22
Indonesia Public Health Information 2014 juga menyebutkan bahwa perawat memiliki peran pertama dalam tugas pengelolaan limbah rumah sakit, yaitu tugas
memilah limbah medis dan non medis. Hal ini didukung pula oleh Djohan Halim 2013, yang menyatakan bahwa tenaga perawat merupakan salah satu
tenaga pengelola limbah padat dimana perawat bertugas memisahkan limbah medis dan non medis di setiap unit pelayanan fungsional tempat perawat
bersangkutan bekerja. Perawat harus memilah sampah medis, sampah non medis, sampahlimbah
infeksius, limbah patologi, benda tajam, dan menempatkannya pada wadah sesuai jenisnya atau sesuai ketentuan yang ada di rumah sakit Djohan Halim, 2013.
Pendapat ini didukung oleh Sudiharti Solikhah 2012 melalui suatu studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang menyatakan bahwa proses pemisahan limbah rumah sakit dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya perawat yang berada di setiap unit pelayanan
sedangkan pengolahan sampah selanjutnya dilakukan oleh petugas kebersihan yang berada di rumah sakit.
Sebuah survei pendahuluan oleh Muchsin, dkk 2013 di RSUD Aceh Tamiang
khususnya pada ruangan yang menghasilkan limbah medis, menunjukkan bahwa perawat memiliki peran yang cukup banyak dalam melakukan pelayanan
keperawatan misalnya, menyuntik, memasang selang infus, mengganti cairan infus, melakukan perawatan luka, memasang selang urine, perawatan dalam
pemberian obat, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan perawat menjadi orang
23
pertama yang berperan memastikan limbah medis akan berada pada tempat yang aman atau tidak wadah penampungan limbah medis, sebelum limbah ini
diangkut ke tempat pemusnahan.
2.3 Perilaku Perawat dalam Memilah Limbah Medis dan Non Medis
2.3.1 Perilaku
A. Konsep Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan Notoatmodjo, 2012. Perilaku manusia dapat timbul karena adanya
stimulus dan respons serta dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Stimulus ini bisa berasal dari dalam diri internal ataupun dari luar diri
eksternal manusia yang bersangkutan Sunaryo, 2010.
B. Jenis-jenis Perilaku
Notoatmodjo 2010, mengelompokkan perilaku menjadi dua, yaitu: 1.
Perilaku Tertutup Covert behaviour Perilaku tertutup terjadi bila reaksi terhadap stimulus masih belum dapat diamati
oleh orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Misalnya, seorang perawat tahu tentang limbah medis dan non medis serta cara pemilahannya pengetahuan kemudian perawat tersebut berusaha memberikan
tanggapannya tentang limbah medis dan pemilahannya sikap.
24
2. Perilaku Terbuka Overt behaviour
Perilaku terbuka terjadi apabila reaksi terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang bisa diamati orang lain dari luar. Misalnya, perawat
membuang limbah medis dan non medis pada tempatnya sesuai ketentuan pemilahan limbah.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Perawat dalam
Memilah Limbah Medis dan Non Medis
Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor ini disebut determinan.
Green 1980 menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku, yaitu: Notoatmodjo, 2010
1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors
Faktor –faktor ini adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Contohnya, seorang perawat mau memilah limbah
medis dan non medis karena perawat tersebut tahu dan yakin bahwa tindakannya itu dapat meminimalkan resiko terjadinya penularan infeksi.
a. Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung,
telinga, dan sebagainya. Sebagian besar penginderaan seseorang didapatkan melalui indera penglihatan mata dan indera pendengaran telinga.
25
Pengetahuan seseorang akan suatu obyek memiliki tingkat yang berbeda- beda. Pengetahuan dibagi menjadi enam tingkat, yaitu: Notoatmodjo, 2010
1 Tahu know dan mengingat kembali recall diartikan sebagai
kemampuan mengingat kembali sesuatu yang pernah diketahui. Misalnya, perawat tahu bahwa limbah medis dan non medis dapat
menjadi wadah berkembangbiaknya mikroorganisme. 2
Pemahaman Comprehension merupakan suatu kemampuan untuk memahami tentang suatu objek atau materi. Pada tingkatan ini, individu
diminta untuk bisa menginterpretasikan secara benar tentang obyek yang dilihatnya. Misalnya, perawat yang memahami tentang cara pemilahan
limbah medis dan non medis tidak hanya bisa menyebutkan jenis-jenis sampah dan cara membuangnya, tetapi perawat tersebut juga bisa
menjelaskan kenapa tindakan pemilahan ini perlu dilakukan. 3
Penerapan Application diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan secara benar mengenai suatu hal yang diketahui dalam
situasi yang sebenarnya. Misalnya, seorang perawat yang telah paham tentang proses pengelolaan limbah, perawat tersebut harus dapat
membuat perencanaan program pengelolaan limbah di tempat perawat tersebut bekerja.
4 Analisis Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
materi atau objek ke dalam suatu struktur atau bagan yang masih ada kaitannya satu sama lain. Indikasi bahwa seorang individu sudah