50 proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi anggota
independen komite audit, jumlah rapat komite audit, dan latar belakang pendidikan komisaris utama. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel
kontrol, yaitu profitabilitas dan leverage. Berikut adalah hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini:
a. Proporsi komisaris independen
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan
perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan
fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan Wardhani, 2007.
Dewan komisaris merupakan komponen yang paling penting dalam good corporate governance Mallin, 2004. Peran utama dewan komisaris adalah terkait
dengan fungsi kontrol, dimana dewan komisaris independen merupakan alat untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan
nasihat kepada manajemen KNKG, 2004. Menurut Egon Zehnder www.cic-fcgi.org, dewan komisaris merupakan
inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan
petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang
51 bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan
sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring 2005 menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Komisaris independen dianggap sebagai alat untuk
memonitor perilaku manajemen Rosenstein dan Wyatt, 1990 dalam Ho dan Wong, 2001 yang mendorong perusahaan mengungkapkan informasi sosial
perusahaan secara lebih luas. Dalam penelitian Chen dan Jaggi 1998, menyatakan bahwa proporsi
dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap environmental disclosure. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh
Leftwich, Watt dan Zimmerman 1981, Fama dan Jansen 1983, Forker 1992. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H
1
: Terdapat pengaruh positif proporsi komisaris independen terhadap
environmental disclosure b. Jumlah rapat dewan komisaris
Sesuai dengan corporate governance guidelines 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal pertemuan tetap dan dapat dilakukan
pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang
52 tepat. Hal ini untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah berjalan dan
menyesuaikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan strategi perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaveas 2003; Brick dan Chidambaran
2007, menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka akan meningkatkan kinerjanya. Dari argumen tersebut diatas,
maka dapat dikembangkan hipotesis:
H
2
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat dewan komisaris terhadap
environmental disclosure c. Proporsi anggota independen komite audit
Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisairs untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal dan eksternal dilaksanakan
sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Dengan adanya komite audit dalam suatu
perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik Wardhani, 2007. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan Kep. 29PM2004. Keberadaan komite audit sangat penting dalam rangka
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, terutama dari aspek pengendalian karena komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi
corporate governance yang baik Effendi, 2005.
53 Menurut Herwidayatmo 2000 keberadaan komite audit dalam suatu
perusahaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya komite audit, perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Selain itu, tugas komite audit adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh direksi. Untuk itu, komite audit harus melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan
keuangan, proyeksi atau informasi keuangan lainnya. Komite Audit mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan sebagai sistem pengendalian Collier, 1993. Komite audit indepeden tidak terafiliasi dengan perusahaan atau komite lainnya, sehingga
kinerjanya dapat dipercaya McMullen, 1996. Komite audit beranggotakan komisaris independen, dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan
mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan
dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan www.cic-fcgi.org. Jumlah anggota komite audit disesuaikan
besar kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal Mintara, 2008.
Penelitian Forker 1992 menyatakan bahwa keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas kontrol perusahaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Simon 2001 bahwa komite audit independen
54 berpengaruh positif terhadap luasnya disclosure. Berdasarkan penelitian diatas,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H
3
: Terdapat pengaruh positif proporsi anggota independen komite audit terhadap
environmental disclosure d. Jumlah rapat komite audit
Dalam menjalankan tugas untuk dapat meningkatkan kinerjanya, komite audit minimal mengadakan pertemuan 4 kali dalam satu tahun Corporate
governance guidelines, 2007. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar sesuai dengan tugas dan fungsinya Dian, 2009. Selain tercantum
dalam corporate governance guidelines, dalam audit committee charter tahun 2005 dinyatakan bahwa semakin banyak rapat komite audit yang dilakukan akan
meningkatkan kinerja komite audit. Hal ini juga dipertegas dalam Menon dan Williams 1994, semakin sering komite audit melakukan rapat maka komite audit
melakukan fungsi pengawasan dengan baik, berarti pelaksanaan corporate governance efektif. Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis
seperti berikut:
H
4
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat komite audit terhadap environmental disclosure
e. Latar belakang pendidikan komisaris utama