KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

10 pancing, bubu, muroami, dan lain-lain. Alat tangkap yang paling dominan adalah alat tangkap pancing dan bubu. Tabel 2 Jumlah alat penangkapan ikan yang dioperasikan di perairan Kepulauan Seribu No. Jenis alat tangkap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 payang 165 150 152 153 156 2 jaring insang hanyut 19 15 15 18 20 3 bagan tancap 150 124 24 24 23 4 pancing 600 604 644 702 784 5 bubu 610 628 628 643 678 6 muroami 40 23 9 7 3 7 lain-lain 253 242 223 224 254 Total 1837 1786 1695 1771 1918 Sumber: Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2016 Jenis alat tangkap secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir 2011-2015 sebesar 0,5. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,98 Tabel 2. Peningkatan alat tangkap ikan di Kepulauan Seribu tidak signifikan, ini terjadi akibat pelarangan beberapa alat tangkap seperti muroami dan alat tangkap dengan alat bantu kompresor lainnya. Nelayan alat tangkap bubu dan pancing mengalami peningkatan akibat dari peralihan alat tangkap dari muroami menjadi nelayan bubu dan pancing. Hasil produksi catch aktual perikanan di Kepulauan Seribu selama 5 tahun terakhir 2011-2015 menunjukan adanya fluktuasi hasil tangkapan, cenderung mengalami penurunan. Pada awal periode 2011-2012 produksi mengalami penurunan yang tidak signifikan, nilai penurunan sebesar 9,7 dari tahun 2011 ke tahun 2012. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 2.730 ton. Pada periode 2013-2015 produksi perikanan tangkap di Kepulauan Seribu mengalami penurunan, nilai penurunan sebesar 31,6. Produksi terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 1.420 ton. Trend produksi perikanan Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Produksi aktual perikanan tangkap di Kepulauan Seribu tahun 2011-2015 Sumber: Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2016 500 1000 1500 2000 2500 3000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 P ro du k si t o n Waktu tahun 11 Musim penangkapan ikan di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh musim yang berlangsung di laut. Umumnya nelayan melaut pada musim peralihan dan musim timur. Pada musim peralihan, kondisi perairan tenang, sehingga semua nelayan dari semua alat tangkap pergi melaut. Musim ini dianggap nelayan sebagai musim yang ideal, karena resiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi alam sedikit sekali. Nelayan juga intensif menangkap ikan untuk persiapan tidak melaut pada musim barat. Pada musim timur, nelayan pergi melaut walaupun intensitasnya tidak sesering pada musim peralihan. Hal ini disebabkan hembusan angin yang cukup kencang walaupun arus relatif tenang. Kondisi tersebut berbahaya untuk nelayan pancing yang menggunakan perahu dengan alat bantu layar. Pada musim barat, nelayan lebih memilih tinggal di rumah, karena kondisi perairan berangin kencang dan berombak besar, serta arus yang kuat. Kondisi seperti ini membahayakan keselamatan nelayan dan juga kesuksesan operasi penangkapan, karena arus yang kuat menyebabkan alat tangkap hanyut dan terbelit saat dioperasikan. Daerah penangkapan ikan nelayan di sekitar perairan Kepulauan Seribu. Jarak daerah penangkapan ikan tergantung alat yang dioperasikan dan kekuatan kapal yang digunakan. Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan penangkapan ikan pelagis di perairan terbuka dengan kedalaman lebih dari 20 m. Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan ikan karang di daerah terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 20 m. Hasil tangkapan utama nelayan Pulau Pramuka berupa ikan-ikan karang seperti kerapu Epinephelus sp., ekor kuning Caesio sp., lencam, baronang Siganus sp., selar Atule mate, tongkol Auxis sp., layang Decapterus russelli, kembung Rastrelliger sp. dan bermacam ikan hias beberapa hasil tangkapan berupa ikan karang dan pelagis, didaratkan di Muara Angke dan Muara Baru. Beberapa nelayan memilih mendaratkan hasil tangkapannya di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, karena permintaan ikan cukup tinggi. Nelayan cepat mendapatkan keuntungan, karena ikan hasil tangkapan tersebut langsung terjual habis. Kondisi Perikanan Baronang di Kepulauan Seribu Ikan baronang merupakan ikan karang memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga ikan baronang di Kepulauan Seribu berkisar antara Rp 15.000 – Rp 30.000 per kilogram. Tingginya harga ikan membuat nelayan Pulau Seribu menangkap jenis ikan baronang. Jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang di Kepulauan Seribu adalah alat tangkap bubu kawat, bambu, jaring, speragun panah, muroami, dan jaring lingkar. Jenis alat tangkap untuk menangkap baronang dioperasikan di perairan karang. Terumbu karang merupakan habitat ikan baronang, dengan kedalaman perairan rata-rata di Kepulauan Seribu sebesar 30 m. Produksi catch perikanan baronang di Kepulauan Seribu selama 5 tahun terakhir 2010-2014 menunjukkan adanya peningkatan pada periode 2011-2014. Pada awal periode 2010-2013 produksi mengalami penurunan yang signifikan, nilai penurunan sebesar 61 dari tahun 2010 ke tahun 2013. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 45,589 ton. Pada periode 2013-2014 produksi perikanan tangkap di Kepulauan Seribu mengalami peningkatan yang signifikan, nilai peningkatan sebesar 25. Produksi terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 6,933 ton. Trend produksi perikanan baronang Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 4. 12 Gambar 4 Produksi aktual perikanan baronang di Kepulauan Seribu tahun 2010- 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2016 Produksi baronang pada tahun 2011-2013 yang sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya, disebabkan ikan baronang belum menjadi target penangkapan utama. Ikan baronang cenderung menjadi ikan rucah pakan ikan untuk ikan kerapu. Pengetahuan nelayan tentang tingginya harga jual ikan baronang pada awal tahun 2014 membuat produksi ikan baronang mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produksi catch bulanan tahun 2014 perikanan baronang di Kepulauan Seribu menunjukkan adanya fluktuasi hasil tangkapan. Pada awal tahun bulan Januari-Mei produksi baronang rendah, sedangkan peningkatan produksi dimulai pada bulan Agustus dan puncaknya pada bulan November. Produksi tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 5.106 kg. Produksi terendah terjadi pada bulan Januari sebesaar 621 kg. Trend produksi perikanan baronang Kepulauan Seribu pada tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Produksi aktual bulanan perikanan baronang tahun 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu 2016 45,589 8,149 7,033 6,933 28,045 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2010 2011 2012 2013 2014 P ro du k si t o n Waktu tahun 621 1.036 1.994 1.280 1.069 2.872 2.081 4.380 1.956 3.035 5.106 2.615 - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Pro d u k si t o n Waktu bulan 13

4. STATUS ALAT TANGKAP BARONANG Siganus sp. RAMAH LINGKUNGAN DI KEPULAUAN SERIBU

Pendahuluan Ikan baronang banyak ditemukan di perairan dangkal berkarang, pesisir hingga tubir pantai berkarang Arthana 2009. Mayunar 1992 menyatakan bahwa ikan baronang di Indonesia baru ditemukan 12 jenis, berdasarkan spesimen yang dikumpulkan dari Teluk Banten, Tanjung Pinang, Ujung Pandang dan Kepulauan Seribu. Jenis ikan baronang yang banyak ditemukan di Kepulauan Seribu adalah Siganus guttatus, S. canaliculatus, S. javus, S. punctatus, S. virgatus, S. fuscescens, dan S. vermiculatus. Lokasi utama tangkapan nelayan adalah sekitar Pulau Pramuka, Semak Daun, Karang Congkak, Karang Bongkok, dan Karang Beras. Kawasan ini merupakan daerah yang masih memiliki ekosistem lamun dan karang dengan kondisi habitat yang cukup baik untuk kehidupan baronang. Beberapa gugusan pulau tersebut sering dijadikan tempat wisata snorkling dan diving, sehingga kondisi karang masih sangat baik untuk habitat ikan baronang Purnomo et al. 2013. Jenis alat tangkap ikan karang yang ada di Kepulauan Seribu adalah muroami Iskandar dan Puspita 2009, bubu Riyanto et al. 2009, speargun, dan jaring lingkar tegur. Penangkapan baronang di Kepulauan Seribu mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi harga baronang yang meningkat akibat dari permintaan pasar akan baronang meningkat Fahmawati 2014. Kegiatan eksplorasi penangkapan baronang secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan habitat penangkapan Pet-Soede et al. 2001. Aktivitas penangkapan terhadap ikan baronang dapat mempengaruhi perubahan struktur populasi dari sumberdaya ikan baronang, antara lain dapat dilihat dari ukuran ikan, jumlah hasil tangkapan nelayan dan umur ikan yang tertangkap Pertiwi 2014. Hal ini yang mengakibatkan sebagian besar ikan-ikan yang ada di perairan menjadi berkurang jumlahnya, sehingga diperlukan pengelolaan yang didasarkan informasi biologis untuk mempertahankan kelestarian populasi ikan baronang, khususnya di ekosistem terumbu karang dan padang lamun. Teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan merupakan salah satu langkah dalam keberlanjutan penangkapan ikan, sehingga tetap menjaga keseimbangan sumberdaya ikan tanpa mempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Agar pemanfaatan sumberdaya ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu tetap lestari maka penggunaan alat tangkap ikan baronang perlu dilakukan analisis keramahan lingkungan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk inventarisasi jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang serta menentukan status tingkat keramahan lingkungan alat tangkap yang menangkap baronang di Kepulauan Seribu. Metode Waktu dan lokasi penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan di perairan Kepulauan Seribu DKI Jakarta, khususnya di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 musim angin timur dan November- 14 Desember 2015 musim angin barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Lokasi penelitian Pengumpulan data Penelitian teknologi keramahan lingkungan perikanan baronang dilakukan dengan cara survei langsung. Aspek yang dikaji dalam materi ini yaitu unit penangkapan ikan baronang dan tingkat keramahan lingkungan unit penangkapan perikanan baronang. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan nelayan yang dipilih metode berdasarkan snowballing sampling, sedangkan data sekunder berupa studi literatur tentang keadaan wilayah Kepulauan Seribu dan data dari Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jakarta dan Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu. Observasi dilakukan dengan wawancara langsung dan mengikuti kegiatan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap muroami, jaring lingkar tegur, bubu dan speargun. Operasi penangkapan dilakukan secara one day trip, dengan tujuan mengetahui lokasi daerah penangkapan ikan, jenis ikan baronang yang tertangkap, dan mengetahui metode penangkapan ikan. Data untuk analisis tingkat keramahan lingkungan alat penangkap ikan baronang dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada 24 responden, yang terdiri 4 responden nelayan muroami, 4 responden nelayan jaring lingkar, 4 responden nelayan bubu kawat, 4 responden nelayan bubu jaring, 4 responden nelayan bubu bambu dan 4 responden nelayan speargun. Pengambilan data responden dilakukan terhadap pemilik kapal kapten kapal dari alat tangkap yang berada di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Data yang dikumpulkan untuk menentukan tingkat keramahan lingkungan perikanan baronang yaitu selektivitas alat tangkap, kualitas hasil tangkapan, metode penangkapan ikan hubungannya dengan kerusakan habitat dan biodiversity, hasil tangkapan utama dan sampingan by catch, dan aspek sosial yang berhubungan dengan operasi penangkapan ikan baronang konflik, ekonomi, sosial. 15 Analisis data Tingkat keramahan lingkungan perikanan tangkap berdasarkan FAO 1995 diacu dalam Coning dan Witbooi 2015 tentang peraturan perikanan yang bertanggungjawab Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF. Kriteria dalam CCRF terdiri dari sembilan kriteria keramahan lingkungan yaitu dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis data yang digunakan adalah pemberian bobot nilai terhadap jenis alat tangkap yang menangkap ikan pelagis berdasarkan kriteria CCRF. Pada tahap awal dilakukan perincian aspek-aspek berdasarkan CCRF, selanjutnya dilakukan perincian menjadi kriteria-kriteria pada setiap aspek. Berdasarkan hal tersebut diperoleh beberapa aspek yang perlu dikaji dalam satu unit penangkapan sehingga unit penangkapan tersebut dapat dikatakan mendukung CCRF. Analisis data untuk menentukan tingkat keramahan lingkungan unit penangkapan perikanan baronang berdasarkan sembilan kriteria tingkat keramahan lingkungan alat penangkapan ikan, selanjutnya dibuat empat sub kriteria pada masing-masing kriteria. Nanlohy 2013 membagi empat sub kriteria dengan skor yaitu sub kriteria A nilai skor 1, sub kriteria B nilai skor 2, sub kriteria C nilai skor 3 dan sub kriteria D nilai skor 4. Perhitungan skor nilai kriteria disesuaikan dengan jumlah responden yang ada. Berikut persamaan rumus perhitungan kriteria. b a X n i i    dengan: X = Total nilai skor keramahan lingkungan i a = Nilai skor kriteria responden ke-i b = jumlah responden Nilai skor maksimal dari nilai total skor adalah 36. Kajian kategori ramah lingkungan unit penangkapan perikanan baronang dibagi menjadi empat dengan rentang nilai skor pada Tabel 4. .......................................................................................................... 1