Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAMPAK PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. TELKOM Tbk TERHADAP AKSES MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PERI - URBAN DI DESA SAMPALI, KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI Diajukan Oleh : DWI YULI ANDRIANI

060901029

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate

Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat

Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa PT. Telkom melaksanakan program Kampung Digital Sampali dan bantuan kredit mikro (pinjaman modal usaha) untuk UMKM yang ada di Desa Sampali sebagai bentuk tanggung jawab sosial bagi masyarakat. Kampung Digital di Sumatera ada tiga yaitu di Kampung Digital Terang Bulan, Kampung Digital Sumber Karya, Kampung Digital Sampali serta terakhir Kampung Digital yang diadakan di Langkat. Namun, hanya Kampung Digital Sampali yang berhasil dan berjalan dengan lancar. Dan ini dikarenakan adanya keinginan masyarakat Desa Sampali yang kuat untuk berubah. Kampung Digital di Sampali ini meliputi didalamnya program pelatihan, pembangunan drainase, renovasi mesjid dan program lain yang sudah dilakukan dan berjalan lancar sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan walaupun tidak dipungkiri bahwa masih ada saja kendala yang harus dihadapi . Sedangkan bantuan kredit mikro ini masih berjalan sampai dengan sekarang dan banyak masyarakat yang mengalami kemajuan dalam usaha walaupun ada juga yang tidak, yang dapat menimbulkan kemacetan dalam hal pembayaran cicilan. Berdasarkan uraian landasan teori yang ada digunakan yaitu teori sustainable livelihood terbukti bahwa program CSR yang dibuat PT. Telkom tersebut memberikan dampak yang baik bagi masyarakat terutama dalam mengakses mata pencaharian masyarakat.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menginspirasikan penulis untuk terus berusaha dan berdo’a agar dapat meraih impian yang kini terwujud. Tiada suatu keinginan dan cita-cita yang dapat tercapai jika tanpa perjuangan dan ridho dari Nya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana (S-1) bagi mahasiswa/i Departemen Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dan penulis menyadari masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik, saran dan pendapat dari para pembaca dapat memberikan masukan positif bagi penulis. Penulis juga menyadari bahwa apa yang telah diraih penulis saat ini tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ayah Rajawali dan Mama Endang Sujiatik atas segala perhatian dan doanya. Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada adik-adik penulis yaitu Wulan, Desti, Puput dan Yugo serta tak lupa pula penulis berterimakasih kepada Almarhum Kakek Tukijo yang telah memberi motivasi kepada penulis selama hidupnya, Nenek Sarini serta Pakde, Bukde, Paklek, Buklek, serta sepupu-sepupu yang selalu memberi perhatian dan motivasi kepada penulis.


(4)

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat selesai dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku ketua Departemen Sosiologi, Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi dan Ketua Pengu ji, Bapak Henri Sitorus, S.Sos., M.Sc selaku Dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama mengerjakan skripsi ini, dan juga penguji I penulis, Bapak Drs.Henry Sitorus., M.Si selaku penguji II penulis, Bapak Drs. Terang Kita Brahmana selaku Dosen Wali penulis, semua Dosen FISIP Universitas Sumatera Utara yang pernah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah, semua Staf Administrasi di FISIP USU.

Terima kasih juga kepada Wahyudi yang banyak memberikan bantuan kepada penulis dan sahabat-sahabat penulis Rini Handayani Siregar S.Sos, Rahmayani Butar-butar, Tuti Herlinda, Eka pradita, Maya Novita S.Sos, Indah Kartika, Ulya Juriati, Asmawati, Esha, Mita Ranita, Viana , Metha Helfina, Risky Khairil, Yandi Deriawan, Angga Harahap, Gibran Daulay, Vivi, Irma, Debora, Lidya, Magdalena, Dila, Tantri, Ryan, Zulfadly, Darma, Afwan, Okto, Regar, Wina, Melinda, Roselin, Rolas, Icha, Ayis, Rosianti, Tina, semua teman-teman departemen Sosiologi Stambuk ’06 yang tidak disebutkan namanya, semua Senior dan Junior Departemen Sosiologi FISIP USU, Bang Ignatius, Wati, Nia, Mas Suranto, Mas


(5)

Yogi, Nugroho, Wahyu Budi, Risa, Kak Yelmis dan Muhammad Hidayat sahabat dunia maya yang banyak memberi saran dan kritik kepada penulis.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dirwandi selaku Manager CD Area I Sumatera, Bapak Suteki selaku Assisten Manager/Officer I, Bapak Ben Sugito selaku Officer Penagih, Bapak Indra Prawira ST selaku Ketua Kampung Digital, Muhammad Syahputra, ST, Kepala Desa Sampali Ibu Hj. Ir. Sri Astuti, Bapak Saptaji dan seluruh Informan baik hati yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian kepada penulis.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Defenisi Konsep ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 9

2.2. Sustainable Livelihood (Penghidupan Berkelanjutan)... 26

2.3. Community Development Dalam Dunia Usaha ... 28

2.4. Wilayah Peri-Urban ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi Penelitian ... 33


(7)

3.3.1. Unit Analisis ... 34

3.3.2. Informan ... 34

3.4. Teknik Pengumpulan data ... 35

3.4.1. Data primer ... 35

3.4.1.1. Metode Wawancara ... 35

3.4.1.2. Metode Observasi ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5. Interpretasi Data ... 36

3.6. Jadwal Kegiatan ... 38

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 39

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRESTASI DATA 4.1. Deskripsi Wilayah ... 40

4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali ... 40

4.1.1.1. Penduduk ... 41

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43

4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna Logo PT. Telkom ... 45

4.2. Interpretasi Data ... 47

4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali ... 47

4.2.1.1. Kampung Digital ... 47

4.2.1.2. Bantuan Kredit Mikro ... 54

4.2.2. Profil Informan ... 60

4.2.3. Dampak Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk. Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban di Desa Sampali ... 82


(8)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 96 5.2. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Triple Bottom Lines ... 23

Gambar 2. The Pentagon Asset ... 27


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan ... 41

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Sampali ... 42


(11)

ABSTRAKSI

Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate

Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat

Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa PT. Telkom melaksanakan program Kampung Digital Sampali dan bantuan kredit mikro (pinjaman modal usaha) untuk UMKM yang ada di Desa Sampali sebagai bentuk tanggung jawab sosial bagi masyarakat. Kampung Digital di Sumatera ada tiga yaitu di Kampung Digital Terang Bulan, Kampung Digital Sumber Karya, Kampung Digital Sampali serta terakhir Kampung Digital yang diadakan di Langkat. Namun, hanya Kampung Digital Sampali yang berhasil dan berjalan dengan lancar. Dan ini dikarenakan adanya keinginan masyarakat Desa Sampali yang kuat untuk berubah. Kampung Digital di Sampali ini meliputi didalamnya program pelatihan, pembangunan drainase, renovasi mesjid dan program lain yang sudah dilakukan dan berjalan lancar sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan walaupun tidak dipungkiri bahwa masih ada saja kendala yang harus dihadapi . Sedangkan bantuan kredit mikro ini masih berjalan sampai dengan sekarang dan banyak masyarakat yang mengalami kemajuan dalam usaha walaupun ada juga yang tidak, yang dapat menimbulkan kemacetan dalam hal pembayaran cicilan. Berdasarkan uraian landasan teori yang ada digunakan yaitu teori sustainable livelihood terbukti bahwa program CSR yang dibuat PT. Telkom tersebut memberikan dampak yang baik bagi masyarakat terutama dalam mengakses mata pencaharian masyarakat.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi dari sebuah usaha adalah mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima secara luas dalam dunia usaha adalah business is business. Dengan berpegang pada prinsip ini, sebuah perusahaan bisa menghalalkan segala macam cara untuk bisa meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga seringkali terjadi gesekan-gesekan kepentingan baik di dalam internal perusahaan sendiri ataupun antara perusahaan dengan pihak eksternal.

Namun, saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dimasyarakat yang berguna untuk menjaga kelangsungan perusahaan itu sendiri. Untuk itu, sudah hampir beberapa tahun belakangan ini sering kali kita dengar istilah Corporate Social Responsibility atau yang bisasa disingkat dengan CSR.

Pentingnya program CSR ini dilaksanakan di dunia usaha, mendorong PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk melaksanakan program CSR yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekaligus memberikan manfaat tersendiri bagi


(13)

perusahaan. Seperti hasil penelitian dari Novalina tahun 2009 tentang Implementasi

Program Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan dimana terbukti

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi program Corporate Social Responsibility dan citra positif perusahaan dimasyarakat. Ini terbukti bahwa CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi bagi perusahaan itu sendiri.

Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk mengkreasikan masyarakat mandiri. Ini sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan kegiatan CSR agar masyarakat berdaya dan menjadi mandiri dengan beberapa program atau agenda kegiatan yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk seperti: Telkom Peduli dimana ini merupakan suatu kemasan dari program CSR (Corporate Sosial Responsibility) Telkom untuk peduli kepada warga masyarakat. Termasuklah, bagaimana Telkom ingin mengembangkan sebuah kawasan yang sebelumnya tidak begitu tersentuh, khususnya perkembangan ICT (Information and Communication Technology) menjadi sebuah kawasan yang memiliki infrastruktur ICT. Melalui pendekatan Tripple Bottom Line, Telkom mendirikan Pusat Informasi Masyarakat dengan menyebar titik-titik akses (access points) semacam RT/RW-net dengan mendirikan Kampung Digital sebagai pusat penyaluran koneksi internet SPEEDY yang kemudian disalurkan ke Pusat Informasi Masyarakat (PIM), membantu pembangunan drainase, renovasi mesjid dan menanam 1.000 pohon mangga di Desa Sampali.


(14)

Desa Sampali ini merupakan salah satu tempat yang dituju perusahaan ini untuk mengimplementasikan program CSR mereka agar desa ini menjadi desa yang berdaya dan mandiri. Desa Sampali ini juga merupakan wilayah yang termasuk kedalam Wilayah Peri-Urban dimana karakteristik daerah urban dan pedesaan bertemu.

Menyadari akan Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan penting bagi peri kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka.

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tentang CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang bertempat di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara agar mengetahui seberapa besar dampak CSR perusahaan itu terhadap masyarakat.


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah :

”Bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Tbk. terhadap akses mata pencaharian masyarakat di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Tbk. terhadap akses mata pencaharian masyarakat peri urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan pada umumnya memiliki manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:


(16)

1.4.1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sosiologis peneliti mengenai Corporate Social Responsibility.

2. Dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kajian ilmiah bagi para mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memperkaya informasi pemahaman tentang Corporate Social Responsibility PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

2. Menambah referensi daripada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya.


(17)

1.5. Defenisi Konsep

Setiap penelitian yang bersifat ilmiah, pada umumnya defenisi konsep sangatlah penting guna mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai. Oleh karena itu harus ada batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini.

Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dampak

Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Dampak yang dibahas dalam penelitian ini adalah dampak yang didapat dalam melaksanakan program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terhadap pengetahuan dan penghasilan masyarakat di Desa Sampali.

2. Program

Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan. Program dalam penelitian ini mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TELKOM.

3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan


(18)

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung, 2008 :1). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.

4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi dan sudah beroperasi sejak lama hingga sekarang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat demi terlaksananya pertukaran informasi antara beberapa pihak tanpa memandang jarak dan waktu.

Memasuki repelita V, pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan Telekomunikasi karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Untuk itu, berdasarkan PP No. 25 Tahun 1991, bentuk Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Dan sejak saat itu berdirilah Perusahaan Perseroan Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang lebih dikenal dengan sebutan PT. TELKOM.


(19)

5. Wilayah Peri-Urban

Wilayah Peri-Urban merupakan wilayah di sekitar kota-kota besar yang dapat dicapai secara harian ke kota inti. Pada wilayah ini terjadi penurunan kegiatan ekonomi pedesaan, pertanian dan peralihan pemanfaatan lahan pertanian ke perkotaan. (Soegijoko, 2005:43).

6. Mata pencaharian

Untuk menghitung seberapa besar dampak CSR terhadap akses mata pencaharian dapat dilihat dari seberapa besar modal alam, manusia, keuangan, fisik, sosial dan informasi berpengaruh.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR muncul pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui prduknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggungjawab sacara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.

Inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep CSR yang paling primitif: kedermawanan yang bersifat kariatif. Gema CSR semakin terasa pada tahun 1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG (good corporate governance), dimana ini sebagai


(21)

suatu entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good bussiness ethics.

Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu Transparency (Keterbukaan Informasi), Accountability (Akuntabilitas),

Responsibility (Pertanggungjawaban), Indepandency (Kemandirian) dan Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran) yang biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Dan dari

kelima prinsip diatas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dan dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh

stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan

nilai tambah bagi stakeholders-nya (Wibisono, 2007:11-12).

Dari sisi etimologis CSR kerap diterjemahkan sebagai ”Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Dalam konteks lain, CSR terkadang juga disebut sebagai ”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha (Tansodus)” (Wibisono, 2007:8).

Micheal Hopkins (2004:1), defenisi CSR adalah ” corporate social

responsibility is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a responsible manner. ’Ethically or responsible ’ means treating stakeholders in a


(22)

manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside. The natural environment is a stakeholder. The wider aim of social responsibility is to create higher and higher standards of living, while preserving the protability of the corporation. For peoples both within and outside the corporation”, yaitu

memperlakukan stakeholders perusahaan seetis dan se-bertanggungjawab mungkin. Secara etis ataupun bertanggungjawab” artinya memperlakukan para satkeholders dalam cara yang bisa diterima atau dianggap bisa diterima dalam masyarakat yang beradab.Sosial meliputi tanggungjawab ekonomi. Stakeholders terjadi di dalam dan di luar perusahaan. Lingkungan alami juga merupakan stakeholder. Tujuan yang lebih luas dari tanggungjawab sosial adalah untuk menciptakan standard kehidupan yang lebih tinggi, sambil mempertahankan daya laba usaha untuk orang yang ada didalam dan di luar perusahaan.

Menurut The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) in Fox, et al (2002), definisi CSR adalah “corporate social responsibility

is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”, yaitu komitmen

bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti


(23)

adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara.

Warhurst (Wibisono, 2007 : 39-41) prinsip-prinsip CSR itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Prioritas korporat.

Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.

2. Manajemen terpadu.

Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.

3. Proses perbaikan.

Secara bersinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional.

4. Pendidikan karyawan.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.

5. Pengkajian.

Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.


(24)

6. Produk dan jasa.

Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial.

7. Informasi publik.

Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.

8. Fasilitas dan operasi.

Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

9. Penelitian.

Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.

10. Prinsip pencegahan.

Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.

11. Kontraktor dan pemasok.

Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila diperlukan


(25)

mensyaratkan perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok.

12. Siaga menghadapi darurat.

Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.

13. Transfer best practice.

Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.

14. Memberi sumbangan.

Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.

15. Keterbukaan.

Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengatisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.


(26)

16. Pencapaian dan pelaporan.

Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.

Ada beberapa bentuk kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosial yaitu:

1. Public Relation yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkisanggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawanny, dan biasanya untuk melawan ’serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur berkembang. 3. Keinginan Tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar

berasal dari visi perusahaan (Rudito, 2007:210).

Dalam setiap program, pada umumnya memiliki tujuan dan manfaat yang berguna baik bagi segelintir orang maupun oleh kebanyakan orang. Adapun manfaat yang dapat diambil dari adanya program CSR bagi perusahaan adalah sebagai berikut (Untung, 2008:6-7):


(27)

a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. j. Peluang mendapatkan pengharagaan.

Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan masyarakat. Ini sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan kegiatan CSR agar masayarakat berdaya dan menjadi mandiri. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri, kalau berbicara tentang

Corporate Social Responsibility, terdapat banyak defenisi. Kata sosial sering

diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal CSR terkait dengan sustainability dan acceptability, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha disuatu tempat, dan perusahaan ingin berkelanjutan dalam jangka panjang. Jadi CSR juga dilihat dalam lingkup stakeholders atau lingkungan dimana perusahaan berada.


(28)

Selama ini CSR kebanyakan diukur dari sudut berapa besar uang yang dikeluarkan perusahaan. Sebenarnya bukan uang saja, uang itu hanya sebagian nilai karena ada nilai intangible yang sangat penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai sejauh mana perusahaan aktif dan proaktif dengan lingkungan? Persoalannya kata sosial sering hanya dipahami sebagai bentuk kedermawanan. Padahal kedermawanan itu adalah sebagian kecil dari CSR, itu sebabnya ada perusahaan yang hanya mau menggunakan kata corporate

responsibility atau CR. Corporate responsibilities ada dua. Pertama, yang sifatnya ke

dalam atau internal. Kedua, yang sifatnya mengatur keluar atau eksternal. Kalau internal menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya Good Corporate

Governance. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi

(Untung, 2008:9-10).

Good Corporate Governance adalah mekanisme bagaimana sumber daya

perusahaan dialokasikan menurut aturan ”hak” dan ”kuasa”, sedang Perusahaan Publik menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah)atau suatu jumlah pemegang saham dan modal yang disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Adapun corporate responsibility eksternal, menyangkut lingkungan tempat dimana perusahaan berada. Pengusaha harus memperhatikan polusi, limbah, maupun partisipasi lainnya. Stakeholder yang ada di luar dapat dikategorikan, ada masyarakat,


(29)

pemasok, pelanggan, konsumen, maupun pemerintah. Apabila perusahaan ingin berbuat sesuatu untuk masyarakat, perusahaan harus tahu apa yang stakeholder butuhkan. Bukan yang ingin perusahaan buat. Oleh karena itu, harus terjadi komunikasi sebelum membuat program. CSR jauh lebih besar dari kedermawanan yang biasanya lebih karena bencana alam. Tujuan CSR juga bukan untuk memanja, karena akan terjadi pembodohan masyarakat. Jadi CSR tujuannya untuk pemberdayaan, bukan memperdayai. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri (Untung, 2008:10-11).

Menurut Princes of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR, pertama, menyangkut human capital atau pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang lingkungan. Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social cohesion. Artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi (Untung, 2008:11-12).

Jadi, keuntungan lain dari investasi sosial bernama CSR ini adalah apabila dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar mahal karena kita membicarakan tentang sustainability dan acceptability. Sebab itu terkait dengan resiko bagi investor. Investor menyumbangkan social responsibility dalam bentuk premium nilai saham. Itu sebabnya ada pembahasan tentang corporate social


(30)

saham perusahaan secara premium. Kalau perusahaan tergolong high-risk investor akan menghindar. Jadi, dari uraian diatas terlihat jelas bahwa faktor yang mempengaruhi implementasi CSR adalah komitmen pimpinan perusahaan, ukuran dan kematangan perusahaan serta regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah.

Agar program Corporate Social Responsibility (CSR) berhasil, maka perlu adanya keterlibatan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders lainnya (Rudito, 2007:210).

Perilaku para pengusaha pun beragam dari kelompok yang sama sekali tidak melaksanakan sampai ke kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai inti (corevalue) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan praktek CSR, pengusaha dapat dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau.

Kelompok hitam adalah mereka yang tak melakukan praktik CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial


(31)

sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktek CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan dan gertakan sebelum melakukan praktek CSR. Praktek jenis ini tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Kelompok Biru, perusahaan yang menilai praktek CSR akan memberi dampak positif terhadap usahanya karena metupakan investasi, bukan biaya. Kelompok Hijau, Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal sosial.

Saidi dan Abidin (2004:64-65) menyatakan ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:


(32)

1. Keterlibatan langsung, dimana perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat senoirnya, seperti

corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas

pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dimana perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan-perusahaan dinegara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain, dimana perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (ornop), instansi pemerintah universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat ”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.


(33)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program CSR yang dilaksanakan perusahaan ini dilakukan agar terjalin hubungan baik antara masyarakat dengan perusahaan. Ini bisa dikatakan sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agar tetap beroperasi. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program CSR ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kedua belah pihak saling menguntungkan satu sama lain dan saling mendapatkan manfaat dari hubungan yang mereka jalani dengan baik.

Dalam CSR, perusahaan tidak dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, selain aspek financial juga sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup (Untung, 2008:25).

Dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada 1997. dalam bukunya:

“Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.”

Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic

prosperity, environmental quality, dan social justice (Untung, 2008:32). Menurut

konsep tersebut, CSR dikemas kedalam tiga komponen prinsip yakni : Profit, Planet, dan People (3P). Dengan konsep ini memberikan pemahaman bahwa suatu


(34)

perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu keuntungan belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Gambar 1.

Triple Bottom Lines

Sumber : Wibisono, 2007:32

Profit (Keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.

Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat

digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktifitas Sosial (People)


(35)

yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan niali tambah semaksimal mungkin.

Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.

People (Masyarakat)

Menyadari bahwa msyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu

stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat

diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial.


(36)

Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan akseptabel maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita bangun tidur di pagi hari hingga terlelap dimalam hari berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana kita memperlakukannya.

Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet (lingkungan) (Wibisono, 2007:33-37).


(37)

2.2. Sustainable Livelihood

Konsep ini sesungguhnya dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir dekade 1990an, namun didesain sedemikian rupa sehingga sangat relevan untuk kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan ala sustainable livelihood

system adalah pendekatan pembangunan kontemporer (konsep pembangunan dekade

1990an) yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan ala modernisasi yang dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan sistem nafkah berkelanjutan berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat kesejahteraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata sistem-nafkah.

Scoones (Odero, 2009:2) mengidentifikasi lima aset atau tipe ”modal”, yakni: modal alam, manusia, keuangan, fisik, dan sosial. Masyarakat, menurut pendekatan kehidupan untuk keberhasilannya yang bertumpu pada nilai pelayanan yang mengalir dari stok modal total. Lima bentuk modal ini tidak memiliki karakteristik yang sama. Modal alami mengartikan elemen-elemen biofisik seperti air, udara, tanah, sinar matahari, hutan, mineral, dan lain-lain. Aset-aset yang terjadi secara alami ini bisa diperbaharui.

Modal manusia barangkali adalah faktor yang sangat penting. Orang sekaligus merupakan objek dan subjek pembangunan. Modal keuangan adalah media pertukaran dan dengan demikian ini merupakan fungsi sentral ekonomi pasar.


(38)

Ketersediaannya dengan demikian sangat penting terhadap pemanfaatan yang sukses dari faktor-faktor atau aset lain. Tidak perlu dibingungkan dengan modal alami yang serba fisik. Modal fisik mengartikan aset buatan manusia seperti perumahan, jalan, dan bentuk modal fisik lainnya atau modal keras yang membentuk lingkungan. Modal sosial menurut Coleman (1990) adalah produktif yang memungkinkan pencapaian tujuan tertentu yang tidak mungkin dicapai tanpa itu. Dalam kerangka Sustainable

Livelihood, modal sosial memerlukan jaringan-jaringan sosial dan

hubungan-hubungan dengan manusia.

Gambar 2.

The Pentagon Asset

Sumber: Odero, 2009:3

H S

P F

N Human Capital Social

Capital

Physical Capital

Natural Capital

Financial Capital


(39)

2.3. Community Development oleh Dunia Usaha

Belakangan ini dirasakan adanya dorongan di kalangan dunia usaha agar dalam melaksanakan berbagai aktivitas tidak semata-mata diorientasikan kepada upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung, tetapi juga diorientasikan dalam rangka kepedulian sosial dan tanggung jawab sosial. Bahkan dalam batas-batas tertentu usaha yang berorientasi kepedulian dan tanggung jawab sosial tersebut dirasakan sebagai bagian dari implementasi nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk dunia usaha. Pada umumnya implementasi kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).

Salah satu program yang dianggap sebagai sarana yang tepat untuk melaksanakan aktivitas CSR yang proposional adalah community development yang berkembang sejak tahun 1990-an dimana Community Development (Pengembangan Masyarakat) adalah proses pembentukan kembali, struktur-struktur masyarakat manusia yang memungkinkan berbagai cara baru dalam mengaitkan dan mengorganisasikan kehidupan sosial serta pemenuhan kebutuhan manusia (Ife, 2008:3). Hal ini dapat dipahami dari beberapa pertimbangan.

Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community

development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang

dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community


(40)

berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust. Sementara itu bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual

trust dan reciprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna

meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat.

Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang bersifat karitatif, melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Oleh sebab itu melalui pendekatan community development dapat diharapkan program CSR tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara berkesinambungan dan terlembagakan.

Ketiga, aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat, terutama masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi sudah terlembagakan, berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan masyarakat dapat dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Hal itu dimungkinkan karena melalui kegiatan bersama dalam menggarap program-program dengan pendekatan community development dapat dibangun saling pengertian dan empati diantara semua pihak yang terkait (Soetomo, 2006:118-119).


(41)

Salah satu upaya dalam mewujudkan Community Development adalah dengan melakukan pemberdayaan dimana pemberdayaan sendiri memiliki pnegrtian bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagi proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Dan pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto, 2005:59-60).

Dalam melakukan pemberdayaan pada umumnya memiliki tahapan strategi pemberdayaan yang penting guna tercapainya tujuan pemberdayaan yang diinginkan. Suharto (2005 : 67-68) merumuskan tahapan strategi pemberdayaan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu:

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan strujtural yang menghambat.


(42)

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memnuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat serta menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah,dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyrakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keeimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.


(43)

2.4. Wilayah Peri- Urban

Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai daerah urban fringe atau daerah peri urban. Karena letaknya di antara dua wilayah yang berbeda kondisi lingkungannya, maka wilayah peri urban (WPU) mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini terjadi penurunan kegiatan ekonomi pedesaan, pertanian dan peralihan permanfaatan lahan pertanian ke perkotaan (Soegijoko, 2005:43).

Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan begitu penting bagi peri kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari yang diamati (Moleong, 2006).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah: lokasi yang mudah dijangkau oleh peneliti, ada keistimewaan tempat ini jika dibandingkan dengan kampung digital lain yang ada di Suamtera Utara, tersedianya transportasi yang memadai dan hemat biaya.


(45)

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sampali.

3.3.2. Informan

Dalam suatu penelitian, informan merupakan orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan kunci yang menjadi subjek penelitian ini antara lain:

1. Pihak PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu manager CDC ( Community Development Center) dan officer CDC ( Community Development Center) sebanyak 1 orang

2. Kepala Desa Sampali sebanyak 1 orang 3. Ketua Kampung Digital sebanyak 1 orang

4. Pengurus Pusat Informasi Masyarakat sebanyak 1 orang

5. Tokoh masyarakat seperti: tokoh agama, tokoh perempuan dan tokoh pemuda sebanyak 1 orang

6. Usaha Mikro Kecil Menengah penerima bantuan modal usaha sebanyak 10 orang


(46)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua cara yaitu:

3.4.1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber pertama dilapangan (Burgin, 2001:128). Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi lapangan yaitu:

3.4.1.1. Metode Wawancara

Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Salah satu bentuk metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

(in-depth interview). Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan

data atau informasi dengan cara langsung, bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang diteliti (Bungin, 2008 : 157-158). Wawancara dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan bantuan alat perekam dan pedoman wawancara.


(47)

3.4.1.2. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari beberapa literatur diantaranya adalah buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data adalah sebuah tahap dalam upaya menyederhanakan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan maupun dari hasil yang diperoleh dari buku-buku referensi, internet, jurnal, artikel, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh dalam penelitian inilah yang akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan sampai pada akhirnya disusun sebagai akhir laporan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, tahap interpretasi diawali dengan proses observasi dan wawancara mendalam yang telah


(48)

dilakukan untuk kemudian data serta informasi yang didapat dikategorikan serta dikaitkan dengan data yang satu dengan yang lainnya agar kemudian dapat diinterpretasikan secara kualitatif dengan menggunakan konsep-konsep yang telah ditemukan dilapangan.


(49)

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan proposal √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penyerahan hasil seminar √

7 Operasional penelitian √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan laporan akhir √ √


(50)

3.7. Keterbatasan Peneliti

Tidak ada manusia yang sempurna dan pastinya setiap orang memiliki banyak

keterbatasan begitu juga dengan peneliti yang menyadari begitu banyaknya keterbatsan yang dimiliki dalam melakukan penelitian ini. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah karena beberapa kendala yang dihadapi peneliti dalam proses penelitian:

1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature yang diperoleh peneliti, peneliti memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan dalam berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu yang kurang baik sehingga terkadang para informan kurang mengerti apa yang peneliti maksud. Dalam hal ini penelitian belum dapat di deskriptifkan secara mendalam sehingga penyajian analisis masih belum maksimal dan masih terdapat banyak kekurangan.

2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses penelitian, yaitu lokasi penelitian yang harus melalui prosedur-prosedur tertentu sebelum melakukan penelitian, harus memperoleh izin dari perusahaan dan desa yang akan menjadi tempat penelitian yang menghabiskan waktu yang cukup lama.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Wilayah

4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali

Tahun 1955 – 1978, Desa Sampali adalah sebuah kampung. Seiring perkembangan zaman dan jumlah penduduk yang mulai bertambah maka kampung ini diganti dengan sebutan desa yang diberi nama Desa Sampali. Desa Sampali merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya 2.301,09 Ha. Desa ini berada diatas ketinggian ± 5 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2.238 m3/tahun dan memiliki suhu udara rata-rata 24oC s/d 32oC.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Sampali adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Johar • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Setia

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medan Estate/Laut Dendang • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Darat

Luas wilayah yang cukup luas yaitu 2.301,09 Ha ini terdiri dari lahan perkebunan sebesar 1.234 Ha, Pemukiman Umum 194 Ha, Pemukiman Real Estate


(52)

172 Ha, Ladang masyarakat 0,2 Ha, Lapangan olah raga 4 Ha, Rumah Ibadah 0,5 Ha dan Kuburan 5 Ha. Dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum yang lengkap.

Setiap desa memiliki satu kepala desa dan dibawah ini ada beberapa nama kepala desa yang pernah atau masih menjabat sampai dengan sekarang.

Tabel 1.

Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan

NO NAMA MASA JABATAN KETERANGAN

1 Kliwon 1955 – 1965 Kepala Kampung

2 Kamiso Mursidi 1965 – 1973 Kepala Kampung

3 Sudarji 1973 – 1978 Kepala Kampung

4 Salim Nasution 1978 – 1994 Kepala Desa

5 Drs. Mariono, SP 1994 – 2002 Kepala Desa

6 Ir. Sri Astuti 2002 – 2007 Kepala Desa

7 Ir. Hj. Sri Astuti 2008 – 2014 Kepala Desa

4.1.1.1. Penduduk

Desa Sampali di bagi atas 25 Dusun dan ada penambahan yaitu Cemara Asri dan Cemara Hijau yang memiliki 21.262 jiwa yang terdiri dari 8.977 jiwa untuk laki-laki dan 12.285 jiwa untuk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 4.537 KK. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Sampali dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(53)

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Desa Sampali

No Dusun/Lingkungan Jumlah Penduduk

Lk Pr Jumlah

1 I 289 149 438

2 II 168 258 426

3 III 408 620 1028

4 IV 477 578 1355

5 V 325 532 857

6 VI 250 474 724

7 VII 604 896 1500

8 VIII 185 235 420

9 IX 175 245 420

10 X 200 301 501

11 XI 245 395 640

12 XII 275 393 668

13 XIII 559 580 1139

14 XIV 267 386 653

15 XV 215 130 345

16 XVI 235 360 595

17 XVII 245 320 565

18 XVIII 305 440 745

19 XIX 215 370 585

20 XX 331 590 921

21 XXI 362 568 930

22 XXII 420 455 875

23 XXIII 299 454 753

24 XXIV 338 753 1091

25 XXV 366 453 819

26 Cemara Asri 730 853 1583

27 Cemara Hijau 488 499 987

Jumlah 8977 12285 21262


(54)

Berdasarkan uraian tabel diatas dapat diketahui bahwa Dusun XV merupakan dusun yang memiliki jumlah penduduk yang sangat sedikit yaitu 345 jiwa. Sedangkan yang paling banyak adalah berjumlah 1583 jiwa yang merupakan daerah lingkungan komplek perumahan Cemara Asri.

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Telkom pada tahu layanan Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg).Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.

Tahun Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Tahu Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahu Corporation Tbk. Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional,


(55)

terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Tahun (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Pada tanggal saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo.

Tahun Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan diregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.

Tahu bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bula penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada


(56)

"New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.

4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna logo PT. Telkom

Sejak 11 Mei 2000 PT. Telkom memiliki visi baru yaitu: “to become a

leading infocome company in the region”. Dalam cita-citanya Telkom ingin menjadi

sebuah perusahaan yang memimpin bisnis infocome, yang merupakan perpaduan antara telekomunikasi dan broadcasting, hiburan dan bisnis content, internet, data serta mobile net dikawasan regional sebagai full service and network provider (FSNP).

Adapun yang menjadi Misi PT. Telkom adalah sebagai berikut:

1. Menjadi perusahaan yang terunggul dalam menyediakan jasa dan jaringan informasi dan komunikasi berskala regional.

2. Menyediakan pelayanan satu atap (one-stop-service).

3. Memberikan garansi yang terbaik bagi pelayanan dan harga yang kompetitif. 4. Menggunakan teknologi yang tepat guna dan partnership.

Dalam meningkatkan Visi dan Misi perusahaan, PT. Telkom juga mempunyai Motto, yaitu: COMMITED 2 U yang memiliki arti pernyataan janji dan kesediaan untuk pelibatan diri secara total dalam rangka memberikan yang terbaik kepada

stakeholders. Pelibatan diri ini bisa dilakukan dalam aktifitas pekerjaan, pemikiran,


(57)

menjalankan kepemimpinan, pengembangan kompetensi, dan sebagainya yang kesemuanya dilakukan dalam rangka memberikan yang terbaik.

Secara filosofi perusahaan atau dari bentuk desain visualnya, logo Telkom memberikan gambaran sebagai berikut:

1. Bentuk visual logo: misi Telkom yang mantap, modern, luwes, sederhana, cepat terlihat secara utuh.

2. Menggambarkan dunia telekomunikasi modern melalui teknologi mutakhir yang tercermin dalam citra keseluruhan.

3. Gambaran sifat komunikasi serta kerja sama yang selaras secara berkesinambungan dan dinamis, digambarkan oleh garis-garis yang mengesankan gerak beraturan dengan warna dominan biru tua dan biru muda yang membentuk satu kesatuan visual/grafis yang utuh.

4. Warna biru tua menggambarkan teknologi tinggi telekomunikasi yang berkembang dalam suasana masa depan gemilang.

5. Ruang gerak Telkom secara nasional dan internasional tergambar dalam bentuk bulatan atau super elips dari logo.

6. Bentuk bulat yang berwarna biru tua menggambarkan utuhnya wawasan nusantara yang dipersatukan oleh Telekomunikasi.

7. Bentuk huruf yang dipakai mencerminkan karakter modern, kokoh, berwibawa, kompak, namun tetap sederhana dan mudah dibaca.


(58)

4.2. Interpretasi Data

4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali 4.2.1.1. Kampung Digital

Kampung Digital yang ada di Sumatera yang dibuat oleh PT. Telkom ada beberapa yaitu Kampung Digital Terang Bulan, Kampung Digital Sumber Karya dan Kampung Digital Sampali. Kampung Digital Sampali sendiri terletak di Desa Sampali yang diresmikan pada 18 Juli 2008 oleh Direktur HC & GA PT. TELKOM, Bapak Faisal Syam.

Alasan mengapa PT. Telkom mengadakan program PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) yaitu Kampung Digital. Menurut Pak S adalah,

“… Karena kami tidak ingin mengadakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan bidang usaha yang kami jalankan yaitu penyedia jasa telekomunikasi…”(Wawancara di ruangan CDC PT. Telkom Kandatel Medan Hari Selasa, 25 Mei 2010)

Adapun kegiatan yang ada di Kampung Digital khususnya di Desa Sampali adalah:

I. Pendidikan dan pemanfaatan TI untuk pengembangan masyarakat.

a. Pelatihan internet gratis untuk warga Desa Sampali dan biasanya dilakukan pada hari libur.

b. Penyediaan Sarana Pusat Internet di 4 Lokasi yaitu Sekretariat Kampung Digital yang ada di Gang Tawon, Kantor Desa, Pondok Rowo dan Kemuning yang jika di total secara keseluruhan bantuan penyediaan sarana pusat internet ini terdiri dari :


(59)

• 11 Unit Komputer • 4 Unit Printer • 1 Unit Projector • 1 Unit Kamera Digital • 1 Unit Akses Internet

• 4 Unit Tower dan Radio Wireless • 1 Unit Hotspot

• 4 Unit Plank Nama

c. Pengembangan Website

untuk promosi desa, informasi kegiatan, penguatan lembaga sosial dan promosi produk usaha kecil.

d. Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM e. Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital

II. Pemberdayaan ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) a. Pengembangan Koperasi, yaitu Koperasi Serba Usaha (KSU)

“SAMPALI DIGITAL” (Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi lainnya

dilaksanakan oleh KSU “Sampali Digital” sebagai Unit Usaha PKBM “Generasi Amanah”). Koperasi ini juga merupakan salah satu wadah untuk


(60)

III. Pemberdayaan sosial

a. Bingkisan Pendidikan Untuk 90 Anak Sekolah Kurang Mampu, Berupa baju dan celana/rok sekolah, sepatu, buku tulis.

b. Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo @ Rp. 100.000,- IV. Perbaikan lingkungan, sarana umum dan ibadah.

a. Pembangunan Drainase di G. Tawon (Dusun 16, 17, 18)

b. Pembangunan Gapura Kampung Digital Sampali di Dusun 18 .

c. Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance d. Penanaman 1.000 Pohon Mangga di Halaman Rumah Warga

e. Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo f. Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi

g. Pembangunan Drainase di Komp. Lapangan (Dusun 10) dan Jl. Kenari (Dusun 12)


(61)

Tabel 3.

REKAPITULASI ANGGARAN

NO PROGRAM BANTUAN PT. TELKOM

HIBAH (Rp.) PINJAMAN (Rp.) 1 Pelatihan internet gratis untuk

warga Desa Sampali

- -

2 Penyediaan Sarana Pusat Sarana Internet di 4 Lokasi

78.400.000 -

3 Pengembangan Website - -

4 Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM

25.000.000 -

5 Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital

6.500.000 -

6 Pengembangan Koperasi 10.000.000 85.000.000

7 Pinjaman Modal Pengembangan Usaha Kecil (40 UKM)

- 437.000.000

8 Bantuan Modal Kerja Untuk Usaha Kecil

45.000.000 -

9 Pembangunan Drainase di Dusun 16, 17, 18

22.000.000 -

10 Pembangunan Gapura di Dusun 18

2.000.000 -

11 Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance


(62)

12 Penanaman 1.000 Pohon Mangga

25.000.000 -

13 Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo

10.000.000 -

14 Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi

20.000.000 -

15 Pembangunan Drainase di Dusun 10 dan Dusun 12

20.000.000 -

16 Perbaikan Masjid Asy Syakirin Pondok Rawa (Dusun 22)

10.000.000 -

17 Bingkisan Pendidikan Anak Sekolah Kurang Mampu

12.705.000 -

18 Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo

6.000.000 -

TOTAL 308.605.000 522.000.000

Sumber: Pengurus Kampung Digital Sampali

PT. Telkom mendirikan PIM (Pusat Informasi Masyarakat) yang dijadikan sebagai tempat untuk pelatihan komputer dan internet gratis. PIM ini dilengkapi sarana pelatihan seperti komputer dan internet dimana aliran internet ini melalui koneksi internet SPEEDY dimulai dari line telepon di Sekretariat Kampung Digital Sampali yang ada di Gang Tawon Dusun 18, dari modem, ke switch, ke server, baru kemudian diarahkan ke jaringan kantor desa yang ada di Dusun 20 melalui radio wireless. Dari Kantor Desa, lalu didistribusikan ke 2 lokasi lainnya, yaitu Pusat Informasi Masyarakat (PIM) Pondok Rowo (Dusun 22) dan PIM Kemuning yang ada di Jl. Kemuning (Dusun 13).


(63)

Pelatihan komputer dan internet ini disambut antusias masyarakat Desa Sampali khususnya anak-anak sekolah, mahasiswa, remaja mesjid dan orang tua yang biasa dilakukan pada hari libur atau malam hari. Seperti yang ada di PIM Pondok Rowo anak-anak sekolah tidak kurang dari 23 orang datang untuk belajar komputer dan internet. Walaupun komputer yang ada hanya 2 buah, namun kegiatan tetap berjalan dan dilakukan secara bergiliran seperti mengantri sembako. Menurut Pengurus PIM Pondok Rowo Bang DI,

“…Waktu itu dibuat jadwal agar tidak terlalu banyak yang dilatih dalam satu hari cuma itu tidak berhasil karena mereka tetap saja datang...” (Wawancara di PIM Pondok Rowo Hari Sabtu, 29 Mei

2010)

Pelatihan yang ada di Pondok Rowo ini berjalan kurang lebih setengah tahun karena sudah tidak ada lagi yang diajarkan dan ditambah lagi karena adanya kerusakan pada penyaluran internet ke PIM yang membutuhkan biaya besar untuk memperbaikinya jadi pelatihan untuk internet ditiadakan sementara pelatihan komputernya masih berjalan namun sekarang kegiatan pelatihan sudah tidak ada lagi karena sering rusaknya komputer. Sementara yang ada di sekretariat pelatihan berjalan hampir 1 tahun lebih dan sekarang sudah tidak ada lagi kegiatan pelatihan rutin karena pengurus sekretariat mengatakan dalam hal ini diwakili oleh Pak IP selaku Ketua Kampung Digital mengatakan,


(64)

”…Sudah tidak ada lagi yang diajarin karena sudah pintar dan juga karena pelatihan internet tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menguasainya. Sekarang yang ada hanya lah apabila ada anak sekolah atau mahasiswa yang mau mengerjakan tugas yang memerlukan bahan dari internet baru datang ke sekretariat...”

(Wawancara di rumah Pak IP Hari Jum’at, 28 Mei 2010)

Bantuan lain yang diberikan PT. Telkom sekaligus merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Kampung Digital Sampali adalah pemberian bingkisan kepada 90 anak sekolah kurang mampu berupa baju dan celana/rok sekolah, sepatu dan buku tulis; Bingkisan ramadhan untuk 60 jompo serta perbaikan lingkungan, sarana umum dan ibadah yang terdiri dari pembangunan drainase di Gang Tawon (Dusun 16, 17, 18), Kompleks lapangan (Dusun 10) dan Jl. Kenari (Dusun 12) yang tujuan pembuatan draianse ini agar parit dapat mengalir; Perbaikan mesjid yang digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim dan ini berlokasi di Pondok Rowo (Dusun 22); Pembangunan gapura Kampung Digital Sampali ini dilakukan sebagai penanda bahwa ada Kampung Digital Sampali dan pembuatan joglo; Perbaikan mobil ambulance dan pembuatan garasinya yang sangat berguna bagi masyarakat khususnya ketika ada orang sakit atau meninggal dunia; Renovasi tempat pusat sarana internet 4 lokasi untuk menambah kenyamanan dalam melakukan pelatihan dan penanaman 1000 pohon mangga yang digunakan agar desa Sampali tidak panas dan gersang.


(65)

4.2.1.2. Bantuan Kredit Mikro

CSR PT. Telkom yang ada di Desa Sampali tidak hanya kegiatan pendidikan dan pemanfaatan TI untuk pengembangan masyarakat tetapi juga pemberdayaan ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan pertama kali di Koperasi Serba Usaha (KSU) “SAMPALI DIGITAL” yang berada di Gang Tawon Dusun 18 yang juga merupakan sekretariat Kampung Digital. Tempat ini juga yang biasa digunakan untuk melakukan pelatihan seperti pelatihan pembuatan blog usaha guna memudahkan UMKM untuk menjual produk mereka dan pertemuan lainnya.

Selain itu dalam rangka pemberdayaan ekonomi PT. Telkom juga memberikan bantuan hibah untuk 40 penjual bubur yang tersebar di kawasan Desa Sampali yang diberi nama Kelompok Pedagang Bubur Desa Sampali Bangkit. Dan juga memberikan bantuan pinjaman modal kepada 40 UMKM yang ada di Desa Sampali yang dilakukan secara berkala atau dilakukan setiap triwulan seperti bulan 3, bulan 6, bulan 9 dan bulan 12. Namun pengurus Kampung Digital berkata,

“… Sebenarnya ada 45 UMKM yang mendapatkan bantuan pinjaman modal cuma 5 UMKM meminjam melalui KSU Sampali Digital karena mereka tidak memiliki agunan supaya bisa mendapatkan pinjaman modal. Karena syarat untuk meminjam modal kan harus ada agunan jadi yang gak ada pinjam ke KSU Sampali Digital dan KSU sendiri bisa meminjamkan mereka karena adanya bantuan modal dari PT. Telkom sebesar Rp 85.000.000 dan hibah sebesar Rp 10.000.000 untuk membeli peralatan KSU...” (Wawancara di rumah Pak IP Hari


(66)

Setiap yang ingin meminjam modal baik di bank maupun di PT.Telkom sendiri memiliki beberapa persyaratan. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak PT. Telkom ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bagi para calon peminjam diantaranya adalah:

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha) atau;

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1 milyar;

• Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar;

• Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;

• Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi & prospek usaha untuk dikembangkan;

• Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan pembinaan dari BUMN dan institusi sejenis yang lain.

Dan beberapa persyaratan lain yang harus disediakan yaitu:

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat : o Data pribadi sesuai KTP


(67)

o Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja)

2. Data Keuangan meliputi Laporan Keuanagn/Catatan Keuangan 3 bulan terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman

3. Melampirkan :

o FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.

o FC Kartu Keluarga.

o Pas Photo ukuran 3X4-Keterangan Serba Guna dari Kelurahan.

o Gambar / Denah Lokasi Usaha.

o FC Rekening Bank / Buku Tabungan.

o Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

o Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/ perusahaan lain

Sebelum permohonan pinjaman modal tersebut di setujui menurut beberapa informan pihak PT. Telkom melakukan survei ada tidaknya, dan layak atau tidak layak mendapat pinjaman modal tersebut. Setelah disetujui barulah menyerahkan agunan yang bisa berupa surat tanah dan surat BPKB motor sesuai dengan jumlah peminjaman yaitu untuk yang meminjam > Rp 10.000.000 itu surat tanah dan untu surat BPKB motor untuk yang < Rp 10.000.000. Dan Pak MS mengatakan,

“… Agunan tersebut tidak bersifat permanen karena bisa diganti jika suatu saat kita memerlukan surat tersebut. Namun, harus digantikan dengan surat yang senilai seperti agunan yang kita berikan adalah


(68)

surat tanah nah rupanya tanah tersebut mau dijual jadi suratnya digantikan dengan surat tanah yang lain...” (Wawancara di rumah Pak

MS Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Hasil wawancara ini diperkuat dengan pernyataan Pak S yang mengatakan,

“…Agunan ini bersifat tidak permanen dan merupakan titipan yang sewaktu-waktu dapat diambil jika memerlukannya namun harus diganti dengan yang lain yang senilai contoh kalau sebidang tanah tersebut yang dijadikan agunan mau dijual bisa mengambil surat tanah nya dengan syarat diganti dengan surat tanah yang lain…”(Wawancara di ruangan CDC Hari Selasa, 25 Mei 2010)

Setelah setujui dan tahap selanjutnya adalah pencairan pinjaman modal. Para UMKM yang disetujui permohonan pinjaman modalnya mereka dikumpulkan disuatu tempat untuk menanda tangani surat perjanjian. Pak N mengatakan,

“...Waktu itu kami dikumpulkan di hotel dikasih makan, minum dan diberi pengarahan setelah itu kami disuruh menanda tangani surat perjanjian. Baru acara selesai kami disuruh pulang dan proses pencairannya dilakukan dengan serentak melalui Bank dan kami hanya disuruh setelah pulang dicek dananya sudah keluar atau belum di Bank...” (Wawancara di rumah Pak N Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Kemudahan – kemudahan yang diberikan PT. Telkom kepada UMKM tidak hanya proses peminjaman yang mudah akan tetapi bunga yang diberikan pun sangat ringan. Menurut beberapa informan bunga yang diberikan sebesar 6 % pertahun dan dirasa sangat ringan jika dibandingkan dengan Bank. Meminjam modal pasti ada proses pengembalian pinjaman dan peminjaman ini harus dilunasi atau dikembalikan


(69)

dalam kurun waktu 2 tahun dan jika pembayaran lancar tidak telat maka kemungkinan besar akan mendapatkan pinjaman modal selanjutnya. Kalau pun pembayaran tidak lancar pihak PT. Telkom tidak menerapkan sanksi tertulis yang ada hanya sanksi secara moral yaitu rasa malu, citra jelek bukan hanya untuk UMKM itu sendiri melainkan untuk komunitas juga dan tidak diperbolehkan meminjam modal kembali. Karena berdasarkan penuturan Pak SH,

“…Setiap UMKM harus memiliki flexi sehingga ketika ada yang gak bayar kita tau. Itu dari Telkom sekali tring terkirim semua jadi tau semua kawan-kawan peminjam yang lain...” (Wawancara di rumah

Pak SH Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Dan menurut Pak S selaku pihak PT. Telkom mengatakan,

“…Fleximilis ini kan sifatnya jika kita mengirim pesan ke satu orang maka yang lain tau dan itu digunakan persatu angkatan. Gunanya untuk memberitahukan siapa yang tidak bayar dan juga digunakan untuk memberitahu ada pelatihan atau lokakarya…” (Wawancara di

ruangan CDC PT. Telkom Kandatel Medan Hari Selasa 25 Mei 2010)

Dari hasil dilapangan peneliti menemukan adanya UMKM yang mengalami penunggakan dalam pembayaran ini didapat dari keterangan informan yang peneliti wawancarai. Penunggakan itu terjadi dengan berbagai alasan ada yang pergi merantau dan ada juga yang terjadi karena adanya silang pendapat atau perselisihan dikalangan anggota UMKM sebut saja UMKM KUB ASB yang mengalami hal tersebut. UMKM ini menurut beberapa informan sudah bagus karena struktur organisasinya sudah tersusun rapi namun karena adanya unsur kepentingan dan keegoisan beberapa anggota UMKM ini yang merasa memiliki jadi sekarang UMKM ini mulai


(1)

10. Dalam pengembalian pinjaman apakah ada ketentuan tanggal batas pembayaran perbulan, berapa besar cicilan yang Bapak/Ibu harus bayar dan sampai berapa tahun?

Jawab : “Tanggal 9 besarnya cicilan yang saya bayar adalah Rp

1.650.000/bulan selama 2 tahun dengan bunga 0,5 persen per bulan .”

11. Sanksi apakah yang berikan oleh PT. Telkom apabila telat membayar cicilan? Jawab : “Tidak ada.”

12. Setelah meminjam modal apakah usaha yang Bapak/Ibu berjalan sampai dengan sekarang?

Jawab : “Lancar.”

13. Apakah usaha yang Bapak/Ibu jalankan setelah pinjam modal kepada pihak Telkom kehidupan ekonomi keluarga mengalami peningkatan atau kemajuan? Jawab : “Jelas ada peningkatan. Saya punya usaha ponsel, Playstation di dua

tempat yang berbeda tempat yang pertama 10 peralatan (TV dan Playstation) dan tempat kedua 6 peralatan dan rental komputer. Playstation di tempat yang kedua kan sewa tempat dan sewanya Rp 25.000.000 tapi karena ramai dalam waktu satu tahun bisa balik modal perharinya .”

14. Hambatan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi selama menjalankan usaha? Jawab :” Tidak ada hambatan.”

15. Pernahkah pihak PT. Telkom mengadakan pelatihan? Kalau ada pelatihan yang seperti apa?


(2)

Jawab : “Pernah dan diadakan setiap 3 bulan sekali. Pada pelatihan tersebut

dipaparkan masalah-masalah apa yang dihadapi UKM, pemasaran dan marketing. Pokoknya PT Telkom memberi perhatian penuh pada mitra binaan.”

16. Harapan apa yang ingin Bapak/Ibu sampaikan kepada pihak PT. Telkom?

Jawab : “Harapannya ekonomi lebih baik dan sudah dirasakan kenaikannya

dan yang jelas sangat membantu”

Nama : Sutarno

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Kawin

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Wiraswata

Suku : Jawa


(3)

Pertanyaan Penelitian

1. Sejak kapan Bapak/Ibu mendirikan Usaha ini? Bergerak dalam bidang apakah usaha Bapak/Ibu tersebut?

Jawab : “Sudah lama, buka kedai kelontong dan Playstation.”

2. Darimana kah modal awal tersebut diperoleh? Apakah dari modal sendiri atau dari instansi atau perusahaan apa?

Jawab : “Modal dulu pinjam ke koperasi sebesar Rp 5.000.000.”

3. Darimana Bapak/Ibu mengetahui adanya pinjaman modal yang diberikan perusahaan terutama PT. Telkom?

Jawab : “Dari pak Indra ST.”

4. Syarat-syarat apa saja yang diberikan kepada PT.Telkom dalam pengajuan pinjaman modal?

Jawab : “Kartu rumah tangga, jaminan berupa surat BPKB motor, denah lokasi

dan foto usaha baru tinjauan langsung .”

5. Berapakah jumlah pinjaman modal yang Bapak/Ibu ajukan dan berapakah yang disetujui?

Jawab : “Mengajukan Rp 10.000.000 dan disetujui Rp 10.000.000.”

6. Dalam pengembalian pinjaman apakah ada ketentuan tanggal batas pembayaran perbulan, berapa besar cicilan yang Bapak/Ibu harus bayar dan sampai berapa tahun?


(4)

Jawab : “Tanggal 9 tapi kami menetapkan tanggal 5 terakhir. Saya bayar Rp

500.000/bulan walaupun sebenarnya saya hanya membayar Rp 400.000 lebih gitu jadi digenapkan saja jadi Rp 500.000.”

7. Sanksi apakah yang berikan oleh PT. Telkom apabila telat membayar cicilan? Jawab : “Tidak ada.”

8. Setelah meminjam modal apakah usaha yang Bapak/Ibu berjalan sampai dengan sekarang?

Jawab : “Lancar.”

9. Apakah usaha yang Bapak/Ibu jalankan setelah pinjam modal kepada pihak Telkom kehidupan ekonomi keluarga mengalami peningkatan atau kemajuan? Jawab : “Iya penghasilan meningkat tapi gak tentu karena kalau Playstation

hari sekolah jam 15.00 wib baru buka kalau hari merah nonstop dari jam 08.00-12.00 baru buka lagi jam 14.00 wib dan dikaranekan adanya sistem hutang ini main besok dibayar.”

10. Hambatan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi selama menjalankan usaha? Jawab :” Tidak ada hambatan.”

11. Pernahkah pihak PT. Telkom mengadakan pelatihan? Kalau ada pelatihan yang seperti apa?

Jawab : “Pernah.

12. Harapan apa yang ingin Bapak/Ibu sampaikan kepada pihak PT. Telkom? Jawab : “Lebih maju dari sekarang PT. Telkom.”


(5)

Organisasi Telkom CDC


(6)

Dengan ikhtiar yang optimal, KAMPUNG DIGITAL SAMPALI mendapatkan Penghargaan TERBAIK I Bidang Sosial dan Penghargaan SILVER Bidang Sosial dari MENTERI SOSIAL RI pada kompetisi CSR tingkat nasional, yaitu INDONESIAN CSR AWARD 2008.

Serta menerima REWARD PRIMA dari Direksi PT. TELKOM pada TELKOM CSR AWARD 2009.