commit to user
46
freirechtsshule”, yang menegaskan undang-undang bukan satu- satunya sumber hukum, sedangkan hakim dan pejabat lainnya
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk melakukan “penemuan hukum”, dalam arti kata bukan sekedar penerapan
undang-undang oleh hakim, tetapi juga mencapai keadilan yang setinggi-tingginya. Hakim bahkan boleh menyimpang dari undang-
undang demi kemanfaatan masyarakat.
84
7. Penegak Hukum Wajib Menurut Hukum
Dalam pelaksanaan penegakan hukum wajib mengikuti ketentuan aturan hukum, penegakan hukum yang dilakukan tidak
menurut hukum dapat berakibat batal demi hukum atau null and void, van rechtswege neiting. Keharusan penegakan hukum mengikuti
ketentuan hukum dinamaksudkan untuk mencegah aparat penegak hukum
berlaku sewenang-wenang,
sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum dan menciderai rasa keadilan. Asas equality before the law yang artinya perlakuan hukum yang sama bagi semua
orang, dalam realitanya masih memprihatinkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 4
ayat 1 mengatakan bahwa “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.
Mengadili menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang karena alasan ras, suku, agama maupun latarbelakang bukan hanya
berlaku dalam pengadilan saja tetapi maknanya juga dalam pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat penegak hukum yang lain
untuk melaksanakan sesuai ketentuan hukum yang berlaku dan tidak membeda-bedakan orang. Dalam pelaksanaan penegakan hukum
aparat penegak hukum wajib memberikan pelayanan dan menetapkan keputusan yang tidak boleh membeda-bedakan orang. Adanya
84
Achmad Ali, Op cit, hal 138
commit to user
47
penyimpangan terhadap asas tidak membeda-bedakan orang hanya dapat diterima dengan alasan sangat sempit yaitu bilamana senyatanya
penyimpangan tersebut demi keadilan dan manfaat bagi mereka yang dibedakan.
Peran penegak hukum harus dapat menjamin keseimbangan antara rasa keadilan, kegunaan atau kemanfaatan dan kepastian hukum
dalam melaksanakan penegakan hukum untuk menemukan kepuasan bagi mereka yang mendambakan keadilan. Penegak hukum
hendaknya berpedoman keadilan yang bermanfaat atau memberi kemanfaatan dan berkepastian hukum serta kemanfaatan yang
berkeadilan. Dalam
menyidangkan suatu
perkara hakim
dituntut mengutamakan menerapkan hukum tertulis sesuai asas legalitas
kecuali akan menimbulkan ketidakadilan, benturan dengan ketertiban umum
dan kesesuaian
serta kepatutan.
Kewajiban hakim
memperhatikan nilai hukum dan rasa keadilan agar dapat menghasilkan putusan yang mampu memberi kepuasan bagi
masyarakat, tetapi hal ini tidak boleh mengorbankan kewajiban mengadili menurut hukum dan kehilangan kepastian hukum. Hakim
harus mendasarkan pada hukum atau legalistik tetapi tidak legistik. Untuk menjamin penegakan hukum dapat dilaksanakan secara
benar dan adil, tidak sewenang-wenang, tidak ada penyalahgunaan kekuasaan, ada beberapa asas yang harus selalu tampil dalam setiap
penegakan hukum yaitu: asas tidak berpihak atau impartiality, asas kejujuran dalam memeriksa dan memutus atau fairness, asas beracara
benar atau procedural due process, asas menerapkan hukum secara benar yang menjamin dan melindungi hak-hak substantif pencari
keadilan atau substantif due process, asas harmonisasi antara kepentingan pencari keadilan dan kepentingan sosial, asas jaminan
commit to user
48
bebas dari segala bentuk tekanan dan kekerasan dalam proses peradilan.
85
Memutus menurut hukum merupakan tugas pertama dan terakhir seorang hakim. Hukum adalah pintu masuk dan pintu keluar
setiap putusan hakim. Dari segi penegakkan hukum, hukum sebagai satu-satunya alat dan sebagai cara memutus tidak boleh diartikan
bahwa putusan hanya demi hukum just the sake of law. Hukum sebagai alat, sebagai cara dan keluaran putusan harus dapat
mewujudkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Menurut H,R, Purwoto S. Gandasubrata, bahwa hakim tingkat
pertama dan hakim tingkat banding sebagai judex facti dan hakim agung sebagai judex juris dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya memeriksa dan memutusmengadili perkara harus berdasarkan hukum yang berlaku dan juga berdasarkan keyakinannya,
bukan berdasarkan logika hukum, dengan menyatakan: 1. Dalam kasus yang hukumnya atau undang-undangnya
sudah jelas, hakim hanya menerapkan hukumnya. 2. Dalam kasus yang hukumnya dan undang-undangnya tidak
atau belum jelas, hakim harus menafsirkan hukum atau undang-undang melalui cara-cara atau methode penafsiran
yang berlaku dalam ilmu hukum. 3. Dalam kasus dimana terjadi pelanggaranpenerapan hukum
yang bertentangan dengan hukumundang-undang yang berlaku, hakim akan menggunakan hak mengujinya berupa
Formele totsingrecht atau materieletotsingrecht.
86
85
Bagir manan, 2009, Menegakkan Hukum Suatu Pencarian, Asosiasi Advokat Indonesia, Jakarta, hal 72
86
Purwoto Gandasubrata H.R. 1998, Renungan Hukum, Jakarta, IKAHI, hal 77
commit to user
49
8. Ajaran Perbuatan Melawan Hukum dalam Tindak Pidana Korupsi di Indonesia