Penilaian Tingkat Pelapukan Tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penilaian Tingkat Pelapukan Tanah

Penilaian tingkat pelapukan tanah ini ditinjau dari segi mineralogi, fisik dan kimia. Adapun sifat-sifat yang menentukan tingkat pelapukan profil-profil tanah ini profil P1 berkembang dari batuan diabas, P2 batuan filit, P3 batuan rijang, P4 batuan marmer, P5 batuan basalt, dan P6 batuan batu lempung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat-Sifat yang Menentukan Tingkat Pelapukan Metode Sifat Tanah Profil P1 P2 P3 P4 P5 P6 Mineralogi Jumlah Mineral Mudah Lapuk 39 63 55 37 50 65 Jumlah Mineral Sukar Lapuk 61 37 45 63 50 35 Kimia KTK me100g 29.97 28.13 38.60 13.16 16.15 28.10 Fisik Nisbah DebuLiat 1.97 1.38 1.81 0.67 0.96 2.59 Keterangan: Nilai dihitung atas hasil rata-rata beberapa horison Penilaian tingkat pelapukan tanah secara mineralogi didasarkan kepada prinsip bahwa semakin banyak mineral sukar lapuk dijumpai dalam tanah, menunjukkan bahwa tanah tersebut telah mengalami pelapukan lanjut. Adapun mineral yang mudah lapuk antara lain bahan lapukan, gelas volkan, augit, apatit, hiperstin, diopsida, dan andesine, sedangkan mineral yang sukar lapuk antara lain: kuarsa keruh, kuarsa jernih, magnetit, gibsit, dan konkresi besi. Urutan tingkat pelapukan tanah di lokasi penelitian dari segi mineralogi adalah sebagai berikut: P4P1P5P3P2P6. Penilaian tingkat pelapukan tanah secara kimia dapat dilihat dari segi kapasitas tukar kation KTK. Urutan tingkat pelapukan tanahnya adalah sebagai berikut: P4P5P6P2P1P3. Semakin rendah nilai KTK tanah maka tingkat pelapukannya semakin lanjut. Hal ini dikarenakan tanah- tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut, umumnya didominasi oleh mineral- mineral sekunder berukuran liat, seperti oksida-oksida besi dan alumunium. Penilaian tingkat pelapukan tanah secara fisik dilihat dari nisbah debuliat menunjukkan bahwa tingkat pelapukan tanah memiliki urutan P4P5P2P3P1P6. Semakin kecil nisbah debuliat berarti semakin lanjut tingkat pelapukan tanah tersebut. Bahan induk tanah akan berubah ukurannya menjadi semakin halus dengan meningkatnya tingkat pelapukan. Penilaian dari segi fisik dan kimia relatif sejalan, sedangkan penilaian dari segi mineralogi tidak sejalan dengan kedua penilaian yang lain. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya satu proses yang lebih menghambat atau mendorong proses pelapukan, misalnya proses pencucian. Proses pencucian ini mengakibatkan sifat fisik dan kimia tanah berubah. Urutan tingkat pelapukan dari segi mineralogi relatif lebih bersifat stabil dan langgeng. Hal ini berkaitan dengan definisi pelapukan itu sendiri, yaitu transformasi mineral-mineral dalam batuan menjadi bentuk yang lebih stabil di bawah kondisi suhu, tekanan, dan kelembaban permukaan bumi Rachim dan Suwardi, 1999. Berdasarkan hasil penilaian ini dapat diketahui bahwa profil P4 yang berada di atas batuan marmer merupakan profil yang telah mengalami pelapukan lanjut, sedangkan profil P6 yang berada di atas batuan batu lempung merupakan profil yang tingkat pelapukannya paling muda. Hal ini disebabkan pada profil P6 memiliki jumlah mineral mudah lapuk paling banyak, sedangkan P4 memiliki jumlah mineral mudah lapuk paling sedikit dan mineral sukar lapuknya banyak.

5.2 Penilaian Tingkat Perkembangan Tanah