PENDAHULUAN Teknologi Penangkapan Ikan Baronang (Siganus Sp) Ramah Lingkungan Di Perairan Kepulauan Seribu

3 penelitian ini, Iskandar dan Mawardi 1997 melaporkan adanya Siganus guttatus, yang bersifat diurnal atau aktif di siang hari. Perumusan Masalah Ikan baronang menjadi komoditi penting di perairan Kepulauan Seribu yang berperan dalam aktivitas perekonomian dan sosial pajda masyarakat sekitar. Pemanfaatan ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu telah dilakukan oleh nelayan yang bermukim di sekitarnya sebagai sumber mata pencaharian khususnya nelayan artisanal. Nelayan menangkap baronang pada awalnya dianggap sebagai ikan rucah untuk pakan ikan kerapu yang dipelihara dan dibesarkan di karamba jaring apung. Kebutuhan ikan rucah yang meningkat dan semakin bertambahnya jumlah nelayan berakibat tekanan terhadap sumberdaya ikan baronang di Kepulauan Seribu semakin tinggi, baik akibat kegiatan penangkapan maupun akibat dari aktivitas pembangunan lain seperti; pertambangan, wisata bahari, dan lainnya. Jika pembangunan tersebut tidak dikendalikan dapat mengakibatkan perubahan fisik lingkungan perairan dan berujung pada kerusakan habitat ikan baronang. Tidak adanya pembatasan terhadap jumlah alat tangkap dan evaluasi terhadap dampak dari teknologi penangkapan terhadap lingkungan menurut Purbayanto 2010 akan menyebabkan masalah terhadap status keberlanjutan sumberdaya tersebut. Jenis ikan baronang sangat beragam, jenis ikan baronang yang banyak ditemukan di Kepulauan Seribu adalah Siganus guttatus, S. canaliculatus, S. javus, S. punctatus, S. virgatus, S. fuscescens, dan S. vermiculatus. Tiap jenis ikan baronang memiliki perbedaan harga dan berbeda jenis alat tangkap yang menangkapnya. Jenis alat penangkap ikan di Kepulauan Seribu sangat beragam. Sebaiagi enis alat tangkap ikan di Kepulauan Seribu tidak semua menangkap ikan baronang. Belum ada secara khusus spesifikasi alat yang hanya menangkap ikan baronang. Inventarisasi jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang perlu dilakukan, agar menjadi informasi jenis alat tangkap apa yang digunakan untuk menangkap ikan baronang. Alat yang menangkap baronang di Kepulauan Seribu belum diketahui tingkat keramahlingkungan. Selama ini nelayan menggunakan alat tangkap sesuai metode penangkapan dari nelayan terdahulu, maka perlu diketahui keseluruhan tingkat keramahlingkungan alat tangkap yang menangkap baronang di Kepulauan Seribu. Bagaimana metode penangkapan ikan baronang apakah sudah sesuai dengan aturan pemerintah daerah setempat? Informasi tentang jenis alat tangkap baronang diteruskan dengan perbaikan alat tangkap yang menangkap baronang, agar perikanan baronang tetap terjaga kelestarian. Mengetahui musim dan daerah penangkapan baronang mempermudah proses penangkapan agar lebih efisien dan efektif. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Inventarisasi jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang dan menganalisis status teknologi penangkapan ikan baronang yang ramah lingkungan di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. 2. Menganalisis pola musim dan daerah penangkapan ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. 4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang di alam yang ramah lingkungan serta memberikan informasi mengenai pola musim dan daerah penangkapan ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, sehingga dapat berguna bagi pengelolaan sumberdaya ikan baronang. Kerangka Pemikiran Potensi perikanan tangkap baronang di Kepulauan Seribu meningkat tiap tahunnya. Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu menyatakan produksi hasil tangkapan ikan baronang yang didaratkan di dermaga Pulau Pramuka dan Pulau Panggang tahun 2012-2015 meningkat, dengan nilai peningkatan sebesar 48,9. Peningkatan produksi disebabkan peningkatan aktivitas penangkapan terhadap ikan baronang. Aktivitas penangkapan baronang terjadi pada perairan karang. Teknologi penangkapan ikan di perairan karang harus menggunakan metode yang ramah lingkungan. Jenis alat tangkap di Kepulauan Seribu hampir keseluruhan dioperasikan di perairan karang. Status teknologi penangkapan perlu diketahui agar perbaikan alat tangkap ikan karang bisa lebih ramah lingkungan. Pola musim dan daerah penangkapan ikan baronang perlu diketahui, sehingga memudahkan nelayan lebih efektif dan efisien dalam melakukan operasi penangkapan. 5 Gambar 1 Kerangka pemikiran

2. METODOLOGI UMUM

Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan perairan Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 musim angin timur dan November-Desember 2015 musim angin barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2016. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Potensi Perikanan Baronang di Kepulauan Seribu Masalah: 1. Jenis alat penangkapan ikan yang menangkap ikan baronang 2. Status teknologi penangkapan ikan baronang belum diketahui 3. Pola musim dan daerah penangkapan ikan baronang belum diketahui Inventarisasi alat penangkapan ikan yang menangkap ikan baronang Analisis status teknologi penangkapan ikan baonang sesuai kriteria FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF 9 kriteria alat penangkapan ramah lingkungan Status dan perbaikan teknologi penangkapan ikan baronang ramah lingkungan Pola musim dan daerah penangkapan ikan baronang Analisis indeks musim penangkapan ikan dan penentuan daerah penangkapan ikan baronang Teknologi penangkapan ikan baronang ramah lingkungan di Kepulauan Seribu 6 Gambar 2 Lokasi penelitian di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer merupakan hasil wawancara dan observasi langsung terhadap nelayan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data statistik dari DKP Kabupaten Kepulauan Seribu dan DKP Provinsi Jakarta. Pengambilan data wawancara langsung diperoleh dengan metode survei dengan cara observasi langsung di lapangan menggunakan metode snowball sampling pada nelayan alat tangkap bubu bambu tambun, bubu kawat, bubu jaring, muroami, jaring lingkar, speargun dengan bantuan kuisioner. Snowball sampling adalah teknik sampling seperti bola salju yang menggelinding yang lama- lama menjadi besar, dimana penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel nelayan, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari nelayan lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang nelayan sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Observasi langsung dengan mengikuti aktivitas penangkapan nelayan untuk mendapatkan data posisi daerah penangkapan ikan, jenis ikan hasil tangkapan, proporsi ikan baronang tertangkap, dan informasi mengenai teknik metode penangkapan ikan. Data statistik perikanan serta data pendukung lainnya yang berkaitan dengan perikanan baronang di perairan Kepulauan Seribu bersumber dari data statistik perikanan DKP Kabupaten Kepulauan Seribu dan DKP Provinsi Jakarta. Data yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian berupa aspek teknis operasional setiap jenis alat tangkap jumlah trip, hari operasi setiap trip, metode pengoperasian, hasil tangkapan, dan daerah penangkapan dan penilaian skor yang diperoleh dari hasil wawancara. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 24 responden, yang terdiri 4 responden nelayan pemilik muroami, 4 responden nelayan pemilik jaring lingkar, 4 responden nelayan pemilik bubu kawat, 4 responden 7 nelayan pemilik bubu jaring, 4 responden nelayan pemilik bubu bambu dan 4 responden nelayan pemilik speargun. Pengambilan data responden dilakukan terhadap pemilik kapal atau kapten kapal dari alat tangkap yang berada di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Pada proses pengambilan data atau wawancara selalu ada ABK nelayan, sehingga pengambilan responden kepada setiap nelayan pemilik sudah dapat mewakili nelayan ABK atau buruh. Analisis Data Inventarisasi jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang dan menganalisis status teknologi penangkapan ikan baronang yang ramah lingkungan di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dilakukan dengan cara membuat deskripsi spesifikasi jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang dimulai dari spesifikasi alat, metode penangkapan, jumlah nelayan, jenis ikan baronang yang tertangkap, penilaian skor sesuai 9 kriteria FAO, dan penentuan status teknologi penangkapan baronang yang ramah lingkungan. Analisis aspek ramah lingkungan dilakukan dengan cara mengolah data yang diperoleh dari jawaban responden sesuai dengan kriteria dan sub kriteria yang terdapat pada acuan analisis aspek ramah lingkungan. Kriteria FAO adalah alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi; alat tangkap tidak merusak habitat dan tempat hidup biota lainnya; tidak membahayakan nelayan; menghasilkan ikan yang bermutu baik; produk tidak membahayakan konsumen; hasil tangkapan yang terbuang by catch minimum; alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati biodiversity; tidak menangkap jenis ikan yang dilindungi undang-undang dan terancam punah dan; dapat diterima secara sosial: 1 investasi murah, 2 menguntungkan, 3 sesuai dengan budaya setempat, 4 sesuai dengan peraturan yang ada. Masing-masing alat tangkap diberi skor berdasarkan jawaban responden, kemudian skor tersebut dijumlahkan dan diambil nilai rata-rata. Nilai rata-rata tertinggi dan terendah dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk memperoleh nilai cuting off. Analisis pola musim penangkapan baronang ditentukan dengan menggunakan teknik analisis deret waktu time series terhadap hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan bulanan baronang selama enam tahun terakhir. Penentuannya menggunakan metode rata-rata bergerak moving average, sebagai berikut: a menyusun data deret waktu CPUE bulan pertama tahun ke n hingga bulan ke n tahun n; b menyusun rata-rata bergerak CPUE n bulan RG; c menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat RGP; d menghitung rasio rata-rata untuk tiap bulan Rb; dan e menyusun nilai rata-rata dalam satu matrik berukuran j x i yang disusun untuk setiap bulan dimulai kuartal bulan I-III, kemudian menghitung rata-rata atau variasi musim dan selanjutnya menghitung indeks musim penangkapan antara lain: 1 rasio rata-rata untuk bulan ke-i RRB; 2 jumlah rasio rata-rata bulanan JRRB dan 3 indeks musim penangkapan. Penentuan musim ikan dengan kriteria-kriteria ialah jika indeks musim lebih dari 1 lebih dari 100 atau di atas rata-rata, dan bukan musim jika indeks musim kurang dari 1 kurang dari 100 . Apabila IM = 1 100 , nilai ini sama dengan harga rata-rata bulanan sehingga dapat dikatakan dalam keadaan normal atau berimbang. Untuk pemetaan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan cara mengikuti aktivitas penangkapan dan menandai lokasi penangkapan ikan dan digambarkan peta daerah penangkapan menggunakan sistem informasi geografis GIS