21
sedangkan nilai rendemen terkecil terdapat pada ekstrak heksan sampel alami yaitu sebesar 0,16. Nilai rendemen ekstrak metanol yang dihasilkan paling
tinggi, sehingga menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang terkandung dalam spons Petrosia nigricans bersifat polar karena mampu larut dalam larutan
metanol. Metanol merupakan larutan yang dapat melarutkan hampir semua senyawa organic yang ada pada sampel baik senyawa polar maupun non polar.
Namun, semakin besar bobot ekstrak dan rendemennya tidak dapat diasumsikan bahwa bioaktif yang terkandung didalamnya besar pula.
4.2. Kandungan Antioksidan
Peranan antioksidan dalam tubuh sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga
merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif,seperti kanker, jantung,
artritis, katarak, diabetes dan hati Soeksmanto et al, 2007. Keberadaan senyawa antioksidan pada suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan uji aktivitas
antioksidan. Uji aktivitas antioksidan yang digunakan pada sampel spons Petrosia nigricans adalah dengan menggunakan radikal bebas
diphenylpicrylhydrazyl DPPH. DPPH merupakan radikal yang stabil yang dapat diukur intensitasnya pada panjang gelombang 515 nm Rohman dan
Riyanto, 2005.
22
Gambar 4. Uji Antioksidan dengan DPPH
Metode ini dipilih karena sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat. Perubahan warna ungu
menjadi warna kuning pada larutan menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang terjadi. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
menggunakan prinsip spektrofotometri dengan panjang gelombang 517 nm. Contoh perhitungan konsentrasi uji aktivitas antioksidan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Hasil pengukuran absorbansi metode DPPH dengan menggunakan
spektrofotometer dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai absorbansi spons Petrosia nigricans
Jenis Sampel Pelarut
Absorbansi Abs
Blanko 200
ppm 400
ppm 600
ppm 800
ppm Alami 1
Metanol 0,349
0,365 0,382
0,379 0,903
Etil Asetat 0,505
0,462 0,332
0,572 0,903
Heksan 0,462
0,568 0,462
0,48 0,903
Transplantasi 1 Metanol
1,004 0,314
0,426 1,015
1,541 Etil Asetat
0,807 0,129
0,127 0,142
1,541 Heksan
1,436 1,308
1,206 1,289
1,541 Alami 2
Metanol 1,843
1,564 1,767
1,671 2,97
Etil Asetat 1,419
0,881 0,298
0,16 2,97
Heksan 1,987
1,98 1,899
1,881 2,97
Transplantasi 2 Metanol
1,191 0,321
0,418 1,52
2,97 Etil Asetat
1,391 0,586
0,13 0,131
2,97 Heksan
1,992 2,285
1,917 1,778
2,97
23
Nilai absorbansi spons Petrosia nigricans yang ditampilkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai absorbansi secara keseluruhan memiliki pola yang
berbeda beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat penghambatan radikal bebas DPPH oleh ekstrak kasar spons pada tiap konsentrasinya. Dalam perhitungannya
dilakukan uji kuantitatif metode DPPH dengan cara menghitung nilai persen inhibisi dan dilanjutkan dengan perhitungan nilai IC
50
. Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang
berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan. Nilai IC
50
diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50 aktivitas DPPH.
Aktivitas antioksidan akan semakin tinggi seiring dengan mengecilnya nilai IC
50
Molyneux, 2004. Proses perhitungan inhibisi dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai IC
50
ulangan pertama dari sampel spons Petrosia nigricans alami dan transplantasi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Nilai IC
50
Rata
– rata, keterangan :
24
Diagram batang diatas dapat dilihat nilai IC
50
dari ekstrak sampel spons Petrosia nigricans dalam tiga jenis pelarut. Ekstrak etil asetat pada sampel
transplantasi memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua pelarut lainnya, hal ini ditandai dengan nilai IC
50
yang dihasilkan kecil, yaitu sebesar 0,2328 ppm sedangkan esktrak heksan pada sampel alami
memiliki nilai IC
50
terbesar yaitu sebesar 12.1508 ppm yang mengindikasikan aktivitas antioksidan yang dimilikinya lemah. Ekstrak spons Petrosia nigricans
transplantasi memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan yang alami.
Menurut Nurhayati et al. 2009, aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat dari spons Petrosia sp. mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi atau
nilai IC
50
yang lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas antioksidan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan maupun dengan antioksidan dari spons jenis lain.
Rendemen ekstrak etil asetat lebih sedikit dari rendemen ekstrak metanol, namun aktivitas antioksidannya lebih kuat. Hal ini diduga karena pada ekstrak etil
asetat terdapat komponen flavonoid yang terdeteksi melalui uji fitokimia. Flavonoid sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan Astawan dan
Kasih, 2008. Dari hasil ulangan pertama dan kedua dapat dilihat bahwa sampel spons
Petrosia nigricans hasil transplantasi memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan sampel spons Petrosia nigricans alami dilihat dari
besarnya nilai IC
50.
Menurut Harper et al. 2001 in Murniasih 2005, senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh spons ini berguna untuk mencegah infeksi bakteri,
membantu proses reproduksi, dan mencegah sengatan ultraviolet. Maka dapat
25
diduga semakin tidak seimbang lingkungan perairan tempat habitatnya, banyaknya predator, dan kompetitor maka semakin tinggi senyawa bioaktif yang
dihasilkan. Analisis statistik faktorial uji antioksidan menunjukkan bahwa kedua sampel yang digunakan alami dan transplantasi tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap aktivitas antioksidan, sedangkan untuk pelarut yang digunakan serta ulangan yang dilakukan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.3. Kandungan Bioaktif