2.1.4. Reproduksi Spons
Reproduksi spons dapat secara seksual maupun aseksual. Pada reproduksi seksual umumnya spons berkelamin ganda hermaprodit, tetapi sel telur dan sel
sperma diproduksi pada waktu yang berbeda. BERQUIST 1978 in Amir dan Budiyanto 1996 melaporkan, dalam reproduksi spons pejantan akan melepaskan
spermanya melalui oskula, kemudian mengalir dan masuk ke dalam saluran masuk ostia. Kemudian sperma tersebut ditangkap oleh Chaonocyt dan bertemu
dengan telur dalam mesohil. Sedangkan pada reproduksi aseksual umumnya dengan fragmentasi. Potongan
– potongan dari spons yang patah dapat hidup dengan cadangan makanan yang ada di tubuhnya, kemudian beregenerasi
membentuk tunas baru untuk menjadi spons.
2.2. Senyawa Bioaktif Spons
Spons menghasilkan dua jenis metabolit selama masa pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit
primer adalah metabolit yang dibentuk selama masa pertumbuhan dan digunakan dalam proses
– proses metabolisme esensial bagi organisme. Produksi metabolit ini hampir serupa pada semua organisme, melibatkan proses anabolisme dan
katabolisme, contohnya lintasan pembentukan glukosa. Metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi saat kebutuhan metabolisme primer sudah
terpenuhi dan digunakan dalam mekanisme evolusi spesies atau strategi adaptasi terhadap lingkungan Torssell, 1983. Bahan metabolit primer maupun sekunder
yang dihasilkan oleh spons merupakan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar baik lingkungan biotik maupun abiotik. Spons memiliki mikroorganisme simbion
yang masuk ke dalam pori- porinya karena mikroorganisme menyediakan sumber makanan atau produk metabolit tertentu yang bermanfaat untuk spons Guyot,
2000; Faulkner, 2000 in Munifah et al., 2008. Proses metabolisme hewan spons dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan, antara lain suhu, kekeruhan, kekuatan arus, cahaya, salinitas, serta faktor kimiawi lainnya. Sehingga jenis spons yang sama tetapi masing
– masing hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda, dapat memiliki keaktifan metabolit
sekunder yang berbeda pula Amir dan Budiyanto, 1996.
2.3. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu atom, molekul, atau senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif. Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini mencakup superoksida O`
2
, hidroksil `OH, peroksil ROO`, hidrogen peroksida H
2
O
2
, singlet oksigen O
2
, oksida nitrit NO`, peroksinitrit ONOO` dan asam hipoklorit HOCl. Radikal bebas memiliki
reaktivitas yang sangat tinggi. Reaktivitas radikal bebas merupakan upaya untuk mencari pasangan elektron. Dampak dari kerja radikal bebas akan terbentuk
radikal bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk berpasangan dengan radikal sebelumnya. Bila dua senyawa radikal bertemu,
elektron-elektron yang tidak berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan bergabung dan membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila senyawa
radikal bebas bertemu dengan senyawa yang bukan radikal bebas akan terjadi tiga kemungkinan, yaitu 1 radikal bebas akan memberikan elektron yang tidak
berpasangan reduktor kepada senyawa bukan radikal bebas, 2 radikal bebas menerima elektron oksidator dari senyawa bukan radikal bebas, 3 radikal
bebas bergabung dengan senyawa bukan radikal bebas Winarsi, 2007. Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui
reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non- enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun
sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktivasi fagosit dan reaksi katalisa 6 seperti ribonukleotida
reduktase. Pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif lainnya pada saat bertemunya
bakteri dengan fagosit teraktivasi. Sumber utama radikal bebas pada keadaan normal adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron,
misalnya yang ada dalam mitokondria dan retikulum endoplasma serta molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Radikal bebas yang berada dalam tubuh
manusia berasal dari dua sumber, endogen dan eksogen. Sumber endogen antara lain autoksidasi, oksidasi enzimatik, dan respiratory burst. Sumber eksogen
terdapat pada obat-obatan, radiasi, dan asap rokok Arief, 2005.
2.4. Antioksidan