Perhitungan Pairwise Comparison Analisis Preferensi Konsumen Pada Konversi Minyak Goreng Curah ke Minyak Goreng Dalam Kemasan Sederhana dengan Metode Fuzzy-AHP dan Quality Function Deployment (QFD).
Tabel 17.Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy pada atribut 9 sampai
atribut 12
K3 A9
A10 A11
A12 A9
1 [16,14] [16,14] [12,1]
A10 [4,6]
1 [1,2]
[2,4] A11
[4,6] [12,1]
1 [2,4]
A12 [1,2]
[14,12] [14,12] 1
4. Perhitungan Eigen Value dengan ω index optimisme = 0,5 dan bobot prioritas
Rumus perhitungan euigen value : ��
�� �
= � ��
��� �
+ 1 − ���
��� �
, ∀� ∈ [0,1]
11
Menurut Nepal, 2010 penentuan bobot prioritas disederhanakan dengan persamaan :
�
�
=
∑ �
��� ∑
��� �
�=1
�
� �=1
�
12
Hasil dari perhitungan bobot prioritas dari kriteria dan perbandingan atribut pada setiap elemen dapat dilihat pada Tabel 18, 19, 20 dan Tabel 21 ditunjukkan pada
nilai x :
Tabel 18. Pembobotan Kriteria
TUJUAN K1 K2
K3 x
K1 1,000
3,000 1,500
0,412 K2
0,375 1,000
0,750 0,260
K3 0,750
1,500 1,000
0,328 λ = 3,135
CI = 0,068 CR =0,1
Tabel 19. Pembobotan atribut pada K1
K1 A1
A2 x
A1 1,000
0,375 0,831
A2 3,000
1,000 0,169
λ = 2,020 CI = 0,020 CR = 0
Tabel 20. Pembobotan atribut pada K3
K3 A9
A10 A11
A12 x
A9 1,000
0,208 0,208
0,750 0,083
A10 5,000
1,000 1,500
3,000 0,426
A11 5,000
0,750 1,000
3,000 0,358
A12 1,500
0,375 0,375
1,000 0,133
λ = 4,163 CI = 0,054
CR = 0,060
Tabel 21. Pembobotan atribut pada K2
K2 A3
A4 A5
A6 A7
A8 x
A3 1,000
0,375 0,113
0,750 0,750
0,375 0,050
A4 3,000
1,000 0,208
3,000 1,500
1,500 0,138
A5 9,000
5,000 1,000
9,000 7,000
7,000 0,562
A6 1,500
0,375 0,113
1,000 0,750
0,750 0,063
A7 1,500
0,750 0,146
1,500 1,000
0,750 0,082
A8 3,000
0,750 0,146
1,500 1,500
1,000 0,105
λ = 5,935 CI = -0,013
CR = -0,01
5. Perhitungan nilai eigen max dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
�
���
= ∑
∑ �
��
x
�
� �
�=�
�
�
� �=�
....................................................................13
6. Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan penghitungan bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan vektor eigen. Untuk
mengendalikam hasil dari metode ini, dilakukan penghitungan rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks
konsistensi dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
�� =
�
���
−� �−1
......................................................................................................14
Dengan : CI
= Indeks Konsistensi λ max
= vektor konsistensi N
= jumlah alternatif Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan
berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi dihitung dengan menggunakan persamaan :
�� =
�� ��
...........................................................................................................15 Dengan :
CR = rasio konsistensi
RI = indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak
Nilai index konsistensi acak RI berdasarkan ukuran matriks Saaty, 1980 yang digunakan dalam perhitungan ditunjukkan pada Tabel 22 sebagai
berikut :
Tabel 22. Nilai indeks konsistensi
Hasil dari perhitungan total bobot alternatif suara pelanggan ditunjukkan pada Tabel 23. Pada perbandingan berpasangan AHP dalam penelitian ini, fuzzy
triangular digunakan untuk meningkatkan skala dalam metode Saaty. Sebaran angka dalam perbandingan berpasangan merupakan perkiraan dari nilai tunggal.
Dalam perhitungan perbandingan berpasangan, nilai aij mempengaruhi nilai tunggal dalam matriks dengan menyesuaikan nilai index optimisme
λ. Indeks optimisme menunjukkan derajat optimisme yang dapat ditentukan oleh tim desain.
Hasil perbandingan berpasangan nilai λ max.
Tabel 23. Hasil akhir perhitungan bobot prioritas Cr
Tujuan Kriteria
Bobot Kriteria
Atribut Bobot
Atribut Bobot
Keseluruhan Atribut
Customer Satisfaction
CR1 0,412
A1 0,831
0,342 A2
0,169 0,070
1,000 0,412
CR2 0,260
A3 0,050
0,013 A4
0,138 0,036
A5 0,562
0,146 A6
0,063 0,016
A7 0,082
0,021 A8
0,105 0,027
1,000 0,260
CR3 0,328
A9 0,083
0,027 A10
0,426 0,139
A11 0,358
0,117 A12
0,133 0,044
1,000 0,328
Menurut Saaty 1980 dan Kusrini 2007, penilaian perbandingan dikatakan konsisten jika CR tidak lebih dari 0,10. Konsistensi sampai batas
Ukuran 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
RI 0,00 0,00 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49
tertentu dalam menetapkan prioritas adalah perlu untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari
berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 atau kurang. Jika lebih dari 10 penilaiannya masih acak dan perlu
diperbaiki Marimin, et al 2013. Dalam penelitian ini nilai CR dari perbandingan berpasangan antar setiap atribut dalam kriteria bernilai 0,1 sehingga penilaian
pebandingan atribut kebutuhan pelanggan sudah konsisten dan tidak memerlukan revisi penilaian.
Hasil dari analisis fuzzy AHP menunjukkan bahwa kriteria kebutuhan pelanggan yang paling utama dalam mekanisme produksi minyak goreng kemasan
sederhana adalah atribut harga dengan bobot sebesar 0,342 yang menunjukkan bahwa pelanggan membutuhkan harga minyak goreng kemasan yang tidak jauh
lebih mahal dari minyak goreng curah. Atribut kebutuhan pelanggan yang perlu diperhatikan lainnya adalah kualitas minyak goreng yang tidak berbau dan ukuran
kemasan yang tersedia dalam berbagai ukuran. dengan bobot kepentingan sebesar 0,146 dan 0, 117. Penentuan tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan adalah hal
yang kritis dan merupakan proses paling penting dalam QFD karena hal ini sangat berdampak besar terhadap penentuan nilai karakteristik teknis untuk ditentukan
pada tahap yang lebih luas Kwong, 2002. Bobot atribut kebutuhan pelanggan nantinya digunakan dalam perhitungan dengan kebutuhan teknis pada rumah
kualitas dalam QFD. Pendekatan fuzzy AHP digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian yang muncul dalam memutuskan tingkat
kepentingan kebutuhan pelanggan pada sistem konversi minyak goreng curah ke minyak goreng dalam kemasan sederhana.
Kepentingan dan kepuasan konsumen merupakan prioritas produsen untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pada penelitian ini, tingkat kepentingan
produk minyak goreng kemasan sederhana yang utama adalah atribut harga dengan bobot nilai sebesar 0,342.
Matriks Hubungan Kebutuhan Konsumen dengan Karakteristik Teknis
Matriks hubungan kebutuhan konsumen dengan karakteristik teknis dimaksudkan untuk mengetahui hubungan keeratan masing-masing karakteristik
teknis dalam memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Pemberian nilai hubungan pada penelitian ini didasarkan atas data
kualitatif yang diperoleh dengan cara wawancara, melakukan observasi, serta pendapat dari peneliti dan produsen minyak goreng kemasan dalam tim QFD.
Hasil Matriks Hubungan kebutuhan konsumen dan dengan karakteristik teknis terlihat pada Lampiran 1
Korelasi Teknis
Korelasi teknis menunjukkan interaksi antara karakteristik teknis. Masing- masing karakteristik dibandingakn satu dengan yang lainnya. Korelasi teknis
merupakan matrik yang menyerupai atap. Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan disain yang mengalami bottleneck dan menentukan
kunci komunikasi diantara para disainer selain itu juga menunjukkan korelasi antara persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknis lain
Arman, 2006. Simbol untuk korelasi teknis adalah sebagai berikut :
++ : korelasi positif dan kuat
+ : korelasi positif
- : korelasi negatif
-- : korelasi negatif dan kuat
Kosong : tidak ada korelasi
Hasil matriks korelasi teknis yang menunjukkan adanya interaksi antar karakteristik teknis satu sama lainnya seperti yang terlihat pada Lampiran 5.
Karakteristik teknis yang terdiri dari pengetahuan tenaga kerja, kemampuan tenaga kerja, teknologi pengolahan, SOP Standard Operational Procedure,
bahan baku minyak goreng memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap karakteristik teknis lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan nilai target
dalam QFD dimana karakteristik teknis ini termasuk didalam 10 karakteristik teknis tertinggi.
Nilai Target
Nilai target merupakan keluaran output fisik dari QFD berupa rangkaian seluruh proses dalam mendapatkan informasi, struktur, dan tingkatan
pengembangan desain produk yang diinginkan. Pengisian ruang atau kolom nilai target dilakukan dengan cara mengalikan
tingkat kepentingan konsumen dengan nilai yang terdapat pada matriks hubungan kebutuhan konsumen dengan nilai yang terdapat pada matriks hubungan
kebutuhan konsumen dengan karakteristik teknis kemudian dijumlahkan untuk setiap kolomnya.
Contoh perhitungan nilai target adalah sebagai berikut : Nilai Target = Tingkat Kepentingan Pelanggan x Nilai hubungan kebutuhan
pelanggan dengan karakteristik teknis
Berdasarkan hasil pengolahan data QFD dari tiga sumber pakar dari PT. Astra Agro Lestari, PT. Wilmar Group, dan Kementrian Perdagangan dan
Perindustrian, perhitungan nilai target dapat dilihat pada Lampiran 2,3, dan 4. Berdasarkan nilai target terbesar, maka ditentukan 10 karakteristik teknis yang
menjadi prioritas atau fokus utama dalam merencanakan desain produk minyak goreng kemasan sederhana. Urutan 10 karakteristik teknis dari ketiga sumber
dapat dilihat pada Tabel 24, Tabel 25 dan Tabel 26.
Perancangan atau pengembangan produk dibutuhkan oleh produsen dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dengan cara
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen akan manfaat produk. Perancangan yang baik akan menghasilkan produk unggulan yang sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan konsumen. House of Quality atau rumah kualitas merupakan awal dari proses pengembangan produk baru. Rumah kualitas pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 24. Sepuluh karakteristik teknis utama berdasarkan nilai target terbesar di PT. Astra Agro Lestari
No Aspek Teknis Karakteristik Teknis
Nilai Target
1 Peralatan
Teknologi Pengolahan
6,02
2 Metode
Pengolahan Manajemen Mutu Brand
4,34
3 Metode
Pengolahan Fraksinasi dengan nilai IV Iodine Value
tinggi menggunakan cooling system
3,95
4 Metode
Pengolahan Inovasi pada proses refinaring
3,94
5 SDM
Skill SDM
3,67
6 Peralatan
Mesin Fraksinasi Dengan Cooling System
3,50
7 SDM
Pengetahuan
3,43
8 Metode
Pengolahan Penerapan Standard Operational Procedure
SOP yang menjamin keseragaman proses
2,80
9 Material
Bahan Baku Minyak
2,79
10 Metode
Pengolahan Penentuan Waktu yang tepat pada proses
Refinering
1,96
Tabel 25.Sepuluh karakteristik teknis utama berdasarkan nilai target terbesar di PT. Wilmar Group
No Aspek Teknis Karakteristik Teknis
Nilai Target
1 Material
Bahan Baku Minyak 5,20
2 Material
Bahan Baku Kemasan 5,20
3 Metode
Pengolahan Manajemen Mutu
4,68 4
Material Ketersediaan Vitamin A
4,13 5
Metode Pengolahan
Fortifikasi Vitamin A 3,58
6 SDM
Pengetahuan SDM 2,67
7 Metode
Pengolahan Inovasi Proses Refineri
1,52 8
Metode Pengolahan
Inovasi Proses fraksinasi 1,52
9 Metode
Pengolahan Penerapan SOP
1,50 10
Peralatan Sarana Prasarana Produksi
1,43
Tabel 26.Sepuluh karakteristik teknis utama berdasarkan nilai target terbesar dari Kementrian Perdagangan
No Aspek Teknis Karakteristik Teknis
Nilai Target
1 Peralatan
Teknologi Pengolahan 7,51
2 Material
Bahan Baku Minyak 5,61
3 Peralatan
Sarana dan Prasarana yang mendukung proses produksi
4,99 4
Material Bahan baku kemasan
4,8 5
Metode Pengolahan Manajemen Mutu brand 4,77
6 Metode Pengolahan Fortifikasi Vitamin A
3,94 7
Material Ketersediaan Vitamin A
3,83 8
SDM Pengetahuan Pemahaman proses kerja dan
standarisasi produk minyak goreng kemasan 3,57
9 SDM
Kemampuan 3,23
10 Metode Pengolahan Penerapan Standard Operational Procedure
SOP yang menjamin keseragaman proses 2,5
Hasil dari penelitia, atribut harga merupakan atribut nilai kebutuhan pelanggan yang paling diinginkan. Sementara untuk memproduksi minyak
goreng sesuai dengan standar SNI salah satu tantangannya adalah kebutuhan fortifikasi Vitamin A. Saat ini vitamin A masih mengimpor karena
ketersediaannya belum ada di tanah air dan harga yang cukup mahal. Dalam analisis sitem produksi pembuatan minyak goreng kemasan sederhana, teknologi
pengolahan menjadi karakteristik teknis dengan nilai target tertinggi karena teknologi pengolahan memberikan pengaruh terhadap besarnya biaya pengolahan
yang diperlukan dan juga kualitas akhir produk minyak goreng. Kualitas minyak minyak goreng sangat ditentukan oleh proses pemurnian yang diterapka. Apakah
bersifat jenuh ataukah bersifat tidak jenuh. Minyak goreng berarti minyak yang dipakai untuk menggoreng. Proses menggoreng berarti berhadapan dengan suhu
panas yang tinggi. Dengan demikian minyak goreng dikatakan berkualitas apabila mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap panas. Kualitas minyak goreng
mengikuti SNI minyak goreng nomor 7709 tahun 2012. Spesifikasi kemasan minyak goreng sederhana akan mengikuti spesifikasi minyak goreng
MINYAKKITA yang sudah ada dengan bentuk kemasan bantal pillow pack dan bahan plastik polyethylene Mono Layer. Menurut PERMENDAG Nomor 2
tahun 2009, minyak goreng kemasan sederhana dengan bentuk pillow pack yang berukuran ¼ L, ½ L dan 1 L. Produsen dapat menambahkan logo atau simbol
perusahaan di kemasan minyak goreng adalah kemasan yang harus tara pangan.
Implikasi Penelitian
Implikasi penelitian ini bagi industri minyak goreng : 1. Perkembangan penelitian di bidang mekanisme produksi memberikan
sumbangan manfaat dalam bentuk konfirmasi, modifikasi, dan melengkapi teori-teori yang ada.
2. Menjadi salah satu impact assesment pada program konversi minyak goreng curah ke minyak goreng dalam kemasan sederhana.
3. Menjadi bahan masukan bagi produsen minyak goreng dan pemerintah dalam menjalankan mekanisme produksi minyak goreng curah ke minyak
goreng dalam kemasan sederhana.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Hasil identifikasi preferensi konsumen dalam konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana adalah terdiri dari tiga kriteria dan 12 atribut
yang tersusun dalam hirarki persyaratan pelanggan. 2. Tingkat preferensi pelanggan minyak goreng kemasan sederhana dengan
bobot nilai tertinggi adalah atribut pertama yaitu harga produk minyak goreng kemasan sederhana tidak jauh lebih tinggi dari minyak goreng
curah dengan bobot nilai sebesar 0,342 yang berarti bahwa konsumen sangat menginginkan produk minyak goreng kemasan dengan harga yang
tidak jauh berbeda dengan minyak goreng curah.
3. Korelasi karakteristik preferensi pelanggan dan karakteristik teknis ditunjukkan pada nilai target karakteristik teknis. Teknologi pengolahan,
kualitas SDM, metode pengolahan, kualitas bahan baku dan kemasan, penerapan standar operasional prosedur dan manajemen mutu merupakan
hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam keberhasilan sistem produksi minyak goreng curah ke kemasan sederhana.
Saran
Saran pada penelitian ini adalah aplikasi QFD hendaknya dilanjutkan sampai pada tahap III perencaan proses dan tahap IV perencanaan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ayag, Z. 2005. A Fuzzy AHP-based simulation approach to concept evaluation in
a NPD environment. IIE Transactions, 379, 827-842. Badan Standarisasi Nasional
[BSN]. 2012. Minyak Goreng Sawit [internet][diunduh 2013,Desember]. Tersedia
pada : http:sisni.bsn.go.idindex.phpsni_mainsnidetail_sni.
Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM]. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antioksidan. Jakarta: Kantor Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Bottani, E dan Rizzi, A. 2006. Strategic Management of Logistic Service A Fuzzy
Function Deployment Approach. [jurnal] International Journal of Production Economics .
Bouchereau,V., Rowlands,H. 2000. Quality function deployment: The unused tool. Engineering Management Journal, 45-52 February.
Cohen, L. 1995. Quality Fucntion Deployment-How to Make QFD Work For You, Reading. MA : Addison-wesley Publishing dalam Raissi, S, Izzadi,M dan
Saati, S. A Novel Method On Customer Requirements Preferences Based On Common Set of Weight, 2011. Australian Journal of Basic and Applied
Sciences.
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press. Bogor. dalam Marimin dan Maghfiroh, N. 2011. Aplikasi Teknik
Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor.
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia [GIMNI]. 2012. Data Konsumsi Minyak Goreng Masyarakat Indonesia. GIMNI [Internet] [diunduh 2012
Des 5]. Tersedia pada: http:bisnis.comarticles2015-minyak-goreng- curah-hanya-untuk-industri.
Hakim, A. 2006. Manajemen Industri. Andi Offset : Yogyakarta. Hauser,J.R. dan Clausing, D. 1998. The House of Quality. Harvard Business
Review, 663, 63-73. Herawati dan S. Akhlus. 2006. Kinerja BHT Sebagai Antioksidan Minyak Sawit
Pada Perlindungan Terhadap Oksidasi Oksigen Singlet. Akta Kimindo Vol.2 No.1 Oktober 2006: 1-8. Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya. Hurley, R.F dan Hult, T.M. 1998. Innovation Market Orientation, and
Organizational Learning :An Integration and Empirical Examination. Journal Of Marketing Vol.62.42-45. American Marketing Asociation.
Irvani, B. 2008. Analisis Preferensi Dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Klaim Minyak Goreng Sawit Bermerek di Kota Bogor. Graduate Program
of Management and Business MB IPB. Bogor. Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta ID: Universitas Indonesia
Press. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta ID: Universitas Indonesia
Press.
Kritchevsky D, Tepper SA, Czarnecki SK, and Sundram K. 2002. Red palm oil in experimental atherosclerosis. Review Article. Asia Pacific J. Clin. Nutr
. 11 Suppl: S433-S437. Kusrini. 2007. Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan.
Yogyakarta:Andi Offset.
Kusumadewi, Sri dan Guswaludin, Idham. 2005. Fuzzy Multi-Criteria Decision Making.Tersedia pada http:journal.uii.ac.idindex.phpmediainformatika
articaleviewFile2420 Kwong C K, Bai H. 2002. A Fuzzy AHP Approach to the determination of
Importance weights of customer requirements in quality function deployment. Department of Manufacturing Engineering, The Hong Kong
Polytechnics University, Hung Hom Kowloon, Hong Kong . [Jurnal]:Intelligent Manufacturing. Vol 13, 367-377.
Liu, C.H. 2009. A group decision-making method with fuzzy set theory and genetic algorithms in quality function deployment. [Jurnal]:Intelligent
Manufacturing. Vol 13, 367-377. Marimin dan Maghfiroh, N. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor. Marimin, Djatna T, Suharjito, Hidayat, S, Utama, D.N, Astuti, R dan Martini, S.
2013. Teknik dan Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor.
Menteri Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan RI. Nomor 231PMK.011 2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah Atas
Penyerahan Minyak Goreng Sawit Di Dalam Negeri Untuk Anggaran 2009. Jakarta : Kantor Menteri Keuangan.
Menteri Perdagangan. 2009. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 2 tahun 2009 tentang Desain dan spesifikasi minyak goreng kemasan sederhana. Jakarta.
: Kantor Menteri Perdagangan. Milton D.R.Jr dan John J.M. 1993. Managing The Development Of New Product.
Van Nostrand Reinhold. New York.
Muhtadi TR. 2000. Karakteristik Komponen Intrinsik Utama Buah Sawit Elais Guineensis, JACQ Dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak
dan Pemanfaatan Provitamin A. [Disertasi]. Bogor ID: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Nepal B, Yadav Om P, Murat A. 2010. A Fuzzy-AHP approach to prioritization of CS attributes in target planning for automative product development.
[jurnal]:Expert Systems with Applications VolPp 6775-6786. Olson J.A. 1990. Vitamin A. LJ.Machlin dalam Handbook of Vitamins 2nd ed.
New York : Marcel Dekker. Presiden Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 tahun 2012 tentang Pangan. Setneg. Jakarta ID Lembaran Negara Republik Indonesia.
Rennard JP. Genetic Algorithms Viewer. 1.0. 2000. URL Tersedia pada
:http:www.rennard.orgalifeengllishgavgb.html. Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistics for the Behavioral Sciences..
New York:Holt,Rinehart and Winston, Inc dalam Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Rukmanti, R. 2011. Press Release Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Goverment Promotes Hygienic and Affordable Cooking Oil
Saaty,T.L, Vargas,L.G.. 2006. Decision Making With Analytic Network Process .Springer Science. LLC.
Sulaksono, B. 2008. Tips Mudah Mengenali Minyak Goreng Oplos. Tersedia pada: http:maulanusantara.wordpress.com20080804tips-mudah-
mengenali-minyak- goreng-oplos [diunduh tanggal 16 juli 2013]. Sunaryo ES, dan A Wibowo.2002. Peluang dan Tantangan Fortifikasi Vitamin A
pada Minyak Goreng. Hardiansyah, L. Amalia , dan B Setiawan Eds. Dalam Fortifikasi Tepung Terigu dan Minyak Goreng. Pusat studi
Kebijakan Pangan dan Gizi IPB. Komisi Fortifikasi Nasional. ADB-
Manila dan Keystone Center USA. Soekirman.2003. Fortifikasi dalam Program Gizi, Apa dan Mengapa. Koalisi
Fortifikasi Indonesia. Taha HA. 2002. Operations Research-An Introduction 6th ed. Upper Saddle River
NJ. 07458: Prentice Hall. The Merck Index, 1983, Tenth Edition, Published by Merck and Co.Inc., Rahway
NJ, USA. Untoro R.2002. Masalah Gizi Mikro di Indonesia dan Potensi Penaggulangannya
Dalam Penerimaan Konsumen Terhadap Minyak Goreng Curah Yang Difortifikasi Vitamin A. Handaru Trimulyo. Program Studi Gizi
Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Wardoyo, GY. 2007. Analisis Kebijakan Konversi Penggunaan Minyak Tanah ke
Liquid Petroleum Gas LPG dengan pendekatan system Diagram. LIPI. Wasson, C. 2005. System Analysis, Design, and Development. A John Wiley
Sons, Inc. Publication. United States of America. Winarno FG. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat. Bogor ID:Pusat
Pengembangan Teknologi Pangan IPB. World bank.2006.Repositioning Nutrition Central to Development : A Strategy for
Large- Scale Action. Washington;World Bank. Wu, T dan Blackhurst, J. 2009. Managing Supply Chain Risk and Vulnerability.
Springer-Verlag. London. Zadeh, L.A. 1965. Fuzzy Sets. Information and Control, Vol.8 pp.338-353.
Importance h
oduk t
idak j
auh l ebi
h m ahal
dar i m
iny ak
ur ah