Latar Belakang Tujuan Komposisi zat pengatur tumbuh untuk organogenesis dan induksi Kalus Pometia coriaceae secara In Vitro

2 Hasil riset terkait perbanyakan tanaman matoa secara kultur jaringan selama ini lebih banyak berfokus pada jenis yang menghasilkan buah P. pinnata. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jenis tersebut, antara lain: kultur biji muda Sudarmonowati et al. 1995, kultur kalus embriogenik Nurul et al. 1996; Imelda et al. 1997, kultur anther Sudarmonowati et al. 1998, dan kultur embrio Tanur 2008. Belum ada informasi terkait perbanyakan jenis matoa yang menghasilkan kayu P. coriaceae secara kultur jaringan. Keberhasilan menggunakan metode kultur jaringan dalam perbanyakan tanaman dipengaruhi oleh teknik sterilisasi, media tanam yang sesuai, dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai propagasi matoa P. coriaceae secara kultur jaringan.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini ialah mendapatkan teknik sterilisasi berupa konsentrasi bakterisida dan fungisida serta lama perendaman yang tepat untuk eksplan P. coriaceae, memperoleh komposisi media berupa konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat untuk multiplikasi eksplan matoa melalui organogenesis dan mendapatkan komposisi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat untuk menginduksi kalus embriogenik. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai propagasi matoa P. coriaceae secara kultur jaringan, berupa teknik sterilisasi eksplan yang tepat, komposisi media yang sesuai untuk embryo resque dan komposisi media yang tepat untuk menginduksi pembentukan kalus. 3

1.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Botanis Pometia spp.

Pometia spp. merupakan tumbuhan daerah tropis yang banyak terdapat di hutan-hutan pedalaman Pulau Irian sekarang Papua. Secara taksonomis klasifikasi matoa adalah: Kingdom : Plantae tumbuhan Subkingdom : Tracheobionta berpembuluh Superdivisio : Spermatophyta menghasilkan biji Divisio : Magnoliophyta berbunga Kelas : Magnoliopsida berkeping duadikotil Sub-kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Familia : Sapindaceae Genus : Pometia Di tempat lain matoa dikenal dengan berbagai nama, yaitu Kasai Kalimantan Utara, Malaysia, Indonesia, Malugai Philipina, dan Taun Papua New Guinea sedangkan nama daerah adalah Kasai, Kongkir, Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam Sumatera; Galunggung, Jampango, Kasei, Landur Kalimantan; Kase, Landung, Nautu, Tawa, Wusel Sulawesi; Jagir, Leungsir, Sapen Jawa; Hatobu, Matoa, Motoa, Loto, Ngaa, Tawan Maluku; Iseh, Kauna, Keba, Maa, Muni, Nusa Tenggara; Ihi, Mendek, Mohui, Senai, Tawa, Tawang Papua Soerianegara dan Leummans 1994. 2.1.1 Habitus Matoa dapat tumbuh pada tanah yang kadang-kadang tergenang air tawar, pada tanah berpasir, berlempung, berkarang dan berbatu cadas. Keadaan lapangan datar, bergelombang ringan sampai berat dengan lereng landai sampai curam pada ketinggian sampai 120 m dpl Dinas Kehutanan 1976. 2.1.2 Karakter Morfologi Matoa memiliki percabangan banyak sehingga membentuk pohon yang rindang, percabangan simpodial, arah cabang miring hingga datar. Matoa berdaun majemuk, tersusun berseling, 4−12 pasang anak daun. Saat muda daunnya berwarna merah cerah, setelah dewasa menjadi hijau, bentuk jorong, panjang 30−40 cm, lebar 8−15 cm. Helaian daun tebal dan kaku, ujung meruncing acuminatus, pangkal tumpul obtusus, tepi rata. Pertulangan daun menyirip pinnate dengan permukaan atas dan bawah halus, berlekuk pada bagian pertulangan. Bunganya majemuk berbentuk corong terdapat di ujung batang. Tangkai bunga bulat, pendek, berwarna hijau dengan kelopak berambut. Benang sarinya pendek berjumlah banyak dan putih. Putiknya bertangkai dengan pangkal membulat berwarna putih dengan mahkota terdiri 3−4 helai berbentuk pita dan berwarna kuning. Buahnya bulat atau lonjong sepanjang 5−6 cm, berwarna hijau kadang merah atau hitam tergantung varietas. Daging buahnya lembek dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

6 85 199

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Hydrasil Dan Pupuk Nitrophoska Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris Schard)

0 41 71

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Komposisi zat pengatur tumbuh untuk organogenesis dan induksi Kalus Pometia coriaceae secara In Vitro

1 6 55

INDUKSI KALUS MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) DARI SUMBER EKSPLAN DAUN DENGAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SECARA IN VITRO.

13 46 22