commit to user
folikel mewakili lingkungan yang nyaman bagi proliferasi sel yang merangsang dengan kuat pertumbuhan sel endometrium dan endometriosis in vitro.
Endometrioma juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1 jenis I yaitu : a endometrioma kecil 1-2 cm dan berisi cairan gelap b terbentuk dari
kelenjar-kelenjar endometrium dan stroma c berkembang dari sebukan endometriosis permukaan dan sukar di-eksisi d merupakan endometriosis sejati
true endometriosis e secara mikroskopis jaringan endometriosis terlihat pada semuanya 2 jenis II yaitu :
terbentuk dari kista luteal atau folikuler a jenis IIA : kista hemoragik, penampakan endometrioma yang menyeluruh,
dinding kista terpisahkan dengan mudah dari jaringan ovarium, susukan endometriosis terletak superficial dan berdekatan dengan kista hemoragik, yang
berasal folikuler atau luteal dan mikroskopis tidak terlihat selaput endometrium b jenis IIB : selaput kista mudah dipisahkan dari kapsul ovarium dan stroma,
kecuali yang dekat dengan susukan endometriosis c jenis IIC : sebukan endometriosis superficial menyebuk jauh ke dalam dinding kista, sehingga
sukar dieksisi, temuan histologis endometriosis terlihat pada dinding kista pada kedua subtipe ini, endometrioma jenis IIB dan IIC berukuran besar dan seringkali
terkait dengan perlekatan adneksa dan pelvik Jacoeb et al, 2009.
4. Diagnosis
Secara klinis keluhan pada endometriosis bergantung pada lokasi dan luasnya lesi. Lesi yang tersebar menyebabkan tampilnya banyak gejala yang
tumpang tindih atau mirip dengan penyakit lain, seperti sindrom usus iritabel dan penyakit radang pelvik. Sebagian wanita dengan endometriosis kadang sama
commit to user
sekali tak bergejala. Akibatnya seringkali ada keterlambatan beberapa tahun antara awitan gejala dan diagnosis pasti Jacoeb et al, 2009. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mendiagnosis endometriosis adalah: 1 tampilan klinis dan keluhan endometriosis sangat beragam tak bergejala, ringan, berat 2
endometriosis tak dapat didiagnosis hanya dengan riwayat penyakit saja 3 diagnosis sementara dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik, tetapi diagnosis pasti tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar gejala-gejala saja. Pemeriksaan pelvis yang amat jelas sekalipun tidak dapat
dianggap patognomonik. Belum ada satu pun uji diagnostik nir-invasif atau uji laboratorik sederhana untuk memastikan endometriosis.
Infertilitas, dismenore dan dispareuni sering kali sebagai keluhan utama pada penyakit ini. Sebagian besar penderita mengeluhkan nyeri pelvik yang
konstan dan nyeri punggung yang terjadi premenstruasi yang berangsur menghilang pada saat menstruasi datang. Dispareuni sering dialami apabila sudah
terjadi penetrasi lesi endometriopsis yang dalam. Keluhan-keluhan tersebut sering juga tidak muncul karena perbedaan lokasi implantasinya Sajari et al, 2003.
Pemeriksaan fisik pada genetalia eksterna seringkali tidak ada kelainan. Adakalanya, pada pemeriksaan dengan spekulum tampak implantasi berwarna
biru atau merah sebagai lesi proliferasi yang sering mengakibatkan perdarahan kontak, dan keduanya sering didapat pada fornix posterior. Pada infiltrasi
endometriosis lebih dalam, implantasi pada septum rektovaginal sering teraba. Tidak jarang juga dapat terlihat. Sering didapatkan posisi uterus retrofleksi dan
sedikit mobile atau terfiksir. Wanita dengan endometrioma didapatkan massa pada
commit to user
adneksa yang terfiksir, nyeri tekan dan ligamen uterosakral yang teregang karena perlengketan. Pemeriksaan fisik merupakan diagnosis paling sensitif bila
dilakukan pada saat menstruasi dan apabila tidak ditemukan tanda klinis tersebut belum juga dapat menyingkirkan diagnosis endometriosis. Pemeriksaan fisik
relatif kurang sensitif, spesifik dan bernilai prediktif yang kurang bila dibandingkan dengan diagnosis secara bedah sebagai baku standar endometriosis
Baziad, 2003, Jacoeb et al, 2009. Laparoskopi dengan pemeriksaan histologi pada lesi merupakan baku emas untuk endometriosis Speroff, 2005, Fanfani,
2005.
5. Histopatologi