanya memiliki akses paling kecil terhadap dampak positif operasi perusahaan. Kombinasi kedua hal itu mengimplikasikan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak negatif yang dirasakan


(12)

masyarakat, dan perusahaan harus mencegah kemungkinan kemarahan masyarakat

yang akan muncul1

Sangat menarik jika melihat perkembangan Provinsi DKI Jakarta yang baru setahun lebih ini memiliki pemimpin yang membuat banyak gebrakan baru untuk

.

Program CSR dapat dilakukan melalui program-program pembangunan, khususnya program pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang semakin membuka peluang bagi Pemerintah untuk dapat menjalin kerjasama yang baik dengan perusahaan-perusahaan dalam hal melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan dana CSR sebagai alternatif biaya pembangunan Non-APBD.

Untuk itu, sejalan dengan peraturan ataupun Undang-Undang yang mewajibkan perusahaan baik milik swasta ataupun Negara untuk menyisihkan sebagian keuntungannya untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar lingkungan perusahaan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atas dampak yang ditimbulkan

dari segala aktivitas perusahaan, atau yang disebut dengan danaCorporate Social

Responsibility. Dana CSR tersebut dapat dijadikan Pemerintah sebagai pembiayaan non-APBD untuk membiayai program-program pembangunan yang berkenaan langsung dengan masyarakat. Dana CSR ini nantinya bukan untuk dijadikan sebagai sumber utama pembiayaan Pemerintah, namun merupakan dana penyertaan non-APBD yang ditujukan untuk mengurangi beban Pemerintah yang memiliki keterbatasan finansial.


(13)

mewujudkan tagline “Jakarta Baru”. Salah satu gebrakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang saat ini dipimpin oleh Joko Widodo dan wakilnya Basuki Tjahaja

Purnama adalah salah satu Pemerintahan yang telah memanfaatkan danaCorporate

Social Responsibility (CSR) untuk pembiayaan pembangunan. Pemerintah provinsi DKI Jakarta menggandeng pihak swasta untuk ikut membiayai normalisasi waduk pluit yang selama ini beralih fungsi sebagai daerah pemukiman kumuh.Pembenahan waduk-waduk yang ada di Jakarta merupakan salah satu upaya Pemerintahan Jokowi-Ahok dalam memenuhi janjinya untuk membebaskan Jakarta dari masalah banjir. Dalam pembangunan waduk pluit yang menelan biaya 10 Miliyar pun tak dikeluarkan

dari APBD Provinsi DKI Jakarta namun bersumber dari dana CSR2

Menapaki jalan yang sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan melihat besarnya potensi pengembangan pemanfaatan dana CSR, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan pihak swasta yang tergabung dalam Forum Multi Stake Holder - Corporate Social Responsibilty (MSH-CSR) bakal membangun 1.172 unit . Hal ini bisa dikatakan sebagai gebrakan baru dari Pemerintah DKI Jakarta, karena pada saat dipimpin oleh pemimpin sebelumnya dana CSR yang diterima oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak diketahui kemana dana tersebut dialokasikan. Hingga kini pembenahan waduk pluit yang pembiayaannya bersumber dari dana CSR telah terlihat lebih baik dengan dibangunnya taman sebagai ruang terbuka hijau (RTH) sebagi tempat rekreasi masyarakat.

diakses pada tanggal 2013/09/15 pukul 12.30 wib.


(14)

rumah layak huni bagi masyarakat tidak mampu. Program ini sangat luar biasa mengingat pembangunan rumah layak huni didukung ratusan perusahaan swatsa yang bergerak dan beroperasi di Kutim. Perlu diketahui pembangunan 1.172 unit rumah tersebut terbagi dalam beberapa pembiayaan, pertama melalui APBD Kutai Timur sebanyak 250 unit, APBD Provinsi 60 unit dan 862 unit rumah yang menggunakan

dana CSR dari perusahaan swasta yang tergabung dalam Forum MSH-CSR3. Rincian

tersebut menunjukkan bahwa jumlah rumah yang akan dibangun yang berasal dari dana CSR paling besar dibandingkan yang berasal dari APBD.Pemerintah kota Depok juga memanfaatkan dana CSR untuk mengajarkan pola hidup sehat kepada warganya dengan membangun 36 unit MCK, dimana 16 unit mengggunakan dana dai

ABPD dan sisanya sebesar 20 unit menggunakan dana CSR4

Hubungan dan kerjasama yang baik antara Pemerintah dengan pihak swasta yang telah memberikan kesinergisan dan efek positif antara kedua belah pihak dan juga masyarakat tersebut sejalan dengan berlangsungnya berbagai kegiatan untuk menciptakan suatu kondisi tata pemerintahan yang baik atau yang lebih dikenal

dengan good governance.Kerjasama yang baik akan berdampak baik bagi

Pemerintah, khusunya dalam hal pelaksanaan program-program pembangunan. Begitu banyaknya “pekerjaan rumah” Pemerintah Daerah yang harus diselesaikan melalui program-program pembangunan tak luput dari kendala terbatasnya

.

4

http://depokgo.com/?s=pemerintah+depok+membangun+puluhan+mckdiakses pada tanggal 2013/09/26 pukul 10:57 wib


(15)

kemampuan finansial untuk membiayai sejumlah program-program pembangunan yang membutuhkan biaya yang sangat besar.

Sebagai kota perdagangan dan jasa dengan pertumbuhan usaha yang pesat, Medan memiliki banyak perusahaan kecil, menengah dan besar yang dikelola oleh swasta maupun BUMN dan BUMD. Dengan demikian, potensi CSR di Kota Medan dirasa sangat besar dan dapat terus dioptimalkan agar upaya pembangunan di Kota Medan dapat sepenuhnya didukung oleh perusahaan-perusahaan yang ada di kota Medan melalui hubungan kerjasama yang baik.

Selama ini, pelaksanaan CSRyangdilakukan di Kota Medan lebih banyak

bersifat charity, amal, sesuai kebutuhan sesaat, kurang memberi dampak yang

berkelanjutan, dan lokal di sekitar lingkungan perusahaan. Kegiatan CSRyang

bersifat charity dilakukan berkaitan dengan perayaan hari besar keagamaan dan

kenegaraan maupun kegiatan sosial di lingkungan masyarakat yang membutuhkan bantuan dana. Bentuk kegiatan tersebut antara lain adalah sunatan massal, sumbangan hari besar keagamaan (zakat), beasiswa pendidikan, donor darah, pengobatan gratis, material untuk infrastruktur, bagi-bagi sembako dan lain lain. Meskipun program

CSR yang sudah dilakukan memberi manfaat positif kepada masyarakat, namun

bantuan yang bersifat sporadis ini, belum bersifat pemberdayaan dan berkelanjutan sehingga belum dapat memberi dampak yang lebih besar dalam peningkatan kesejahteraan.Belum lagi ada masalah tumpang tindih antar program CSR yang

dilakukan antarperusahaan.Seperti yang telah dijelaskan secara singkat di awal, CSR


(16)

yang lebih baik bersama dengan para pihak (komunitas lokal, pemerintah setempat, akademisi dan perusahaan itu sendiri) yang dilakukan terpadu dengan kegiatan berkelanjutan. Dengan begitu, peran pemerintah sebagai fasilitator, dan bukannya pengelola dana CSR, menjadi sangat penting karena pemerintah memiliki akses terhadap informasi mengenai kebutuhan apa saja di masyarakat yang bisa menjadi alternatif program CSR.

Dalam upaya menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah Kota Medan berupaya untuk melakukan investasi di berbagai bidang, baik fisik maupun non-fisik. Selain investasi di bidang infrastuktur, pemerintah Kota Medan masih mempunyai kewajiban lain yaitu menyelenggarakan pelayanan dasar seperti pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, dan pelayanan dasar lainnya. Pemerintah Kota Medan terus dihadapkan pada tantangan yang semakin besar dari waktu ke waktu, sementara kapasitas pembiayaan pemerintah relatif terbatas.

Menyadari keterbatasan kemampuan Pemerintah Kota Medan dalam membiayai kebutuhan pendanaan pembangunan di Kota Medan, Pemerintah Kota Medan menyusun beberapa strategi yang diantaranya adalah meningkatkan kerja sama pembangunan dengan melibatkan peran masyarakat, kalangan dunia usaha, organisasi pemerintah, dan pembiayaan swasta. Dalam upaya tersebut, Pemerintah

terus mendorong kegiatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)

pembangunan tersebut dengan menggunakan sumber-sumber pendanaan yang tidak termasuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(17)

Saat ini kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Medan sangat bervariasi, baik yang dilakukan sendiri oleh masing-masing perusahaan atau yang dilakukan melalui hubungan kerjasama dengan Pemerintah Kota Medan. Melihat beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia yang telah berhasil melakukan hubungan kerjasama yang cukup baik dengan pelaku usaha, khusunya dalam hal penerapan CSR yang dialokasikan untuk kegiatan pembangunan membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah CSR perusahaan-perusahaan yang ada di kota Medan berpotensi untuk dijadikan salah satu alternatif solusi pembiayaan pembangunan di Perintahan Kota Medan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai

bagaimana pengalokasian danaCorporate Social Responsibility (CSR) sebagai

alternatif biaya pembangunan di Pemerintahan Kota Medan. 1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa apa saja kegiatan program Corporate Social


(18)

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kerjasama antara Pemerintah Kota

Medan dengan Perusahaan-perusahaan dalam pengalokasian danaCorporate

Social Responsibility.

3. Untuk mengetahui apa strategi Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan

potensi dana Corporate Social Responsibility sebagai alternatif solusi biaya

pembagunan di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui apa saja manfaat yang diterima baik bagi Pemerintah,

perusahaan, dan masyarakat dari penggunaan dana Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai alternatif biaya pembangunan tersebut.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara ilmiah

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis serta bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari ilmu administrasi Negara.

2. Secara praktis

Untuk menambah pengetahuan dan informasi serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(19)

3. Secara akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen ilmu administrasi Negara dan bagi kalangan penulis yang tertarik untuk mengeksplorasi kajian

tentang pengalokasian dana Corporate Social Responsibility sebagai

alternatif biaya pembangunan. 1.5.Kerangka Teori

1.5.1. Latar Belakang Sejarah CSR (Corporate Social Responsibility) Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka.Mereka memadang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan brang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial.Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan merusaknya lingkungan di sekitar operasi perusahaan.

Dalam keadaan relasi yang tidak kondusif dan bahaya makin mengancam banya di antara pelaku usaha industri menanggapi melalui sikap kemurahan hati yang bersifat amal atau kedermawanan sosial.Namun sebagian dari pelaku usaha


(20)

melakukan kolaborasi dengan Negara melalui aparatur pertahanan dan keamanan. Sikap kemurahan hati itulah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep

CSR yang paling primitif : kedermawanan yang bersifat karitatif5

Sejalan dengan bergulirnya wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta Community Development (CD).Pada dasawarsa ini, terjadi perpindahan penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah sektor-sektor

.

Gema CSR semakin terasa pada tahun 1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan.Persoalan ini telah mendorong beragam aktivitas yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sector produktif dari masyarakat.

Gema CSR pada dikade itu juga diramaikan oleh terbitnya buku legendaries

yang berjudul “Silent Spring”. Di dalam buku itu untuk pertama kalinya persoalan

lingkungan diwacanakan dalam tataran global. Si penulis buku, Rachel Carson menyadarkan bahwa tingkah laku korporasi mesti dicermati sebeleum berdampak pada kehancuran.Sejak itu, perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang kian luas.

5

Wibisono Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility, Fascho Publishing, Gresik, 2007 Hal: 4


(21)

sosial.Latar belakang perpindahan ini adalah kesadaran bahwa peningkatan produktifitas akan dapat tejadi manakala variabel-variabel yang menahan orang miskin tetap miskin, misalnya pendidikan dan kesehatan dapat dibantu dari luar. Berbagai program populis kemudian banyak dilakukan seperti penyedian sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, air bersih, dabn banyak lagi kegiatan sejenisnya.

Pada tataran global, tahun 1992 diselnggarakan KTT Bumi (Earth

Summit).KTT yang diadakan di Rio de Jenairo, Brazil ini menegaskan konsep

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas

perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang

mesti dilakukan6

Terobosan besar dalam konteks CSR ini dilakukan oleh John Elkington .

7

Gaung CSR kian bergema setelah dilenggarakannya World Summit on

Suistainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.Sejak saat inilah, definisi CSR mulai berkembang.

melalui konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang dituangkan dalam bukunya

Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” yang direlease pada tahun 1997.Ia berependapat bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan cuma profit yang diburu, namun juga

harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam

menjaga lingkungan (planet).

6

United Nations, Millenium Development Goals, 2008

7

Elkington, Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business, New Society Publisher, 2008


(22)

1.5.2.DefinisiCorporate Social Responsibility (CSR)

Hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat tentag arti konsep

tanggung jawab sosial perusahaan.The World Business Council for Sustainable

Development dalam amanatnya yang berjudul Making Good Business Sense mendefinisikan tanggung jawab sosial sebagai komitmen perusahaan untuk terus-menerus bertindak secara etik, beroperasi berdasarkan hukum dan bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya, juga peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat

dan masyarakat secara luas8

suatu persetujuan atau komitmen perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan dan perwakilan mereka, masyarakat setempat dengan masyarakat dalam ukuran lebih luas, unuk meningkatkan kualitas hidup, dengan demikian eksistensi perusahaan tersebut akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan

.

Pandangan lain tentang definisi tanggung jawab sosial perusahaan

dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank). Organisasi keuangan global ini

mengemukakan definisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai:

the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and god for development

9

8

Wibisono Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility, Fascho Publishing, Gresik, 2007 Hal:7

.

Pekerjaan Sosial, Fisip USU Press, Medan, 2010 Hal: 66


(23)

Definisi tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan oleh Bank Dunia ini dapat dikatakan sudah lebih maju dari definisi-definisi yang telah ada sebelumnya.Dikatakan demikian, karena definisi tersebut telah mengangkat kesadaran, bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan bukan hanya memiliki efektifitas bagi pembangunan, seperti peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat dan masyarakat banyak, tetapi juga baik bagi perusahaan itu sendiri.

Cara berpikir yang maju, yang mengilhami definisi tersebut merupakan upaya untuk menyadarkan para pelaku usaha, bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan tidak dipandang hanya sebagai biaya, tetapi sekaligus menjadi keuntungan bagi perusahaan. Dengan lain perkataan, implementasi tanggung jawab sosial perusahaan bukan sebagai beban, tetapi sebagai modal sosial yang sangat

bermanfaat bagi pengembangan perusahaan itu sendiri10

Tony Djogo

. 11

Berdasarkan ISO 2600 sebagai pedoman baru tanggung jawab sosial

perusahaan, memberikan pengertian bahwa CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat

, mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan. Definisi tersebut menekankan bahwa kewajibn lain yang tidak kalah pentingnya bagi perusahaan adalah menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan.

10

Matias dan Suriadi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perspektif Pekerjaan Sosial, Fisip USU Press, Medan, 2010 Hal:66-67

11

Tony Djogo dalam Matias dan Suriadi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perspektif Pekerjaan Sosial, Fisip USU Press, Medan, 2010 Hal: 68


(24)

tempatan.Secara teoritik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya.CSR memandang perusahaan sebagai agen moral.Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas.Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip

moral yang sering digunakan adalah golden-rules, yang mengajarkan agar seseorang

atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Berbagai definisi tanggung jawab sosial dari berbagai kalangan yang sudah dikemukakan berupaya memasukkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan perusahaan. Pandangan seperti ini memang ideal, namun memiliki sisi negatif, yaitu sulit bagi siapa pun, terutama pihak luar dalam mengidentifikasi kebijakan, program, dan aktivitas mana yang menjaditanggung jawab sosial perusahaan tersebut, dan mana pula kebijakan,

program, dan aktivitasnya yang murni bisnis12

12

Matias dan Suriadi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perspektif Pekerjaan Sosial, Fisip USU Press, Medan, 2010 Hal: 71


(25)

1.5.3.ManfaatCorporate Social Responsibility (CSR)

Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan

pemangku kepentingan lainnya13

1. Bagi Perusahaan

.

Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan

mengimplementasikan CSR.Pertama, keberadaan perusahaan

dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan

citra yang positif dari masyarakat luas.Kedua, perusahaan

lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital).Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber

daya manusia (human resources) yang berkualitas.Keempat,

perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada

hal-hal yang kritis (critical decision making) dan

mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk

management),

2. Bagi masyarakat.

Praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan mengharagai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut,

3. Bagi lingkungan

Praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,

4. Bagi Negara

Praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.

13

Wibisono Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility, Fascho Publishing, Gresik, 2007 Hal: 99


(26)

Dalam penelitian ini, terkait kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah, diharapkan kedua belah pihak mendapatkan manfaat dari tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Bagi perusahaan akan lebih mudah memperoleh akses

terhadap modal (capital), dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal

yang kritis (critical decision making), dan mempermudah pengelolaan manajemen

risiko (risk management). Pemerintah mendapatkan keuntungan berupa adanya

partisipasi pihak perusahaan dalam mendukung program-program Pemerintah, dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.5.4. Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam Peraturan PerUndang-Undangan

Di Indonesia isu CSR terus bergulir seiring dengan munculnya berbagai tuntutan, tekanan, dan resistansi baik dari masyarakat local maupun LSM/NGO

terhadap aktivitas dunia usaha. Akar dari tuntutan itu sendiri tidak terlepas dari 14

a. Dampak industrialisasi terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan;

:

b. Proses demokratisasi;

c. Perkembangan dunia informas dan Teknologi (IT);

d. Tantangan globalisasi dan tuntutan pasar bebas; dan

e. Budaya perusahaan (corporate culuture);

Menyikapi hal tersebut, pembuat undang-undang (legislatif dan eksekutif) mengakomodir tuntutan itu dengan mengambil sikap yang tidak populis di kalangan

14


(27)

dunia usaha, yaitu dengan kebijakan menormakan CSR yang semula didasari atas etika bisnis yang sarat dengan nilai-nilai moral, dijadikan sebagai norma hukum yang dituangkan ke dalam produk peraturan perundang-undangan (UUPM dan UUPT).

Inggris memiliki ketentuan tentang CSR yang disebut dengan the 2003

Corporate Social Responsibility Bill sebagai respons atas kegagalan penerapan White Paper on Modernising Company Law yang mengatur tentang transparansi atau akuntabilitas perusahaan kepada stakeholders.Dalam Article 2 mengatur tentang penerapan ekstrateritorial CSR di semua bidang. Selain Inggris, Negara lain yang mengatur CSR secara normative adalah Prancis melalui Nouvelles Regulations Economiques (NRE). Aturan ini mewajibkan kepada perseroan untuk melaporkan (public disclosure) bagi semua perusaan yang telah tercatat secara nasional mengenai persoalam lingkungan, hubungan buruh domestic dan internasional, komunitas local, dan lain-lain. Deskripsi tersebut telah mematahkan pernyataan hanya Indonesia

satu-satunya Nagara yang mengatur dalam bentuk undang-undang15

a. Kalau selama ini perusahaa hanya dipandang sebagai instrument ekonomi,

namun sejalan dengan tuntutan global perusahaan harus dipandang sebagai institusi sosial.

.

Keharusan menerapkan CSR ini juga tidak terlepas dari pengaruh globalisasi, di mana terjadinya perubahan paradigm dalam berusaha, yaitu:

b. Perusahaan tidak hanya mengakomodasi kepentingan stakeholders, tetapi juga

kepentingan stakeholders 15


(28)

Oleh karena itu, pengelolaan perusahaan tidak bisa hanya semata-mata

mengedepankan keuntungan financial (single bottom line), tetapi juga

mengedepankan aspek sosial dan lingkungan yang disebut 3BL.

Bila dilihat penerapan CSR pada beberapa Negara maju, seperti Inggris, Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat dimana CSR telah menjadi suatu penilaian hukum oleh otoritas pasar modalnya yang dituangkan dalam bentuk “public report”, di samping dari penilaian publik sendiri. Perusahaan yang melaksanakan CSR dalam

aktivitas usahanya selain mendapatkan penghargaan (reward) juga mendapatkan

keuntungan kompetitif (competitive advantage), sehingga harga sahamnya menguat

di bursa dibanding perusahaan yang hanya berperilaku etis.Atas dasar argumentasi tersebut, sudah seyogyanya CSR yang semula adalah tanggungjawab moral (responsibility) diubah menjadi kewajiban hukum (legal responsibility)16

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, di samping bdadan usaha milik swasta dan koperasi. Pendirian BUMN ini sendiri mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana ditegaskan pada Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN di antaranya adalah “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperas, dan masyarakat”. Namun sebelumnya dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 19998 tentang Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero) menegaskan bahwa Persero dengan sifat usaha tertentu dapat melaksanakan

. 1.5.4.1. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara

16


(29)

penugasan khusus untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum. Untuk itu pemerintah mengemas keterlibatan BUMN sebagai upaya pemerintah dalam rangka memperkuat program kemitraan, melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Di mana pasal 2-nya menegaskan sebagai berikut.

(1) Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini;

(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan dengan berpedoman pada Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS)

Sedangkan mengenai sumber dananya ditegaskan dalam Pasal 9 yaitu:

(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);

b. Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau

jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

(2) Dana Program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari:


(30)

b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program BL.

Menurut ketentuan Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN sebagaimana, ditegaskan bahwa Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk:

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap

dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

b. Pinjaman khusus untuk membiyai kebutuhan dana pelaksana kegiatan

Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

c. Beban permintaan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,

promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;

2. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua

puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

Sedangkan ruang lingkup bantuan Program BL sebagai berikut:

a. Bantuan korban bencana alam;

b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;


(31)

d. Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;

e. Bantuan sarana ibadah; bantuan pelestarian alam.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2007 berkaitan dengan PKBL menegaskan bahwa PKBL sebagai bagian dari CSR bagi

BUMN tidak lagi kegiatan yang berisifat voluntary, tetapi telah menjadi suatu

kegiatan yang bersifat mandatory.

1.5.4.2. Undang-Undang Penanaman Modal

Penanaman modal dibutuhkan dalam upaya pembangunan yang dilakukan dengan jalan meningkatkan kekayaan dan kualitas hidup, untuk itu dibutuhkan penanaman modal.Konsep ini dikenal juga sebagai konsep kapitalis. Berkaitan hal tersebut, bagaimana menjadikan penanaman modal menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan menjadikannya sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kepastian dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomia yang berdaya saing. Oleh karena itu, CSR sebagai perpaduan antara konsep sosialis dan

kapitalis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penanaman modal17

Dilihat dari substansi UUPM-nya terdapat beberapa pasal yang secara esensial berkaitan dengan CSR. Dalam UUPM menegaskan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

.

17


(32)

lingkungan, kemandirian, dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional18

CSR yang dimaksud dalam UUPT, sedara terminology ada perbedaan dengan CSR yang ada dalam penjelesan UUPM dengan menambahkan tanggungjawab sosial dengan lingkungan.Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada

. Setiap penanam modal bertanggungjawab salah satunya menjaga kelestaria lingkungan hidup.Setiap penanam modal yang bergerak di bidang usaha yang berkaitan dengan sumber dya alam yang tidak terbarukan diwajibkan untuk mengalokasikan sebagia dananya untuk pemulihan lokasi usahanya sehingga memenuhi standar lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Badan usaha atau usaha perorangan yang tidak memenuhi kewajiban dapat dikenakan sanksi administratif.

Dari beberapa ketentuan CSR yang diatur dalam UUPM menunjukan bahwa

CSR telah ditegaskan sebagai suatu keharusan (mandatory) dalam makna liability

bagi setiap investor. Bagi investor yang tidak menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya dikenakan sanksi baik bersifat administratif maupun sanksi lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.4.3. Undang-Undang Perseroan Terbatas

18


(33)

umumnya19.Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan

lingkungan20.Tanggungjawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran21. Direksi menyusun

rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan dating. Rencana kerja tersebut memuat juga anggaran tahunan perseroan untuk tahun buku yang akan

datang22

Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan para stakeholders dalam arti luas daripada sekedar kepentingan perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai keuntungan tersebut dengan megorbankan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggungjawab atas tindakan dan kegiatan dari usahanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan lingkungan di mana perusahaan melakukan aktivitas usahanya.Sehingga secara . Karena CSR bagian dari rencana tahunan yang dianggarkan dari biaya perusahaan, maka dennga sendirinya CSR tersebut akan menjadi bagian dari laporan tahunan suatu perseroan.

1.5.5. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

19

Pasal 1 angka 3 UUPT

20

Pasal 74 ayat (1) UUPT

21

Pasal 74 ayat (2) UUPT

22


(34)

positif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memerhatikan kualitas lingkungan ke arah yang lebih

baik23

Berkaitan dengan hal tersebut, Jhon Elkington’s berdasarkan pengertian CSR sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mengelompokkan CSR atas tiga aspek yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)”.Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social justice). Ia juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development) harus memerhatikan “Triple P” yaitu profit, planet , and people. Bila dikaitkan antara 3BL dengan “triple P” dapat disimpulkan bahwa”Profit” sebagai wujud aspek ekonomi, “Planet” sebagai wujud aspek lingkungan dan “People” sebagai aspek sosial

.

24

Pada tahun 2002 Global Compact Initiative menegaskan bahwa kembali tentang triple P sebagai tiga pilar CSR dengan menyatakan bahwa tujuan bisnis adalah untuk mencari laba (profit), mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan kehidupan (planet). Ketiga aspek itu diwujudkan dalam kegiatan bagaimana terlihat pada tabel berikut

.

25

23

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility, PT Raja Grafindo Persada, Depok, 2012 Hal:34

24

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik:Fascho Publishing, 2007, Hal:22-36

25

Hardiansyah dan Muhammad Iqbal


(35)

Tabel.1. Kegiatan Corporate Social Responsibility

No. Aspek Muatan

1. Sosial Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan,

penguatan kelembagaan, (secara internal, termasuk kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial, olah raga, pemuda, wanita, agama, kebudayaan dan sebagainya

2. Ekonomi Kewirausahaan, kelompok usaha bersamaunti mikro

kecil dan menengah (KUB/UMKM), agrobisnis, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi dan usaha produktif lain

3. Lingkungan Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air,

pelestarian alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi, serta penggunaan produksi dan energi secara efisien

Brodshaw dan Vogel menyatakan ada tiga dimensi yang harus diperhatikan,

sehubungan dengan ruang lingkup CSR yaitu26

a. Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu perusahaan, di mana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal perusahaan. Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan langsung perusahaan atas permintaan dari luar perusahaan atau juga berupa pembentukan suatu badan tertentu, seperti yayasan untuk mengelola usaha amal tersebut.

:

b. Corporate responsibility adalah usaha sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan ketuka sedang mengejar profitabillitas sebagai tujuan perusahaan.

26


(36)

c. Corporate policy adalah berkaitan erat dengan bagaimana hubungan perusahaan dengan pemerintah yang berkaitan dengan adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah yang memengaruhi perusahaan maupun masyarakat secara keseluruhan.

1.5.6. Masalah Pokok Pembangunan Kota Medan

Potret pembangunan kota Medan yang sangat indah kita lihat ternyata masih banyak hal yang harus diperbaiki bukan hasil yang dispermak sedemikian rupa. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan dalam lima tahun terakhir memang cukup baik. Namun bila dilihat dari dsirtribusi pendapatan dengan menggunakan criteria Bank Dunia ketimpangan pendapatan masyarakat Kota Medan berada pada kategori sedang.Apabila kondisi ini dibiarkan pada mekanisme pasar tanpa intervensi Pemerintah Kota maka kemungkinan terjadi ketimpangan yang sangat lebar. Ketimpangan terjadi antara kelompok masyarakat pada daerah inti kota (urban) dan daerah pinggiran kota (sub urban). Permasalahan yang dihadapi tidak hanya berupa permasalan ekonomi, namun juga meliputi permasalahan sosial dan lingkungan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan pertumbuhan ekonomi semata.Beberapa

permasalahan yang sedang dihadapi Pemerintah Kota Medan ialah sebagai berikut27

a. Permasalahan Sosial

.

Pengangguran terbuka; terbatasnya kesempatan kerja akibat kekakuan pasar tenaga kerja dan terjadinya lonjakan permintaan tenaga kerja setelah terjadi produksi tenaga

27

Asisten Perekonomian dan Pembangunan secretariat Daerah Kota Medan dalam


(37)

kerja terdidik oleh pergurua tinggi baik PTN maupun PTS yang ada di kota Medan. maka ini meningkatkan pengangguran terbuka sementara pertumbuhan sektor riil yang ada tidak berkembang secara signifikan. Data BPS menunjukkan angka pengangguran terbuka di kota Medan saat ini berkisar 13% dan di atas rata-rata kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara.

Kemiskinan; pelaksanaan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada program pengentasan kemiskinan. Memang terjadi penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya, maun penurunannya relative kecil. Saat ini masih terdapat 6,63% penduduk miskin di Kota Medan yang perlu penanganan khusus melalui program pembangunan yang berpihak kepada rakyat miskin. Apabila dikaitkan dengan target RPJM 2006 dan 2010 seharusnya angka pengangguran Kota Medan sudah berada di bawah 10% dan angka kemiskinan di bawah 5%.

Pedagang kaki lima; Kota Medan dihadapi oleh maraknya kehadiran pedagang kaki lima yang berjualan di tempat strategis dekat keramaian tanpa memperhitungkan mengganggu pengguna jalan dan memberikan kesa kesemerautan serta mengurangi estetika kota. Kehadiran pedagang kaki lima ini dipengaruhi tiga factor, pertama, sebagai akibat terlambatnya peremajaan pasar-pasar tradisional. Kedua, terlambatnya pembangunan pasar induk sebagai pusat distribusi yang menyebabkan munculnya pedagang kaki lima di sekitar pusat pasar yang berada di jalan sutomo dan sekitarnya. Ketiga, sebagai akibat adanya pusat aktifitas bisnis, perkantoran, rumah sakit, dan sebagainya yang menyebabkan munculnya pedagang kaki lima disekitar pusat-pusat


(38)

kegiatan tersebut yang berada di daerah inti kota maupun yang berada di daerah pinggiran dan pembangunan jalan-jalan baru (outer ringroad).

b. Permasalahan Ekonomi

Ekonomi konglomerasi; pada dasarnya pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama decade pelaksanaan otonomi daerah sudah cukup baik.Namun jika dilihat dari kacamata ekonomi makro, terlihat bahwa hal ini masih kurang diikuti perbaikan

kesejahteraan masyarakat (paradox of growth). Hal ini masih ditandai dengan

tingginya angka pengangguran, belum teratasinya masalah kemiskinan, masih tingginya angka kriminalitas, masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terjadi di daerah sub urban, dan terjadinya ketimpangan pendapatan antara masyarakat di daerah inti kota (urban) dan pinggiran kota (sub urban) yang diikuti oleh ketimpangan pembangunan fisik perkotaan. Fakta empiris menunjukkan sector riil terutama pelau UKMK selaku sokoguru perekonomian nasional belum berkembang sebagaimana mestinya ditambah dengan kondisi pedagang kaki lima yang semakin menjamur.

Kedudukan UMKM yang kuat dalam perekonomian kota belum sepenuhnya terwujud dan didukung oleh fungsi serta peranan sistem produksi yang canggih yang saat ini masih didominasi oleh usaha besar yang kokoh dan super kuat. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan kapasitas sector UMKM di Kota Medan adalah sebagai

berikut28

28

Data Dinas Koperasi Kota Medan


(39)

-Lebih dari 99,9% pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil memiliki skala usaha yang relatif sulit berkembang sehingga tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola secara tertutup, dengan kualitas usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak memadai.

-Relatif masih rendahnya kelembagaan UMKM karena masih rendahnya pemahaman

para pengelola dan pengurus serta anggota UMKM.

-UMKM juga menghadapi persoalan rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Kebanyakan SDM UMKM berpendidikan rendah dengan keahlian teknis, kompetensi kewirausahaan dan manajemen yang seadanya.

-Masalah klasik lain yang dihadapi sector UMKM adalah terbatasnya akses sumber

daya produktif terutama terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, sarana pemasaran, serta informasi pasar.

-Berkaitan dengan pendanaan, sector UMKM memiliki permasalaha karena modal

sendiri yang terbatas, tingkat pendapatan rendah, dan jaminan dan administrasi yang tidak memenuhi persyaratan perbankan.

-Berkaitan dengan akses teknologi, kebanyakan sector UMKM menggunakan

teknologi sederhana, kurang menggunakan teknologi yang lenih memberika nilai tambah produk.

c. Permasalahan Lingkungan

Ruang terbuka hijau yang tidak representative; berdasarkan ketentuan perundang-undangan, 30% dari luas wilayah harus ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau yang sangat penting bagi kenyamanan kota. Karena ruang terbuka hijau merupakan


(40)

paru-paru kota yang berfungsi sebagai penyerap polusi kendaraan. Ketersediaan ruang terbuka hijau tidak representative dengan wilayah yang terbagun sehingga akan berdampak pada kualitas lingkungan hidup.

Penelitian menunjukkan bahwa kondisi dan sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan adalah Kota Medan memiliki RTH dengan luas sebesar 3.506 Ha (81 unit taman, 57 unit bundaran segitiga, 61 unit jalan besar, 18 unit lapangan olah raga, 9 unit TPU, persawahan, tegalan dan hutan rawa) yang hanya sekitar 13,68% dari luas wilayah kota Medan (7.953 Ha), Kota Medan kekurangan area RTH seluas 4.447

Ha agar kebutuhan RTH terpenuhi29.

Kota medan menghadapi persoalan yang cukup krusial dalam pengadaan dan penanganan ruang terbuka hijau. Hal ini terjadi karena sebagian besar kawasan strategis telah dimiliki swasta sehingga sulit mengembalikan fungsinya menjadi ruang terbuka hijau. Diperlukan regulasi dan konsistensi penegakan rencana kota yang telah disepakati dan pengaturan masalah perkotaan. Tidak sinkronnya rencana tata ruang kota dengan wilayah terbangun; Pemerintah Kota Medan telah membuat dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dan dokumen yang lebih teknis yaitu Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) sebagai panduan pembangunan fisik kota. Namun kenyataannya banyak terjadi pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang sesuai dokumen perencanaan akibat dari intervensi kekuatan ekonomi yang sering tidak bisa dielakkan Pemerintah Kota.

29


(41)

1.6.Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan mengunakan suatu istilah untuk beberapa

kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya30

1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

.

Untuk dapat menentukan bahasan yang lebih jelas agar penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang akan penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain :

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu persetujuan atau komitmen perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan dan perwakilan mereka, masyarakat setempat dengan masyarakat dalam ukuran lebih luas, unuk meningkatkan kualitas hidup, dengan demikian eksistensi perusahaan tersebut akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan.

2. Dana CSR (Corporate Social Responsibility)

Dana CSR (Corporate Social Responsibility) adalah dana yang digelontorkan

perusahaan yang berasal dari keuntungan atau profit perusahaan sebagai upaya

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan

30


(42)

hidup atas segala dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan. Dana CSR tersebut dapat disalurkan melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dan lingkungan hidup sekitar perusahaan.

3. Alternatif Biaya Pembangunan

Alternatif biaya pembangunan adalah sumber dana pembangunan yang tidak berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang dapat

berasal dari pihak lain yang sah,misalnya dana CSR (Corporate Social

Responsibility) perusahaan.

4. Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya

Pembangunan

Pengalokasian danaCorporate Social Responsibility sebagai alternatif biaya

pembangunan adalah kegiatan untuk memanfaatkan dana yang berasal dari CSR (non-APBD) perusahaan yang dialokasikan untuk membiayai program pembangunan yang berkenaan langsung dengan masyarakat sebagai langkah untuk mengatasi keterbatasan APBD-daerah.

1.7.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.


(43)

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi sejarah berdirinya, gambaran umum Pemerintahan, struktur Pemerintahan dan susunannya beserta fungsinya.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan secara sistematis.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan data yang telah disajikan dianalisis sesuai analisis yang digunakan .

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting dan perlu bagi pihak yang membutuhkan.


(44)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN 2.1.Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Penelitian kualitatif menghendaki suatu informasi dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki makna yang berada di balik deskripsi data tersebut.Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.Dalam penelitian desktiptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

2.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KantorWali Kota Medan,Sumatera Utara dan Kantor PT. Perkebunan Nusantara III jalan Sei Batang Hari No.2 Medn.

2.3.Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang


(45)

akanmenjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan

selama proses penelitian31

1. Informan utama

.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menentukan informan dengan

menggunakan teknik purpose sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data

secara sengaja dan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan itu misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah objek situasi sosial yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang terdiri dari :

Kabid.Perekonomian Bappeda Kota Medan Dan Kabag.Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Medan

2. Informan Tambahan

Kasubid.Taman Dinas Pertamanan Kota Medan dan Staf Administrasi CSR PTPN III

2.4.Teknik Pengumpulan Data

2.4.1.Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik ini dilakukan melalui :

a. Metode Interview (wawancara), yaitu dengan cara wawancara mendalam

untuk memperoleh data yang lengkap da mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung

31


(46)

dan mendalam serta terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan

dengan penelitian32

b. Metode Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

secara langung terhadap obyek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang dikemukakan di lapagan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

.

2.4.2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpula data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunkan instrument sebagai berikut :

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan obyek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, karya ilmiah serta pendapat ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

32

Burhan Mungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta, 2007


(47)

2.5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif.Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai denga menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Bappeda Kota Medan

Tugas Pokok:

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan selanjutnya disingkat

BAPPEDA merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas membantu

Kepala Daerah dalam menentukan kebijkan di bidang perencanaan daerah serta penilaian atas pelaksanaannya.

Fungsi:

1. Mermuskan kebijakan teknis dalam lingkup pembangunan daerah

2. Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri daripola umum

pembangunan daerah jangka panjang dan pola pembangunan lima tahun

3. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

bersama-sama tim penyusun anggaran Pemerintah Kota Medan dan berkoordinasi dengan organisasi terkait

4. Mengikuti perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan untuk


(49)

5. Melaksanakan seluruh kewenangany ang ada sesuai dengan bidang tugasnya

6. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

3.2. Deskripsi PT. Perkebunan Nusantara III 3.2.1. Profil Perusahaan

Perkebunan Nusantara III (Persero), selanjutnya disebut PTPN III atau Perusahaan, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha Agro Bisnis dan Agro Industri Kelapa Sawit dan Karet. PTPN III merupakan hasil peleburan dari PT Perkebunan III, IV dan V sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 dengan dasar hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1996. Hingga saat ini, Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 7 tanggal 15 Oktober 2012 dari Nanda Fauz Iwan, SH, MKn. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat didalam database Sistem AdministrasiBadan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-54923.AH.01.02 tahun 2012 tanggal 24 oktober 2012.

Selain kegiatan usaha Agro Industri dan Agro Bisnis Kelapa Sawit serta Karet, PTPN III juga mengupayakan kegiatan – kegiatan lain seperti pengusahaan budi daya tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman serta pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman, proses produksi hasil tanaman menjadi barang setengah jadi atau barang jadi serta produk turunannya,


(50)

menyelenggarakan kegiatan perdagangan serta pemasaran berbagai hasil produksi serta pengembangan usaha bidang perkebunan misalnya agro wisata.Hingga saat ini, Perusahaan memiliki 11 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah sebesar 555 ton tandan buah segar per jam dan delapan pabrik karet dengan kapasitas olah sebesar 200 ton karet kering per hari. Produk utama PTPN III antara lain adalah Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil – CPO), Inti Kelapa Sawit (Kernel) dan karet, serta produk turunan kedua komoditas tersebut seperti Cultivated Palm, Saturated Latex, Crumb Rubber dan Ribebd Smoke Sheet.

3.2.2. Visi dan Misi

Visi : Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnisterbaik.

Misi:

1. Mengembangkan industry hilir berbasis perkebunan secara

berkesinambungan.

2. Menghasilakan produk berkualitas untuk pelanggan

3. Memberlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya

secara optimal

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik bagi

para investor


(51)

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas

7. Melaksanakan aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan

3.2.3.Tata Nilai Perusahaan

1. Proaktif

Selalu bersikap proaktif, penuh inisiatif dan sadar akan resiko yang mungkin terjadi.

2. Kesempurnaan

Selalu memperhatikan keunggulan berbisnis dan bekerja keras dalam mencapai hasil maksimal sesuai kompetensi perusahaan.

3. Kerja sama Tim

Selalu mengutamakan kerja samatim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

4. Inovasi.

Selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan inovasi dalam metode maupun produk baru.

5. Bertanggung Jawab

Selalu bertanggung jawab untuk setiap keputusan yang diambil maupun tindakan yang dilakukan.


(52)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Metode kualitatif adalah metode yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu sosial.Penelitian kualitatif menggunakan observasi terstruktur maupun tidak terstruktur dan interaktif komunikatif sebagai alat pengumpulan data, terutama wawancara mendalam dan peneliti menjadi instrumen utamanya.

Data yang diperoleh tersebut berbentuk kata-kata dan di analisis dalam

terminologi respon- respon individual, kesimpulan deskriptif atau bisa

keduanya.Tujuan analisis adalah untuk mengorganisasikan data ke dalam makna, interpretasi individual atau kerangka kerja yang menjelaskan fenomena-fenomena yang dikaji.Kesimpulan yang dirumuskan tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikannya kedalam populasi yang lebih besar.

Penelitian ini dilaksanakan untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan.Temuan-temuan kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya.Pada konteks ini, statement-statement relasional digunakan dalam kerangka pengembangan teori.

Setelah dilakukan penelitian dan melakukan pengumpulan data maka telah dikumpulkan sejumlah data, baik data primer yang diperoleh hasil wawancara dari berbagai informan dan data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumen-dokumen milik Pemerintah Kota Medan dan tinjauan sumber pustaka


(53)

lainnya. Data-data yang dikumpulkan tersebut merupakan data yang diperlukan untuk

mengetahui bagaimana pengalokasian dana Corporate Social Responsibility sebagai

alternatif biaya pembangunan di Pemerintahan Kota Medan. 4.1. Identitas Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pihak-pihak yang

berperan dalam pengalokasian danaCorporate Social Responsibility di Pemerintahan

Kota Medan.

Tabel.2. Identitas Informan

No. Nama Jabatan

1. Bapak Regen Kabid.Perekonomian Bappeda

Kota Medan

2. Bapak Ahmad Basaruddin Kabag.Adiminstrasi

Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Medan

3. Ibu Susi Kasubid.Taman Dinas

Pertamanan Kota Medan

4. Bapak Ade Darmawan Staf Admin.CSR PTPN III

4.2. Hasil Wawancara

Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka peneliti telah mewawacarai empat (4) orang informan yang memiliki peranan dan pemahaman mengenai pengalokasian danaCorporate Social Responsibilitysebagai alternatif biaya pembangunan di Pemerintahan Kota Medan. . Adapun tahapan dalam proses wawancara adalah sebagai berikut:


(54)

a. Menyusun daftar pertanyaan yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diteliti dan mempersiapkan alat dokumentasi atau alat perekam.

b. Melakukan wawancara dengan informan-informan yang berperan

langsung dan memiliki pemahaman menyangkut permasalahan yang sedang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan informan kunci sekaligus informan utama adalah Kepala Bagian Perekonomian Bappeda Kota Medan. Sementara yang menjadi informan utama lainnya adalah Kepala Bagian administrasi Pembagungan Kota Medan dan Bank SUMUT. Sedangkan yang menjadi informan tambahan adalah Kasubid Taman Dinas Pertamanan Kota Medan dan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan.

Tipe wawancara yang digunakan peneliti adalah terstruktur dimana sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu menyusun daftar pertanyyan yang berhubungan dengan judul atau masalah yang akan diteliti. Namun dalam prosesnya sendiri, peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan baru sehingga dapat menggali lebih dalam. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan.


(55)

a. Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility Perusahaan di Kota Medan

Di Indonesia, kegiatan CSR baru marak dilakukan pada beberapa tanun belakangan, kegiatan ini makin menjadi pusat perhatian setelah disetujuinya RUUPT menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Di mana dalam peraturan tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa CSR merupakan suatu kewajiban bagi perseroan. Dengan adanya peraturan ini, berarti telah menjadi suatu “revolusi” terhadap prinsip

tanggungjawab dalam konsep CSR, dari bersifat sukarela (voluntary) berubah

menjadi keharusan (mandatory) dalam makna legal responsibility. Hal ini dapat

dilihat pada pasal 1 angka 3 UUPT menegaskan “Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen peseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, msupun masyarakat pada umumnya”. Berlandaskan peraturan tersebut, penerapan CSR wajib dilakukan oleh setiap perusahaan yang dapat diwujudkan dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Kota Medan sebagai kota metropolitan yang menjadi pusat industri, perdagangan, dan perekonomian di Sumatera Utara menjadi kawasan yang sangat strategis bagi pelaku usaha untuk berinvestasi dan mengembangkan usahanya. Dengan begitu banyaknya perusahaan yang ada di kota Medan, baik BUMN ataupun perusahaan swasta tidak haya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kota Medan saja, tetapi harus disadari bahwa kegiatan produksi perusahaan akan berpengaruh


(56)

pada terganggunya kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perusahaan-perusahan yang ada di kota Medan menerapkan CSR sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan dan kepeduliannya terhadap kondisi lingkungan, ekonomi dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara saya dengan informan-informan ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan CSR dan mengalokasikannya dengan kerjasama pertusahaan dengan Pemerintah Kota Medan yang mencakup kegiatan ekonomi dan lingkungan. Penerapan CSR perusahaan di kota Medan diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan pembangunan, dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Karena,mengatasi permasalahan yang ada bukanlah hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah saja, namun juga menjadi tanggung jawab pelaku usaha.

Perusahaan-perusahaan yang telah mengalokasikan CSR-nya anatara lain, yaitu seperti PTPN III dengan pemberian bibit pohon yang ditanam di sepanjang sungai-sungai yang ada di Kota Medan, seperti sungai Deli, sungai Babura, dan sungai Belawan. Penanaman bibit pohon di pinggiran sungai ini bertujuan untuk penghijauan daerah pinggiran sungai untuk mencegah erosi sungai-sungai yang ada di kota Medan. Selain itu PTPN III juga memberikan bantuan berupa alat pengangkut sampah, seperti becak motor sampah, becak dayung sampah dan gerobak dorong sampah .Kemudian ada PT.PELINDO yang merikan bantuan berupa pemperian pelatihan bagi peserta UMKM yang ada di Kota Medan. Beberapa perusahaan lain juga ada yang memberikan bantuan berupa pembangunan taman, mesin bubut, dan


(57)

juga makanan untuk dinas kesehatan33. Untuk kegiatan ekonomi, perusahaan-perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT.SOSRO untuk pembangunan Pasar Paguruyung dan PT.JAMSOSTEK untuk pembangunan Pasar Hindu. Ada beberapa perusahaan lain yang telah menyalurkan dana CSR-nya, seperti Bank Indonesia untuk mengatasi tingginya inflasi di Kota Medan karena tinginya harga bawang di Kota Medan pada tahun 2013. Bank Indonesia melalui dana CSR-nya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan dinas pertanian dan kelautan bersama-sama menekan tingginya harga bawang merah di kota Medan dengan mencoba menanam bawang di kota Medan bersama kelompok tani. Walaupun bawang merah tersebut ditanam di dataran rendah seperti kota Medan, namun bawang merah berhasil dipanen dan dapat menurunkan harga bwang merah yang ada di kota Medan sehingga

tingkat inflasi tidak semakin tinggi akibat mahalnya harga bawang merah34

Selain itu, melalui program kemitraan PT.Bank SUMUT akan menyalurkan dan CSR berupa dana segar yang akan diserahkan kepada lembaga-lembaga keuangan, seperti koperasi. Untuk tahap awal, bantuan permodalan yang diusulkan oleh Pemerintah Kota Medan adalah sebesar Rp.1.768.878.000 untuk 26 UMKM di 10 kecamatan yang ada di kota Medan

.

35

. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap

dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan36

33

Wawancara dengan Bapak Regen (12/03/2014)

34

Wawancara dengan Bapak Ahmad Basaruddin (07/03/2014)

35

Wawacara dengan Bapak Regen (12/03/2014)

36

Pasal 11 a Pereturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007


(58)

dimaksudkan utuk membantu perputaran modal anggota koperasi yang biasanya adalah pelaku usaha UMKM.

Dengan dana tersebut diharapkan dapat membantu keterbatasan pelaku usah kecil agar dapat mengembangkan usahanya. Dikarenakan dana yang diberikan bersifat dana pinjaman berarti nantinya PT.Bank SUMUT akan ikut menerima

keuntungan dari bunga pinjaman yang diberikan37

No.

.

Tabel.3. Daftar Perusahaan dan kegiatan CSR di Kota Medan Nama Perusahaan Kegiatan CSR

1. PT. Perkebunan Nusantara

III

Penanaman bibit pohon di daerah pinggiran sungai di Kota Medan

2. PT.PELINDO Pemberian pelatihan UMKM

3. PT.SOSRO Penataan Pasar Paguruyung

4. PT.JAMSOSTEK Penataan Pasar Hindu

5. Bank Indonesia Pemberian dana untuk penanaman

bawang dalam mengatasi inflasi di Kota Medan

6. Bank SUMUT Pemberian dana pinjaman untuk

pelaku UMKM di Kota Medan

Sebagai bentuk check and balance perusahaan kepada Perintah Kota Medan

yang ikut berperan dalam mengalokasikan dana CSR perussahaan, maka untuk CSR perusahaan dalam bentuk dana segar maka akan pemeriksaan keuangan oleh pihak perusahaan. Dan untuk bantuan CSR dalam bentuk barang atau fasilitas umum, maka monitoring yang dilakukan hanya dengan penunjukkan atau pembuktian atas barang atau falititas fisik yang dialokasikan sesuai dengan kesepakatan. Untuk hal perawatan

37


(59)

dan pemeliharaan, serta pembinaan atas barang atau fasilitas umum dan dana yang

telah direalisasikan akan diserahkan kepada dinas terkait yang berwenang38

Berdasarkan pemamaparan dari informan, perusahaan-perusahaan tersebut hanyalah sebagian kecil dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada di kota Medan. Masih kecilnya presentase perusahaan-perusahaan yang mengalokasikan dana CSR baik dalam bentuk dana segar ataupun dalam bentuk fisik atau barang menggambarkan masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan yang ada di kota Medan akan tanggungjawab sosial dan lingkungan mereka. Kebanyakan dari perusahaan-perusahaan masih perlu untuk diingatkan agar mau untuk menerapkan CSR dan menyalurkannya kepada masyarakat. Pihak perusahaan seolah-olah tidak merasa bahwa CSR adalah sebuah keharusan, sehingga Pemerintah sebagai pihak yang berwenang tidak menanyakan perihal CSR mereka, maka pihak perusahaan tidak akan melakasanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan mereka. Perusahaan tidak boleh semata-mata hanya mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengesampingkan kondisi lingkungan.Masyarakat sekitar perusahaan pun harus dipedulikan, karena apapun yang dimanfaatkan perusahaan khusunya yang berasal dari Sumber Daya Alam adalah milik masayarakat, sehingga masyarakat juga harus ikut merasakan keuntungannya

.

39

38

Wawancara dengan Bapak Regen (12/03/2014)

39

Wawancara dengan Bapak Regen (12/03/2014)

. Padahal, berdasarkan peraturan yang berlaku perusahaan wajib melaksanakan Program Bina Lingkungan, di mana dana program


(60)

kemitraan dan bina lingkungan ini diambil 4% dari laba bersih setelah dipotong pajak dan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan.

Tidak hanya kurangnya kesadaran, pihak perusahaan juga terkesan kurang transparan mengenai rancangan anggaran kemana CSR tersebut akan dialokasikan. Hal tersebut tentunya akan menyulitkan pihak Pemerintah Kota Medan sebagai mitra perusahaan untuk menyelaraskannya dengan program-program Pemerintah dan

kebutuhan masyarakat40

b. Hubungan Kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dengan Perusahaan .

Dalam implementasi penerapan CSR, perusahaan dapat melaksanakan dan menyalurkannya secara langsung ataupun melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Dari hasil wawancara yang saya himpun, informan mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Medan menyalurkan dana CSR secara langsung kepada masyarakat sekitar perusahaan, dan ada juga yang hanya berkoordinasi dengan SKPD di tingkat kecamatan.

CSR yang dilaksanakan melalui kerjasama antara perusahaan dengan Pemerintah Daerah, kedua elemen tersebut memiliki peran masing-masing. Dalam menangani penerapan CSR perusahaan di kota Medan, Pemerintah Kota Medan telah membentuk Tim Koordinasi Pengembangan dan Penjaringan Program CSR Kota Medan. Tim ini terdiri dari beberapa usur Pemerintah Kota namun, yang menjadi

40


(61)

penanggungjawab atau yang paling berperan adalah Bappeda Kota Medan. Bappeda Kota Medan berperan sebagai pihak merencanakan dan mengkoordinasi pihak

perusahaan dan dinas terkait dalam mengalokasikan dana CSR perusahaan41

Perusahaan-perusahaan yang berkemauan untuk melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dalam melaksanakan CSR akan menyampaikan kontribusi yang akan mereka salurkan kepada pihak Pemerintah Kota Medan. Bentuk kontribusi dan sasaran yang ingin dicapai akan dibicarakan antara pihak perusahaan dengan Pemerintah Kota Medan agar menemui kesepakatan. Misalnya pihak perusahaan menawarkan untuk pembangunan taman kota di suatu daerah yang mereka anggap sangat strategis, maka bappeda akan memberikan masukan apakah daerah tersebut sesuai dengan tata ruang atau tidak

.

42

41

Wawancara dengan Bapak Regen (12/03/2014)

42

Wawancara dengan Bapak Ahmad Basaruddin (07/03/2014)

. Dan jika penawaran berasal dari pihak Pemerintah Kota Medan dalam hal ini adalah Bappeda, maka pihak perusahaan akan menyesuaikan apakah usulan tersebut sesuai dengan apa yang mereka anggarkan pada tahun yang berjalan. Setelah ditentukan kegiatan dan kontribusi CSR apa yang akan dilaksanakan, perusahaan akan meminta Pemerintah Kota Medan untuk membuat proposal atas usulan bantuan CSR yang diajukan. Proposal tersebut mencakup permasalahan yang dihadapi, keterbatasan biaya Pemerintah Daerah, dan kontribusi yang diharapkan serta sasaran kemana dana CSR akan dialokasikan. Pihak perusahaan akan memberikan surat balasan sebagai bentuk persetujuan usulan yang akan diajukan. Untuk bantuan CSR dalam bentuk dana segar, pihak perusahaan akan


(1)

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Potensi pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kota Medan sangat besar dikarenakan semakin banyaknya perusahaan yang menerapkan program CSR sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diamanatkan oleh aturan perundang-undangan.

2. Pengalokasian dana Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Program CSR atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) telah merujuk pada kegiatan-kegiatan pembangunan berkelanjutan yang dapat memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat lingkungan perusahaan.

3. Kegiatan CSR yang bersifat charity masih menjadi pilihan utama bagi sebagian perusahaan, namun hal tersebut tetap memberi manfaat kepada masyarakat dan sebagai bukti kepedulian perusahaan terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.

4. Pengalokasian danaCorporate Social Responsibility (CSR) dapat dijadikan sebagai alternatif solusi pembiayaan bagi Pemerintahan Kota Medan karena sedikit banyak telah membantu Pemerintah Kota Medan dalam


(2)

menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi Kota Medan dalam bidang, ekonomi, sosial dan lingkungan dengan keadaan finansial Pemerinta Daerah (APBD) yang terbatas. Hubungan Kerja sama Pemerintah Kota Medan dengan Perusahaan dalam pengalokasian dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan yang ada di Kota Medan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mengoptimalisasi Pembangunan Daerah Kota Medan.

6.2. Saran

1. Memperkuat peran Tim CSR Pemerintah Kota Medan sebagai fasilitator dalam hal koordinasi, konsultasi dan kemitraan serta memberikan informasi yang dibutuhkan perusahaan dalam menerapkan progam Corporate Social Responsibility.

2. Pemerintah Kota Medan dapat memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada perusahaan yang telah menerapkan CSR dengan benar dan tepat sasaran, serta memberi sanksi tegas kepada perusahaan yang tidak menerapksan CSR.


(3)

4. Tim CSR Kota Medan dapat mengadakan rapat atau pertemuan yang lebih intensif untuk membicarakan sinkronisasi kegiatan CSR dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sehingga kegiatan CSR yang dilakukan dapat tepat sasaran, berkelanjutan, tidak tumpang tindih, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5. Kegiatan CSR ataupun PKBL dapat diarahkan untuk membantu meningkatkan honor guru-guru PAUD/TK/SD di Kota Medan dimana upahnya sangat kecil dan jauh di bawah UMR Kota Medan.

6. Pemerintah Kota Medan bersama dua puluh satu perusahaan yang menjadi mitra dalam susuan Tim CSR Kota Medan dapat bersama-sama membangun yayasan sosial yang menampung anak jalanan atau anak terlantar di Kota Medan dimana melalui dana CSR, dapat dibiayai pendidikan dan biaya hidup mereka.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Rudito dan Famiola.2001. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains.

Djogo, Tony. 2007. Corporate Social Responsibility. Dalam Berita Bumi, 2 Nopember 2007.

Elkington. 2008. Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business., New Society Publisher

Matias; Suriadi, Agus.2010. Tanggung Jawab Sosial CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: FISIP USU PRESS.

Mulyadi. 2003. Pengelolan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for Populaton Studies, UGM.


(5)

Rudito, Bambang& Budimanta, Arif & Prasetijo, Adi. 2004. Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD

Singarimbun, Masri; Effendi.Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES.

United Nations.Millenium Development Goals. 2008

Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara Utama, Sidharta 2010.Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggungjawab

Sosial dan Lingkungan di Indonesia.

Wibisono, Yusuf.(2007) Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing,

Sumber Perundang-undangan :

Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001 Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007


(6)

Sumber Internet :

http://www.borneonews.co.id/csr/7377-membangun-kemitraan-tiga-sektor

http:/