Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR ) OLEH PT. SORIKMAS MINING DI DESA BANUA RAKYAT

KECAMATAN NAGA JUANG KABUPATEN MANDAILING NATAL

Disusun Oleh :

FEBRI CHAIRANI 090902006

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

FEBRI CHAIRANI : IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) OLEH PT SORIKMAS MINING DI DESA BANUA RAKYAT, dibimbing oleh Drs.Matias Siagian M.SI,PH.d., Rahmat ( Community Relations),Muhammad Sulthoni (Human Resource Manager, Win fadli ( Community Development).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Program Kesejateraan di desa Banua Rakyat Kecamatan naga Juang yang di laksanakan perusahaan PT Sorikmas Mining. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banua rakyat Kecamatan Naga Juang , Juli sampai September 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT SORIKMAS MINING menggunakan program CSR yang sangat baik dan cenderung kearah yang lebih positif.

Adapun pertanyaan secara akurat menggambarkan fenomena implementasi program mulai dari sosialsasi , perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan di enam bidang ( Peningkatan social ekonomi, keagamaan kesehatan,pendidikan, lingkungan dan infrastruktur) yang sebenarnya menghasilkan angka 0,91 yang berarti bahwa secara umum dan menyeluruh implementasi program CSR yang dilakukan PT Sorikmas mining tergolong baik .


(3)

RIWAYAT HIDUP

FEBRI CHAIRANI dilahirkan di gunung Tua Panggorengan pada tanggal 25 Februari 1990, putri dari pasangan Mangaraja GUNUNG Nasution dan ELVINASARI merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD N 3 panyabungan kota , SMP 5 panyabungan kota , SMA 1 panyabungan Utara , Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA N 1 panyabungan Utara Buntu pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMP (Pemanduan Minat dan Prestasi) pada program studi Ilmu kesejahteraan sosial, Fakultas Fisipol Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti Perkuliahan penulis mengikuti organisai HMI (penulis juga berkesempatan membantu dosen dalam menjalankan PKL atau Praktek kerja lapangan yang berada di PERUSAHAAN PT SORIKMAS MINING desa Gunung Tua Lumban Pasir kecamatan gunung tua panyabungan Kabupaten mandailing Natal.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITI (CSR) OLEH PT SORIKMAS MINING DI DESA BANUA RAKYAT”, yang merupakan salah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Program Studi ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL (S.SOS) Fakultas FISIP Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang saya tercinta, Ayahanda Mangaraja Gunung Nasution dan Ibunda Elvina sari, kaka saya marya nanda dan adik saya Ibrhim Rahman dan Rizky aulia rahman atas kasih sayang, semua dukungan dan doanya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Matias siagian Msi. ph.d yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kawan – kawan dan sahabat saya selama ini telah mendukung dan membantu saya sampai saya sukses saya .

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2013


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1 Tujuan penelitian………..11

1.4.2 Manfaat penelitian………...11

1.5 Sistematika Penulisan……….11

TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Implementasi ... 13

2.1.1 Pengertian Implementasi ... 13

2.1.2 Tahap Implementasi ... 16

2.2 Corporate Social Responsibility ... 17

2.2.1 Sejarah Corporate Social Responsibility ... 17

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility ... 22

2.2.3 Konsekwensi Penerapan Model Implementasi ... 26

2.3 Perusahaan ... 28

2.3.1 Pengertian Perusahaan ... 28

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Bagi Perusahaan ... 30

2.2.4 Peraturan Perundangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 31

2.2.5 Pandangan Dunia Usaha Terhadap CSR di Indonesia ... 33

2.4 Tripel Bottom line ... 34

2.5 Kerangka pemikiran ... 43


(6)

2.7 Defenisi Operasional ... 47

TIPE PENELITIAN ... 51

3.2 Lokasi penelitian ... 51

3.3 Populasi dan sampel ... 51

3.3.1 Populasi ... 52

3.3.2 Sampel... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5 Teknik Analisis Data... 53

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 56

4.1 Sejarah dab Perizinan ... 56

4.2 Gambaran Program CSR PT Sorikmas MiningPembuatan ... 60

4.2.1 Cara pandang PT Sorikmas Mining Terhadap CSR dan strategi pelaelaksanaan CSR ... 60

4.2.2 Strategi pelaksanaan CSR oleh PT Sorikmas mining ... 62

4.2.3 Implementasi CSR ... 63

ANALISIS DATA ... 70

5.1Kharakteristik umum responden ... 70

5.1.1 Umur ... 70

5.1.2 Jenis kelamin ... 71

5.1.3 Agama ... 72

5.1.4 Suku bangsa ... 73

5.1.5 Pendidikan... 74

5.1.6 Pekerjaan ... 75

5.2 Implementasi Program tanggung jawab social perusahan PT Sorikmas Mining di desa banua Rakyat ... 76

5.2.1 Sosialisasi Program ... 76

5.2.2 Perencanaan program ... 79

5.2.3 Implementasi program CSR ... 84

5.2.3.1 Program Peningkatan social ekonomi ... 84

5.2.3.2 Program di bidang Keagamaan ... 93

5.2.3.3 Program di bidang kesehatan ... 101

5.2.3.4 Program di bidang pendidikan ... 108

5.2.3.5 Program di bidang lingkungan ... 116

5.2.3.6 Program di bidang Infrastruktur ... 123

5.3 Analisis kuantitatif Implementasi Program tangung jawab social perusahaan PT Sorikmas Mining di desa banua rakyat ... 130


(7)

5.3.1 Sosialisasi Program ... 131

5.3.2 Perencanaan Program... 131

5.3.3 Implementasi Program di bidang peningkatan social ekonomi ... 132

5.3.4 Implementasi Program di bidang Keagamaan ... 132

5.3.5 Implementasi Program di bidang kesehatan ... 133

5.3.6 Implementasi Program di bidang pendidikan ... 133

5.3.7 Implementasi Program di bidang lingkungan ... 134

5.3.8 Implementasi Program di bidang Infrastruktur ... 135

5.3.9 Implementasi Program di bidang CRS secara menyeluruh ... 153

PENUTUP ... 137

Kesimpulan ... 137

Saran ... 139 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

FEBRI CHAIRANI : IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) OLEH PT SORIKMAS MINING DI DESA BANUA RAKYAT, dibimbing oleh Drs.Matias Siagian M.SI,PH.d., Rahmat ( Community Relations),Muhammad Sulthoni (Human Resource Manager, Win fadli ( Community Development).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Program Kesejateraan di desa Banua Rakyat Kecamatan naga Juang yang di laksanakan perusahaan PT Sorikmas Mining. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banua rakyat Kecamatan Naga Juang , Juli sampai September 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT SORIKMAS MINING menggunakan program CSR yang sangat baik dan cenderung kearah yang lebih positif.

Adapun pertanyaan secara akurat menggambarkan fenomena implementasi program mulai dari sosialsasi , perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan di enam bidang ( Peningkatan social ekonomi, keagamaan kesehatan,pendidikan, lingkungan dan infrastruktur) yang sebenarnya menghasilkan angka 0,91 yang berarti bahwa secara umum dan menyeluruh implementasi program CSR yang dilakukan PT Sorikmas mining tergolong baik .


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini terdapat perhatian yang besar terhadap sektor swasta dan pemerintahan, dimana perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan tersebut. Namun, tidak sedikit perusahaan yang membawa dampak negatif tehadap masyarakat dan lingkungan. Mencermati sisi negatif dari industrialisasi tersebut, tidaklah adil manakala masyarakat yang harus menanggung beban sosial tesebut. Mengingat masyarakat adalah pihak yang kontra prestasi langsung dari industrialisasi, terutama masyarakat garis bawah (grass root) yang secara modal dan kesempatan tidak memiliki akses terhadap hiruk pikuk industrialisasi. Sementara, justru mereka yang harus menanggung dampak sosial lingkungan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) Nomor 40 Tahun 2007. Melalui undang-undang ini, industri atau korporasi wajib untuk menyisihkan sebagian dari laba perusahaan untuk menyelenggarakan program CSR.

Dalam rangka pelaksanaan CSR, pihak perusahaan atau korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan hidup, tetapi juga pada isu-isu sosial dari masyarakat yang merasakan langsung dampak-dampak negatif dari operasi perusahaan. Industri atau korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan


(10)

melakukan praktek monopoli, kecurangan dan tidak peka terhadap masala-masalah sosial. Usaha-usaha dilakukan untuk meredam kekuatan korporat melalui kekuatan hukum yang menentang penggabungan industri-industri (antitrust laws) dan peraturan-peraturan lainnya.

Dalam konteks global, istilah CSR digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin popular terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks : The Triple Bottom Line in 21 st Century Business (1998), karya John Elkington. Dia mengemas CSR dalam tiga fokus atau 3P, yang merupakan singkatan dari profit, planet dan people. Menurutnya, perusahaan yang baik tidak boleh hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Rachman, 2011: 83).

Konsep CSR dimunculkan pertama kali tahun 1953, yaitu dengan diterbitkannya buku yang berjudul “Social Responsibility of Businessman” karya Howard Bowen yang kemudian dikenal dengan “Bapak CSR”. Gema CSR makin bertiup kencang di tahun 1960-an ketika persoalan kemiskinan dan keterbelakangan makin mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Tahun 1987, the World Commision on Environment and Development (WCED) dalam Brundtlan Report mengembangkan tiga komponen penting suistanable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity. Tahun 1992, KTT Bumi di Rio De Janeiro menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (suistanable development) yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup serta pembangunan ekonomi dan sosial sebagai sesuatu yang pasti dilakukan semua pihak termasuk perusahaan.

Tahun 1998, konsep CSR semakin popular terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks :The Triple Bottom Line in 21 st Century Business, karya John Elkington. Dia mengemas CSR dalam tiga fokus atau 3P yang merupakan singkatan dari profit, planet dan


(11)

people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan memiliki kepedulian pada kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Pada tahun 2002, World Summit Suistanable Development di Yohannesburg memunculkan konsep Social Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya, yaitu economic dan environment suistanability (Rachman, 2011 :81-82).

Saat ini program CSR semakin maju, bahkan sudah ada inisiatif yang menetapkan standar secara internasional dalam bentuk ISO, yaitu ISO 26000. ISO 26000 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian sosial perusahaan yang saat ini menjadi aspek penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, disamping (ISO 9000) isu kualitas dan (ISO 14000) mengenai lingkungan (Rachman, 2011: 37).

Di Indonesia, CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 1,2,3, dan 4 tentang Perseroan Terbatas (PT). UU tersebut menyebutkan bahwa: (1) Peserseoan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah”.

Beberapa produk hukum yang mengatur mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial adalah Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


(12)

Perseroan Terbatas mempunyai kedudukan mandiri, artinya kedudukannya dalam hukum dipandang berdiri otonom terlepas dari orang-perorangan yang berada dalam perseroan terbatas mebahas lebih lanjut mengenai kewajiban perusahaan melakukan CSR. Tidak semua pelaku bisnis menolak ketentuan UU No. 40 Tahun 2007 ini, untuk kewajiban melakukan CSR sebaiknya diimbangi dengan insentif pajak. Tanpa insentif pajak perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan.

Pola community development merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar. Implementasi community development merupakan modal sosial (social capital) dapat dimanfaatkan dan didayagunakan. Suharto (2005:2) menjelaskan bahwa “modal sosial adalah sumber (resources) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas, sehinga timbul kepercayaan, serta saling pengertian”. Pola hubungan social inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antara warga masyarakat. Kegiatan bersama antar warga masyarakat dapat terbangun bila terpenuhi ketersediaan elemen-elemen modal sosial. Elemen-elemen-elemen modal sosial tersebut adalah kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar tehadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme, seperti meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan serta kejahatan (Suharto, 2005 :2).

Ketika CSR diimplementasikan melalui model alternatif implementasi CSR berbasis pemanfaatan modal sosial, maka akan lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, maupun budaya secara berkelanjutan. Mengingat CSR bersifat intangible (kasat mata), maka sulit dilakukan pengukuran tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Pogram peringkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah salah


(13)

satu instrumen kebijakan untuk mendorong penataan dan kepedulian perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Teori kontrak sosial adalah salah satu teori yang menjelaskan tentang bagaimana suatu perusahaan memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat agar bisa bertahan hidup dengan memberikan manfaat bagi masyarakat, yaitu melalui interaksi perusahaan dengan masyarakat.

Konsep kontrak sosial ialah yang lebih relevan digunakan sebagai landasan CSR, karena teori ini menegaskan bahwa pada hakekatnya konsep CSR bukan sekedar sebuah konsep manajemen belaka, melainkan didalamnya terkandung pemikiran dan ideologi yang mendalam sejalan dengan perubahan masyarakat dan tuntutan atas kebutuhan bisnis itu sendiri. Penelitian tentang hal ini juga telah dilakukan oleh Badaruddin (2006) tentang “Modal Sosial dan Pengembangan Model Transmisi Modal Sosial dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (Studi pada Tiga Komunitas Petani Karet di Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Sumatera Barat)”. Dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemanfaatan potensi modal sosial komunitas lokal dalam bentuk penjualan karet sistem lelang telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas setempat, dan secara arif mampu memecahkan beberapa persoalan yang muncul dalam komunitas.

Perkembangan CSR yang sudah menjadi fenomena globalisasi tentu sudah memberikan suatu arahan tentang perlunya perusahaan melaksanakan program CSR. Hal mana program itu dilakukan dalam rangka memelihara keharmonisan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Bagaimana pun juga, kehadiran perusahaan dipastikan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat. Tidak sedikit dampak tersebut bersifat negative, seperti


(14)

mengurangi kebebasan masyarakat melaksanakan aktivitas, karena perusahaan menguasai lahan yang cukup luas.

Oleh karena itu, melalui pemberitaan berbagai media sering kita peroleh informasi tentang konflik yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Sebagai contoh, masyarakat memblokir jalan yang sering dilalui oleh truk perusahaan yang secara nyata merusak jalan dan menyebabkan abu beterbangan secara berlebihan, sehingga sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini, aktivitas perusahaan secara nyata telah mengakibatkan kerugian bagi masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhtar, N. (2012) tentang “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Modal Sosial pada PT Pertamina EP Region KTI Field Bunyu”, antara lain menyimpulkan, bahwa dalam mengimplementasikan CSR sebagai modal sosial perusahaan telah mampu menarik kepercayaan masyarakat kepada perusahaan, karena perusahaan telah menjalankan program CSR-nya dengan baik, sehingga dapat meredam beberapa masalah-masalah gangguan keamanan, seperti : pencurian peralatan migas, unjuk rasa, sabotase, ancaman, serta dapat mencegah kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat sekitar perusahaan.

Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa program CSR secara nyata telah mampu menyeimbangkan kerugian (cost) dan manfaat (benefit) atas kehadiran perusahaan di lingkungan masyarakat. Adanya manfaat atas kehadiran perusahaan setidaknya dapat menutupi pengorbanan yang harus ditanggung masyarakat sebagai akibat atau dampak negative atas kehadiran perusahaan. Oleh karena itu, keseimbangan antara pengorbanan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sebagai akibat kehadiran perusahaan setidaknya


(15)

dapat mengurangi citra negative, bahkan dapat membangun citra positif perusahaan di hati masyarakat.

Dalam artikel yang berjudul Corporate Social Responsibility and Resources- Based Prespectives, Brance dan Rodrigues (2006) membagi dua manfaat CSR bila dikaitkan dengan keunggulan kompetitif dari sebuah perusahaan, yaitu dari sisi internal dan eksternal. Dari sisi internal, manfaat itu meliputi (Mursitama, 2011 :27):

1. Pengembangan aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Untuk itu dibutuhkan praktik-praktik ketenaga kerjaan yang bertanggung jawab sosial.

2. Adanya pencegahan polusi dan terorganisasi pengelolaan proses produksi dan aliran bahan baku, serta hubungan dengan supplier berjalan dengan baik. Muaranya adalah peningkatan performa lingkungan perusahaan.

3. Menciptakan budaya perusahaan, kapabilitas sumber daya manusia, dan organisasi yang baik.

4. Kinerja keuangan perusahaan, terutama harga saham bagi perusahaan yang telah go public, menjadi lebih baik.

Sementara itu manfaat eksternal yang dapat diperoleh perusahaan dari penerapan CSR sebagai berikut (Mursitama, 2011:30) :

1. Penerapan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai badan yang mengemban dengan baik pertanggung jawaban secara sosial.

2. CSR merupakan satu bentuk differensiasi produk yang baik. Artinya, sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah lingkungan dan merupakan hasil dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.


(16)

3. Melaksanakan CSR dan membuka kegiatan CSR secara publik merupakan instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khalayak.

Sedangkan manfaat CSR bagi perusahaan menurut Suhandari (dalam Untung, 2009: 6-7) antara lain sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. 2. Mendapatkkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. 5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. 7. Memperbaiki hubungan denan stakeholder.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

9. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan. 10.Peluang mendapatkan penghargaan.

PT Sorikmas Mining (SM) adalah perusahaan tambang emas dengan wilayah kontrak karya di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Persisnya perusahaan ini beroperasi di Kecamatan Kotanopan, Muara Sipongi, dan Ulupungkut dengan area kontrak seluas 24.300 Ha. Sementara seluas 41.900 Ha yang lain terletak di Kecamatan Siabu, Bukit Malintang dan Panyabungan Utara. Sebanyak 75% saham PT. SM dimiliki Sihayo Gold Limited dan 25% sisanya oleh PT Aneka Tambang.

Lokasi operasional PT.Sorikmas Mining sebagian besar berada di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang merupakan area tangkapan air bagi Sungai Batang Gadis dan beberapa anak sungainya seperti Batang Pungkut. Sungai-sungai ini berperan sangat penting


(17)

untuk menjaga ketersediaan air bagi 360.000 orang, 34.500 Ha sawah, serta 43.000 perkebunan rakyat di Kabupaten Madina.

PT.Sorikmas Mining adalah salah satu perusahaan yang telah menerapkan CSR sebagai modal sosial dalam peningkatan kesejahteraan sosial untuk keamanan dan kelancaran operasi kegiatannya melalui simpati dan kepercayaan masyarakat sekitar. Program CSR yang dilakukan oleh PT.Sorikmas Mining diharapkan meminimalkan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat.

Seperti yang kita ketahui kesenjangan sosial dapat menyebabkan konflik sosial. Hal mana dapat terjadi jika perusahaan tidak memberikan perhatian yang memadai terhadap masyarakat dan lingkungan. Kondisi seperti ini tentu dapat menyebabkan konflik sosial. Sementara apabila terjadi konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat, maka akan terjadi kerugian yang amat besar, bukan hanya bagi perusahaan, namun juga bagi masyarakat maupun bagi negara.

Sebagai warga dunia usaha yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat, PT.Sorikmas Mining tentu secara konsisten terus berupaya untuk maju sekaligus memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, terutama untuk menghindari isu-isu maupun sentimen negatif dari masyarakat yang terkait dengan dampak negatif yang timbul dari akibat operasional perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam skripri, dengan judul “Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Sorikmas Mining di Desa Banua Rakyat Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal”.


(18)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

“Bagaimana implementasi program CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining di desa Banua Rakyat Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal?”

1.3Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan perhatian pada fenomena penelitian, maka perlu kiranya ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Penelitian tentang implementasi program CSR ini lebih difokuskan pada proses pelaksanaan, melalui kajian khusus pada bagaimana pihak PT. Sorikmas Mining dalam mengimplementasikan program CSR di desa Banua Rakyat.

b. Proses implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining di desa Banua Rakyat diteliti secara rinci mulai dari sosialisasi, perencanaan sampai dengan implementasi program.

c. Kajian implementasi program dilakukan untuk setiap bidang program, meliputi bidang peningkatan sosial ekonomi masyarakat, bidang keagamaan, bidang kesehatan, bidang lingkungan dan bidang infrastruktur.

d. Analisis data lebih difokuskan pada kualitas pelaksanaan, baik untuk setiap tahapan dan bidang maupun secara umum atau menyeluruh sehingga dapat teridentifikasi kualitasnya dalam bentuk klasifikasi sangat baik, baik, biasa saja, buruk, dan sangat buruk.


(19)

1.4.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Sorikmas Mining di desa Banua Rakyat Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal, dengan memfokuskan perhatian pada proses pelaksanaan yang mencakup tahapan-tahapan dan bidang-bidang program.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka: a. Pengembangan teori- teori pelaksanaan CSR dan pemberdayaan masyarakat.

b. Pengembangan model implementasi CSR sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat agar meningkatkan citra perusahaan bagi masyarakat.

1.5 Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah terdiri dari enam bab seperti yang di uraikan berikut ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latarbelakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan obyek penelitian, yakni program CSR dan pemberdayaan masyarakat, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.


(20)

Bab ini berisikan uraian metode penelitian, yang terdiri dari uraian tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum perusahaan, tahap-tahap kegiatan, gambaran umum program CSR, pandangan perusahaan terhadap program CSR dan anggaran implementasi program CSR yang selama ini digunakan oleh PT. Sorikmas Mining.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, meliputi uraian tentang kharakteristik responden, implementasi program CSR PT. Sorikmas Mining meliputi sosialisasi program, perencanaan program, implementasi program bidang peningkatan sosial ekonomi, bidang keagamaan, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang lingkungan, dan bidang infrastruktur, serta analisis data dengan menggunakan skala likert.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang didasarkan atas analisis data dan saran yang didasarkan atas kesimpulan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi

2.1.1 Pengertian implementasi

Wibisono (2007) menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Nurdiana (2008) mengemukakan bahwa implementasi CSR merupakan pelaksanaan program- program aktivitas CSR yang telah dibuat dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat.

Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi (Pressman dan Wildavsky,1978:21). Jadi Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan. Pengertian implementasi dikemukakan oleh Solichin Abdul Wahab dalam bukunya Analisis Kebijakan: Dari


(22)

Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara yaitu: “Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” ( Wahab, 2001:65).

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan suatu program, Subarsono dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), mengutip pendapat G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut di antaranya:

1) Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2) Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.


(23)

3) Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

4) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. ( Subarsono, 2005:101).

Menurut Sobana (2005: 2) implementasi kebijakan merupakan suatu sistem pengendalian untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan kebijakan. Implementasi kebijakan meliputi semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan atau perumusan kebijakan dan dampak aktualnya Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa implementasi pada prinsipnya tidak hanya terbatas pada proses pelaksanaan suatu kebijakan namun juga melingkupi tindakan-tindakan atau prilaku individu-individu dan kelompok pemerintah dan swasta, serta badan-badan administratif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan, akan tetapi juga mencermati berbagai kekuatan politik, sosial, ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu.

Implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, tetapi mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditemukan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson


(24)

dalam buku Joko Widodo yang berjudul Good Governance telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Elemen tersebut antara lain mencakup:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.

4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

5. Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif) (Widodo, 2001;190)

2.1.2 Tahap Implementasi

Dalam pembuatan suatu sistem pasti ada tahap implementasi. yang dimaksud dengan implementasi adalah merupakan realisasi sistem yang berdasarkan pada desain yang telah dibuat. tahapan implementasi dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sebagai berikut

1. Membuat dan menguji basis data & jaringan

Pada tahap ini adalah tahap dimana menguji basis data dan jaringan yang telah ada pada sistem dan harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.


(25)

Tahap yang kedua adalah tahap membuat dan menguji program. Pada tahap ini rencana yang telah ada dikembangkan lagi menjadi lebih rinci dan dilakukan pengujian terhadap program tersebut.

3. Memasang dan menguji sistem baru.

Pada tahapan yang ketiga ini dilakukan uji coba terhadap sistem baru tersebut, untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut sudah terpenuhi.

4. Mengirim sistem baru kedalam sistem operasi.

Tahapan yang keempat atau tahapan yang terakhir adalah untuk menggantikan sistem yang lama dengan sistem baru yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini sistem sudah siap untuk dioperasikan.

2.2 Corporate Social Responsibility

2.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibilities adalah sebuah wujud kepedulian perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial. Pewajiban perusahaan untuk menyelenggarakan Corporate Social Resposibilities tergolong baru, yaitu dengan diundangkannya UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sebenarnya bagaimanakah sejarah CSR terbentuk? Dan bagaimanakah pelaksanaannya di Indonesia? Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk menuliskannya dalam makalah berjudul “Corporate Social Responsibility, Sebuah Kepedulian Perusahaan terhadap Lingkungan di


(26)

Sekitarnya”. Diharapkan melalui tulisan ini dapat memperluas wawasan pembaca tentang Corporate Social Responsibilities.

Corporate Social Responsibility versi Indonesia sering diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. CSR dapat diartikan juga tindakan yang timbul dari beberapa tindakan sosial yang baik, di luar minat perusahaan yang dilakukan dengan hukum (McWilliam dan Siegal : 2001). Beberapa isu yang berkaitan dengan konsep dan penerapan CSR ini adalah isu Sustainable Development, Good Corporate Governance (GCG), Protokol Kyoto, Millenium Development Goals, dan Triple Bottom Line. Pemerintah juga mengatur CSR ini dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU tersebut, Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Hubungan CSR dengan Sustainable Development Pembangunan berkelanjutan biasa diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan menjadi masalah yang rumit. Diperlukan pergeseran paradigma yang bersifat parsial-fragmentatik menjadi paradigma holistik-integratif.

CSR memiliki peranan penting dalam melanjutkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan karena perusahaan yang melakukan dan mempunyai tanggung jawab sosial serta lingkungan akan dikenal baik oleh stakeholder. Jika produk-produk perusahaan yang menerapkan CSR dikenal oleh masyarakat, maka masyarakat akan selalu mengingat dan akan membeli produk-produk tersebut. Hal ini akan meningkatkan penjualan perusahaan


(27)

dan memberikan keuntungan berkelanjutan. CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan dimana masyarakat akan menghargai perusahaan tersebut dengan terus menyediakan sumber daya kepada perusahaan. Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat akan melestarikan kelangsungan hidup perusahaan.

Hasnas dalam Prayogo (2008:60), menjelaskan perbedaan tiga teori, yakni stockholder theory, stakeholder theory, dan the contract social theory. Ketiga teori ini dilihat sebagai sebuah perkembangan dalam pemikiran tentang CSR. Pertama stockholder theory merupakan pemikiran dari kubu Milton Friedman, yakni menekankan kepentingan stockholder (pemilik atau investor) atas terciptanya profit dari kegiatan bisnis korporasi dalam satu pernyataannya Friedman dalam Prayogo (2008:60) juga menekankan bahwa: “there is no one and only one social responsibility of business to use its resources and engage activities designed to increase its profits so long as it stays within the rules of the game, which is to say, engage in open and free competition, without deception or fraud”.

CSR merupakan konsep yang terus berkembang. Ia belum memiliki sebuah definisi standard maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti corporate responsibility, corporate sustainability, corporate accountability, corporate citizenship dan corporate stewardship. Menurut Boone dan Kurtz pengertian tanggung jawab sosial secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. B. Tamam Achda mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasinya dalam


(28)

dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya, semakin mengemukanya arti kesinambungan, semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik yang terkadang bersifat anti-perusahaan, tren ke arah transparansi, harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi (B. Tamam Achda).

Lantos menggunakan klasifikasi Carrol sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan yaitu:

1. Tanggung Jawab Ekonomi

Tanggung jawab ekonomi artinya bahwa tetap menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan produk yang berkualitas bagi pelanggannya.

2. Tanggung Jawab Hukum

Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan 3. Tanggung Jawab Etik

Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan harus fair dan tidak menimbulkan kerusakan


(29)

Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, dan uang untuk pekerjaan yang baik.

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia,perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial- ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep


(30)

Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Saya menambahkannya dengan satu line tambahan, yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional” (Suharto, 2008).

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility

Setelah mengetahui pihak – pihak yang menjadi pemangku kepentingan lengkap dengan kepentingan maupun indikator kepuasan masing–masing pihak, maka langkah selanjutnya adalah merancang bentuk kerjasama yang paling tepat yang akan ditempuh. Suatu hal yang perlu dipahami adalah bahwa berbicara tentang implementasi tanggung jawab sosial perusahaan kita sedang berbicara tentang aktivitas kerja sendiri.

Sebagai suatu kerjasama, maka implementasi tanggung jawab sosial perusahaan adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan peran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini tentu masyarakat setempat sebagai pemangku kepentingan utama diposisikan sebagai perioritas utama dari implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan . Disamping


(31)

itu, lingkungan fisik juga harus menjadi perhatian tersendiri dengan indikator tunggal perhatian, yaitu kelestarian lingkungan.

Dengan demikian dapatlah di pahami bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan dan saling bekerjasama yang padu diantara semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Walaupun banyak pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, namun fokus tanggung jawab sosial perusahaan adalah kesejahteraan masyarakat (Siagian,Agus, 2005-2011:91-94).

Ada yang melatarbelakangi munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan? Kajian mendalam perihal garis pemikiran diatas setidaknya dilatarbelakangi dua hal, yaitu :

1. Asas ideology Welfare State yang dianut oleh hamper semua Negara didunia saat ini melahirkan asumsi, bahwa pemerintah sebagai personipikasi Negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakatnya. Oleh karena itu perumusan dan penetapan kebijakan yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat sepatutnya mengikutsertakan unsure pemerintah.

2. Tanggung jawab social perusahaan adalah suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performa perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hokum dimana pemerintah merupakan pihak yang dimiliki kepentingan komitmen atas berlakunya, hal ini merupakan Konsekuensi logis dari Negara sebagai satu – satunya organisasi yang berdaulat.

Model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Wibisono (2007) mengemukakan model dalam bentuk kerjasama yang melibatkan tiga pihak. Adapun ketiga


(32)

pihak tersebut adalah Perusahaan – Masyarakat – Pemerintah. Melibat tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan masyarakat.

Harus diuakui keterkaitan antara tiga pihak (perusahaan – masyarakat- pemerintah) adalah suatu pemikiran yang mengikut kebiasaan, sehingga oleh banyak pihak diasumsikan sebagai pemikiran yang konvensional. Namun, model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini.

Hal yang penting dipahami adalah, antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalanm konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu:

1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.

2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa member dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah apajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.

3. Kenyamanan aktivitas ekonomi bagi perusahaan sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin pekat diera demokrasi dan penghargaan atas hak- hak azasi manusia. Selanjutnya perilaku


(33)

masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya 1 model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di indonesia, yaitu:

1. Model keterlibatan langsung.

Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program tanggung jawab social perusahaanya, tanpa tanpa keterlibatan pihak lain.

Rogovsky (2000) mengemukakan bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap seperti ini menurutnya berdampak negatif, yaitu melestarikan keuntungan pada uang kontribusi. Dalam konteks pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama

Rogovsky menyusun table yang menggambarkan manfaat pengelibatan masyarakat setempat oleh perusahaan dalam mengimplementasikan program tannggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:

Table 2.1


(34)

Masyarakat setempat pada Perusahaan Perusahaan pada masyarakat setempat Reputasi yang lebih baik

Izin beroperasi secara sosial

Mampu menggunakan pengetahuan dan tenaga kerja lokal

Keamanan yang lebih terjamin

Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik

Menarik dan menjaga pribadi yang efisien dan memiliki komitmen yang tinggi

Menarik pekerja, pemasok, pemberi pelayanan dan konsumen setempat yang berkualitas

Laboratorium kajian pembaruan organisasi

Peluang pencipta kesempatan kerja, pengalaman kerja dan program latihan

Pembagian penanaman modal bagi masyarakat, pengembangan rangka asas

Keterampilan perdagangan

Efesiensi teknik dan pribadi pekerja yang terlibat

Keterwakilan ekonomi sebagai strategi ptomosi bagi prakarsa masyarakat setempat

2.2.3 Konsekwensi penerapan Model implementasi

Model implementasi tanggung jawab social perusahaan hanyalah suatu kerangka berpikir. Hal yang utama dari model tersebut adalah efektivitas pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan sehingga membawa manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat setempat sebagai stakeholder utama perusahaan. Pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan diharapkan menciptakan relasi yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Capaian ini diharapkan bersinergi dalam menciptakan citra yang baik bagi perusahaan dalam mengembangkan dirinya dimasa mendatang. Sehubung dengan apa


(35)

yang dikemukakan, Model tanggung jawab sosial perusahaan setidaknya ada dua alas an dari argumentasi seperi ini, yakni:

Model yang terbaik diterpkan adala model yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sementara masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam, baik ditinjau dari aspek budaya, wawasan dan pendidikan keterampilan sosial ekonomi maupun kohesi sosialnya. Semuanya merupakan variable pengaruh terhadap model implementasi program tanggung jawab social. Penerapan suatu model implementasi program tanggung jawab social menuntut berbagai konsekwensi logis yang justru menjadi prasyarat implementasi dari model tersebut. Oleh karena itu hal terpenting bukanlah penetapan model yang bagaimana yang dianut dalam model implementasi program tanggung jawab social. Hal ini yang paling penting adalah berbagai konsekwensi logis yang mengikuti penetapan implementasi model dimaksud. Berikut ini diuraikan contoh – contoh model implementasi program tanggung jawab sosial dengan konsekwensi logisnya :

1. Model perusahaan- Msyarakat

Penerapan model ini mengikutsertakan organisasi perusahaan. Intinya: dalam struktur organisasi perusahaan harus ada Unit Corporate Social Responsibility (CSR), Comminity Development atau unit pemberdayaan masyarakat. Unit tersebut harus setingkat manager, yang diisi oleh sederetan staf yang terampil dalam perencanaan hingga evaluasi pengembangan, masyarakat. Dari kalangan profesi yang ada, maka kalangan profesi yang paling tepat mengisi unit ini adalah profesi pekerja sosial, khususnya pekerja sosial industry. Survey yang pernah dilakukan antara lain menyimpilkan bahwa mayoritas perusahaan di Indonesia cenderung menetapkan bahwa penanggung jawab implementasi program


(36)

tanggung jawab sosial ditumpangkan pada unit manager hubungan masyarakat. Kecenderungan ini menimbulkan image negative bagi masyarakat atau setidaknya kalangan yang paham, bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial hanya sebagai lipstik.

Sesungguhnya perusahaan tersebut tidak memiliki niat yang tulus dalam memberikan khidmat atas kehadiran perusahaan tersebut bagi kehidupan masyarakat setempat. Disamping itu kebijakan menjadi program dan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan merupaka wujud dari sikap mental instan dari pelaku usaha. Cara berpikir tersebut sangat keliru, karena image masyarakat terhadap perusahaan tidak boleh di iringi dan dipaksa melalui media massa.Namun image sesungguhnya jauh lebih agung dari sekedar opini public (Siagian, Suriadi, 2005-2011 :93-103).

2.3 Perusahaan

2.3.1 Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Di antara kebutuhan ekonomis manusia yaitu sandang, pangan, papan, dan kesenangan. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan cara menggabungkan berbagai faktor produksi: alam (tanah, air, hutan, laut), tenaga kerja (manusia), dan modal (uang, bangunan, mesin, peralatan, dan lain-lain). Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Namun demikian ada juga bentu bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, yayasan keagamaan, yayasan pendidikan, dan lain-lain.


(37)

Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Setiap perusahaa memiliki budaya tertentu yang tercermin dari perilaku para pegawainya, kebijakan – kebijakan yang diterapkan dan peraturan- peraturan yang harus ditaati bersama. Budaya perusahaan adalah apa yang dialami oleh masing – masing pegawaui sebagai bagian dari lingkungan berbasis tertentu. Deal &Kennedy (1982) dalam bukunya Corporate Cultures, mendefenisikan empat elemen budaya perusahaan, yaitu lingkungan bisnis, nilai –nilai, cerita – cerita kepahlawanan, dan ritual-ritual. Mccarty dan Steck (1989) menambahkan beberapa aspek lagi, yaitu hakekat industri,demografi para pekerja, persepsi perusahaan, masalah-masalah para pegawai di perusahaan. Aspek –aspek tersebut berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, apakah perusahaan tersebut merupakan kantor pusat atau kantor cabang, apakah para individu yang bekerja diperusahaan itu menyukai pekerjaanya, dan apakah para pegawai mampu menyeimbangkan antara tekanan pekerja dan keluarga (suharto,2007:96).


(38)

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Bagi perusahaan

1. Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

2. Memperkuat“Brand”Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan 3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan.

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.

5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.


(39)

6. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan.

Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR.

7. Meningkatkan Harga Saham

Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis, pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat (Sinarharapan.co.id)

2.3.4 Peraturan Perundangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Peraturan Pemerintah ini melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya maupun perseroan itu sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan perseroan yang serasi. Seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Dalam Peraturan Pemerintah ini, Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus


(40)

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut dimaksudkan untuk: 1. Meningkatkan kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan di Indonesia.

2. Memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

3. Menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha Perseroan yang bersangkutan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai: 1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.

2. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan di dalam ataupun di luar lingkungan Perseroan.

3. Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya. 4. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan disusun dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

5. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib dimuat dalam laporan tahunan Perseroan untuk dipertanggung jawabkan kepada RUPS.


(41)

6. Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

7. Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenangan.

2.3.5 Pandangan Dunia Usaha Terhadap CSR di Indonesia

Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi kalangan dunia usaha / perseroan terbatas dalam menerima konsep CSR?. Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di Indonesia.

Pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya CSR dipraktekkan karena faktor eksternal (external driven). Juga karena reputation driven. Yang masih hangat dalam ingatan kita, misalnya saat bencana tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar dan kecil seperti dikomando untuk berebut memberikan bantuan uang, medis, sembako dan lain-lain. Kemudian perusahaan berlomba-lomba menginformasikan kontribusinya melalui media massa.

Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR dipraktekkan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Artinya kesadaran betapa pentingnya menerapkan CSR yang menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Misalnya pengusaha-pengusaha Amerika Serikat sudah semakin keras dengan produk furniture yang datang dari Indonesia. Karena, produk tersebut diharuskan menerapkan


(42)

ecolabelling , suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya peremajaan.

Ketiga, bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance. CSR dipraktekkan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan alignment antara inisiatif CSR dengan strategi korporasi.

2.4 Triple Bottom Line

Upaya membatasi meluasnya sikap egosentris dari para pelaku usaha secara tajam datang dari Jhon Elkington. Melalui Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of Twentieth Century Business, Engkilton (1997) mengenalkan konsep tiga garis dasar (Triple Bottom Line) Dalam bukunya tersebut Engkilton mencoba menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus menjadikan tiga fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Engkilton dinamakan konsep ”3P”.Cakupan yang menjadi pusat perhatian para pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan (profit), Pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibatnya secara sungguh – sungguh dalam upaya


(43)

pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People) , Serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet).

Elkington menegaskan , ketiga unsur tersebut senantiasa berada dalam kondisi kait- mengakait. Interaksi saling terkait di antara ketiga unsur tersebut selanjutnya dilukiskan Elkington dalam bentuk segitiga sebagai berikut:

People

Planet Profit

Lukisan ini menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak boleh lagi dihadapkan pada unsur tanggung jawab yang berpijak pada suatu garis saja, yaitu berupa aspek ekonomi yang senantiasa hanya diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran dari tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Bagaimanapun perusahaan senantiasa dihadapkan pada tanggung jawab lainya adalah memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan masyarakat lokal dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan balik dari eksploitasi terhadap sumber daya alam (Elkington,1998).

Keuntungan memang bagian terpenting dan juga sebagai tujuan utama dari tiap-tiap aktivitas ekonomi perusahaan.Bukanlah suatu hal yang mengherankan jika semua aktivitas ekonomi perusahaan terfokus pada pencapaian keuntungan sekaligus meningkatkan harga saham yang setinggi – tingginya, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.


(44)

Mencapai keuntungan memang selalu menjadi tanggung jawab ekonomi yang utama dari menajemen jajaran eksekutif perusahaan yang senantiasa harus di pertanggung jawabkan kepada pemegang saham (Nugroho,2006).

Selain pemegang saham bagi perusahaan mmng sangan penting dalam upaya menjamin keberlangsungnya hidup perusahaan, terutama dalam rangka ekpensi usaha yang selama ini menjadi unsur filosopis setiap pelaku usaha.Dalam upaya meningkatkan keuntungan, maka perusahaan dituntut maupun meningkatkan produtivitas dan melakukan pula penghematan. Dengan cara seperti ini perusahaan akan memperoleh nilai tambah optimum dan memiliki keuntungan / keunggulan dalam kancah persaingan yang makin ketat sebagai syarat bagi pengembangan perusahaan tersebut (Nugroho,2006:74).

Masyarakat disekitar perusahaan adalkah salah satu pemangku kepentingan utama dari sestem perusahaan. Dikemukakan demikian , pada hakekatnya dukungan dari masyarakat setempat sangat diperlukan dalam rangka perwujudan , kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan. Sebagai suatu pemangku kepentingan (Stakeholder) utama, masyarakat setempat harus dipandangi sebagai bagian dari pada perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memilki komitmen dan tekat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Aktivitas ekonomi atau operasional perusahaan berpeluang memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat. Apa yang ditegaskan atas menunjukan bahwa kehadiran suatu perusahaan di lingkungan suatu komunitas tidak luput dari perhatian komunitas. Hal ini terjadi karena kehadiran perusahaan itu secara pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat (Komunitas) . Kelompok komunitas akan lebih rasional dalam menyikapi kehadiran perusahaan tersebut di lingkungan mereka. Inti dari sikap


(45)

rasional disisni adalah pemikiran komporatif seputar Cost dan benefit atas kehadiran suatu perusahaan terhadap kehidupan masyarakat lokal.

Lingkungan adalah satu unsur yang senantiasa terkait dengan kehidupan kita. Semua aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh semua mahluk di bumi ini senantiasa baerkaitan dengan lingkungan. Bahkan semua sumber daya yang digunakan oleh semua unsur dalam tiap – tiap aktivitas ekonominya secara pasti bersumber dan terdapat pada lingkungan. Manusia merupakan mahluk ciptaan tuhan yang maha Esa paling sempurna, karena diperlengkapi dengan akal atau pikiran, perasaan dan kehendak. Sebagai mahluk tuhan paling sempurna, maka manusia memilki kuasa untuk mengelola lingkungan. Sebagai manusia dengan lingkungan adalah berupa kaitan sebab – akibat. Hal ini jika berarti manusia memelihara lingkungan maka lingkungan pun akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu. Sebaiknya jika manusia merusak lingkungan maka manusia pun akan menerima dampak neghatifnya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh manusia, sepadan dengan perilaku manusia tadi. Apakah manusia akan menerim,a manfaat atau justru menderita, segalanya tergantung kepada bagaimana manusia memperlakukannya (Siagian,2008:76).

Di tingkat global pada bulan September 2004, ISO (International Organization for standardization) sebagai induk organisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang merintis lahirnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosnama ISO 26000 : Guidance standard on social responsibility. dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:


(46)

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya

2. Menyediakan pedoman tentang penerjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif

3. Memilih praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. ISO 26000 Guidance standard on social responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah social responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

1. Pengembangan masyarakat 2. Konsumen

3. Praktek kegiatan institusi yang sehat 4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia

7. Organizational governanceial perusahaan yang diberi

Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:

1. Kepatuhan kepada hukum

2. Menghormati kepada instrument/ badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya

4. Akuntabilitas 5. Transparansi


(47)

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

Terkait dengan ISO 26000 ini, pada proses sebelumnya telah ada pula pihak yang menyebarluaskan asas-asas utama yang dapat digunakan sebagai acuan implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Asas-asas utama tersebut dirangkum oleh (Alyson dari University of Bath Inggris) pada tahun 1998 menjadi 16 asas meliputi:

a. Pengutamaan oleh perusahaan

Artinya pengakuan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai prioritas tertinggi perusahaan sekaligus dijadikan sebagai penentu utama pembangunan berkesinambungan. Berdasarkan asas ini, maka perusahaan seharusnya membuat kebijakan program dalam menjalankan operasi ekonomi perusahaannya dengan cara yang bertanggung jawab sosial.

b. Pengelolaan terpadu

Pihak perusahaan dituntut memadukan kebijakan program, dan aktivitas ekonomi sebagai implementasi program ke dalam setiap aktivitas ekonominya sebagai suatu unsur pengelolaan dalam semua fungsi pengelolaan.

c. Proses perbaikan dan penyempurnaan

Pihak perusahaan dituntut melakukan penyempurnaan atas kebijakan, program, dan implementasi program dan kinerja sosial perusahaan itu secara berkesinambungan. Penyempurnaan dimaksud harus didasarkan pada hasil penelitian terkini dan memahami kepentingan sosial serta mengimplementasikan indikator sosial yang bersifat internasional.


(48)

d. Pendidikan pekerja

Pihak perusahaan tidak hanya memanfaatkan tenaga dan ketrampilan para pekerja. Lebih dari itu, pihak perusahaan harus meningkatkan ketrampilan para karyawan, dengan melaksanakan secara bertahap dan sistematis pendidikan dan pelatihan serta senantiasa meningkatkan motivasi karyawan agar terciptanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan.

e. Pengkajian

Pihak perusahaan dituntut melakukan kajian berkenaan dengan dampak social sebelum memulai suatu aktivitas ekonomi atau proyek baru dan sebelum menutup lokasi pabrik. Kajian ini ditekankan karena setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan pihak perusahaan senantiasa terkait atau berpengaruh, baik ke arah perusahaan maupun ke luar dari perusahaan. Perusahaan diharapkan mengkaji segala resiko yang akan dan telah terjadi di sekitar perusahaan dan segera menanggulangi keadaan tersebut.

f. Produk dan pelayanan

Pihak perusahaan dituntut untuk senantiasa mengembangkan produk dan pelayanan yang tidak berdampak negatif secara sosial maupun lingkungan. Berdampak negatif kepada lingkungan dapat menyebabkan keruskan pada lingkungan hidup sekitar perusahaan dan mengakibatkan terjadinya masalah terhadap kehidupan masyaraat sekitar.

g. Informasi publik

Apapun produk yang dihasilkan dan apapun jasa atau pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan secara pasti diarahkan dan berkaitan dengan publik. Oleh karena itu perusahaan berkewajiban memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai produk yang dihasilkan kepada publik.


(49)

h. Fasilitas dan operasi

Pihak perusahaan harus mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan aktivitas ekonomi yang mempertimbangkan hasil penelitian dan kajian berkenaan dengan dampak social. Hal ini dianggap perlu, karena setiap kajian itu, hasil kajian terkini harus diketahui dan digunakan oleh perusahaan dalam semua praktek ekonominya.

i. Penelitian

Perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai pengguna hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak, melainkan harus mendukung atau melakukan penelitian tentang dampak sosial bahan baku yang akan digunakan pada proses produksi.

j. Pencegahan

Dampak dari suatu aktivitas ekonomi sering harus dibayar mahal oleh masyarakat melalui bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Oleh karena itu tindakan pencagahan terhadap bencana harus selalu diutamakan.

k. Mitra kerja dan pemasok

Pihak perusahaan tidak cukup hanya mengimplementasikan tanggung jawab social dalam aktivitas ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, perusahaan harus secara aktif mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam pengimplementasian tanggung jawab sosial perusahaan ini, termasuk mitra kerja dan pemasok.

l. Siap menghadapi keadaan darurat

Walaupun mekanisme dan prosedur kerja sudah dirancang dengan baik, namun keadaan yang tidak terduga dapat saja terjadi. Untuk mengatasi hal ini, maka perusahaan diharuskan siap dalam menghadapi keadaan darurat yang setiap saat bias saja terjadi.


(50)

m. Implementasi pengalihan yang terbaik

Kesempatan bagi suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di suatu tempat ada kalanya terbatas. Keadaan seperti ini biasanya terjadi bagi perusahaan yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pada situasi

seperti ini perusahaan melakukan pengembangan dan pengalihan kegiatan ekonomi yang bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

n. Memberi kontribusi

Perusahaan harus memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan keberlangsungan perusahaan tersebut

o. Keterbukaan

Pihak perusahaan harus mengembangkan sifat keterbukaan baik kepada pekerjanya dan masyarakat sekitar. Sifat keterbukaan ini sangat diperlukan guna memberikan efek percaya di depan karyawan dan masyarakat setempat.

p. pencapaian dan pelaporan

Perusahaan harus melakukan penilaian atas kualitas aktivitas ekonomi dan sosial. Untuk itu, audit sosial secara berkala sangat diperlukan agar tidak terjadi benturan terhadap kepentingan pihak lain. Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR di berbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di manca negara. Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan (guideline) atau dijadikan rujukan utama dalam pembuatan pedoman social responsibility.


(51)

2.5 Kerangka Pemikiran

Implementasi program CSR terkait dengan cara pandang terhadap kegiatan CSR yang dimiliki oleh perusahaan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor eksternal (reputation driven dan market driven) dan faktor internal (memenuhi kewajiban). Cara pandang perusahaan PT.SORIKMAS MINING terhadap kegiatan CSR dan strategi pelaksanaan CSR mempengaruhi implementasi kegiatan CSR oleh perusahaan tersebut. Strategi pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.

Strategi pelaksanaan program CSR dipengaruhi oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Selain dipengaruhi oleh strategi yang dipilih dan cara pandang yang digunakan oleh PT.Sorikmas mining untuk melihat konsep CSR, implementasi aktivitas CSR dipengaruhi oleh keefektifan organisasi yang dimliki oleh perusahaan tersebut dengan konsep organisasi sebagai alat pencapaian tujuan. Suatu organisasi dikatakan memiliki tingkat keefektifan yang tinggi apabila organisasi tersebut berhasil melakukan pencapaian tujuan berdirinya organisasi tersebut.

PT .Sorikmas Mining memiliki divisi khusus yang diorganisasikan untuk menangani aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan, yakni divisi Community Social Responsibility (CSR). Divisi ini berdiri dengan tujuan untuk mengimplementasikan kegiatan CSR agar mampu menciptakan kemandirian masyarakat yang berbasis pada konsep pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhi keefektifan organisasi divisi tersebut dalam mengimplementasikan kegiatan CSR PT. Sorikmas Mining, yakni aspek kepemimpinan, partisipasi anggota divisi, proses


(52)

internal, dan komunikasi. Aspek-aspek yang selanjutnya diukur dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas implementasi kegiatan CSR, antara lain evaluasi.

Dalam rangka pelaksanaan program CSR, tentu perusahaan menyusun tahapan-tahapan, seperti sosialiasi, perencanaan program, dan implementasi program di masing-masing bidang. Melalui sosialisasi, pihak perusahaan mengenalkan perusahaan berikut program CSRnya kepada masyarakat yang menjadi kelompok sasar program. Tahap ini sangat penting agar masyarakat memahami apa sesungguhnya program CSR tersebut.

Selanjutnya melalui perencanaan program, pihak perusahaan berupaya menerima masukan dari masyarakat tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Tujuannya adalah agar kagiatan yang akan dilaksanakan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan perencanaan ini, pihak perusahaan harus mampu memotivasi masyarakat untuk mau secara terbuka mengajukan usul atau pendapat agar dalam diri mereka terbangun rasa memiliki terhadap program yang akan dilakukan.

Setelah perencanaan program dilakukan, maka pihak perusahaan dengan bekerja sama dengan masyarakat kemudian melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan program, tentu perusahaan melibatkan masyarakat. Hal ini merupakan akibat wajar dari prinsip pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.

Berikut ini kerangka pemikiran akan disajikan secara skematis dalam bentuk bagan alir pikiran.


(53)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pikiran

2.6 Definisi konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara fenomenal sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas maka konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian , maka seseorang

PT. SORIKMAS MINING

UU PERSEROAN TERBATAS

PROGRAM CSR

TAHAPAN DAN BIDANG I. Sosialisasi

II. Perencanaan III.Imlementasi:

1.Peningkatan sosial ekonomi 2.Keagamaan

3.Kesehatan 4.Pendidikan 5.Lingkungan 6.Infrastruktur

KELOMPOK SASAR: MASYARAKAT DESA BANUA RAKYAT

KECAMATAN NAGA JUANG KABUPATEN MANDAILING NATAL


(54)

peneliti harus menegaskan dan membatasi maka konsep – konsep yang dilteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan maka konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep, Secara sederhana defenisi diartikan sebagai batasan arti. Perumusan defenisi konsep dalam suaru penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah satu pengertian atas konsep yang diteliti .Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian untuk memekai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011 : 136-138). Untuk lebih memahami pengertian tentang konsep – konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

2. CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial- ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Saya menambahkannya dengan satu line tambahan, yaitu


(55)

procedure. Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yangtepat dan profesional” (Suharto, 2008).

3. PT.Sorikmas Mining adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang Tambang yang bersifat lintas provinsi, kecamatan dan kabupaten. Perusahaan ini bukanlah perusahaan yang khusus bertujuan meningkatkan kondisi masyarakat, tetapi akan berkewajiban berpartisifasi untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat disekitar pertambangan.

4. Proses pelaksanaan CSR meliputi kegiatan yang dilakukan mulai dari sosialisasi, perencanaan kegiatan hingga pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing bidang.

2.7 Definisi operasional

Defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep – konsep, baik berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan defenisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep–konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional proses pelaksanaan CSR adalah sebagai berikut :

1. Tahap sosialisasi: Pada tahap ini pihak perusahaan mengenalkan program kepada masyarakat, meliputi:


(1)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data statistik sederhana atau yang sering dinamakan dengan statistik deskriptif menghasilkan proporsi atau persentase yang menunjukkan kecenderungan kea rah positif, atau secara menyeluruh menghasilkan persentase di atas 50% untuk informasi-informasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi program CSR di desa Banua Rakyat yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining secara umum adalah baik.

Selanjutnya, analisis data kuantitatif dengan menggunakan skala likert menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun empat pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena sosialisasi program yang sebenarnya menghasilkan angka 1,61 yang berarti bahwa pelaksanaan sosialisasi program CSR yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “sangat baik”.

2. Adapun lima pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena perencanaan yang sebenarnya menghasilkan angka 1,03 yang berarti bahwa pelaksanaan perencanaan program CSR yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

3. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang peningkatan sosial ekonomi yang sebenarnya menghasilkan angka 0,78 yang berarti bahwa implementasi program


(2)

CSR di bidang peningkatan sosial ekonomi yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

4. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang keagamaan yang sebenarnya menghasilkan angka 0,86 yang berarti bahwa implementasi program CSR di bidang keagamaan yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

5. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan yang sebenarnya menghasilkan angka 0,88 yang berarti bahwa implementasi program CSR di bidang kesehatan yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

6. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang pendidikan yang sebenarnya menghasilkan angka 0,95 yang berarti bahwa implementasi program CSR di bidang pendidikan yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

7. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang lingkungan yang sebenarnya menghasilkan angka 0,66 yang berarti bahwa implementasi program CSR di bidang lingkungan yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

8. Adapun enam pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena pelaksanaan kegiatan di bidang infrastruktur yang sebenarnya menghasilkan angka 0,86 yang berarti bahwa implementasi program CSR di bidang infrastruktur yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.


(3)

9. Adapun 45 pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena implementasi program mulai dari sosialisasi, perencanaan kegiatan hingga pelaksanaan kegiatan di enam bidang (peningkatan sosial ekonomi, keagamaan, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan infrastrktur) yang sebenarnya menghasilkan angka 0,91 yang berarti bahwa secara umum dan menyeluruh implementasi program CSR yang dilakukan PT. Sorikmas Mining tergolong “baik”.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah disajikan sebelumnya telah kita ketahui bahwa secara umum dan menyeluruh, implementasi program CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining di desa Banua Rakyat memang sudah tergolong baik. Namun demikian, pihak perusuhaan tidak boleh berpuas hati dan tidak melakukan penyempurnaan program.

Pihak perusahaan harus menyadari bahwa tingkat kebutuhan masyarakat semakin meningkat, demikian halnya dengan sifat kritis masyarakat juga semakin meningkat. Oleh karena itu, pihak perusahaan disarankan untuk melaksanaan evaluasi program melalui penelitian berkenaan dengan tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat dan tingkat kepuasan masyarakat sehubungan dengan implementasi program tersebut.

Hasil penelitian yang dilaksanakan secara berkala dan obyektif harus digunakan sebagai referensi dalam melakukan perbaikan kegiatan di masing-masing bidang. Bahkan jika perlu penambahan bidang kegiatan, sesuai dengan perkembangan yang ada. Hanya dengan penyempurnaan program CSR yang dilakukan secara berkesinambungan, citra perusahaan dalam diri masyarakat dapat terbangun secara positif, sehingga operasional perusahaan senantiasa dapat


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aidi,1994:3-5Kesejahteraan Sosial bagi perusahaan dan masyarakat .

2. Archie B.Carrol (dalam Suharto, 2007:22), Susanto, 2009 :12, Tanggung jawab perusahaan dalam menerapkan CSR.

3. Brance dan Rodrigues, 2006 Corporate Social Responsibility dan resources based prepeivedalam membagi dua manfat dari CSR

4. Badarurrdin, 2006 Model Sosial dan pengembangan , konsep sosiologi.

5. G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli, ( Subarsono, 2005:101). Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi),

6. Harsono ,2002:67 Kebijakan perusahaan dalam mengemukakan pendapatan tentang implementasi .

7. Harnas dalam Prayogo (2008 : 60), Perbedaan teori tentang Stakeholder Theory

8. Mursitama ,2011:30, Suhandari dalam Untung ( 2009 : 6-7 ), Pengembangan dan Manfaat yang diperoleh perusahaan Penerapan CSR.

9. Mukhtar.N 2012 Implementasi Corporate Social ResponsibilityPT Pertamina Ep Region KTI feld Bunyu.

10.Neviana, 2010 Triple bottom line : lebih dari sekedar profit

diakses 14 april

2013 pukul03:12Wib.


(5)

12.Pressman dan Wildavsky,(1978:21), “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete”.

13.Rachman ,2011:83, Karjaya Jhon Elkington ,Cannibals With Fork: the Triple Bottom Line in 21 st Century Business 1998 .

14.Rachman, 2011:81-82 Konsep Social Responsibility tentang economic dan environment suistanability .

15.Suprapto, 2006 Pola tanggung jawab sosial perusahaan lokal .

16.Suhandari dalam Untung, 2009:6-7 Manfaat CSR bagi Perusahaan , Tanggung jawab sosial.

17.Siregar,2007:1 ,Tentang Corporate Social Responsibility CSR.

18.Suharto, Edi 2007 Social Work In Industrial wold :StrengtheningCorporate Social Responsibility .PT Repika Aditama : jakarta.

19.Siagian, Matias & Suriadi , Agus 2010 . Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perspektif Pekerja Sosial . FISIP USU Press: Medan .

20.Siagian,2009:143. Corporate Social Responsibility (CSR).

21.Sobana (2005: 2), Nurdiana (2008) , Pengertian implementasi CSR, 22.Siagian,M,Suriadi A :( 2005-2011 :93-103). Model perusahaan- Msyarakat

23.Siagian,2010 ,tanggung jawab sosiaql dalam mengimplementasikan perusahaan dalam model implementasi .

24.Saidi dan Abidin, 2004, Model implementasi tanggung jawab social perusahaan. 25.Salim,1995:160, pengertian peningkatan


(6)

28.Wibisono, 2007, Membedah Konsep dan amplikasi Corporate Social Responsibility .CV.ASHKAF madia grafika .

29.Widodo, 2001:190, Good Governance telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

30.(McWilliam dan Siegal : 2001). Sustainable Development, Good Corporate Governance (GCG)

Sumber lain :

CSRpdamkotabogor.wordpress.com/educasi/tujuan-dan-manfaat-corporate-social-responsibility-bagi-perusahaan.

digunakan kementrian #.T8UvX1lpVQ9.

(http://syadiashere.com/pengertian-perusahaan.html:26/11/2011 pukul 14:07Wib).

KesejahteraanSosial

Tata kerja PT.sorikmas Mini

(Wikipedia.org/wiki/Sorikmas_Mining).

www.sorikmas.co.id/tag/sorikmas-mining(2012:12).


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

2 59 95

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Dan Pencitraan PT. Pertamina

2 42 68

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

13 105 123

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Reponsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty The Body Shop Pada Pegawai PT. Indosat Cabang Medan

1 30 64

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. TELKOM KANDATEL MALANG

0 4 2

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Kegiatan Pemberian Hewan Qurban oleh PT. Pikiran Rakyat Bandung.

0 1 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi 2.1.1 Pengertian implementasi - Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

0 0 38