mineral sekunder berukuran liat, seperti oksida-oksida besi dan alumunium. Penilaian tingkat pelapukan tanah secara fisik dilihat dari nisbah debuliat menunjukkan bahwa
tingkat pelapukan tanah memiliki urutan P4P5P2P3P1P6. Semakin kecil nisbah debuliat berarti semakin lanjut tingkat pelapukan tanah tersebut. Bahan induk tanah
akan berubah ukurannya menjadi semakin halus dengan meningkatnya tingkat pelapukan.
Penilaian dari segi fisik dan kimia relatif sejalan, sedangkan penilaian dari segi mineralogi tidak sejalan dengan kedua penilaian yang lain. Hal ini bisa disebabkan oleh
adanya satu proses yang lebih menghambat atau mendorong proses pelapukan, misalnya proses pencucian. Proses pencucian ini mengakibatkan sifat fisik dan kimia tanah
berubah. Urutan tingkat pelapukan dari segi mineralogi relatif lebih bersifat stabil dan langgeng. Hal ini berkaitan dengan definisi pelapukan itu sendiri, yaitu transformasi
mineral-mineral dalam batuan menjadi bentuk yang lebih stabil di bawah kondisi suhu, tekanan, dan kelembaban permukaan bumi Rachim dan Suwardi, 1999. Berdasarkan
hasil penilaian ini dapat diketahui bahwa profil P4 yang berada di atas batuan marmer merupakan profil yang telah mengalami pelapukan lanjut, sedangkan profil P6 yang
berada di atas batuan batu lempung merupakan profil yang tingkat pelapukannya paling muda. Hal ini disebabkan pada profil P6 memiliki jumlah mineral mudah lapuk paling
banyak, sedangkan P4 memiliki jumlah mineral mudah lapuk paling sedikit dan mineral sukar lapuknya banyak.
5.2 Penilaian Tingkat Perkembangan Tanah
Proses perkembangan tanah akan menghasilkan horison-horison genetik pada tubuh tanah yang bersangkutan. Pada tanah-tanah yang telah berkembang akan
ditemukan horison-horison A, B, C, sedangkan tanah yang belum berkembang kemungkinan akan ditemukan horison A dan C saja.
Dilihat dari kelengkapan horison genetik, profil-profil tanah yang diteliti termasuk tanah yang telah berkembang karena keenamnya telah memiliki membentuk
horison A, B, dan C. Untuk membedakan tingkat perkembangan pada profil-profil tersebut digunakan sifat lain untuk menentukan tingkat perkembangan tanah seperti
ketebalan atau kedalaman efektif. Semakin dalam kedalaman efektifsolum, maka tanah
tersebut semakin berkembang. Berdasarkan hasil deskripsi profil, profil P1 memiliki kedalaman efektif 107 cm, P3 100 cm, P4 120 cm dan belum ditemukan bahan induk.
Pada profil P1 dan P3 sudah ditemukan horison peralihan dengan bahan induk horison BC. Sedangkan profil P2 126.5 cm, P5 121 cm, dan P6 123 cm sudah ditemukan bahan
induk. Oleh karena itu urutan tingkat perkembangan profil tanah jika dilihat dari tebal kedalaman efektif adalah sebagai berikut: P4P1P3P2P6P5. Profil P4 yang berada
di atas batuan induk marmer telah mengalami perkembangan tanah paling lanjut, sedangkan profil P5 yang berada di atas batuan basalt, tingkat perkembangan tanahnya
paling muda. Hal ini disebabkan karena pada profil P4 selain belum ditemukan bahan induk, pada profil ini juga belum ditemukan adanya horison peralihan. Horison C pada
profil ini letaknya masih lebih dalam lagi dari kedalaman penampang profil yang dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa profil P4 tingkat perkembangan tanahnya paling lanjut,
sedangkan untuk profil P5 memiliki kedalaman efektif yang lebih dangkal dibandingkan profil lainnya dan sudah ditemukan adanya horison C. Hal ini menunjukkan bahwa
profil tersebut perkembangan tanahnya masih muda.
5.3 Klasifikasi Tanah 5.3.1 Profil P1, P5, dan P6