Untuk pengambilan keputusan secara keseluruhan dengan mengikuti langkah-langkah :
¬ Menentukan sebuah alternatif yang dapat memenuhi semua kriteria. ¬ Membagimendefinisikan beberapa kegiatan yang sesuai dengan
kriteria. ¬ Merangking alternatif strategi dari yang sangat tertinggi hingga yang
terendah. ¬ Penetapan skala prioritas dari alternatif pengelolaan tersebut.
Analisis ekonomi berupa nilai NPV dan BCR yang menjadi indikator untuk kriteria efisiensi, pemerataan pendapatan untuk kriteria equity dan
perubahan luasan lahan mangrove dengan tambak untuk kriteria ekologi sustainable. Hasil perhitungan masing-masing indikator dari kriteria,
selanjutnya distandarisasi dengan mengikuti formula Briguglio 1995; Atkinson et al. 1997 diacu dalam Adrianto and Matsuda 2004.
, 1
, −
− =
ij j
j ij
ij
SV j
Min Max
Min SV
χ χ
χ χ
Dimana : SVij = Standarisasi Variabel Xij = Variabel ke – j
Min Xj = Nilai Minimum Variabel ke – j Max Xj= Nilai Maximum Variabel ke – j
j = Jenis Pemanfaatan ekosistem hutan
4.5 Definisi Operasional
1 Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pohon yang khas di pantai tropis, tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut dan perairan asin.
2 Sumberdaya alam adalah segala sesuatu di alam yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
3 Nilai ekonomi sumberdaya alam adalah pengukuran dari barang dan jasa ke dalam satuan moneter.
4 Alokasi optimal sumberdaya alam adalah pemanfaatan sumberdaya alam yang mempertimbangkan unsur keberlanjutan lingkungan.
5 Manfaat sumberdaya alam adalah besarnya hasil yang diperoleh dari sumberdaya dalam satuan moneter
6 Biaya adalah besarnya satuan moneter yang harus dikeluarkandikorbankan.
7 Keuntungan adalah selisih antara total manfaat yang diperoleh dengan biaya. 8 Rumah Tangga Perikanan RTP adalah rumah tangga atau kelompok
terkecil dalam masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya perikanan. 9 Surplus konsumen adalah pengukuran kesejahteraan ditingkat konsumen
yang berdasarkan selisih keinginan membayar dari konsumen dengan apa yang sebenarnya dia bayar.
10 Willingnes to pay adalah keinginan membayar dari konsumen.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak dan Luas
Wilayah Kabupaten Barru merupakan wilayah pesisir pantai bagian Barat Provinsi Sulawesi Selatan, dengan panjang garis pantai sekitar 78 Km.
Kecamatan Barru merupakan salah satu kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Barru. Secara geografis dan geologis wilayah Kecamatan Barru yang
berada di Ibukota Kabupaten Barru dengan posisi koordinat pada 119 30’42” –
119 37’20” Bujur Timur dan 4
18’10” – 4 33’15” Lintang Selatan dengan luas
wilayah 199,32 Km
2
dan ketingggian 0 sampai 87,8 meter dari permukaan laut. Secara administratif Kecamatan Barru terdiri atas 10 desakelurahan, dimana
batas-batas dari wilayah tersebut adalah : ¬ Bagian utara dengan Kecamatan Balusu
¬ Bagian timur dengan Kecamatan Tanete Riaja ¬ Bagian selatan dengan Kecamatan Tanete Rilau
¬ Bagian Barat dengan Selat Makassar
5.2 Keadaan Fisik
Berdasarkan pencatatan data iklim diketahui bahwa suhu harian di Kecamatan Barru berkisar antara 25 – 27
C, dengan suhu maksimum harian antara 28 – 32
C, dengan suhu minimum harian berkisar antara 18 – 20 C.
Kelembaban udara berkisar antara 70 – 80. Jumlah hari hujan rata-rata 148 hari per tahun dan ketinggian curah hujan sekitar 3.534mm per tahun, rata-rata bulanan
tertinggi pada musim barat yaitu 304,2mm. Angin merupakan parameter lingkungan yang sangat berpengaruh di
kawasan pesisir dan laut. Angin bertiup rata-rata 8,27 meter per detik, dimana dalam 4 empat tahun, berkisar 14 m per detik sampai dengan 7,8 m per detik.
Kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim Barat dimana angin bertiup dengan kecepatan 14 m per detik kecuali pada bulan September angin bertiup dengan
kecepatan 21,66 m per detik. Secara geologi kawasan pantai Kecamatan Barru memiliki topografi yang datar dengan kelerengan antara 0 – 2. Material pantai