Mengembangkan kecerdasan musikal Cara Merevitalisasi Permainan Rakyat Melayu Deli

53 Seperti dalam permainan ye ye, pemain harus memaksimalkan kemampuannya untuk melakukan berbagai gerakan yang membutuhkan kelenturan anggota tubuhnya, seperti melompat dan berlari tanpa menyentuh tali.

d. Mengembangkan kecerdasan natural

Kecerdasan natural merupakan kemampuan mengenali, dan mengkategorikan hewan atau tumbuhan di lingkungan sekitar. Kecerdasan natural meliputi kepekaan pada gejala alam, seperti cuaca, bentuk awan, gunung-gunung, dan fenomena alam lainnya. Permainan rakyat Melayu Deli yang memiliki fungsi mengembangkan kecerdasan natural diantaranya adalah: engrang, dan layang-layang. Permainan ini banyak menggunakan alat yang berbahan dari alam, sehingga anak-anak akan menyatu dengan alam dan sekitarnya. Seperti dalam permainan engrang, pemain menggunakan peralatan berbahan dasar alam yaitu bambu, sebagai media utama permainannya.

e. Mengembangkan kecerdasan musikal

Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Permainan rakyat Melayu Deli yang memiliki fungsi mengembangkan kecerdasan musikal diantaranya adalah: injit-injit semut, lu lu cina buta, tam tam buku, wak wak udin. Dalam permainan tersebut anak-anak dapat bernyanyi, sehingga anak akan terlatih untuk bernyanyi tanpa nada yang sumbang. 54 Seperti dalam permainan injit injit semut, pemain diharuskan bernyanyi dalam memainkan permainan ini. Dengan begitu, secara tidak langsung permainan ini dapat melatih kecerdasan musikal para pemain yang masih tergolong kedalam usia anak-anak. Usia dimana seseorang tersebut memiliki rasa ingin tau yang besar, serta masih mudah menerima sesuatu yang baru, termasuk pengetahuan musik tersebut untuk diingat di memori berfikirnya dan diaplikasikan lewat musikalitasnya. f. Sebagai sarana rekreasi Setiap permainan pasti memiliki fungsi sebagai sarana rekreasi atau sarana hiburan. Fungsi permainan sebagai sarana rekreasi adalah untuk menghibur diri, dan merileksasi fisik serta psikis, setelah melakukan rutinitas sehari-hari yang dapat membuat jenuh bahkan stres. Seluruh Permainan rakyat Melayu Deli memiliki fungsi sebagai sarana rekreasi, karena sesungguhnya permainan tercipta dari rasa bosan terhadap kegiatan harian. Maka dibuatlah berbagai permainan untuk mengembalikan semangat, gairah, dan konsentrasi, dalam menjalankan aktivitas selanjutnya.

4.4 Cara Merevitalisasi Permainan Rakyat Melayu Deli

Penulis melakukan beberapa tahapan untuk mengupayakan tercapainya revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli. Adapun upaya yang dapat penulis lakukan yaitu: 55 a Observasi Penulis melakukan beberapa observasi ke beberapa tempat yang masih ditinggali oleh masyarakat Melayu Deli terutama di Kabupaten Deli Serdang, yaitu di daerah Deli Tua, Kota Medan, Delitua, daerah pesisir, pinggiran Sungai Deli, dan Labuhan Deli. Setelah penulis melakukan observasi ke beberapa wilayah tersebut, maka penulis menetapkan pilihan yaitu di Istana Maimun, Kelurahan Aur, Kota Madya Medan, dan di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang. Penulis menentukan kedua tempat tersebut sebagai tempat penelitian dan wadah penyelenggara pengupayaan revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli, dikarenakan: pertama, Istana Maimun merupakan warisan budaya kerajaan Melayu Deli, dan ikon objek wisata kemelayuan Sumatera Utara. Hal ini sudahlah pasti berhubungan erat dengan kajian penulis yang ingin membahas tentang permainan rakyat Melayu Deli. Pihak Istana Maimun mempunyai kapasitas dan berkompeten memberikan informasi mengenai kebudayaan Melayu, khususnya kebudayaan Melayu Deli, termasuk permainan rakyat Melayu Deli. Kedua, Desa Karang Gading merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Labuhan Deli, yang merupakan daerah asal mula kerajaan Melayu. Masyarakat Desa Karang Gading terdiri dari beberapa suku seperti Melayu, Banjar, dan Jawa. Namun suku Melayu lebih dominan dari suku yang lain. Di desa ini kebudayaan Melayu masih kental. Mereka masih menggunakan adat istiadat Melayu dan berbahasa Melayu dalam berkomunikasi dikehidupan sehari-hari. Berbagai hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk memilih kedua tempat tersebut sebagai tempat penelitian. 56 b Wawancara Setelah melakukan observasi dan menetapkan lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi dan mewacanakan kegiatan revitalisasi, selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada beberapa informan yang memang mengenal, mengetahui, dan dapat menjelaskan prihal permainan rakyat Melayu Deli dan upaya revitalisasi. Penulis melakukan wawancara kepada beberapa informan dari pihak Istana Maimun, Kelurahan Aur, Kota Madya Medan, diantaranya: sekretaris umum Istana Maimun, humas Istana Maimun, bagian kebudayaan Istana Maimun, bagian revitalisasi Istana Maimun, serta kerabat dari kerajaan Istana Maimun. Penulis juga melakukan wawancara kepada informan di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, diantaranya: Kepala Desa Karang Gading, serta beberapa tokoh masyarakat melayu di desa tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan didapatkan informasi bahwa pihak Istana Maimun maupun masyarakat Desa Karang Gading tidak hanya mengenal beberapa permainan tradisional tetapi juga ikut memainkan permainan tersebut pada masa kecil. c Diskusi kelompok Setelah melakukan wawancara kepada beberapa informan, penulis membuat diskusi kelompok tentang permainan rakyat Melayu Deli yang melibatkan pihak Istana Maimun. Menurut informan, permainan tradisional di Tanah Deli sudah ada sejak zaman dahulu, walaupun tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan dan dari mana permainan tradisional tersebut berasal dan 57 menyebar hingga sampai ke Tanah Deli. Seperti permainan congkak, menurut sepengetahuan mereka berasal dari rumpun melayu di zaman kerajan. Oleh karena itu, congkak pada awalnya merupakan permainan para bangsawan, permaisuri dan putri-putri raja yang sering memainkannya. Papan congkak berbentuk menyerupai perahu, yang kata orang melayu menggambarkan kapal lancang kuning. Papan congkak yang digunakan pada masa itu terbuat dari kayu pilihan, terlihat mewah dan terkadang terdapat ukiran yang indah di ujung lubang yang besar, seperti ukiran kepala naga, dan lain sebagainya. Rakyat jelata pada zaman dahulu jika ingin memainkan permainan congkak harus mencari tanah yang lembut. Mereka lalu melubangi tanah dengan menekankan tumit mereka hingga terbentuklah lubang-lubang yang menyerupai papan permainan congkak, lalu mereka mencari biji-bijian sebagai buahnya. Kini permainan congkak dapat dimainkan oleh khalayak umum dengan menggunakan papan-papan permainan congkak sederhana yang terbuat dari plastik. Berbicara mengenai asal mula permainan, otomatis pasti juga berbicara tentang awal mula fungsi permainan tersebut tercipta. Permainan tradisional melayu juga bermula sebagai sarana rekreasi untuk mengisi waktu senggang setelah beraktivitas. Seperti yang diketahui bahwa kebiasaan masyarakat melayu sejak dahulu setelah selesai bekerja adalah bersantai seperti menikmati pemandangan pantai, menghabiskan waktu di warung-warung kopi, maupun melakukan kegiatan yang bertujuan menghibur diri, salah satunya membuat permainan. Dalam permainan tradisional melayu terdapat beberapa ketentuan dalam aturan permainannya. Ada yang membutuhkan alat permainan ada yang tidak. Ada yang membutuhkan lapangan bermain yang luas ada yang 58 hanya membutuhkan perkarangan kecil. Ada yang bernyanyi dalam melakukan permainannya, ada yang membutuhkan ketenangan untuk memusatkan konsentrasi, dan lain sebagainya. d Kepustakaandokumen tertulis Penulis menyiapkan daftar pertanyaan sebagai langkah untuk meneliti permainan rakyat Melayu Deli. Adapun wawancara ini dilakukan secara santai, diselingi cerita-cerita diluar kepentingan penelitian untuk membuat informan merasa nyaman dan dapat memberikan informasi dengan suka rela seperti halnya bercerita dan beramah-tamah terhadap keluarga. Oleh karena itulah penulis sengaja tidak menerapkan wawancara satu arah dan pertanyaan tidak berjalan secara sistematis atau tidak sesuai dengan daftar wawancara yang sudah dibuat, serta diselingi cerita dan humor karena penulis tidak ingin suasana kaku atau terlalu formal sehingga menimbulkan jarak anatara penulis dan informan. Selain itu, penulis menerapkan cara ini untuk menghormati informan dan memberi kesan yang baik tanpa adanya unsur yang terlihat menggurui atau mengintimidasi informan. Adapun daftar pertanyaan yang penulis tanyakan untuk melengkapi hasil penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: Setiap suku pada suatu bangsa pasti memiliki sebuah kebudayaan. Kebudayaan itu beraneka ragam, maka yang ingin saya tanyakan dalam hal ini adalah bagaimana kebudayaan dalam permainan Melayu Deli. Selanjutnya penulis bertanya mengenai fungsi-fungsi yang terdapat dalam permainan rakyat Melayu Deli. Dan yang terakhir, penulis tanyakan adalah bagaimana pendapat informan tentang permainan rakyat Melayu Deli saat ini. 59 Kesimpulan jawaban dari para informan adalah: Jika yang ditanyakan adalah kebudayaan dalam permainan rakyat Melayu Deli, maka sangat kompleks, karena permainan rakyat Melayu Deli sangat beragam, bukan hanya satu dua saja. Secara universal kebudayaan dalam permainan rakyat Melayu Deli meliputi tata cara atau aturan, waktu, serta kebiasaan pelaku pemain dari setiap jenis permainan tersebut. Ada yang dimainkan pada saat sore hari untuk mengisi waktu senggang, seperti bermain congkak dan serampang 12. Ada yang dilarang atau pantang dimainkan diwaktu senja atau menjelang malam, karena dianggap berbahaya menurut orang-orang dahulu. Permainan yang dimaksud adalah permainan yang dilakukan di luar ruangan seperti galasin, kucing dan tikus, dan lain-lain. Dan yang paling penting dari kebudayaan dalam permainan rakyat Melayu Deli adalah etika dalam bermain. Berbicara mengenai fungsi permainan, maka fungsi-fungsi dalam permainan rakyat Melayu Deli bermacam-macam sesuai dengan permainannya yang beragam. Satu permainan pasti mempunyai lebih dari satu fungsi, karena fungsi permainan secara umum adalah sebagai sarana rekreasi. Permainan di luar ruang mempunyai fungsi mengembangkan sistem motorik pada fisik anak. Permainan beregu berfungsi mengasah kemampuan bersosialisasi dan berempati antar anak, karena ada unsur tolong-menolong dan ingin melindungi anggota kelompoknya. Permainan yang dilakukan secara individual lebih menekankan fungsi berfikir, karena tidak ada yang membantu untuk menyusun strategi dalam menyiasati permainan untuk mengalahkan lawan. Pandangan para informan mengenai permainan rakyat Melayu Deli adalah bahwa permainan rakyat Melayu Deli perlu dimunculkan lagi agar anak, cucu, menjadi mengenal 60 dan memahami permainan tradisional yang mengandung falsafah hidup dan bernilai luhur tinggi. Seperti permainan injit injit semut yang terlihat sederhana namun sangat bermakna. Bahwa filosofinya adalah jika sudah berada di atas jangan berbuat sewenang-wenang yang dapat menyakiti orang lain, karena hidup pasti berputar, saat berada di bawah kita juga tidak ingin diperlakukan sewenang- wenang dan disakiti oleh orang yang berada di atas kita. Dan sesungguhnya saat kita menyakiti orang lain, kita juga sedang menyakiti diri kita sendiri. Falsafah- falsafah hidup seperti itulah yang tidak lagi diketahui oleh anak-anak zaman sekarang .Untuk itulah pengenalan kembali dari generasi ke generasi perlu dilaksanakan. Salah satunya dengan cara melakukan penelitian dan menuliskannya kedalam bentuk dokumen tertulis atau kepustakaan. Selain itu pengajaran permainan dengan cara mengajak anak bermain permainan tradisional secara bersama-sama juga merupakan suatu bentuk pengenalan permainan tradisional kepada generasi penerus secara sederhana dalam lingkup sempit, dalam hal ini dalam lingkup keluarga. Jika ingin mengenalkan kembali kepada masyarakat luas, maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengadakan festival atau perlombaan tentang permainan rakyat. e Menetapkan prioritas revitalisasi Setelah melakukan beberapa tahap tersebut, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan untuk merevitalisasi permainan rakyat Melayu Deli adalah penulis menetapkan prioritas revitalisasi. Dalam hal ini penulis mengikutsertakan masyarakat setempat, yaitu pihak Istana Maimun untuk sama-sama menetapkan prioritas revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli. Pada tahap ini penulis 61 bekerja sama untuk menetapkan apa saja yang harus diutamakan dalam membuat revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli. Dari hasil observasi, wawancara, serta diskusi tentang wacana merevitalisasi permainan rakyat Melayu Deli yang penulis lakukan, sejauh ini pihak Istana Maimun menyambut baik maksud dan tujuan penulis. Untuk menetapkan prioritas revitalisasi perlu adanya perundingan, saran, masukan, bahkan kritik membangun antar anggota yang berperan guna tercapainya kegiatan tersebut. Selain itu kerja sama, profesionalitas, serta tidak mementingkan kepentingan pribadi adalah kunci sukses untuk melaksanakan sebuah kegiatan. Dari hasil diskusi, disimpulkan bahwa permainan rakyat Melayu Deli yang diprioritaskan untuk direvitalisasi diantaranya adalah: congkak, engklek, dan serampang 12. f Merencanakan program revitalisasi Adapun rencana program merevitalisasi permainan rakyat Melayu Deli dengan pihak Istana Maimun yaitu, pihak Istana Maimun bersedia menyediakan tempat untuk berlangsungnya kegiatan bermain di sekitar wilayah istana yang luas dan strategis dengan keberadaan perpustakaan daerah di depan istana yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Sebagai salah satu objek wisata Melayu yang masih terjaga kelestarian dan masih terlihat eksistensinya, terbukti dari masih seringnya wisatawan asing, domestik, maupun murid-murid SD yang dibawakan oleh gurunya berkunjung ke istana akan memberikan nilai tambah bagi pihak istana jika kegiatan ini terlaksana. Selain fasilitas tempat bermain, ada banyak tahapan managemen produksi pemrograman revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli yang harus dilaksanakan 62 diantaranya: pembentukan panitia, pengadaan peralatan permainan, izin pihak- pihak terkait, serta promosi ke masyarakat luas guna memperkenalkan kegiatan dan mencari masa untuk ikut berpartisipasi. Untuk mewujudkan kegiatan tersebut sudah pasti membutuhkan sumberdaya manusia, dukungan moril, dan materil yang tidak sedikit. Hal inilah yang menjadi kendala dalam hal mewujudkannya. Mengingat pihak istana dan yayasan tidak mempunyai anggaran khusus untuk kegiatan seperti ini dan hanya dapat memebantu memfasilitasi tempat. Sehingga program revitalisasi permainan rakyat Melayu Deli yang penulis rencanakan dan penulis wacanakan ke pihak Istana Maimun masih dalam tahap diskusi. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN