24 terlalu kering akan menggumpal dan keras, pada keadaan basah nilai kelengketan
pada roda traktor dan alat pengolah tanah akan semakin tinggi. Kandungan liat yang besar 20 pada Tabel 2 mengindikasikan tanah
ini termasuk tanah plastis Bainer et al. 1978. Batas plastis yang tinggi 46 merupakan batas antara tanah dalam keadaan semi plastis dengan keadaan plastis.
Batas cair yang sangat tinggi 71 dimana kandungan air mulai bersifat setengah cair.
Keadaan permukaan tanah sebelum diolah merupakan tanah yang datar dan terletak di daerah yang lapang. Keadaan ini menyebabkan tingginya nilai
evaporasi. Penguapan tertinggi akan terjadi pada lapisan permukaan. Tingginya rata-rata kadar air pada awal perlakuan yaitu sebesar 47.4 Tabel 3 disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi dan waktu pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 6 sampai pukul 7, sehingga evaporasi pada permukaan tanah
belum terjadi, dengan rata-rata tahanan penetrasi sebesar 8.26 kgcm
2
Tabel 4. Tabel 3 Nilai kadar air setiap kedalaman pada awal perlakuan
Kedalaman cm
Kadar air L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6
1-10 39.6 45.6 40.4 45.1 45.6 46.4 47.8 48.9 47.3 50.4 53.6 48.5
10-20 45.3 46.7 46 45.5 49.2 47.3 46.8 48.5 47.6 54.2 55.2 51.4
20-30 42.9 44 44.7 46.1 45.6 44.9 49.2 51 45.9 49.4 52.3 49
Tabel 4 Nilai tahanan penetrasi setiap kedalaman pada awal perlakuan
Kedalaman cm
Tahanan Penetrasi kgcm2 L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6
1-10 1.83 1.33 1.5 6.67 4.5
5 5.5 4 5.67
4 4.67 3.83 10-20
5.5 3.33 5.83 11.5 9.5 8.83 9.83 10 10.3 11.7 10.8 11 20-30
12.5 9.83 12.2 12.3 11.3 11.8 12 11.7 12.3 12.2 11 11.7
B. PENGARUH LINTASAN DAN BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH
1. Uji Pemadatan Tanah Di Laboratorium
Hasil pengujian pemadatan tanah di laboratorium dengan menggunakan beban 2.5 kg, ketinggian beban 30 cm dengan 25 kali jumlah tumbukan untuk tiap
lapisan dan dilakukan sampai tiga lapisan. Pengukuran pemadatan di laboratorium ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara kadar air dengan tingkat
25 kepadatan tanah. Kadar air kritis pemadatan tanah di laboratorium ini bervariasi
untuk setiap perlakuan kompos. Hasil yang dicapai pada pengujian di laboratorium untuk perlakuan tanpa kompos menghasilkan kepadatan maksimum
1.76 grcm
3
pada kadar air 37.42
,
perlakuan kompos 4 tonha menghasilkan
kepadatan maksimum 1.76 grcm
3
pada kadar air 39.00 dan untuk kompos 6 tonha menghasilkan kepadatan maksimum 1.75 grcm
3
pada kadar air 37.40 Lampiran 13.
Pada perlakuan bahan organik kompos dosis 6 tonha, kompos dapat meredam terjadinya pemadatan tanah hal ini ditunjukkan dengan nilai kepadatan
maksimum yang lebih kecil jika dibanding dengan perlakuan tanpa kompos dan kompos 4 tonha. Pada perlakuan kompos 4 tonha didapat nilai kepadatan
maksimum yang lebih besar dibanding perlakuan kompos 6 tonha hal ini dikarenakan oleh nilai kadar air optimum lebih besar dibanding perlakuan 6
tonha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma 1998 menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik maka kemampuan tanah untuk mengikat
air semakin tinggi dan tanah akan semakin sulit untuk melepas sehingga menyebabkan kandungan air cenderung tinggi.
Hasil uji pemadatan di laboratorium ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan pengukuran tahanan penetrasi dan bulk density di lapang, dimana
perlakuan dosis kompos 6 tonha menghasilkan efek pemadatan yang lebih kecil dibanding dengan 2 perlakuan kompos lainnya pada perlakuan intensitas lintasan
yang sama. Uji laboratorium menunjukkan pada tingkat tekanan tertentu berat isi
kering Dry bulk density tanah bertambah dengan naiknya kadar air tanah dan mencapai puncak yang disebut berat isi kering maksimum pada nilai kadar air
yang optimum. Selanjutnya berat isi kering menurun dengan meningkatnya kadar air tanah. Hasil penelitian Surawijaya 1995 menunjukkan bahwa peningkatan
pemadatan tanah bulk density disebabkan oleh terisinya rongga udara di antara partikel tanah sehingga porositas menurun dan pemadatan tanah meningkat
terhadap kenaikan kadar air. Jika rongga udara di antara partikel tanah sudah hampir semua terisi maka tanah akan mencapai pemadatan maksimum dan kadar
air yang lebih tinggi akan mengakibatkan pemadatan tanah menurun.
26 Hillel 1980 mengatakan, pada suatu pemadatan tanah yang tetap, bulk
density tanah merupakan fungsi dari kadar air tanah. Bulk density tanah meningkat mulai dari meningkatnya kadar air tanah dan mencapai puncak pada
kadar air yang disebut kadar air tanah optimum. Selanjutnya menurun dengan meningkatnya kadar air tanah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 grafik
pemadatan tanah yang menunjukkan adanya tiga fase perubahan kadar air tanah, yaitu fase perubahan positif, fase transisi dan fase perubahan negatif. Menurut
Nichols dalam Bainer et al. 1978, fase perubahan positif terjadi pada selang kadar air tanah lebih rendah dari kadar air tanah optimum yang menyebabkan
tanah bersifat adhesif. Pada kondisi tersebut peningkatan kepadatan tanah sejalan dengan peningkatan nilai kadar air tanah. Selanjutnya terjadi fase transisi dimana
pada fase ini terjadi pemadatan maksimum. Kadar air tanah pada fase transisi disebut kadar air tanah optimum pemadatan tanah. Sedang fase perubahan negatif
terjadi pada kadar air tanah lebih tinggi dari kadar air tanah optimum yang menyebabkan sifat pelumas pada tanah. Fase ini merupakan kebalikan dari
kondisi adhesif. Nilai kadar air optimum di atas digunakan sebagai nilai kadar air patokan dalam pengolahan tanah di lapang dan dapat digunakan pula sebagai
pembanding hasil pengukuran di lapang terhadap perubahan tingkat kepadatan tanah.
Uji Kepadatan Laboratorium
1 1.1
1.2 1.3
1.4 1.5
1.6 1.7
1.8
10 20
30 40
50 Kadar Air
B u
lk De
ns it
y g
r cm
3
T anpa Kompos Kompos 4 tonha
Kompos 6 tonha
Gambar 10 Grafik pemadatan tanah hasil uji Proctor
27
2. Bulk Density Bobot Isi Tanah