Faktor Redudansi ρ untuk Kategori Desain Seismik D sampai F
16 3.
Parameter percepatan respons spektral desain Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek S
DS
dan pada perioda 1 detik S
D1
, harus ditentukan melalui persamaan 16 dan 17. S
DS
= .S
MS
16 S
D1
= . S
M1
17 Nilai spektrum respons desain Sa ditentukan melalui fungsi dari nilai
periode Gambar 7.
Gambar 7 Spektrum respons desain Jika nilai periode lebih kecil dari To, maka spektrum respons percepatan Sa
harus diambil dari persamaan 18. Sa = S
DS
. + . 18
Nilai To harus memenuhi persamaan 19 dan Nilai Ts harus memenuhi persamaan 20.
To = 0.2Ts 19
Dimana: Ts =
D Ds
20 Jika nilai periode yang lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts, spektrum respons desain Sa sama dengan S
DS
. Kemudian, apabila nilai periode lebih besar dari TS maka spektrum respons
percepatan desain Sa diambil berdasarkan persamaan 21. Sa =
D
21 Berdasarkan peta gempa pada SNI 03-1726-2012, nilai percepatan batuan
dasar 1 detik S
1
untuk wilayah DKI Jakarta berkisar 0.25-0.3 g dan nilai percepatan batuan dasar 0.2 detik Ss untuk daerah Jakarta berkisar 0.6-0.7 g.
Story Drift dari Kinerja Batas Ultimit
Kinerja batas ultimit ditentukan oleh simpangan antar tingkat maksimum struktur akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi strutur gedung diambang
keruntuhan, dimaksudkan untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan
17 struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa dan benturan antar gedung.
Hasil dari analisis struktur akan menghasilkan gaya-gaya dalam, antara lain: gaya momen, geser, torsi dan axial. Program ETABS juga dapat mengeluarkan data
output berupa base shear dan displacement atau total drift. Nilai total drift disebut
juga dengan nilai perpindahan elastis di lantai tingkat x δexΨ. Nilai perpindahan elastis antar lantai diperoleh dari hasil selisih
nilai δex lantai tingkat atas dikurangi δex lantai tingkat bawah. Menurut BSN 2012Ψ dalam SNI 03-1726-2012
menjelaskan bahwa nilai perpindahan elastis antar lantai story drift harus dihitung dengan faktor perbesaran atau amplifikasi defleksi dan faktor keutamaan gempa.
Nilai perpindahan atau simpangan antar lantai tingkat story drift yang diperbesar, ditentukan melalui persamaan 22.
δ
x
=
C .δ
x
I
22 Keterangan:
Cd = Faktor amplifikasi defleksi sesuai Tabel 9 pada SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.2 δex = Defleksi antar tingkat
Ie = Faktor keutamaan gempa sesuai SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2
Penentuan batas nilai story drift simpangan antar lantai tingkat desain Δx
ditentukan berdasarkan tipe dari sistem struktur penahan gaya seismik Tabel 10. Tabel 10 Simpangan antar lantai ijin berdasarkan SNI 03-1726-2012
Struktur Kategori risiko
I atau II III
IV Struktur, selain dari struktur dinding geser
batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar
lantai tingkat. 0.025 hsx 0.020 hsx
0.015 hsx
Struktur dinding geser kantilever batu bata. 0.010 hsx 0.010 hsx 0.010 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya. 0.007 hsx 0.007 hsx 0.007 hsx
Semua struktur lainnya. 0.020 hsx 0.015 hsx 0.010 hsx
Keterangan: hsx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat x
Struktur Balok
Balok merupakan elemen struktur melintang secara horizontal yang berfungsi menerima gaya-gaya berupa beban lateral, beban searah sumbu gravitasi dan beban
dari elemen pelat, kemudian gaya tersebut didistribusikan kepada elemen kolom. Kekuatan lentur nominal pada penampang balok Mn dapat dihitung dengan
analisis kesesetimbangan gaya-gaya yang terjadi pada balok yang digambarkan dalam diagram regangan dan tegangan Gambar 8.
18
Gambar 8 Diagram kesetimbangan regangan tegangan pada balok tulangan rangkap Diagram kesetimbangan regangan tegangan pada balok tulangan rangkap
dirumuskan dalam persamaan 23. Cc + Cs = Ts
23 Nilai Cc merupakan resultan gaya tekan diatas garis netral yang
disumbangkan oleh material beton, ditentukan melalui persamaan 24. Nilai Cs merupakan resultan gaya tekan yang disumbangkan oleh tulangan negatif,
ditentukan melalui persamaan 25. Nilai Ts merupakan resultan gaya tarik yang disumbangkan oleh tulangan positif, ditentukan melalui persamaan 26.
Cc = 0. 85.f’c.a.b
24 Cs = As’. fy
25 Ts = As.fy
26 Keterangan:
As’ = luas tulangan tekan, mm
2
As = luas tulangan tarik, mm
2
fy = kuat leleh tulangan, Mpa
a = tinggi blok tegangan persegi ekivalen, mm
b = lebar balok, mm
c = jarak dari serat tekan terjauh kesumbu netral, mm
f’c = kuat tekan beton, Mpa
Jika persamaan 23 diuraikan, maka nilai a dapat ditentukan dengan persamaan 27.
a =
A . −A
′
. . .
′
.
27 Nilai kekuatan lentur nominal dapat ditinjau dari nilai Ts yang dinyatakan dalam
persamaan 28. Mn = Cc d-a2 + Cs d-
ds’Ψ 28
Keterangan: d
= tinggi balok efektif, mm ds’
= tebal selimut beton, mm Struktur balok dikatakan aman terhadap beban lentur, apabila nilai kekuatan
lentur nominal yang telah direduksi lebih besar dari gaya momen terfaktor, sehingga dapat dinyatakan dalam persamaan 29. Menurut BSN 2013 dalam SNI
03-2847-2013 menjelaskan bahwa nilai faktor reduksi untuk lentur tulangan tarik sebesar 0.9; faktor reduksi untuk lentur tulangan tekan spiral sebesar 0.75 dan
tulangan tekan jenis lainnya sebesar 0.65.
ϕMn ≥ Mu 29
Struktur balok juga harus mampu menahan gaya geser terfaktor akibat pembebanan gravitasi maupun beban gempa. Menurut BSN 2013 dalam SNI 03-
19 2847-2013 menjelaskan bahwa elemen balok harus direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan tulangan geser akibat gaya geser terfaktor. Analisis perhitungan gaya geser yang dianalisis harus memperhitu
ngkan faktor reduksi ϕ = 0.75. Kombinasi nilai gaya geser yang ditahan tulangan geser Vs dan gaya geser yang ditahan beton
Vc disebut Vn. Nilai Vc harus memenuhi persamaan 30. Nilai Vs harus memenuhi persamaan 31. Nilai Vn yang telah dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan harus direncanakan dapat mampu memikul gaya geser terfaktor Vu. Kemampuan tulangan besi dan beton dalam menahan geser Vn harus memenuhi
persamaan 32.
Vc = 0. 17.λ.f’cΨ
12
.b
w
.d 30
Vs =
A . .
31 Vu
ϕVn 32
Keterangan: Av
= luas tulangan, mm f’c
= mutu beton, MPa λ
=1 beton normal fy
= tegangan leleh, mm s
= jarak spasi, mm d
= tinggi efektif balok, mm bw
= lebar balok, mm
Struktur Kolom
Kolom pada struktur gedung merupakan elemen yang berfungsi sebagai pilar- pilar yang mendukung berdirinya rangka struktur serta berperan untuk
mendistribusikan beban-beban dari elemen pelat lantai dan balok yang kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi. Beban dari elemen pelat lantai dan balok
ini berupa beban aksial serta momen lentur. Struktur gedung tinggi harus didesain dengan prinsip strong colomn weak beam artinya kolom harus didesain lebih kuat
dibandingkan struktur balok Gambar 9.
a b
Gambar 9 Mekanisme terbentuknya sendi-sendi plastis untuk a Strong Column
–Weak Beam, b Strong Beam–Weak Column Prinsip desain kolom kuat-balok lemah diharapkan, dapat mencegah
terjadinya sendi-sendi plastis pada kolom. Jika pada suatu saat terjadi goncangan
20 yang besar akibat gempa, kolom bangunan didesain akan tetap bertahan, sehingga
orang-orang yang berada dalam gedung masih mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum gedung tersebut roboh seketika. Mekanisme leleh atau
terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur gedung terbagi dua, antara lain: 1
Mekanisme kelelehan pada balok Beam Sidesway Mechanism, yaitu keadaan posisi sendi-sendi plastis terbentuk pada balok-balok dari struktur bangunan,
akibat penggunaan kolom-kolom yang kuat Strong Column –Weak Beam.
2 Mekanisme kelelehan pada kolom Column Sidesway Mechanism, yaitu
keadaan posisi sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom dari struktur bangunan pada suatu tingkat, akibat penggunaan balok-balok yang kaku dan
kuat Strong Beam – Weak Column.
Menurut BSN 2013 dalam SNI 03-2847-2013 menjelaskan bahwa dalam perencanaan struktur kolom harus memperhitungkan nilai pembesaran momen pada
ujung kolom. Persamaan yang digunakan untuk menghitung pembesaran momen dilihat dari sisi, kolom tersebut bergoyang atau tidak bergoyang. Suatu kolom
dianggap tidak bergoyang bila memenuhi persamaan 33.
Q =
ΣP .∆ V
s
.l
0.05 33
Keterangan: P
u
= Jumlah beban vertikal terfaktor total pada tingkat yang ditinjau. V
us
= Gaya geser terfaktor total pada tingkat yang ditinjau.
o
= Simpangan relatif antar tingkat pada orde-pertama akibat V
u.
l
c
= Panjang komponen kolom pada sistem rangka yang diukur dari pusat ke pusat nodal analisis.
Apabila struktur kolom dianggap tidak bergoyang maka pembesaran momen dihitung dengan persamaan 34.
Mc = δ
ns
.M
2
34 Dimana:
δ
ns
= C
m
−
P . 5P
1 35
Pc =
π EI l
36 Apabila struktur kolom dianggap bergoyang maka pembesaran momen
dihitung dengan persamaan 37 dan 38. M
1
= M
1ns
+ δ
s
.M
1s
37 M
2
= M
2ns
+ δ
s
.M
2s
38 Keterangan:
Mc = Momen terfaktor yang diperbesar untuk pengaruh kurvatur komponen struktur yang digunakan untuk desain komponen struktur tekan, N.mm
Cm = Faktor yang menghubungkan diagram momen aktual ke diagram momen seragam ekivalen.
Pu = Gaya aksial terfaktor, diambil sebagai positif untuk tekan dan negatif untuk tarik, N.
Pc = Beban tekuk kritis, N. M
1
= Momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen struktur tekan, diambil sebagai positif jika komponen struktur dibengkokkan dan kurvatur
tunggal dan negatif jika dibengkokkan dalam kurvatur ganda, N.mm.
21 M
1ns
= Momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan pada ujung dimana M
1
bekerja, akibat beban yang mengakibatkan goyangan samping tidak besar yang dihitung menggunakan analisis rangka elastisitas orde pertama,
N.mm. M
2
= Momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen struktur tekan, jika pembebanan transversal terjadi diantra tumpuan, M2 diambil sebagai
momen terbesar yang terjadi dalam komponen struktur. Nilai M2 selalu positif, N.mm.
M
2ns
= Momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan pada ujung dimana M
2
bekerja, akibat beban yang mengakibatkan goyangan samping tidak besar yang dihitung menggunakan analisis rangka elastisitas orde pertama,
N.mm. Menurut Asroni 2010, beban yang bekerja pada kolom, biasanya berupa
kombinasi antara beban aksial dan momen lentur. Besarnya beban aksial dan momen lentur yang mampu ditahan oleh kolom bergantung pada ukuran atau
dimensi kolom, jumlah serta tata letak baja tulangan yang terpasang pada kolom tersebut. Hubungan antara beban aksial dan momen lentur digambarkan dalam
suatu diagram yang disebut diagram interaksi kolom M-N.
Menurut Zaidir et al. 2012, analisis struktur pada kolom akibat pembebanan akan menghasilkan gaya dalam yang digunakan untuk melihat kemampuan
penampang beton bertulang dalam menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur yang digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara kedua gaya
tersebut, disebut diagram interaksi P – M kolom. Diagram interaksi ini dapat dibagi
menjadi dua daerah, yaitu daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan pembatasnya adalah titik seimbang
balanced. Berdasarkan output gaya - gaya dalam kolom yang diperoleh dari hasil analisis struktur, kemudian di-plot dalam diagram Interaksi Aksial - Momen P-M.
Setiap kombinasi beban P-M kolom yang diperoleh
dari hasil analisis struktur diplotkan pada diagram interaksi kolom.
Menurut BSN 2013, SNI 03-2847-2013 menjelaskan bahwa elemen strutur kolom merupakan bagian komponen dari rangka portal struktur yang dikenai gaya
tekan aksial. Beton memiliki kemampuan dalam menahan geser, akan tetapi jika beton tidak mampu menahan gaya tersebut, maka perlu direncanakan penambahan
tulangan besi yang berkontribusi sebagai penahan gaya geser. Kemampuan struktur beton pada elemen kolom dalam menahan geser Vc dirumuskan dalam persamaan
39.
Vc = . [ +
N A
]λ √f′c.bw.d 39 Keterangan:
Nu = gaya aksial, kN
bw = lebar kolom, mm
d = tinggi efektif balok, mm
Kontribusi kemampuan besi tulangan dalam menahan gaya geser Vs atau yang biasa disebut dengan tulangan sengkangbegel dirumuskan dalam persamaan
40. Vs =
Av.Fy.d s
40 Menurut BSN 2013 dalam SNI 03-2847-2013 menjelaskan bahwa apabila
nilai Vs melebihi 0.33 √�′ .bw.d, maka spasi maksimum sengkang harus dikurangi
22 setengahnya. Kekuatan nominal geser pada penampang kolom Vn harus diberikan
faktor reduksi yaitu 0.75. Nilai gaya geser yang ditahan tulangan geser Vs dan gaya geser yang ditahan kolom beton Vc harus direncanakan dapat mampu
memikul gaya geser terfaktor Vu. Kemampuan tulangan besi dan beton dalam menahan geser Vn harus memenuhi persy
aratan ϕVn Vu. Kemampuan kolom dalam menahan pengaruh gempa tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari a
dan b: a
Geser yang terkait dengan pengembangan kekuatan momen nominal kolom pada setiap ujung terkekang dari panjang yang tak tertumpu akibat lentur
kurvatur terbalik. Kekuatan lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya lateral yang ditinjau yang menghasilkan
kekuatan lentur tertinggi.
b Geser maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban desain yang melibatkan
E dengan E ditingkatkan oleh o.
3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai Desember 2015. Gedung yang menjadi objek penelitian adalah gedung yang dibangun sebelum
tahun 2010. Gedung tersebut merupakan gedung perkantoran di Jakarta Timur yang didapatkan melalui manajemen pengelola gedung.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain: 1
Gambar teknik as built drawing dan Gambar arsitektur Tahun 2003-2007. 2
Data hasil penyelidikan tanah BoringN-SPT. 3
Komputer laptop windows 8, Processor AMD A8. 4
MS.Office 2012. 5
Program software analisis pemodelan struktur ETABS version 9.7.2.. 6
Program software analisis pemodelan struktur SAP 2000 version 11. 7
Autocad 2007.
Prosedur Penelitian
Tahapan prosedur penelitian antara lain: studi literatur, pengumpulan data melalui observasi lapang, uji hammer test, pemodelan struktur, analisa struktur,
evaluasi struktur, rekomendasi perkuatan struktur, kekuatan struktur dan penyusunan laporan akhir.