Pendugaan Nilai Utility Konsumen dari Sumberdaya Perikanan pada Ekosistem Hutan Mangrove

6.3 Pendugaan Nilai Utility Konsumen dari Sumberdaya Perikanan pada Ekosistem Hutan Mangrove

Pendugaan nilai ekonomi mangrove yang didekati melalui konsumen surplus Marshallian dengan kurva permintaan yang berslope negatif. Pendugaan fungsi permintaan untuk menilai manfaat langsung dari ekosistem mangrove di Kecamatan Barru mengikuti persamaan berikut : n i Xn X X Q β β β β ... 2 2 1 1 = dan ∫ = a dQ Q f U Surplus konsumen diduga dari persamaan berikut : t P U CS − = dimana Q x X P t 1 = Dengan menggunakan program Maple 9.5 diperoleh nilai kepuasan utility dan surplus konsumen untuk total pemanfaatan Ikan Bandeng dari pola usaha monokultur Ikan Bandeng dan Polikultur Udang + Ikan Bandeng yang telah distandarisasi menjadi monokultur Ikan Bandeng. Kemudian jenis pemanfaatan kayu bangunan, kayu bakar, bibit alam dan kepiting. Jenis pemanfaatan kerangtude, bibit bakau dan hasil dari pola usaha monokultur udang, tidak memenuhi syarat untuk analisis pendugaan utility dan surplus konsumen karena adanya keterbatasan jumlah sampel. Selengkapnya hasil pendugaan yang diperoleh, terlihat pada Tabel 24. Tabel 24. Pendugaan Surplus Konsumen dari Sumberdaya Ekosistem Mangrovetahun No Jenis Pemanfaatan Luas Lahan Rata- rata Q Utility Surplus Konsumen 1. Tambak Ikan Bandeng 125,05 1.850 4.545.156,73 1.373.159,13 2. Kayu Bangunan 6,23 4 69.813,15 17.855,02 3. Kayu Bakar 6,23 122 428.548,01 216.438,39 4. Bibit Alam 6,23 20.778 422.314,71 148.702,36 5. Kepiting 6,23 1.400 19.770.799,11 17.664.744,08 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2005 Tabel 24 menunjukkan bahwa utility terbesar adalah dari pemanfaatan hasil kepiting sebesar Rp19.770.799,11 dengan konsumen surplus sebesar Rp17.664.744,08. Nilai tersebut diperoleh dari luas lahan 6,23 Ha dengan rata- rata permintaan konsumen 1.400 ekor per tahun. Kemudian utility dari hasil tambak Ikan Bandeng juga tinggi, sebesar Rp4.545.156,73 dengan konsumen surplus sebesar Rp1.373.159,13. Nilai tersebut diperoleh dari luas lahan 125,05 ha dengan rata-rata permintaan konsumen sebanyak 1.850 ekor per tahun. Plot permintaan berdasarkan utility konsumen terhadap hasil pemanfaatan kepiting dan hasil tambak ikan bandeng, ditunjukkan oleh Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Plot Utility Konsumen terhadap Hasil Kepiting Gambar 7. Plot Utility Konsumen terhadap Hasil Ikan Bandeng P P Surplus konsumen yang dihasilkan dari jenis pemanfaatan kayu bangunan seperti pada Tabel 24, adalah sebesar Rp17.855,02 dengan nilai utility sebesar Rp69.813,15. Nilai tersebut diperoleh dari luas lahan 6,23 ha dan rata-rata permintaan konsumen sebanyak 4 batang per tahun oleh 7 tujuh rumah tangga perikanan. Plot dari pendugaan permintaan konsumen dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Plot Utility Konsumen terhadap Hasil Kayu Bangunan Utility untuk hasil kayu bakar adalah sebesar Rp428.548,01 dengan surplus konsumen sebesar Rp216.438,39. Nilai tersebut diperoleh dari hutan mangrove yang seluas 6,23 ha dengan rata-rata permintaan konsumen sebanyak 122 ikat per tahun. Plot pendugaan permintaan konsumen dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Plot Utility Konsumen terhadap Hasil Kayu Bakar Utility konsumen dari jenis hasil bibit alam adalah sebesar Rp422.314,71 dengan surplus konsumen sebesar Rp148.702,36. Nilai tersebut diperoleh dari luas hutan mangrove 6,23 ha dengan rata-rata permintaan konsumen sebanyak 20.778 per tahun. Plot dari pendugaan permintaan konsumen terhadap hasil bibit alam dapat disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Plot Utility Konsumen terhadap Hasil Bibit Alam P P

6.4 Analisis Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Perikanan Pada Ekosistem