49
S. Nimbai F = 0,0005 L
3,472
r = 0,825
200 400
600 800
1000 1200
1400
0 10 20 30 40 50 60 70 80 Panjang Baku mm
F ek
u n
d it
as b
u ti
r n = 48
S. Aimasi F = 0,0131 L
2,6746
r = 0,865
200 400
600 800
1000 1200
1400
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Panjang Baku mm n = 46
Gambar 27. Hubungan fekunditas dan panjang baku ikan pelangi arfak di S. Nimbai dan S. Aimasi
4.3.5 Diameter Telur
Hasil pengukuran diameter telur menunjukkan bahwa diameter telur bervariasi di antara 0,5 dan 1,3 mm, namun rata-rata di kedua lokasi relatif sama,
yaitu 0,81 dan 0,82 mm Tabel 17. Diameter telur yang ditemukan dalam
penelitian ini berada di antara kisaran beberapa jenis ikan pelangi lainnya Tabel 3. Variasi ukuran telur intra- dan interspesifik juga telah dilaporkan Bagenal
1971, dan kondisi ini juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan Springate Bromage 1984. Telur yang berukuran besar akan menghasilkan tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik, seperti yang dilaporkan pada beberapa anggota Cyprinidae Singh et al. 2006.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata diameter telur di antara bagian anterior, tengah dan posterior dalam ovarium
Tabel 17, Lampiran 25-26. Diameter telur pada bagian posterior cenderung
berukuran lebih besar dibandingkan pada bagian tengah dan anterior. Hasil yang sama juga ditemukan pada M. splendida oleh Beumer 1979.
F ekundi
ta s
but ir
50 Tabel 17. Ukuran diameter telur ikan pelangi arfak berdasarkan bagian gonad di
S. Nimbai dan S. Aimasi Diameter Telur mm
Lokasi Anterior
Tengah Posterior
Sb x
Nilai F S. Nimbai
0,75
a
0,5-1,0 125
0,79
b
0,50-1,0 125
0,90
c
0,7-1,2 125
0,81 ± 0,14 52,18
S. Aimasi 0,71
a
0,5-1,0 125
0,78
b
0,50-1,1 125
0,95
c
0,6-1,3 125
0,82 ± 0,17 91,39
Ke t.: Kisaran diameter terlur ditampilkan dalam tanda kurung. P0,05. Diameter telur rata-rata
yang berbeda secara nyata pada P0,05 dinotasikan dengan huruf di bagian atas yang berbeda. Jumlah contoh pada setiap bagian gonad ditampilkan di bawah kisaran diameter
telur,
x
= diameter telur rata-rata, Sb = simpangan baku
Sebaran diameter telur yang ditemukan terdiri atas 2-3 modus Tabel 18, Gambar 28. Keberadaan beberapa modus diameter telur yang berkembang bisa
menjadi indikasi bahwa terdapat lebih dari satu kelompok telur yang akan matang West 1990 dan hal ini juga bisa dilihat pada Gambar 29. Indikasi yang sama
juga diperoleh dalam penelitian Pusey et al. 2001 yang menemukan hanya sekelompok telur yang berada dalam tahap hampir dilepaskan dan akan
dilepaskan dari ovarium ovulasi, yaitu 0,9-13,8 dari fekunditas total pada M. s. splendida dan 2,2-16,4 pada M. eachamensis. Hal ini menunjukkan tipe
reproduksi ikan ini adalah pemijah bertahap multiple spawner. DeVlaming 1983 diacu dalam West 1990 mengemukakan bahwa pemijahan bertahap
secara umum mengacu pada lebih dari pada satu pemijahan dalam suatu musim. Selain itu juga, West 1990 mengemukakan bahwa bukti terjadinya pemijahan
bertahap bisa ditunjukkan dari kehadiran telur-telur matang sisa atretic pada ovari yang telah berkembang. Hal ini juga terlihat melalui pengamatan secara
histologis tahap perkembangan ovari Gambar 25. Tabel 18. Beberapa modus diameter telur ikan pelangi arfak berdasarkan TKG di
S. Nimbai dan S. Aimasi Modus mm
Lokasi TKG
I II
III SI
IV 0,583 0,052 0,843 0,093
- 3,59
S. Nimbai V
0,590 0,047 0,854 0,095 1,151 0,056 3,72; 3,93
IV 0,733 0,128 1,057 0,055
- 3,54
S. Aimasi V
0,628 0,044 0,859 0,092 1,158 0,058 3,40; 3,99
Ket.: Simpangan baku ditampilkan dalam tanda kurung, SI = indeks pemisah.
51
S. Nimbai
5 10
15 20
,5 -0
,5 4
,6 -0
,6 4
,7 -0
,7 4
.8 -0
.8 4
,9 -0
,9 4
1 ,0
-1 ,0
4 1
,1 -1
,1 4
1 ,2
-1 ,2
4 1
,3 -1
,3 4
Diameter Telur mm Ju
m la
h T
el u
r n = 48
S. Aimasi
5 10
15 20
,5 -0
,5 4
,6 -0
,6 4
,7 -0
,7 4
.8 -0
.8 4
,9 -0
,9 4
1 ,0
-1 ,0
4 1
,1 -1
,1 4
1 ,2
-1 ,2
4 1
,3 -1
,3 4
Diameter Telur mm
TKG IV TKG V
n = 46
Gambar 28. Sebaran diameter telur ikan pelangi arfak pada tingkat kematangan gonad IV dan V di S. Nimbai dan S. Aimasi
Gambar 29. Kumpulan oosit dengan berbagai diameter yang ditemukan dalam ovari ikan pelangi arfak pada tahap siap mijah di S. Nimbai dan
S. Aimasi
4.3.6 Musim Pemijahan dan Strategi Reproduksi
Walaupun berdasarkan analisis secara histologis, diameter telur Tabel 17 18, Gambar 28 29, komposisi TKG Gambar 26 dan keberadaan juvenil
yang ditemukan hampir di seluruh periode penelitian menunjukkan bahwa ikan
Jum la
h T
el ur
n = 375 n = 375
52 pelangi arfak merupakan pemijah bertahap dan diduga memijah sepanjang tahun,
seperti yang ditunjukkan beberapa jenis ikan pelangi lainnya Milton Arthington 1984; Pusey et al. 2001. Walaupun demikian, berdasarkan nilai rata-
rata IKG Tabel 14, faktor kondisi Gambar 22, keberadaan telur dan larva Tabel 9 menunjukkan bahwa musim pemijahan pada kedua lokasi penelitian
berlangsung dari bulan Juni-September. Periode ini diperkirakan merupakan akhir musim kemarau dan ditandai dengan kondisi debit air yang relatif lebih rendah
Tabel 5. Suatu konsentrasi pemijahan selama periode aliran air yang rendah dan permukaan air yang lebih stabil juga dilaporkan pada M. s. fluviatilis di Enoggera
Creek, Queensland bagian tenggara Milton Arthington 1984; M. s. splendida, M. eachamensis, C. rhombosomoides di Sungai Johnson, Queensland bagian utara
Pusey et al. 2001. Meskipun ikan pelangi arfak memiliki fekunditas yang relatif sedikit
Tabel 16, namun ukuran diameter telur yang relatif besar akan mendukung keberhasilan perkembangan larvanya. Selain itu juga musim pemijahan yang
berlangsung selama periode aliran yang rendah dan stabil akan meningkatkan kelangsungan hidup telur dan larvanya.
Selama periode ini, khususnya pada habitat di bagian tepi dengan aliran air yang relatif lebih tenang di bagian tepi
sungai, ditemukan kelimpahan makanan plankton dan makroavertebrata yang lebih tinggi Gambar 11-13 dan suhu air yang lebih hangat sehingga
memungkinkan metabolisme dan pertumbuhan larva menjadi lebih cepat Humphries et al.1999. Ketersediaan makanan merupakan suatu faktor utama
dari reproduksi yang berlangsung secara musiman pada beberapa ikan air tawar tropis berukuran kecil lainnya Roberts 1989.
Berdasarkan hipotesis ’rekrutmen pada aliran yang rendah’ Humphries et al. 1999, maka konsentrasi upaya reproduksi selama periode aliran sungai yang
rendah ini adalah suatu adaptasi bahwa larva yang dihasilkan akan sedikit mungkin mangalami pemindahan secara fisik atau mortalitas yang tinggi selama
aliran sungai yang tinggi. Hasil penelitian sebelumnya Munro 1980, diacu dalam Milton Arthington 1984 menemukan bahwa juvenil M. s. splendida tetap
tinggal di sekitar tumbuhan air. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Humphries dan King 2003, bahwa larva danatau juvenil M. s. splendida