Kontrol In-situ Ex-situ Metode Penelitian 1. Preparasi Sampel

Gambar 5. Skema SEM koil penyearah untuk membentuk gambar dan diteruskan ke lensa akhir untuk difokuskan ke sampel. Interaksi pancaran elektron dengan sampel dan elektron yang dipantulkan diterima oleh detektor. Detektor akan menghitung elektron-elektron yang diterima dan menampilkan intensitasnya. Energy Dispersive X-Ray EDXA merupakan satu perangkat dengan dengan SEM. Pengukuran EDXA merupakan perangkat analisa sedara kuantitatif untuk menentukan kadar unsur dalam sampel.

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu CaCl 2 .2H 2 O s pro analis, Na 2 HPO 4 .2H 2 O s pro analis, kitosan, CH 3 COOH 2, aquades, aquabides, dan gas nitrogen N 2 . Alat yang digunakan antara lain buret, beaker glass, statip, gelas ukur, labu takar, corong, kertas saring, furnace , incubator, magnetic stirrer, hot plate, termometer digital, sudip, neraca analitik, dan sentrifuse. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction XRD, Scanning Electron Microscopy SEM, Fourier Transform Infra Red FTIR, dan Uji Mekanik. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Preparasi Sampel Senyawa Na 2 HPO 4 .2H 2 O dan CaCl 2 .2H 2 O masing-masing dilarutkan dengan aquabides sebanyak 50ml. Komposisi massa yang digunakan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 1,7801g, CaCl 2 . 2H 2 O 2,4554g. Komposisi massa ini diperoleh dengan menggunakan perbandingan molaritas CaP sebesar 0,334:0,2. Untuk larutan kitosan, komposisi massa kitosan yang digunakan yaitu menggunakan perbandingan 35:55 massa kitosan:massa HAP. Massa HAP didapat dari hasil presipitasi sampel kontrol. Kitosan dilarutkan dengan asam asetat 2. Pada penelitian ini dilakukan dua metode pada sampel yaitu in-situ dan ex-situ. Perbedaan kedua metode ini terletak pada proses penambahan kitosan saat presipitasi sampel berlangsung.

3.2.2. Kontrol

Pada kontrol dibuat HAP murni yang dihasilkan dari proses presipitasi tanpa menggunakan tambahan kitosan. Larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml disiapkan dalam beaker glass yang diletakkan di atas hot plate dalam kondisi atmosfir nitrogen. Ketika suhu larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml mencapai 70 o C, larutan CaCl 2 .2H 2 O 50ml diteteskan ke dalamnya dengan kecepatan konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 70 o C dengan kecepatan stirring sekitar 400 rpm. Setelah proses presipitasi selesai, larutan di-agging selama 24 jam kemudian dipanaskan dalam inkubator pada suhu 50 o C selama 48 jam.

3.2.3. In-situ

Pada metode in-situ proses pembentukkan mineral apatit dilakukan dalam matrik kitosan. Larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml dalam beaker glass ditambahkan dengan larutan kitosan kemudian diletakkan di atas hot plate dalam kondisi atmosfir nitrogen. Ketika suhu larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml dan kitosan mencapai 70 o C, larutan CaCl 2 .2H 2 O 50 ml diteteskan ke dalamnya dengan kecepatan konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 70 o C dengan kecepatan stirring sekitar 400 rpm. Setelah proses presipitasi selesai, larutan di-agging selama 24 jam kemudian dipanaskan dalam inkubator pada suhu 50 o C selama 48 jam.

3.2.4. Ex-situ

Pada metode ex-situ, penambahan larutan kitosan dilakukan setelah proses presipitasi selesai dilakukan. Larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml disiapkan dalam beaker glass yang diletakkan di atas hot plate dalam kondisi atmosfir nitrogen. Ketika suhu larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O 50 ml mencapai 70 o C, larutan CaCl 2 .2H 2 O 50 ml diteteskan ke dalamnya dengan kecepatan konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 70 o C dengan kecepatan stirring sekitar 400 rpm. Setelah proses presipitasi selesai, larutan kitosan diteteskan dengan menggunakan pipet. Selama penetesan, suhu larutan dan kecepatan stirring tetap dikontrol masing-masing pada 70 o C dan 400 rpm. Larutan kemudian di- agging selama 24 jam kemudian dipanaskan dalam inkubator pada suhu 50 o C selama 48 jam. 3.2.5. Karakterisasi XRD Alat yang digunakan pada karakterisasi XRD ini adalah Shimidzu XRD 7000 dengan sumber target CuK α = 1.54056 Angstrom. Sampel yang akan dikarakterisasi berbentuk serbuk yang diletakkan dalam holder yang berukuran 2x2 cm 2 pada difraktometer.

3.2.6. Karakterisasi FTIR