plagioklas.  Sedangkan  mineral  tahan  lapuk  resisten  yaitu  kelompok  mineral yang  tahan  terhadap  pelapukan  fisik  maupun  kimia.  Yang  tergolong  dalam
mineral resisten adalah kuarsa, ilmenit, rutil, dan zirkon Agus, Fahmuddin, et al; 2004. Makin besar jumlah ikatan Si-O dengan rangkaian jumlah tetrahedra silika
yang semakin besar melalui penggunaan bersama atom oksigen, makin besar pula ketahanannya terhadap pelapukan Tan, 1991.
2.3   Proses Pembentukan Tanah
Batuan  yang  berada  di  perut  bumi,  secara  geologis  merupakan  cikal  bakal bahan  induk  yang  sangat  menentukan  proses  pembentukan  tanah  dan  bentang
alam  landscape  yang  juga  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  lain,  yakni:  iklim, organisme,  proses  geomorfik  yang  dominan  dan  waktu.  Dengan  demikian  logis
apabila  pada  masing-masing  formasi  geologi  akan  menghasilkan  jenis  tanah  dan tipe  bentukan  lahan  yang  berbeda-beda  pula  tergantung  intensitas  faktor  yang
dominan  dalam  proses  genesisnya.  Selanjutnya  dengan  kondisi  jenis  tanah  dan bentuk  lahan  yang  berbeda  ini,  akan  menghasilkan  tutupan  vegetasi  alami  yang
berbeda pula, sehingga bentuk ekosistemnya pun akan beragam karakteristik dan keunikannya.
Suatu formasi geologi selalu menjelaskan waktu atau umur dan jenis batuan atau bahan induk. Meskipun demikian, tanah yang terbentuk di atas suatu formasi
geologi  belum  tentu  berasal  dari  batuan  atau  bahan  induk  yang  terdapat  pada formasi  geologi  tersebut.  Hal  ini  dijelaskan  oleh  adanya  proses  geologi  yang
relatif  baru,  seperti  terjadinya  penutupan  formasi  geologi  tersebut  oleh  bahan- bahan  yang  lebih  muda.  Akibatnya  memungkinkan  dijumpai  tanah  yang
mempunyai  susunan  mineral  berbeda  dengan  susunan  mineral  yang  terdapat dalam formasi geologi di bawahnya.
Proses  pembentukan  tanah  merupakan  suatu  masalah  biologi  dan  kimia yang rumit dan biasanya sulit untuk digambarkan dengan reaksi tunggal. Reaksi-
reaksi  dapat  terjadi  secara  serempak  atau  dapat  terlibat  sederetan  reaksi  yang berlangsung  berurutan.  Simonson  1959  menyatakan  bahwa  pedon  tanah
terbentuk  oleh  usaha  gabungan  dari  penambahan  bahan-bahan  anorganik  dan
organik ke permukaan tanah, transformasi senyawa-senyawa di dalam tanah, dan pemindahan komponen-komponen di tanah tersebut Tan, 1991.
2.4   Perkembangan Tanah
Proses  perkembangan  tanah  akan  menghasilkan  horison-horison  genetik pada  tubuh  tanah  yang  bersangkutan.  Pada  tanah-tanah  yang  telah  berkembang
akan  ditemukan  horison-horison  A,  B,  C  sedangkan  tanah  yang  belum berkembang kemungkinan akan ditemukan horison A dan C saja.
Menurut  Hardjowigeno  2003,  proses  perkembangan  tanah  ada  empat tahap, yaitu:
1. Tanah muda
Pada  tingkat  ini  proses  pembentukan  tanah  terutama  berupa  proses pelapukan  bahan  organik  dan  bahan  mineral,  pencampuran  bahan
organik  dan  bahan  mineral  di  permukaaan  tanah,  serta  pembentukan struktur  tanah  karena  pengaruh  bahan  organik  sebagai  perekat.
Hasilnya  adalah  pembentukkan  horison  A  dari  horison  C.  Sifat  tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Termasuk tanah muda
adalah tanah Entisol. 2.
Tanah dewasa Dengan  proses  lebih  lanjut,  maka  tanah-tanah  muda  dapat  diubah
menjadi  tanah  dewasa  yaitu  dengan  proses  pembentukkan  horison  B. Horison  B  terbentuk  akibat  penimbunan  liat  iluviasi  dari  lapisan  atas
ke  lapisan  bawah.  Pada  tingkat  ini  tanah  mempunyai  kemampuan berproduksi  tinggi,  karena  unsur  hara  di  dalam  tanah  cukup  tersedia
sebagai  hasil  dari  pelapukan  mineral,  sedang  pencucian  unsur  hara belum  lanjut.  Jenis  tanah  yang  termasuk  dalam  tingkat  ini  antara  lain
Inceptisol, Andisol, Mollisol, Vertisol. 3.
Tanah tua Dengan  meningkatnya  umur,  maka  proses  pembentukan  profil  tanah
berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan lebih nyata pada horison A dan B serta terbentuklah horison-horison A, E, EB, BE, Bt Bs, BC,
atau  A,  AB,  BA,  Bo,  BC,  dsb.  Tanah  menjadi  sangat  masam,  sangat
lapuk,  dan  kandungan  bahan  organik  lebih  rendah  dari  tanah  dewasa. Akumulasi  liat  atau  seskuioksida  di  horison  B  sangat  nyata  sehingga
membentuk horison argilik Bt atau horison spodik Bs. Apabila tidak ada  pencucian  liat  atau  seskuioksida,  maka  horison  E  tidak  terbentuk
sedangkan di horison B tidak terjadi penimbunan liat atau seskuioksida. Walaupun demikian, proses pelapukan berjalan lanjut, sehingga mineral
mudah lapuk tinggal sedikit dan terbentuklah banyak oksida-oksida besi dan aluminium. Horison ini disebut horison oksik Bo. Jenis-jenis tanah
yang  menurut  perkembangan  horisonnya  disebut  tanah  tua  adalah Ultisol, Spodosol, dan Oksisol.
Suatu  tanah  dikatakan  memiliki  horison  argilik  jika  tanah  tersebut memiliki  karakteristik  sebagai  berikut  adanya  selaput  tipis  liat
menyelimuti  dinding  pori,  adanya  liat  terorientasi  menghubungkan butir-butir  pasir,  apabila  sebagian  horison  eluvial  memilki  fraksi  halus
dengan kandungan liat total kurang dari 15, maka horison argilik harus mengandung  minimal  3  liat  lebih  banyak,  apabila  sebagian  horison
eluvial memilki fraksi halus dengan kandungan liat total kurang dari 15- 40, maka horison argilik harus mengandung minimal 1.2 kali liat lebih
banyak  dibandingkan  horison  eluvial,  apabila  sebagian  horison  eluvial memilki fraksi halus dengan kandungan liat total 40 atau lebih, maka
horison argilik harus mengandung minimal 8 liat lebih banyak. Suatu tanah  dikatakan  memiliki  horison  spodik  maka  horison  tersebut  harus
memiliki bahan spodik 85 atau lebih di dalam suatu lapisan setebal 2.5 cm  atau  lebih.  Bahan  spodik  adalah  bahan  tanah  mineral  yang  tidak
memiliki  semua  siat-sifat  horizon  argilik  atau  kandik,  di  dominasi  oleh bahan amorf aktif yang bersifat iluvial, dan tersusun dari bahan organik
dan  aluminium,  dengan  atau  tanpa  senyawa  besi.  Sedangkan  tanah dikatakan  memiliki  horison  oksik  jika  memiliki  ketebalan  30  cm  atau
lebih  dan  KTK  sebesar  16  cmol
+
per  kg  liat  atau  kurang  dengan ekstraksi NH
4
OAc, pH 7 Soil Survey Staff, 2006.
Berbagai kondisi yang menghambat perkembangan profil tanah: 1.
Curah  hujan  rendah  pelapukan  rendah,  material  terlarut  yang  tercuci sedikit.
2. Kelembaban  relatif  rendah  pertumbuhan  mikroorganisme  seperti  alga,
fungi, lichenes rendah. 3.
Bahan  induk  mengandung  kuarsa  yang  tinggi  dengan  kandungan  debu dan liat yang rendah pelapukan lambat, gerakan koloid rendah.
4. Kandungan liat tinggi aerasi jelek, pergerakan air lambat.
5. Bahan induk resisten misal quarsite pelapukan lambat.
6. Kelerengan  tinggi  erosi  menyebabkan  hilangnya  lapisan  top  soil,
pengambilan air tanah rendah 7.
Suhu dingin semua aktivitas pelapukan dan mikroba lambat. 8.
Akumulasi  material  secara  konstan  material  baru  menyebabkan perkembangan tanah menjadi baru.
Anonim, 2008
2.4   Klasifikasi Tanah