III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan dilakukan selama empat bulan yaitu pada bulan Juni sampai September 2011, di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor – Jawa
Barat.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan mahoni muda berumur 3 tahun dengan jarak tanam 3x3 m dan mahoni tua berumur 17 tahun
dengan jarak tanam 5x5 m. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul, lux meter, thermohygrometer, kompas, pita ukur, haga
hypsometer, tali rafia, camera digital, densiometer dan alat tulis.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan
seperti pengukuran dimensi tanaman pokok, pengukuran tajuk, pengukuran intensitas cahaya matahari pada tiap tegakan mahoni muda dan mahoni tua yang
mempunyai umur yang berbeda dan jarak tanam yang berbeda, pengukuran panjang dan kedalaman akar horizontal pada tanaman mahoni, dan pengukuran
suhu serta kelembaban. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data profil dari lokasi penelitian
antara lain meliputi: data letak dan luas, pola penggunaan lahan land use, topografi dan kondisi iklim. Data ini diperoleh dari studi pustaka.
D. Metode Kerja 1. Penentuan peletakkan plot contoh
Plot contoh yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20x15 m pada masing-masing tegakan. Metode yang digunakan dalam
menentukan plot contoh adalah purposive sampling.
2. Pengukuran dimensi pohon
Pengukuran dimensi pohon tinggi, diameter dan tajuk dilakukan pada setiap plot contoh. Tinggi pohon baik berupa tinggi total dan tinggi bebas cabang
d t
t P
m t
t p
t i
j a
b I
3
m Garis proye
diukur deng toatal dan tin
tajuk suatu Pengukuran
meter dari p Pengu
tajuk diukur tajuk merup
proyeksinya terlebar dar
imajiner dar juga diamat
adalah peny berdiri di ba
Ilustrasi proy
yang
3. Pengukur
Alat meter. Bagi
Tajuk terpa eksi
gan menggun nggi bebas c
pohon. Di diameter d
ermukaan ta ukuran tajuk
r dengan pita pakan tajuk
a yang tegak ri pohon ma
ri proyeksi t i dengan me
yimpanganny awah tajuk d
yeksi tajuk p
Gamb g nantinya di
ran intensit
yang diguna ian lux met
anjang nakan alat h
cabang suatu iameter poh
dilakukan pa anah.
dilakukan u a meter pad
terpanjang k lurus ke t
ahoni yang tajuk terpanj
enggunakan ya dari arah
dan mengara pohon yang
bar 1 Proyek igunakan unt
tas cahaya,
akan untuk m er yang pek
haga hypsom u pohon dilak
hon diukur ada ketinggi
untuk menge a proyeksi t
dari pohon tanah. Leba
garis proye njang yang s
kompas, az h Utara. Pe
ahkan kompa diukur disaj
ksi tajuk poh tuk menghitu
suhu, kelem
mengukur in ka terhadap
meter. Pengu kukan untuk
dengan me ian setinggi
etahui luas ta tajuk pohon
n mahoni ya ar tajuk yan
eksinya tega sudah diukur
zimuth proye engukuran d
as pada arah ikan pada G
hon yang diu ung persenta
mbaban
ntensitas cah cahaya dia
Ba
Taj ukuran men
k mengetahu enggunakan
dada atau ajuk. Panjang
yang diama ang diukur
ng diukur ad ak lurus de
r. Arah proy eksi tajuk y
dilakukan de h proyeksi ta
Gambar 1.
ukur ase penutupa
haya mataha arahkan pad
Tajuk poh
atang pohon
Proyeksi taj juk terlebar
gani tinggi i kerapatan
phi-band. sekitar 1,3
g dan lebar ati. Panjang
pada garis dalah tajuk
ngan garis yeksi tajuk
ang diukur engan cara
ajuk pohon.
an tajuk.
ri yaitu lux da pantulan
hon
uk
datangnya cahaya, besarnya intensitas dapat dilihat pada skala. Lux meter bekerja dengan sensor cahaya. Lux meter cukup dipegang setinggi 75 cm di atas lantai
hutan. Layar penunjuknya akan menampilkan tingkat pencahayaan pada titik pengukuran.
Suhu dan kelembaban diukur dengan menggunakan alat thermohygrometer dengan meletakkan alat tersebut di tengah-tengah plot contoh
dan digantungkan pada pohon karena alat tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung.
4. Pengukuran persentase tajuk
Persentase penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Pendugaan penutupan cahaya
matahari oleh tajuk tegakan ini dilakukan dengan menggunakan alat spiracle densiometer. Titik pengukuran pada masing-masing pola agroforestri ditetapkan
secara acak sebanyak 10 titik contoh yang tersebar merata pada lokasi yang dianggap mewakili.
Pengamatan pada masing-masing titik dilakukan dengan cara meletakkan spiracle densiometer pada jarak 30-45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar
lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan: bobot 4 100 , bobot 3 75 ,
bobot 2 50 , bobot 1 25 , bobot 0 tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat.
Bobot rata-rata pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: 04
, 1
....
3 2
1
x N
T T
T T
Ti
n
+ +
+ =
Ket: Ti
: Keterbukaan tajuk Tn
: Bobot pada masing-masing titik pengukuran N
: Jumlah titik pengukuran 1,04 : Faktor koreksi
Persentase penutupan tajuk T pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T = 100-Ti.
4. Pengukuran panjang dan kedalaman perakaran secara horizontal
Pengukuran panjang dan kedalaman akar pokok mahoni S. macrophylla secara horisontal pertama kali dilakukan tepat di tengah-tengah diantara tanaman
pokok. Apabila pada kedalaman 15-25 cm ditemukan adanya akar dari tanaman pokok, maka pengukuran dihentikan. Namun jika tidak ditemukan adanya akar
tanaman pokok, maka pengukuran dilakukan pada setiap jarak 50 cm berikutnya ke arah kanan dan kiri dari penggalian sebelumnya, dengan cara penggalian lagi
sampai ditemukan adanya akar tanaman pokok mahoni
5. Analisis Data
Data hasil pengukuran intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dimensi pohon, panjang dan kedalaman akar horizontal pohon mahoni akan dibuat ke
dalam bentuk tabel agar mudah diolah dan dianalisa. Pengolahan data akan diolah dengan menggunakan microsoft excel. Data yang diperoleh dan ditunjang dengan
data literatur akan dianalisa dengan menggunakan analisis deskriptif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis tanaman pertanian yang cocok serta tumbuh
secara optimal di bawah tegakan mahoni yang berbeda umur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk
Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman Omon et al. 2007.
Selain itu besarnya intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan lahan akan cenderung menurun seiring bertambahnya umur suatu tanaman. Hasil dari
pengukuran persentase penutupan tajuk dan besarnya intensitas cahaya pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
Dari hasil pengukuran pada lokasi penelitian didapatkan bahwa besarnya intensitas cahaya pada mahoni muda adalah sebesar 24,62 dan mahoni tua
sebesar 19,17. Besarnya intensitas cahaya pada tegakan mahoni muda dan mahoni tua tersebut tidak dapat dibandingkan. Hal ini karena waktu pengukuran
yang berbeda. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada waktu pagi hari intensitas cahaya mengalami peningkatan dan intensitas cahaya yang paling tinggi terjadi
pada waktu siang hari. Pada sore hari intensitas cahaya mengalami penurunan Gambar 1.
Gambar 2 Grafik Rata-rata intensitas cahaya 10
1
Lux
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00 350,00
400,00 450,00
8: 00
8: 30
9: 00
9: 30
10 :0
10 :3
11 :0
11 :3
12 :0
12 :3
13 :0
13 :3
14 :0
14 :3
15 :0
R ata-
ra ta
in ten
si tas
cah ay
a 1
1
lu x
waktu mahoni muda
mahoni tua
Pohon mahoni Intensitas cahaya yang
diteruskan Persentase penutupan tajuk
Muda 24,62 36,50
Tua 19,17 84,38
Intensitas cahaya pada tegakan mahoni muda menunjukkan intensitas cahaya tertinggi pada pukul 10.30 WIB sedangkan tegakan mahoni tua pada pukul
11.30 WIB. Perbedaan ini terjadi karena adanya penutupan awan dan waktu pengukuran yang berbeda. Menurut Handoko 2005, penerimaan radiasi surya di
permukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer
terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari dari pagi
sampai sore hari maupun secara musiman dari hari ke hari. Selain faktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi besarnya intensitas
cahaya yaitu penutupan tajuk pohon. Besarnya persentase penutupan tajuk pohon mahoni muda sebesar 36,50 dan mahoni tua sebesar 84,38. Pada pohon
mahoni muda, nilai persentase penutupan tajuk tergolong jarang karena terdapat kurang dari 40 penutupan tajuk Indriyanto 2008. Intensitas cahaya yang
rendah karena naungan yang terlalu rapat bagi jenis yang memerlukan cahaya intoleran akan menyebabkan etiolasi. Sementara intensitas cahaya yang
berlebihan akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bahkan kematian bagi tanaman yang toleran Herdiana et al. 2008.
B. Suhu dan kelembaban