Bentuklahan Kerucut Vulkanik Gunungapi Kelud

bentuklahan di sekitarnya karena adanya penumpukan material tersebut. Gambar 17 berikut menampilkan foto bentuklahan kipas laharik Gunungapi Kelud. a b c d Gambar 17 Gabungan kipas laharik Gunungapi Kelud: pada kondisi di lapangan yang berada di Sungai Ngobo Kecamatan Plosoklaten a; profil singkapan lahar pada Sungai Ngobo b; Gabungan kipas laharik tampak pada citra GeoEye c; dan salah satu tanaman nanas yang diusahakan pada bentuklahan kipas laharik d

h. Perbukitan Vulkanik

Perbukitan vulkanik ini muncul di sekitar bentuklahan endapan laharik muda Gunungapi Kelud. Bentuklahan ini tersusun sebagian besar dari batu lava, besar kemungkinan merupakan tubuh vulkanik parasitik, namun telah mengalami proses denudasi sehingga menjadi bukit sisa isolated hill. Bentuklahan ini mempunyai luasan terkecil dibandingkan bentuklahan lainnya, yaitu 92,65 hektar. Analisis Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud Lahar adalah massa aliran air yang bercampur dengan endapan material piroklasik gunungapi. Hasil pengamatan di lapang terlihat bekas-bekas aliran lahar Gunungapi Kelud terdeposisi pada lembah-lembah sungai kering dan pada rumah-rumah penduduk di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Puncu dan Plosoklaten. Lembah-lembah sungai yang dilewati aliran lahar adalah lembah-lembah yang berhulu di puncak Gunungapi Kelud. Aliran lahar umumnya mirip dengan aliran banjir, yang membedakan adalah bahwa lahar mempunyai aliran yang bersifat lebih kental dibandingkan dengan banjir karena mengandung material vulkanik dalam jumlah yang besar. Bahaya aliran lahar merupakan bahaya yang mengancam daerah di sekitar aliran sungai. Kejadian lahar dapat dikatakan bahaya jika 1 lahar yang melewati sungai yang kapasitas tampungnya lebih kecil daripada jumlah lahar yang dihasilkan, sehingga dapat meluap ke daerah di sekitar sungai, 2 Terdapat pendangkalan sungai akibat banyaknya endapan sedimen dari kejadian lahar masa lalu kapasitas tampung berkurang, akibatnya jika lahar baru yang dihasilkan lebih besar dari daya tampung sungai tersebut, maka akan terjadi luapan sungai, dan 3 Terdapat sumbatan pada saluran sungai, sehingga airlahar akan meluap ke kanankiri sungai. Untuk menilai bahaya lahar di daerah proksimal, diperlukan peta daerah aliran sungai DAS di wilayah kerucut vulkanik. Hasil pemetaan DAS di wilayah proksimal menunjukkan ada 8 DAS utama yang berisi sungai-sungai dan berpotensi melahirkan lahar dan akan mengalirkan ke daerah medial dan distal. Gambar 18 memperlihatkan persebaran spasial 8 DAS, sedangkan Tabel 4 menyajikan nilai kerapatan aliran, besarnya gradien sungai utama, curah hujan, dan nilai bahaya lahar dari setiap DAS Wlh. Tabel 4 Kerapatan aliran sungai di DAS proksimal, curah hujan, gradien sungai, dan Wlh Nama DAS Total Panjang Sungai m Luas DAS m² Kerapatan Aliran Sungai mm² Gradien Lereng CH mth Wlh th Konto 52.364,80 15.362.039,32 0,00341 0,119 3,4906 0,00141 Puncu 49067,17 14.199.544,76 0,00346 0,133 3,4908 0,00160 Ngobo 39.333,30 12.418.196,60 0,00317 0,090 3,4725 0,00099 Sumberagung 27.021,21 7.523.912,88 0,00359 0,086 3,4435 0,00107 Gedog 32.350,95 11.156.123,78 0,00290 0,081 3,3779 0,00079 Petungkobong 14.859,29 6.872.794,89 0,00216 0,064 3,3030 0,00046 Serinjing 18.198,63 6.476.427,48 0,00281 0,079 3,2721 0,00072 Mangli 54.876,98 11.803.222,61 0,00465 0,092 3,3613 0,00143 Dari Tabel 4 terlihat bahwa dari 8 DAS yang ada, DAS Sumberagung mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terbesar, yaitu 0,00359, sedangkan DAS Petungkobong mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terkecil, yaitu 0,00216. Artinya DAS Sumberagung berpotensi melahirkan lahar yang lebih besar daripada DAS-DAS lainnya. Selain itu, terbentuknya lahar juga dapat dilihat dari gradien sungai dan curah hujan. Semakin besar nilai gradien sungai dan curah hujan, maka akan semaikn besar peluang terbentuknya lahar. Gambar 19 menampilkan peta bahaya aliran lahar proksimal.