Sistem Aeroponik Tanaman Kentang

varietas Granola tersebut. Tahun 1999 bibit kentang hasil pengembangannya sudah tersebar luas pada masyarakat sekitarnya dan menjadi produk andalan Kabupaten Minahasa. Kentang Atlantis sudah banyak digunakan oleh petani Indonesia. Keunggulannya memenuhi kriteria sebagai dimanfaatkan untuk kentang industri, karena kentang Atlantis mampu menghasilkan lebih banyak 48 umbi berukuran 60 gr Grade A jika dibandingkan dengan varietas lainnya Setiadi 2009. Umbi kentang Atlantis berbentuk oval hampir bulat, halus, rata-rata panjang 79.1 mm, lebar 73.2 mm, dan ketebalannya 60.7 mm dan daging kentang berwarna putih dengan kulit bersisik bersih Webb et al. 1978.

2.1.4 Faktor Lingkungan Tanaman

Kentang Faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses pertumbuhan kentang yakni suhu, lama penyinaran, intensitas cahaya, media tumbuh serta kelembaban Smith 1968. Menurut Lovatt 1997, tanaman kentang pada setiap fase menghendaki nilai suhu berbeda-beda. Pada fase vegetatif, suhu sekitar 25°C tanaman akan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang baik akan tetapi pertumbuhan umbi akan terhambat. Batang, daun dan akar kentang dapat tumbuh lebih cepat Smith 1968. Pada fase inisiasi dan pembesaran umbi, suhu ideal pembentukan umbi 15-20°C Lovatt 1997. Kombinasi suhu rendah dengan penyinaran matahari yang relatif pendek dapat berpengaruh baik terhadap pembentukan dan perkembangan umbi kentang Gunawan 2009. Kelembaban rata-rata tanaman kentang yakni sekitar 80-90 Sunarjono 2007. Menurut Gunawan 2009, kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara nutrisi dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh jarak tanam yang terlalu rapat dan tajuk tanaman yang terlalu rimbun, sehingga akan mengundang penyakit cendawan. Apabila kelembaban terlalu rendah, maka evapotranspirasi akan meningkat. Air yang menguap akan lebih banyak diserap oleh akar. Hal tersebut berakibat sel tanaman kehilangan tekanan turgor, jaringan mengkerut dan tanaman akan menjadi layu. Cahaya diperlukan oleh tanaman untuk melakukan proses fotosintesis, disamping intensitas cahaya, lama pencahayaan akan mempengaruhi jumlah energi matahari yang sampai ke bumi Gunawan 2009. Intensitas cahaya merupakan jumlah cahaya yang diterima pada setiap titik waktu Runkle 2006. Menurut Chang 1968, intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman memerlukan tingkat intensitas cahaya yang berbeda-beda. Kentang merupakan salah satu tanaman yang memerlukan intensitas cahaya tinggi untuk dapat tumbuh dengan baik. Pemberian cahaya akan mempengaruhi bentuk dan ukuran daun. Photoperiod atau lama pencahayaan merupakan durasi atau lama tanaman mendapatkan cahaya sehari-hari Chang 1968. Intensitas cahaya diukur dengan lightmeter Hartmann et al. 1981. Lightmeter tersebut sangat sensitif terhadap spektrum cahaya kuning dan hijau. Satuan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya beragam. Di negara Eropa satuan intensitas cahaya yang digunakan yaitu lux atau kilolux Runkle 2006. Di Inggris dan Amerika digunakan satuan footcandles. Selain lux, dan footcandles satuan intensitas cahaya yang sering digunakan adalah μmolm 2 s, lmm 2 , dan Wm 2 . Satuan lux dan footcandle bukanlah cara terbaik untuk mengekspresikan kepekaan cahaya oleh tanaman akan tetapi unit tersebut merupakan cara paling umum untuk mengekspresikan intensitas cahaya Hartmann et al. 1981. Satuan Wm 2 sering digunakan oleh peneliti untuk membahas unit energi Runkle 2006.

2.2 Sistem Aeroponik Tanaman Kentang

Menurut Sutiyoso 2003, aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya sehingga aeroponik merupakan media udara yang diberdayakan untuk bercocok tanam. Dengan metode ini, tanaman digantungkan pada suatu media sehingga akar dari tanaman tersebut akan menggantung di udara untuk mendapatkan air dan nutrisinya Roberto 2003. Menurut Otazu 2010, aeroponik telah dikembangkan untuk memproduksi benih kentang yang dapat mengefektifkan biaya dan menghasilkan benih yang berkualitas untuk dapat diakses oleh petani-petani kecil. Aeroponik menawarkan potensi untuk meningkatkan produksi dibandingkan dengan metode konvensional ataupun metode hidroponik. Aeroponik efektif memanfaatkan ruang vertikal dari rumah kaca dan keseimbangan kelembaban udara untuk mengoptimalkan perkembangan akar, umbi- umbian, dan dedaunan. Dalam sistem tersebut, bagian bawah untuk tempat akar tanaman, merupakan bagian ruang yang gelap dan tempat pemberian larutan nutrisi melalui perangkat spray atau semprot. Teknologi aeroponik yang digunakan untuk produksi tanaman mempunyai beberapa kelemahan, seperti: keamanan sistem pengairan yang diberikan harus selalu diperhatikan untuk menghindari kekurangan air, biaya infrastruktur yang tinggi dan penggunaan teknologi tingkat tinggi Ritter et al. 2000. Berdasarkan penelitian Ritter et al. 2000, jika dibandingkan dengan menggunakan sistem hidroponik, tanaman kentang dalam sistem aeroponik menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang meningkat cepat tetapi pembentukan umbi yang lebih lama. Namun, total produksi dengan sistem aeroponik lebih tinggi sekitar 70 dan jumlah umbi lebih tinggi 2,5 kali lipat dari sistem hidroponik. Gambar 4 Sistem aeroponik. Sumber: Otazu 2010 Dalam melakukan teknik aeroponik diperlukan komponen pendukung yang tergabung dalam suatu sistem Gambar 4. Selain itu diperlukan juga manajemen khusus dalam pelaksanaannya. Sistem jarak tanam, durasi penyemprotan, dan nutrisi yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Menurut Otazu 2010, dalam pola distribusi penanaman yang pertama dapat dilakukan untuk 994 tanaman pada 80 m 2 dengan efisiensi ruang sekitar 63 atau 12,4 tanamanm 2 ruang rumah kaca, dengan asumsi menggunakan kepadatan 20 tanamanm 2 . Jarak tanam yang digunakan akan sangat mempengaruhi jangkauan dari pengkabutanpengairan yang dilakukan nebulizer alat pembuat kabut. Jangkauan tersebut dapat efektif mencapai radius 50 cm dari pusat nebulizer. Lebar kotak aeroponik dan jarak tanam sangat perlu diperhatikan untuk kebutuhan penjangkauan kabutnya. Agrihouse Inc. 2003 menyebutkan bahwa interval untuk melakukan penyemprotan nutrisi dengan dikabutkan waktu antara airaplikasi nutrisi dan durasi waktu dari aplikasi semprot dikendalikan oleh sistem Hydro Control Unit. Proses tersebut telah dipatenkan dengan menggunakan tekanan air yang tinggi untuk memberikan airnutrisiauxins bagi tanaman dalam ruang aeroponik. Proses penyemprotan dengan sistem pengkabutan dilakukan sepenuhnya mengelilingi tanaman dalam ruang bawah akar. Kekuatan semprot diperlukan untuk membersihkan tanaman yang menjaga agar tetap segar sehingga dapat menyebabkan perkembangan dengan cepat. Interval semprot memberikan periode oksidasi yang diperlukan untuk pengembangan akar. Durasi semprot dapat memberikan kelembaban yang diperlukan. Kondisi tersebut dapat untuk mengoptimalkan produksi biomassa dan disesuaikan dengan tingkatan cahaya yang tepat dan suhu yang dibutuhkan. 2.3 Kebutuhan Cahaya Tanaman dalam Ruang Pertumbuhan tanaman dalam lingkungan buatan dapat dilakukan dengan baik apabila diberikan pencahayaan buatan yang tepat Hartmann et al. 1981. Sebagai pengganti kebutuhan cahaya matahari untuk dimanfaatkan oleh tanaman didalam ruang, diperlukan sumber cahaya yang memenuhi kriteria spektrum cahaya tanaman. Pemakaian tipe lampu tertentu harus sesuai dengan sasaran penyinaran tanaman Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang sangat cocok menggunakan lampu fluorescent yang dapat membantu proses pembentukan umbi. Keuntungan dari penggunaan lampu fluorescent menurut Hartmann et al. 1981 adalah distribusi cahaya yang menjamin pertumbuhan tanaman lebih seragam dan hasil cahaya tampak relatif lebih tinggi. Hartmann et al. 1981 juga menyebutkan bahwa meskipun lampu ini masih sangat lemah jika dibandingkan dengan sinar matahari, dengan menghidupkan lampu lebih lama dari panjang hari oleh sinar matahari serta ditambah reflektor cahaya agar sebanyak mungkin diserap tanaman akan mengimbangi kebutuhan cahaya tanaman. Selain itu hal tersebut dapat memaksimalkan kebutuhan spektrum cahaya oleh tanaman dan mengurangi spektrum cahaya yang terbuang. Reflektor cahaya sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Reflektor yang berwarna putih atau kaca dapat memantulkan sampai 90 cahaya yang dikeluarkan oleh lampu Hartmann et al. 1981. Tabel 1 Kecocokan tipe lampu untuk berbagai sasaran penyinaran tanaman Sasaran Penyinaran Tipe Lampu Menambah penyinaran untuk mempercepat fotosintesis 1. Mercury HO 2. Mercury Fluorescent HPL 3. Fluorescent “TL” Penambahan panjang hari 1. Fluorescent “TL” 2. Tungsten Pengisian umbi-umbian dan pembungaan semak belukar 1. Fluorescent “TL” 2. Tungsten Budidaya tanpa memakai cahaya matahari 1. Mercury Fluorescent HPL 2. Fluorescent “TL” 3. Tungsten Sumber: Veen dan Meijer 1962 dalam Husin 1985 Aeroponics International 2010 menjelaskan bahwa semakin tinggi daya lampu dalam watt, tanaman harus lebih jauh dari sumber cahaya untuk mencegah stress panas lingkungan yang dapat menyebabkan transpirasi tanaman terlalu cepat. Transpirasi berlebihan dapat mengeringkan tanaman yang mengarah ke pertumbuhan layu. Sebaliknya jika tanaman jauh dari sumber cahaya akan mengalami kekurangan energi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan produksi tanaman dalam ruang maka harus menyesuaikan kebutuhan tanaman seperti sumber energi cahaya maupun variabel lingkungan lainnya.

III. METODOLOGI 3.1