dan mineral dalam ransum ternak babi. Kandungan nutrisi dari bahan makanan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian diperlihatkan pada Tabel 14.
Tabel 14 Kandungan Nutrisi Bahan Makanan Penyusun Ransum
Bahan Makanan Kandungan Nutrisi
EM PK
LK SK
Ca P
Abu TTB
2700
1
23.55 4.61
8.26 2.39
0.57 15.39
Jagung 3168
2
8.9 3.5
2.9 0.01
0.25 1.5
Bekatul 3000
2
11 12
4 0.04
1.4 11
Konsentrat T51 3070
3
37 10
3 1
Meat Bone Meal 2434
2
50 8.5
2.8 9.2
4.7 33
Soy Bean Meal 2990
2
42 3.5
6.5 0.2
0.6 6
Wheat Pollard 2910
2
16.8 4.2
8.2 0.11
0.76 8.2
Bungkil kelapa 2500
2
22 6
12 0.11
0.6 7
Mineral makro
2
0.13 0.11
Keterangan : EM = energi metabolis, PK = protein kasar, LK = lemak kasar, SK = serat kasar, Ca = kalsium, P = fosfor, TTB= tepung tanaman bangun-bangun, T51= konsentrat anak
babi, 1 = Mahmud et al. 1990, 2 = National Research Council 1998, 3= Charoen Pokphand Indonesia 2010
3.6. Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrisi bahan makanan dan ransum untuk menghitung komponen zat
makanan. Kualitas nutrisi bahan makanan merupakan faktor utama dalam pemilihan dan penggunaan bahan makanan tersebut sebagai sumber zat makanan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi induk babi dan anaknya Sihombing 2006. Sampel ransum yang digunakan dalam analisa proksimat
diambil setelah melakukan pencampuran pakan dengan TTB, sedangkan sampel feses dikumpulkan setiap lima hari setelah induk babi beranak.
3.7. Peubah yang Diamati selama Penelitian
3.7.1. Peubah Penampilan Reproduksi Induk
1. Konsumsi Ransum Harian kgeh Induk. Konsumsi ransum induk babi dicatat setiap hari dengan cara menghitung selisih jumlah ransum yang
diberikan dengan jumlah sisa ransum setiap hari. Ransum perlakuan yang diberikan pada induk babi saat kebuntingan hari ke-107 hingga beranak
dibatasi dengan jumlah maksimum 2 kgeh, tetapi untuk induk babi yang
diberi ransum perlakuan setelah beranak, ransum pada saat sebelum beranak disesuaikan dengan standar jumlah ransum induk babi bunting di peternakan
babi CV Adi Farm tempat penelitian dilaksanakan. Standar jumlah ransum induk babi bunting di peternakan ini adalah satu ember kapasitas 6kg
diberikan kepada tiga ekor induk. Konsumsi TTB oleh induk babi yang diberikan pada hari ke-107 kebuntingan W1 diperoleh dengan
menjumlahkan total konsumsi ransum induk babi sejak hari ke-107 hingga beranak dikali persentase penambahan TTB dalam ransum kemudian dibagi
dengan jumlah induk ulangan per perlakuan. 2. Lama Bunting hari. Lama bunting induk babi diperoleh dari saat terjadinya
konsepsi pembuahan sampai terjadinya kelahiran dan diperoleh dari catatan atau recording pengawinan yang tersedia dan pencatatan tanggal induk babi
beranak. 3. Lama Induk Babi Beranak menit. Lama induk babi beranak dihitung dengan
mencatat waktu sejak induk babi melahirkan anak pertama sampai dengan anak yang terakhir disebut lama anak lahir per litter dan kemudian dibagi
dengan jumlah anak yang lahir disebut lama anak lahir per ekor. 4. Litter Size Lahir Total ekor. Litter size lahir total terdiri dari litter size lahir
hidup dan mati. Litter size lahir hidup dan mati diketahui dengan cara menghitung jumlah anak babi yang lahir hidup dan lahir sudah mati dari setiap
ekor induk babi yang beranak. 5. Anak Babi Mati Lahir ekor. Anak babi mati lahir diperoleh dengan
menghitung semua anak babi yang mati pada saat proses beranak, sedangkan persentase mati lahir merupakan hasil bagi jumlah anak babi mati lahir dengan
litter size lahir total dikali seratus persen. 6. Bobot Lahir Anak Babi kg. Bobot lahir anak babi per litter dan per ekor
diketahui dengan menimbang seluruh anak babi yang lahir hidup dari setiap induk bobot lahir per litter kemudian dibagi dengan jumlah anak lahir hidup
per induk per kelahiran bobot lahir per ekor. 7. Produksi Air Susu Induk PASI Babi kglitter. Produksi air susu induk
PASI babi diukur setelah anak babi dipuasakan selama empat jam, kemudian diberi waktu menyusu selama satu jam. Selisih antara bobot badan anak babi
sebelum dan sesudah menyusu adalah PASI babi per menyusui. Produksi air susu induk babi diukur empat kali selama penelitian yaitu pada hari ke-5, ke-
10, ke-15 dan hari ke-20 setelah beranak. Produksi air susu induk babi per menyusui diinterpolasi menjadi PASI babi per hari dan per laktasi dengan
cara: PASI babi per hari
= PASI babi per menyusui x frekwensi menyusui per
hari PASI babi per laktasi = PASI babi per hari x lama laktasi
8. Perubahan Bobot Badan Induk kglaktasi. Perubahan bobot badan induk babi diukur dengan mengestimasi bobot badan melalui pengukuran panjang badan
dan lingkar dada induk babi Anonymous 2010. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bobot badan induk babi =
PB x LD
2
13.781 Keterangan:
PB = panjang badan cm LD = lingkar dada cm
13.781 = konstanta Panjang badan induk babi diukur dari kepala hingga pangkal ekor, dan lingkar
dada diukur dengan melingkarkan alat ukur dari pundak diatas kaki depan hingga dada dilipatan kaki depan babi.
9. Birahi Kembali Setelah Penyapihan hari. Waktu birahi kembali setelah induk babi menyapih anaknya adalah selang waktu antara penyapihan hingga induk
babi pertama kali memperlihatkan tanda-tanda birahi dan mau dikawinkan lagi.
10. Siklus Reproduksi hari. Satu siklus reproduksi beranak adalah waktu yang dibutuhkan oleh seekor ternak dari waktu beranak sebelumnya hingga beranak
berikutnya. Satu siklus reproduksi beranak ditentukan oleh lama menyusui laktasi ditambah jarak waktu penyapihan hingga birahi, dikawinkan dan
bunting kembali dan ditambah lama bunting. 11. Frekuensi Beranak per Tahun kalitahun. Frekuensi beranak per tahun adalah
jumlah hari dalam setahun dibagi dengan lama satu siklus reproduksi beranak.
3.7.2. Peubah Penampilan Anak Babi Menyusu
1. Konsumsi Ransum Harian Anak Babi glitterh. Konsumsi ransum harian KRH per litter anak babi dicatat setiap hari dengan cara menghitung selisih
jumlah ransum yang diberikan dengan jumlah ransum sisa glitterh dan kemudian dibagi jumlah anak babi menjadi KRH per ekor geh.
2. Pertambahan Bobot Badan Anak Babi kglitterh. Pertambahan bobot badan per litter anak babi per hari PBBH diperoleh dari selisih bobot badan anak
pada penimbangan saat disapih dengan bobot badan anak babi pada penimbangan sebelumnya dibagi dengan jumlah hari kglitterh kemudian
dibagi dengan jumlah anak seperindukan disebut PBBH per ekor kgeh. Pertambahan bobot badan PBB anak babi diukur setiap lima hari selama
masa menyusu. 3. Bobot Sapih Anak Babi. Bobot sapih anak babi per litter kglitter dan per
ekor kge diperoleh dengan melakukan penimbangan semua anak babi dari seperindukan kglitter segera setelah penyapihan kemudian dibagi jumlah
anak per induk per kelahiran kgekor. 4. Mortalitas Anak Babi Prasapih ekor. Mortalitas anak babi prasapih diperoleh
dengan menghitung jumlah anak babi yang mati dari seperindukan selama menyusui, kemudian dibagi dengan jumlah anak lahir hidup dan dikalikan
100 persentase mortalitas. 5. Litter Size Sapih ekor. Litter size sapih diperoleh dengan menghitung jumlah
anak babi yang hidup saat penyapihan disapih pada umur tertentu. 6. Umur Sapih hari. Umur sapih diperoleh dari jumlah hari sejak anak babi
lahir hingga anak babi tersebut disapih atau dipisahkan dari induknya.
3.8. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL pola Faktorial 4 x 2 masing-masing dengan tiga ulangan.
Faktor pertama adalah penambahan berbagai taraf TTB dalam ransum 0, 2.5, 5 dan 7.5 dan faktor kedua adalah waktu pemberian ransum dengan taraf TTB
yang berbeda pada induk babi saat umur 107 hari kebuntingan W1 dan segera
setelah induk babi selesai beranak W2. Skema perlakuan yang dilaksanakan pada penelitian diperlihatkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Skema Perlakuan Taraf penambahan
tepung tanaman bangun- bangun
Waktu pemberian Hari ke-107kebuntingan
W1 Sesaat setelah
beranakW2 0.0 R0
R0W1 R0W2
2.5 R1 R1W1
R1W2 5.0 R2
R2W1 R2W2
7.5 R3 R3W1
R3W2 Model matematika Steel Torrie, 1993 yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y
ijk
= µ + α
i
+
β
j
+ αβ
ij
+
ε Keterangan:
ijk
Y
ijk
µ : Nilai rataan umum
: Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B pemberian pada hari ke-j dan ulangan ke-k
α
I
β : Pengaruh taraf penambahan TTB dalam ransum taraf ke-i ; 0; 2.5; 5 dan
7.5
j
αβ : Pengaruh pemberian ransum dengan taraf TTB pada waktu ke-j; 107 hari
kebuntingan = W1 dan saat setelah induk babi beranak = W2
ij
ε : Interaksi antara taraf penambahanTTB dalam ransum dan waktu
pemberiannya
ijn
3.9. Analisis Data
: Galat percobaan pada faktor perlakuan ke-i dan ke-j serta ulangan ke-k; k = 1, 2 dan 3
Data yang diperoleh dianalisa dengan analisa sidik ragam atau analisys of variance ANOVA dengan metode General Linear Model GLM. Jika
perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka dilanjutkan dengan uji Least Square Means pada tingkat kepercayaan 95 dan 99
menggunakan program SAS 9 untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut Steel Torrie 1993.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan peternakan babi CV Adhi Farm yang berlokasi di Desa Sepreh, Kelurahan Sroyo, Kecamatan Janten, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Batas geografis Desa Sepreh sebelah utara, timur dan selatan adalah Desa Kemiri sedangkan sebelah barat adalah Desa Ngabean. Jarak
lokasi peternakan babi CV Adhi Farm dari ibukota Kecamatan adalah 6 km dan 12 km dari ibukota Kabupaten. Luas lahan yang dimiliki oleh peternakan babi CV
Adhi Farm adalah lima hektar dengan penggunaan dua hektar untuk perkandangan babi dan tiga hektar untuk fasilitas pendukung seperti kantor,
gudang makanan dan mesin pengolah bahan makanan, mes tamu, tempat pengolahan limbah dan lain-lain. Letak geografis peternakan ini berada pada
dataran rendah dengan curah hujan 2000-3000 mmtahun.
4.2. Keadaan Iklim dalam Kandang selama Penelitian
Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan tiga kali sehari setiap hari dengan menggunakan termohygrometer yaitu pada pagi 08.00 WIB siang 13.00
WIB dan malam hari 22.00 WIB. Rataan suhu pada pagi, siang dan malam hari masing-masing adalah 20.61, 27.08 dan 21.76
C. Kelembaban pada pagi, siang dan malam hari adalah 81.06, 54.55 dan 77.84, sedangkan rataan suhu selama
penelitian adalah 23.15 ± 1.41 C dengan kelembaban 71.15 ± 8.01. Suhu
lingkungan penelitian masih diatas rataan suhu yang dibutuhkan oleh induk babi menyusui Devendra Fuller 1979. Kisaran suhu optimum bagi induk babi
menyusui adalah 5-18
Suhu lingkungan mikro harus dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan hidup ternak babi yang dipelihara di dalam kandang. Bila suhu terlalu tinggi, babi
akan kehilangan panas evaporatif terengah-engah, nafsu makan menurun, konsumsi air minum meningkat dan berusaha mencari kesejukan. Suhu yang
terlalu rendah akan mengganggu kehidupan babi, sebab babi akan bertumbuh dengan baik di zona termonetralnya Sihombing 2006. Keadaan iklim suhu,
C Devendra Fuller 1979, sedangkan kelembaban optimum yang dibutuhkan oleh induk babi beranak adalah 70 Goodwin 1974.
kelembaban, dan cuaca selama dua bulan penelitian di lapangan diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 6 Keadaan Iklim selama Penelitian Cuaca selama penelitian memperlihatkan 86 cerah, 10 mendung dan
4 hujan. Cuaca yang cerah akan berkorelasi dengan suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah sehingga babi dapat terengah-engah. Lewis 2000
mengemukakan bahwa kisaran suhu untuk anak babi bobot 5-15 kg adalah 27-32 C, sedangkan untuk induk babi adalah 15-24
Modifikasi lingkungan sangat diperlukan apabila suhu lingkungan dibawah kisaran suhu terendah ataupun diatas suhu tertinggi pada babi. Suhu
terendah yang dapat diterima anak dan induk babi masing-masing 15 dan -15 C.
C, sedangkan suhu tertinggi adalah 35 dan 32
C. Apabila keadaan dibawah suhu terendah perlu dibantu dengan bedding, pemanas tambahan dan peralatan lain
yang dapat meningkatkan suhu. Apabila melebihi suhu tertinggi perlu diberikan kipas angin atau alat pendingin. Pada penelitian ini, menjaga kesejukan yang
ideal di dalam kandang diatur dengan memasang kipas angin di sisi kiri dan kanan kandang dan untuk mengantisipasi perbedaan suhu ideal bagi anak babi menyusu
maka di dalam kandang induk babi beranak ditempatkan sebuah kotak kecil dengan lampu pijar sebagai alat pemanas didalamnya. Penggunaan lampu pijar
ditujukan untuk menghindari anak babi dari kedinginan terutama pada malam hari.
21,8 27,1
20,6 Suhu C
Pagi Siang
Malam 77,8
54,5 81,1
Kelembaban Pagi
Siang Malam
86 10 4
Cuaca Cerah
Mendung Hujan